10
2. Rencana Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang Kebijakan Konten Tahun
2013
Sejak 2013, pemerintah melalui Kementerian kominfo memutuskan untuk kembali membuat Rancangan Permenkominfo mengenai Kebijakan Konten di Internet yang akan segera diselesaikan untuk uji publik.
Rancangan yang terdiri dari 17 pasal secara ringkas memuat mengenai apa yang dikategorikan sebagai konten negatif, bagaimana peran-peran beberapa pihak mengenai konten negatif, bagaimana prosedur
untuk melakukan blokir, dan prosedur normalisasinya. Draft Permen selanjutnya disebut draft menyatakan bahwa Pemblokiran Situs Internet Bermuatan
Negatif yang selanjutnya disebut Pemblokiran adalah aksi yang diambil untuk menghentikan masyarakat untuk mengakses informasi dari sebuah situs bermuatan negatif. Menurut draft, apa yang menjadi tujuan
Peraturan Menteri ini, adalah untuk memberikan acuan bagi Pemerintah dan masyarakat terhadap pemahaman situs internet bermuatan negatif dan peran bersama dalam penanganannya; melindungi
kepentingan umum dari konten internet yang berpotensi memberikan dampak negatif dan atau merugikan.
41
Sedangkan apa yang menjadi ruang lingkup
42
draft ini adalah penentuan situs internet bermuatan negatif yang perlu ditangani; peran Pemerintah dan masyarakat dalam penanganan situs
internet bermuatan negatif; tanggung jawab Penyelenggara Jasa Akses Internet dalam penanganan situs bermuatan negatif; tata cara pemblokiran dan normalisasi pemblokiran dalam penanganan situs internet
bermuatan negatif
2.1. Situs Internet Bermuatan Negatif
Jenis situs internet bermuatan negatif menurut draft Permen yaitu: pornografi, perjudian dan kegiatan ilegal lainnya. Dimana Pornografi yang diartikan adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi danatau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Pengertian ini diambil sesuai dengan pengertian dalam UU Pornografi.
43
Tabel 1 Larangan konten
Pengertian Pasal
Pornografi gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media
komunikasi danatau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar
norma kesusilaan dalam masyarakat Pasal 4 ayat 1
Perjudian Tidak ada penjelasan
Pasal 4 ayat 1 Kegiatan
ilegal lainnya
kegiatan ilegal yang pelaporannya berasal dari Kementerian atau Lembaga Pemerintah yang berwenang
Pasal 4 ayat 1 dan 2
41
Lihat Pasal 2 draft
42
Lihat Pasal 3 draft
43
Lihat Pasal 1 angka 1 UU Pornografi
11 Sedangkan Kegiatan Ilegal lainnya diartikan sebagaimana merupakan kegiatan ilegal yang pelaporannya
berasal dari Kementerian atau Lembaga Pemerintah yang berwenang. Direktur Jenderal
44
menyediakan daftar alamat situs yang bermuatan negatif yang disebut TRUST
+
Positif.
45
Dengan daftar tersebut maka Dirjen dapat memerintahkan kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet untuk melaksanakan pemblokiran pada sisi layanan mereka mengacu kepada TRUST
+
Positif atau menggunakan layanan pemblokiran dari Penyelenggara Layanan Pemblokiran yang terdaftar. Masyarakat
dapat ikut serta menyelenggarakan layanan pemblokiran dengan memuat paling sedikit situs-situs dalam TRUST
+
Positif
46
. Trust +Positif ini haruslah diawasi dengan ketat karena daftar ini jangan sampai
menimbulkan pelanggaran atas Hak informasi dari para pengguna internet. 2.2.
Peran Pemerintah, Penyelenggara, dan Masyarakat
47
dalam Kebijakan Konten Penyelenggaraan layanan pemblokiran
Penyelenggaraan layanan pemblokiran dilakukan oleh Penyelenggara Layanan Pemblokiran. Penyelenggara Layanan Pemblokiran harus memiliki kriteria sekurang-kurangnya: terdaftar sebagai
Penyelenggara Sistem Elektronik; berbadan hukum Indonesia; menempatkan pusat datanya di Indonesia; memiliki prosedur operasi yang transparan dan akuntabel.
Penyelenggara Jasa Akses Internet
Penyelenggara Jasa Akses Internet wajib melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang terdapat
dalam TRUST
+
Positif. Pemblokiran dapat dilakukan sebagai berikut: pemblokiran mandiri; atau
pemblokiran menggunakan layanan pemblokiran yang disediakan Penyelenggara Layanan Pemblokiran. Dalam hal Penyelenggara Jasa Akses Internet tidak melakukan pemblokiran. Penyelenggara Jasa Akses
Internet dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggara Jasa Akses Internet yang telah menjalankan pemblokiran sebagaimana maka
Penyelenggara Jasa Akses Internet tersebut telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Penyelenggara Jasa Akses Internet wajib melakukan pembaruan data atas daftar baru yang masuk kedalam TRUST
+
Positif. Pembaharuan data sebagaimana dimaksud pada ayat 1: wajib terlaksana paling sedikit 1 x seminggu untuk pembaharuan rutin; dan wajib terlaksana paling sedikit 1 x 24 jam untuk
pembaharuan bersifat darurat. Peran Pemerintah dalam Pelaporan, permintaan pemblokiran
Ada tiga mekanisme peran terkait konten negatif yang coba diatur dalam draft permen tersebut pertama masyarakat dapat mengajukan pelaporan untuk meminta pemblokiran atas muatan negatif kedua
kementerian atau Lembaga Pemerintah dapat meminta pemblokiran situs internet bermuatan negatif
yang menjadi bidang kewenangannya ketiga Lembaga Penegak Hukum dan atau Lembaga Peradilan
dapat meminta pemblokiran situs bermuatan negatif.
2.3. Tata Cara Pemblokiran