Perumusan Masalah Tujuan Keong Murbei Pomacea canaliculata

3 terkendali. Di samping itu, populasi keong murbei akan meningkat. Peningkatan itu dapat diimbangi dengan pemanenan populasi tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Populasi gulma air akan mengganggu ekosistem perairan dan lalu lintas perairan. Ledakan populasi blooming gulma sebenarnya merupakan respon terhadap tingginya nutrien di perairan. Peningkatan nutrien akan diikuti oleh peningkatan populasi gulma. Tingginya populasi gulma akan menimbulkan gangguan terhadap ekosistem perairan tersebut karena dapat mempercepat laju penguapan atau hilangnya air, meningkatkan pendangkalan, menyebabkan deplesi oksigen di malam hari, serta menurunkan kecepatan arus dan debit air. Terkadang gulma-gulma tersebut mengganggu aktivitas transportasi air karena sering menyangkut pada baling-baling kapal dan mengganggu pergerakan kapal. Namun, hingga saat ini belum ada tindakan perbaikan yang tepat guna terhadap berbagai masalah tersebut. Dalam penelitian ini, yang dimaksud sebagai gulma tersebut adalah Cabomba caroliniana, Vallisneria sp., dan Egeria densa. Pada kasus lain, keong murbei P. canaliculata telah menjadi hama agresif pada tanaman padi. Kemampuannya untuk beradaptasi, berkembang biak secara cepat, dan tingkat konsumsinya yang luar biasa menjadikan keong murbei sebagai hama yang cukup agresif. Penanganan terhadap keong murbei hingga saat ini dapat dikatakan belum optimal karena keong ini pada umumnya hanya dibuang begitu saja, dijadikan pakan bebek dan lele Hendarsih-Suharto et al. 2006, dan hanya sebagian kecil masyarakat lokal yang mengkonsumsi dagingnya.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai vorasitas tingkat kerakusan keong murbei P. canaliculata pada rentang panjang cangkang tertentu terhadap tiga spesies gulma air tenggelam, yaitu Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Vallisneria spiralis. 4

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi tentang efektivitas penggunaan keong murbei P. canaliculata dalam mengendalikan gulma air tenggelam. Setelah itu dapat diperoleh salah satu alternatif teknik manajemen tepat guna terhadap permasalahan gulma air tenggelam dengan memanfaatkan keong murbei yang berpotensi sebagai hama. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keong Murbei Pomacea canaliculata

Keong murbei adalah siput air tawar yang berasal dari Amerika Selatan tropis dan subtropis Halwart 1994c in Ranamukhaarachchi Wickramasinghe 2006. Keong tersebut diintroduksikan dari Amerika Selatan ke Taiwan pada 1980 untuk keperluan akuakultur sebagai bahan makanan lokal dan ekspor Naylor 1996 in Ranamukhaarachchi Wickramasinghe 2006. Penyebaran keong murbei yang sangat besar diawali oleh peranannya sebagai bahan makanan dan keong hias yang sangat digemari Cowie 1996 in Ranamukhaarachchi Wickramasinghe 2006. Saat ini keong murbei telah diintroduksikan ke berbagai belahan dunia Sinives 2005 in Ranamukhaarachchi Wickramasinghe 2006. Naylor 1996 in Teo 2004 menjelaskan bahwa keong murbei mulai beralih menjadi hama ketika permintaan pasar terhadap keong ini memburuk. Kemudian banyak instansi budidaya keong murbei mengabaikan dan membiarkan keong-keong tersebut terlepas begitu saja. Hirai 1988, Rejesus et al. 1990, Halwart 1994a in Teo 2004 telah mencatat bahwa saat ini keong murbei menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Asia. Namun sebaliknya, Carlsson et al. 2004 in Ranamukhaarachchi and Wickramasinghe 2006 berpendapat bahwa keong murbei dapat juga digunakan sebagai pembasmi gulma.

2.1.1. Klasifikasi dan morfologi

Keong murbei Pomacea canaliculata Gambar 1 merupakan siput air tawar yang termasuk ke dalam Famili Ampulariidae. Sebagian besar P. canaliculata tersebar pada habitat tropis dan subtropis yang lembab di Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Tengah, dan Asia Cowie et al. 2006. Banyak penemu yang berpendapat bahwa taksonomi dari Pomacea hanya sedikit yang diketahui Cazzaniga 2006. Taksonomi dari grup spesies canaliculata sangat membingungkan, sehingga mempersulit pengkajian distribusi 6 dari spesies alaminya. Dalam keterbatasan tersebut, P. canaliculata diketahui memiliki penyebaran yang luas Cowie et al. 2006. Klasifikasi Ampulariidae menurut Lamarck 1882, TROPMED Technical Group 1986 in Baoanan and Pagulayan 2006. Kingdom : Animalia Filum : Mollusca Kelas : Gastropoda Cuvier 1797 Subkelas : Prosobranchia Milne Edwards 1848 Ordo : Mesogastropoda Thiele 1927 Superfamili : Viviparoidea Gray 1847 Famili : Ampullariidae Guilding 1828 Genus : Pomacea Spesies : Pomacea canaliculata Gambar 1. Pomacea canaliculata The Apple Snail Website 2008 Secara morfologi Pomacea golden apple snail yang biasa dikenal sebagai keong mas atau siput murbei memiliki kemiripan dengan siput lokal Pila. Bentuk dan ukuran cangkang serta warna dari kapsul telur dapat menjadi karakteristik untuk membedakan Pomacea dan Pila Marwoto 1997 in Hendarsih-Suharto et al. 2006. Pomacea canaliculata memilki cangkang yang besar, tebal, lebar dan puncak apex yang pendek; memiliki 4 - 5 gelung dengan gelung tubuh body whorl yang tebal. Umbilikus P. canaliculata terbuka, memiliki kanal yang dalam. Cangkangnya halus berwarna coklat terang atau kuning kehijauan, tanpa pita-pita spiral spiral bands coklat. Aperture bukaan cangkang melebar secara oval, bibir luar outer lips agak sedikit tebal berwarna oranye atau kuning gelap, dan operkulumnya tutup cangkang agak sedikit tebal. Total tinggi cangkang 45- 7 65 mm, lebar 40 - 55 mm, dan tinggi aperture sekitar ¾ dari total tinggi cangkang Hendarsih-Suharto et al. 2006. Sedikit berbeda dengan Hendarsih-Suharto et al. 2006, Cowie et al. 2006 mendeskripsikan bahwa cangkang Pomacea canaliculata berbentuk membulat, umumnya berat, dengan periostrakum berwarna kehijauan atau berwarna tanduk, dan sering memiliki pita spiral spiral band gelap. Cangkang keong dewasa memilki 5 - 6 gelung, bertambah agak cepat dan terpisah oleh saluran suture yang dalam. Puncak cangkang apex agak landai, tetapi karakter ini cukup bervariasi. Aperture besar dan membundar agak memanjang dan bibir cangkangnya atau peristome kadang berwarna kemerahan.

2.1.2. Kebiasaan makan

Keong murbei adalah polifagus yang luar biasa. Keong ini memakan tanaman, detritus, dan hewan lain Cazzaniga Estebenet 1984 in Cazzaniga 2006. Pada umumnya Pomacea merupakan makrofitovora yang lebih memilih tanaman air mengapung atau tenggelam daripada tanaman air yang mencuat Bachman 1960, Bonetto Tassara 1987 in Cazzaniga 2006. Keong murbei yang baru menetas dapat bertahan tanpa makanan selama beberapa hari dengan mengandalkan persediaan cadangan makanan endogen. Bentuk makanan eksogen pertama kali berupa detritus dan alga. Mereka mulai memangsa tanaman-tanaman yang lebih besar setelah mencapai panjang 15 mm Halwart 1994, Schnorbach 1995 in Cazzaniga 2006. Individu yang mencapai panjang 10 - 25 mm tidak merubah jenis makanan pilihannya Estebenet 1995 in Cazzaniga 2006.

2.1.3. Reproduksi

Keong murbei merupakan hewan dioecious berumah dua. Individu jantan dewasa memiliki operkulum yang cekung di tengahnya yang menjadikan ciri itu sebagai pembeda dari betina dewasa Chiu et al. 2002 in Min Yan 2006. Pada umumnya jumlah betina melebihi pejantannya. Di Filipina, perbandingan jumlah keong betina dan jantan adalah 2,1 : 1 Halwart 1994 in Min Yan 2006. 8 Dalam kondisi yang sesuai, keong betina mencapai kematangan seksual saat berumur 60-85 hari. Menurut Martin 1986, Estebenet and Cazzaniga 1992 in Cazzaniga 2006, ukuran minimum keong betina untuk reproduksi adalah sekitar 2,5 cm, sedangkan keong jantan pada umumnya telah mampu bereproduksi pada ukuran minimum yang lebih kecil dari keong betina Estoy et al. 2002 in Cazzaniga 2006. Keong-keong tersebut memijah setiap bulan sepanjang tahun Halwart 1994 in Min Yan 2006. Min and Yan 2006 mengatakan bahwa suhu yang sesuai untuk kopulasi dan pemijahan berada pada kisaran 25 - 28 o C, tetapi menurut Cazzaniga 2006, temperatur yang absolut untuk reproduksi belum diketahui dengan pasti. Di bawah kondisi iklim yang berbeda, jumlah keturunan yang dihasilkan akan berbeda-beda Min Yan 2006. Albrecht et al. 1999 in Min and Yan 2006 menambahkan, pada tahap aktif, keong murbei berkopulasi dan memijah secara teratur. Suhu air yang rendah akan menurunkan aktifitas keong dan menunda masa kopulasinya, namun masa kopulasinya tidak dipengaruhi oleh waktu pencahayaan.

2.1.4. Habitat dan distribusi

Keong murbei diketahui sebagai spesies yang nokturnal. Habitat umumnya berupa parit, kolam dangkal, sawah, dan jenis perairan lainnya dengan arus yang tenang atau lambat dengan syarat memiliki dasar yang berlumpur. Keong murbei tidak dapat tinggal di perairan yang kering selama periode yang panjang, perairan payau ekstrim atau pada perairan mengalir deras Lach Cowie 1999 in Min Yan 2006. Meskipun demikian Halwart 1994 in Min and Yan 2006 mengatakan bahwa perairan mengalir membantu penyebaran keong murbei. Keong murbei memiliki sifon yang membantunya bernafas di udara bebas. Hal tersebut menyebabkan keong murbei memiliki toleransi terhadap kandungan oksigen terlarut DO yang rendah. Pada suhu air 25 o C, ketika DO lebih rendah dari 1 - 2 mgl, keong murbei merenggangkan tubuhnya untuk meningkatkan luas area pertukaran udara dan menjulurkan sifonnya. Ketika konsentrasi DO mencapai 0,23 - 0,45 mgl, keong murbei menutup operkulumnya. Saat 9 konsentrasi DO mencapai 0,08 - 0,1 mgl, 80 dari keong-keong itu mati Yin et al. 2000c in Min Yan 2006. Keong murbei akan menutup operkulum dan mensekresikan mukus untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang tidak mendukung, seperti pada kondisi pH yang tinggi. Pada umumnya keong murbei lebih memilih kondisi perairan yang basa pH 7 - 8,5. Ketika pH lebih dari 10, dengan operkulum tertutup dan tanpa atau sedikit mensekresikan mukus, keong menjadi inaktif hingga akhirnya mati Yin et al. 2000c in Min Yan 2006. Keong murbei tersebar di daerah tropis dan subtropis. Di Amerika, keong murbei ditemukan di Argentina, Bolivia, Brazil, Paraguay, Suriname, dan Uruguay Ponce de Leon Carpo 1994 in Min Yan 2006. Di Asia, keong murbei dapat ditemukan di Cina, Indonesia, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Papua, Filipina, Thailand, dan Vietnam Halwart 1994 in Min Yan 2006. Di Amerika Utara, keong ini tersebar di beberapa negara bagian Amerika Serikat AS. Di Afrika, keong murbei dapat ditemukan di Mesir. Di Eropa, belum ada laporan mengenai keberadaan keong murbei Min Yan 2006.

2.2. Gulma Air Tenggelam Submerged Weed