18 hal tersebut sangatlah tidak memadai. Pada pasal 16 ayat 3 dan ayat 4 memang dikatakan bahwa
Dirjen dapat menerima dan memproses laporan dari masyarakat atas normalisasi database dalam 1 x 24 jam, namun hal tersebut tidak berarti masyarakat akan bisa langsung mengakses situs yang dinormalisasi
dicabut dari database blokir tersebut. Selain itu pula tatacaranya yang diatur dalam Rancangan Permen ini berbelit-belit dan birokratis, dimana
pihak yang mengajukan normalisasi lah yang harus membuktikan bawa pemblokiran tersebut tidak sesuai dengan muatan yang telah ditetapkan. Pada pasal 9 ayat 2, tertulis bahwa penyelenggara jasa akses
Internet, atau ISP, hanya akan melakukan pembaharuan rutin paling sedikit 1 x seminggu. Jika ada sebuah situs ya g se pat se ara tidak se gaja asuk dala data ase Trust Positif da la tas di lokir oleh I“P,
maka untuk pemulihannya bisa jadi akan memakan waktu 1 minggu atau secepatnya mengikuti periode
pembaharuan berikutnya. Memang ada mekanisme pembaharuan 1 x 24 jam, khusus untuk hal yang ersifat e desak, ta pa ada pe jelasa le ih la jut apa ya g di aksud de ga e desak terse ut
52
. Demikian pula tidak dijelaskan mengenai kompensasi atas kesalahan yang dilakukan, Rancangan Permen
tidak mengatur mengenai ganti rugi terhadap blokir yang telah dilakukannya.
3.4. Sensor yang Kebablasan akan Merugikan Publik
Pengaturan yang terlalu luas dan multi intrepretasi dalam permen tentunya akan merugikan para pengguna internet yang harusnya dapat mengakses dan pemiliki situs, yang kontennya diblokir oleh
pemerintah. Disamping itu lamanya rentang waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan konten yang diblokir akibat
salah blokir, antara jangka pelaporan disampaikan ke Dirjen, diproses dan hingga dipulihkan oleh ISP, akan banyak merugikan masyarakat yang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia .
53
3.5. Pengujian terhadap Trust+Positif
Disamping itu Trust +Positif haruslah diawasi dengan ketat karena daftar ini jangan sampai menimbulkan pelanggaran atas Hak informasi dari para pengguna internet. Permen ini sama sekali tidak menjelaskan
te ta g agai a a a dat atas pe gelolaa data ase ya g er a a Trust Positif isa ke udia dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Dirjen saja, sebagaimana mengacu
pada pasal 6. Tidak jelas pula asal muasal dari keberadaan Trust Positif ini. Bahkan, bahwa pengelolaan database
tersebut nantinya akan dialihdayakan outsource ke pihak lain. Mekanisme dalam memberikan, pemberi ataupun penerima mandat untuk mengelola database ini tidak transparan dan akuntabel. Padahal
database ini akan menjadi hal yang akan diwajibkan untuk dipasang oleh seluruh Internet Service Provider ISP se-Indonesia. Pengelola dan tata kelola database yang tidak transparan dan akuntabel ini
rentan disalahgunakan oleh mereka yang memiliki akses langsung ataupun tidak langsung ke database tersebut untuk meredam informasi dan kebebasan berekspresi di Internet.
54
52
Lihat http:ictwatch.cominternetsehat20140304tanggapan-ict-watch-atas-rpm-konten-negatif
53
Ibid
54
Ibid
19
4.
Penutup
4.1. Simpulan