Pembatasan atau Sensor terhadap Internet Harus Dilakukan Dengan Undang-Undang

13 daftar alamat situs dan hasil penilaian. Terhadap pelaporan Direktur Jenderal melakukan pemantauan terhadap situs yang dilaporkan. Tata cara tindak lanjut dan pemberkasan laporan dari Lembaga Penegak Hukum atau Lembaga Peradilan meliputi: Melakukan kegiatan pemberkasan pelaporan yang meliputi: pemberkasan pelaporan asli kedalam berkas dan database elektronik berikut penguraian pelaporan; peninjauan ke situs internet yang dituju dan mengambil beberapa sampel situs; penampungan sampel situs internet ke dalam berkas dan database elektronik. Direktur Jenderal menyelesaikan pemberkasan dalam waktu paling lambat 3 tiga hari kerja sejak pelaporan diterima; Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut ke dalam TRUST + Positif dalam periode pemberkasan; Apabila merupakan kondisi darurat, Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut dalam TRUST + Positif dalam periode 24 jam sejak laporan diterima dan dilakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet. 2.4. Prosedur Normalisasi Pengelola situs atau masyarakat dapat mengajukan normalisasi atas pemblokiran situs. Tata cara pelaporan normalisasi dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Draft. Melakukan kegiatan pemberkasan pelaporan yang meliputi: pemberkasan pelaporan asli kedalam berkas dan database elektronik berikut penguraian pelaporan; peninjauan ke situs internet yang dituju dan mengambil beberapa sampel situs; dan penampungan sampel gambar situs internet ke dalam berkas dan database elektronik. Direktur Jenderal menyelesaikan pemberkasan dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam sejak pelaporan diterima. Apabila situs internet dimaksud bukan merupakan situs bermuatan negatif: menghilangkan dari TRUST + Positif; melakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet atas proses normalisasi tersebut; melakukan pemberitahuan notifikasi secara elektronik atas hasil penilaian kepada pelapor.

3. Kritik atas Rancangan Permenkominfo tentang Kebijakan Konten

3.1. Pembatasan atau Sensor terhadap Internet Harus Dilakukan Dengan Undang-Undang

Sejalan dengan ketentuan Pasal 19 ayat 3 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik dan juga Pasal 28 J UUD 1945, penempatan pembatasan haruslah dibuat dan diatur dengan Undang Undang. Masalah utama regulasi pembatasan konten ini adalah ketiadaan pengaturan lebih lanjut di dalam UU. Begitu luasnya pembatasan yang ada di dalam draft ini berpotensi akan melanggar berbagai hak hak yang masuk dalam kategori kebebasan atas akses informasi. Penempatan pembatasan terhadap konten dalam Rancangan Permen tersebut sudah tidak sesuai dengan jaminan perlindungan hak asasi manusia. 48 Pada dasarnya, pengaturan sensor internet dalam Permen tidak akan cukup mampu menampung artikulasi mengenai pengaturan mengenai sensor internet. Permen memiliki batasan-batasan pengaturan, berdasarkan UU terkait, dimana materi muatan seharusnya hanya berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan yang diatur tidak boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam Undang-Undang yang bersangkutan. 49 Karena kebijakan sensor merupakan sebuah tindakan yang melanggar hak untuk mengakses dan oleh karenanya melanggar hak asasi manusia HAM, akan tetapi untuk kepentingan nasional yang lebih luas, seperti halnya penegakan hukum, hak tersebut dapat disimpangi dengan pembatasan. Dikarenakan sensor internet merupakan salah satu bentuk pembatasan hak asasi seseorang, maka pengaturannya 48 Lihat Pasal 19 ayat 3 Kovenan Hak Sipol dan Pasal 28 J UUD 1945 49 Lihat UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 14 harus dilakukan dengan undang-undang. Pengaturan dengan menggunakan undang-undang akan memastikan adanya pengawasan dan legalitas dari kebijakan sensor itu sendiri. Kebijakan sensor hanya dibolehkan bilamana memenuhi bebepara pra-syarat berikut yakni adanya otoritas resmi yang ditunjuk oleh Undang-Undang untuk melakukan kebijakan sensor apakah lewat Kejaksaan atau Putusan Pengadilan, dan kedua menekankan tentang perlunya sebuah Undang - Undang yang secara khusus mengatur kebijakan sensor di internet pada umumnya, hingga tata cara sensor internat untuk masing-masing lembaga yang berwenang sesuai undang-undang yang sah.

3.2. Pembatasan Konten Harus terkait dengan Penegakan Hukum Pidana