Kinerja Pegawai Dalam Meingkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Di Dinas Pemakaman Dan Pertanaman Bidang Pemakaman Kota Bandung

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 adalah sebesar 41.483.729 jiwa. Pertumbuhan penduduk Jawa Barat termasuk tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Dalam kurun waktu 2003 – 2007 telah mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,13% / tahun. Angka pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa kota-kota di Jawa Barat, khususnya Kota Bandung yang merupakan ibukota Provinsi mempunyai jumlah penduduk yang tinggi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kota-kota disekitarnya mempunyai peran yang besar dalam menampung laju urbanisasi perkotaan.

Perubahan tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini tentunya mempunyai implikasi pada perubahan guna lahan pemakaman menjadi lahan pemukiman, perkantoran, dan perdagangan, jasa, kawasan industri dan fasilitas lainnya.

Pertambahan penduduk di perkotaan yang sangat tinggi mengakibatkan akan kebutuhan tanah dan meningkatnya kegiatan sosial ekonomi di perkotaan sebagai bagian dari pertumbuhan dan perkembangan kota juga merupakan penyebab meningkatnya permintaan terhadap tanah.


(2)

Meningkatnya permintaan tanah dan terbatasnya persediaan tanah di perkotaan merupakan penyebab terus meningkatnya nilai tanah di perkotaan. Penyediaan infrastruktur perkotaan yang mempergunakan tanah sebagai basis kegiatan, maka terus meningkatnya harga tanah di perkotaan merupakan kendala bagi peningkatan pelayanan sarana dan prasarana tersebut termasuk areal untuk pemakaman sudah sangat mendesak pengadaannya sekarang ini, sedangkan pada sisi lain peningkatan pelayanan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah yang harus dipenuhi. Masalah penting yang dialami pemerintah kota di negara berkembang adalah kurangnya sumber-sumber pembiayaan dan kapasitas dalam menyediakan infrastruktur perkotaan tersebut.

Permasalahan di atas, juga dialami oleh pemerintah Kota Bandung dalam hal menyediakan infrastruktur kota termasuk areal pemakaman. Terbatasnya tanah dan anggaran pemerintah kota serta meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur membuat pemerintah Kota Bandung kesulitan dalam menangani atau menyediakan areal pemakaman di perkotaan.

Perkembangan Kota Bandung saat ini sangat membutuhkan terwujudnya sarana dan prasarana perkotaan yang handal guna mendukung stabilisasi nilai kehidupan di perkotaan baik langsung maupun tidak langsung. Kota Bandung saat ini sudah menjadi kota metropolitan dimana kegiatan ekonominya dapat dijadikan sebagai mesin perekonomian di Provinsi Jawa Barat dan dari acuan tersebut wajar


(3)

3

melihat peningkatan pembangunan yang menuju ke ciri-ciri pembangunan yang berkelanjutan dan berkesinambungan.

Perkembangan fisik Kota Bandung secara umum bergerak sangat cepat, hal ini bisa dilihat dengan banyaknya kawasan perbelanjaan dan perkantoran di Kota Bandung, ini diakibatkan oleh tuntutan dan kebutuhan masyarakat Kota Bandung yang sangat tinggi. Masyarakat yang merupakan bagian dari sebuah kota yang harus menyadari bahwa mereka akan meninggal. Mengalami kematian dalam hidup ini berarti kita harus mengetahui suatu paham yakni paham bahwa kematian merupakan akhir dari sebuah kehidupan, Perlu dipertimbangkan apabila pertumbuhan penduduk ada, berarti tingkat kematian juga kurang lebih seimbang, jadi harus diperhatikan kemana nantinya seseorang itu dikuburkan, sehingga wajar direncanakan sedini mungkin untuk mengantisipasi kejadian ini nantinya.

Peristiwa dalam kehidupan pasti memiliki awal dan akhir, sama halnya dengan kehidupan di dunia pasti di awali dengan kelahiran dan di akhiri dengan kematian. Kelahiran disambut gembira dengan berbagai pengharapan terhadap kehidupan si anak kelak, sedangkan kematian identik dengan kesedihan dan rasa kehilangan yang mendalam. Sebagai penghormatan terakhir, biasanya proses pemakaman dilakukan secara sakral sesuai dengan agama dan adat yang berlaku. Jenazah yang sudah meninggal dimakamkan di area pemakaman di tata dan dikelola sedemikian rupa sebagai wujud rasa sayang dari orang yang ditinggalkan.


(4)

Manusia pasti mengalami kematian, pada masyarakat tertentu terdapat suatu penilaian terhadap orang yang mengalami kematian atau meninggal yaitu dengan memberikan ruang khusus tersendiri. Proses kematian ini mengindikasikan terjadinya pemisahan antara ruang yang mati dan yang hidup. Salah satu bentuk apresiasi manusia terhadap yang sudah meninggal disediakan lahan dalam bentuk ruang yang disebut makam. Tempat pemakaman merupakan suatu tanda peringatan dan juga dapat menggambarkan salah satu definisi yang dapat mencerminkan ciri dari sebuah kota. Makam adalah simbol dari kehadiran yang mati sekaligus analogi peralihan dua dunia sehingga perlu direncanakan sedini mungkin untuk menghindarkan kerumitan tata letaknya.

Fisik pemakaman dapat kita kaitkan dengan tata letak suatu makam. Perkembangan selanjutnya, bahwa kehadiran bentuk simbolis ini dapat dihadirkan dengan suatu pandangan yang mempunyai tujuan tertentu dan berkembang menjadi sebuah kajian yang di dalamnya berisikan hal-hal yang mempengaruhi wujud pemakaman itu sendiri. Analisis ini dimaksudkan untuk mengajak cara pandang masyarakat luas terhadap kematian yang bisa mempengaruhi pembentukan dan penataan tata letak pemakaman yang modern tetapi harus didasari jiwa yang religius, sehingga paham kematian dalam masyarakat yang percaya dengan konsep pemakaman ini akan mempengaruhi pembentukan fisik pemakaman dan akan lebih memperdalam pemahaman manusia akan kehidupan dan kematian.


(5)

5

Aparatur di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman dalam mengelola Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung nantinya dapat menciptakan suatu manajemen yang baik bagi mereka yang mengalami kematian dan kehidupan. Manajemen ini didasari oleh nilai-nilai sejarah dan potensi dari kawasan yang akan dapat memberikan nilai ganda bagi perkembangan suatu wilayah secara ekonomi sehingga menghasilkan berbagai kegiatan-kegiatan (aglomerasi) yang berpotensi secara ekonomi dalam upaya meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung. Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung yang berlaku saat ini yaitu Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2001 tentang Ketentuan-ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat dan Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat. Kajian ini nantinya akan memberikan suatu rekomendasi dalam bentuk solusi yang baik dalam mengatasi segala masalah mengenai pemakaman agar tertata fisik dan manajamen pengelolaannya pada kawasan pemakaman. Pengelolaan manajemen tempat pemakaman yang tidak keseluruhannya dikelola oleh Pemerintah Kota Bandung merupakan salah satu masalah yang belum terkoordinir, pemakaman yang multi fungsi, disamping terbenturnya anggaran dan sempitnya lahan juga kultur kebiasaan penduduk yang heterogen, saling memiliki budaya kebiasaan dan tata cara penguburan.


(6)

Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslim dan Non Muslim yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bandung terdiri dari:

1) Pemakaman Hindu/Budha Cikadut Jalan Cikadut Luas Pemakaman 561,557 m2

2) Pemakaman Muslimin Astana Anyar Jalan Bojongloa Luas Pemakaman 74,469 m2

3) Pemakaman Muslimin Sirnaraga Jalan pajajaran Luas Pemakaman 156,000 m2

4) Pemakaman Kristen Pandu Jalan Pandu Luas Pemakaman 127,700 m2

5) Pemakaman Muslimin Maleer Jalan Jemb. Opat Luas Pemakaman 79,534 m2

6) Pemakaman Muslimin Gumuruh Jalan Gumuruh Luas Pemakaman 20,000 m2

7) Pemakaman Muslimin Cikutra Jalan Pahlawan Luas Pemakaman 83,608 m2

8) Pemakaman Muslimin LGK. Ciseureuh Jalan Moch. Toha Luas Pemakaman 16,651 m2

9) Pemakaman Muslimin Ciburuy Jalan Moch. Toha Luas Pemakaman 21,000 m2

10) Pemakaman Muslimin Babakan Ciparay Jalan Makam Luas Pemakaman 32,990 m2

11) Pemakaman Muslimin Cibarunay Jalan Cibarunay Luas Pemakaman 17,500 m2

12) Pemakaman Muslimin Nagrog Jalan Nagrog Luas Pemakaman 222,415 m2

13) Pemakaman Muslimin Rancalili Jalan Sawo Endah Luas Pemakaman 41,531 m2


(7)

7

Penambahan lahan areal pemakaman terlebih dahulu harus diadakan penelitian tentang lokasi yang strategis baik tempat, kondisi dan luas areal, sedangkan teknis pelaksanaannya harus matang dan disesuaikan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) serta profesionalisme petugas pengelola yang kesemuanya ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pemerintah Kota Bandung dalam hal ini Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman secara bertahap mulai memikirkan pentingnya infrastruktur seperti pemakaman di Kota Bandung.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik mengangkat permasalahan tentang Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung. Maka dari itu, penulis mengambil judul Laporan KKL mengenai “Kinerja Pegawai Dalam Meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, penulis mengidentifikasikan masalah dalam laporan KKL sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung?


(8)

2. Bagaimana motivasi pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung? 3. Bagaimana individu pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi

Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung? 4. Bagaimana faktor lingkungan organisasi dalam meningkatkan Aspek

Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan KKL

Maksud dari Laporan KKL ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa kinerja pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung.

Sedangkan tujuan Laporan KKL ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui motivasi pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di


(9)

9

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui individu pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui faktor lingkungan organisasi dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Laporan KKL

Hasil Laporan KKL ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1. Bagi kepentingan penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengalaman, wawasan, pengetahuan dan memahami bagaimana kinerja pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung, sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai kesesuaian fakta di lapangan dengan teori yang ada.

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori yang penulis gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam


(10)

penelitian ini dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pemerintahan khususnya masyarakat Kota Bandung.

3. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung.

1.5 Kerangka Pemikiran

Meningkatnya permintaan tanah dan terbatasnya persediaan tanah di perkotaan merupakan penyebab terus meningkatnya nilai tanah di perkotaan. Penyediaan infrastruktur perkotaan yang mempergunakan tanah sebagai basis kegiatan, maka terus meningkatnya harga tanah di perkotaan merupakan kendala bagi peningkatan pelayanan sarana dan prasarana tersebut termasuk areal untuk pemakaman sudah sangat mendesak pengadaannya sekarang ini, sedangkan pada sisi lain peningkatan pelayanan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah yang harus dipenuhi, Akan tetapi jika tidak diimbangi dengan kinerja yang efektif maka pengelolaan pemakaman tidak akan berjalan dengan sempurna. Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara, kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai


(11)

11

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2006:9).

Berdasarkan pendapat di atas kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut C. Mengginson dalam buku A. A Anwar Prabu Mangkunegara yang berjudul “Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia”. Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan didefinisikan sebagai berikut :

Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pemimpin untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaanya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya (Dalam Mangkunegara, 2006:9).

evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sitematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu, evaluasi kinerja diperlukan juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik dimasa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan. Menurut A. Dale Timple dalam buku A.A Anwar Mangkunegara terdapat beberapa faktor dalam kinerja yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:

Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat seseorang. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan


(12)

rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. (Dalam Mangkunegara, 2006:15).

Faktor internal dan faktor eksternal diatas merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis atribusi yang dibuat oleh para pegawai memiliki sejumlah akibat psikologis dan berdasarkan kepada tindakan. Seorang pegawai yang mengangap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal seperti kemampuan atau upaya. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu mempunyai tipe pekerja keras. Sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuanya. Selanjutnya menurut Keith Davis yang dikutif A.A Anwar Mangkunegara faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja meliputi :

1. Faktor Kemampuan, 2. Faktor Motivasi, 3. Faktor Individu, dan

4. Faktor Lingkungan Organisasi (Dalam Mangkunegara, 2006:13)

Faktor Kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan relity (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal.

Peran kinerja sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan pemerintah, tetapi untuk memimpin manusia merupakan hal yang cukup


(13)

13

sulit. Tenaga kerja selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan kurang berati jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.

Faktor Motivasi diartikan suatu sikap (atitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerja akan menunjukkan kerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan kerja mereka. vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas faktor-faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas seseorang serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja.

Faktor Individu Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antar fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antar fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari


(14)

dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pemimpin mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Yaitu kecerdasan pikiran/Inteligensi Quotiont (IQ) dan kecerdasan emosi/Emotional Quotiont (EQ). pada umunya, individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal (average, above average, superior, very superior dan gifted) dengan tingkat kecerdasan emosi baik.

Faktor Lingkungan Kerja Organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang. Pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Sekalipun, jika faktor lingkungan organisasi kurang menunjang, maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi baik, sebenarnya ia tetap berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu (pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.

Dapat disimpulkan bahwa jika organisasi pemerintahan, ditata dengan benar dan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip organisasi modern, yaitu mempunyai visi dan misi dengan jelas, maka akan dapat mempermudah kinerja aparatur


(15)

15

pemerintahan. Keadaan seperti ini tentunya akan menciptakan pemerintahan yang responsibilitas, responsivitas, dan akuntabilitas sehingga dapat mewujudkan good governance.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mengukur suatu keberhasilan kinerja dapat dilihat dalam indikator sebagai berikut:

1) Faktor kemampuan, meliputi:

a. Pendidikan, seseorang dalam menduduki suatu jabatan dilihat berdasarkan pendidikan orang tersebut, semakin tinggi jenjang pendidikannya maka semakin bagus juga kemampuannya dalam meningkatkan kinerja di Dinas Pemakaman dan pertamanan dalam pengelolaan terhadap Tempat Pemakaman Umum (TPU). b. Pelatihan, setiap Dinas selalu mengadakan pelatihan bagi setiap

pegawai untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja.

2) Faktor motivasi, meliputi:

a. Fasilitas kerja, sangat dibutuhkan oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman untuk meningkatkan motivasi setiap pegawai untuk bekerja, seperti misalnya terdapat ruangan


(16)

khusus Tenis Meja agar para pegawai tidak jenuh dan tetap semangat untuk bekerja.

b. Kebijakan pemimpin, pimpinan setiap dinas berperan penting untuk meningkat motivasi setiap pegawainya. Apapun kebijakan yang diterapkan oleh pimpinan, pasti secara langsung akan mempengaruhi motivasi pegawai secara positif atau negatif.

3) Faktor kinerja individu, meliputi:

a. Latar belakang, setiap pegawai mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda-beda, seperti misalnya orang berasal keluarga yang berkecukupan atau tidak mampu. Hal tersebut akan mempengaruhi hasil kerja setiap pegawai.

b. Konsentrasi, maksudnya setiap pegawai yang bekerja mempunyai kosentrasi yang bagus maka tugas yang diberikannya akan cepat selesai karena daya fokus yang kuat terhadap sesuatu hal.

4) Faktor lingkungan organisasi, meliputi:

a. Sumber Daya Manusia, Merupakan unsur yang penting dalam Dinas Pemakaman dan Pertamanan, karena manusia yang akan melakukan kinerja. Kriteria manusia yang dapat menunjang pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU), yaitu berpotensi, mempunyai keterampilan, pintar, terdidik dan terlatih.


(17)

17

b. Disiplin, setiap pegawai harus mempunyai sikap disiplin, seperti disiplin tepat waktu dalam masuk kerja dan selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

c. Penghargaan, pimpinan setiap dinas harus memberikan penghargaan kepada karyawan yang melakukan kinerjanya dengan baik.

Berdasarkan definisi operasional di atas, maka penulis merumuskan proposisi. Santoso berpendapat bahwa proposisi adalah pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih konsep. (macamnya: kausal/asimetris, kovariasional/simetris) (Santoso, 2005:26). Jadi proposisinya adalah peningkatan kinerja pegawai di Dinas Pemakaman dan pertamanan dapat dilihat dari:

1. Faktor kemampuan, 2. Faktor motivasi,

3. Faktor kinerja individu, dan 4. Faktor lingkungan organisasi.

Secara singkat, kerangka pemikiran di atas dapat dilihat secara jelas dalam model kerangka pemikiran sebagai berikut:


(18)

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

1.6 Metode dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan 1.6.1. Metode Penelitian

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada Laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penulis dalam melakukan penulisan dan pengamatan.

Dengan demikian, penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan

Kinerja Pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan

Bidang Pemakaman Kota Bandung Faktor Kemampuan 1. Pendidikan 2. Pelatihan Faktor Motivasi 1. Fasilitas kerja 2. Kebijakan pemimpin Faktor Kinerja Individu 1. Latar Belakang 2. Konsentrasi Faktor lingkungan organisasi 1. Sumber Daya

Manusia 2. Disiplin 3. Penghargaan

Meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum


(19)

19

adalah kualitatif, karena pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut sugiyono metode penelitian kualitatif adalah:

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi” (Dalam Sugiyono, 2005:1).

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono, 2005:3). Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna.

Berdasarkan pengertian di atas, maka metode deskriptif menggambarkan kinerja pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) berdasarkan bukti-bukti yang ada untuk dianalisa dan interpretasi terhadap data tersebut.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengambil data penelitian dilakukan dengan langkah – langkah yang sesuai dengan keadaan atau kondisi data yang akan diambil yaitu:


(20)

a) Observasi

Penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, penulis ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan melakukan obervasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. b) Wawancara

1. Merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data responden (Adi, 2004:72). Dengan cara melakukan tanya jawab dengan narasumber (Pegawai dan Masyarakat sekitar Tempat Pemakaman Umum) yang mengetahui dan memahami lebih jauh khususnya mengenai kinerja pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU). c) Studi Pustaka

Yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data tertulis, yaitu buku – buku, peraturan dan sumber lain yang berhubungan dengan kinerja pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU).


(21)

21

1.6.3. Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Sanapiah Faisal teknik pengambilan sampel purposif adalah:

“Teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu; jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti”. (Dalam Faisal, 1996:67). Pengambilan informan berdasarkan informan penelitian. Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan kinerja pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung dalam meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU).

1.6.4. Sumber Informasi

Sumber informasi data yang diperoleh adalah berupa data yang melalui tahap penyeleksian terlebih dahulu dan data yang bersumber dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada narasumber. Narasumber dari penelitian ini yaitu: Bapak Uu Rukmana selaku Kepala seksi penataan dan pembangunan pemakaman di Bidang Pemakaman Kota Bandung, Aparatur pemerintahan di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang


(22)

Pemakaman di Kota Bandung dan Masyarakat sekitar Tempat Pemakaman Umum (TPU).

1.6.5. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini maka analisis data yang digunakan dalam pengolahan data dilakukan adalah analisis deskriptif. Secara operasional analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Miles dan Huberman mengemukakan teknik analisis deskriptif tahapan – tahapan dalam analisis deskriptif setelah data terkumpul adalah sebagai berikut :

1. Reduksi data sebagai proses pemilihan, penyederhanaan, klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan data dilapangan. Reduksi data sudah dilakukan secara bertahap dengan cara membuat ringkasan data yang dipilih dan disilang melalui komentar informan dalam wawancara dan observasi informasi yang berasal dari Aparatur Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman Kota Bandung.

2. Penyajian data merupakan suatu upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kualitatif disajikan dalam bentuk teks yang pada awalnya terpencar dan terpisah menurut sumber informasi dan pada saat diperolehnya informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok – pokok permasalahan yang menjadi pembahasan antara lain terkait dengan pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU).


(23)

23

3. Menarik kesimpulan berdasarkan reduksi interpretasi dan penyajian data yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif. Penarikan kesimpulan akan bertolak dengan hal - hal yang khusus (spesifik) sampai kepada rumusan kesimpulan yang sifatnya umum(general).

1.7 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan

Lokasi yang dijadikan tempat untuk KKL adalah di Jl. Pandu No. 32 Bandung Telp. 022-6036414. Adapun Penjadwalan Kuliah Kerja Lapangan dimulai dari pengajuan surat Kuliah Kerja Lapangan sampai dengan pengumpulan laporan dapat diihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan

NO KEGIATAN

Tahun 2010

Juli Agst September Oktober November 1 Pemilihan Lokasi KKL

2 Pelaksanaan KKL 3 Bimbingan laporan

KKL

4

Pengumpulan Laporan KKL


(24)


(25)

(26)

(27)

24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

Kinerja pegawai pada dasarnya terbentuk setelah pegawai merasa adanya kepuasan, karena kebutuhannya terpenuhi dengan kata lain apabila kebutuhan pegawai belum terpenuhi sebagaimana mestinya maka kepuasan kerja tidak akan tercapai, dan pada hakikatnya kinerja pegawai akan sulit terbentuk. Setiap orang yang bekerja digerakan oleh suatu motif. Motif pada dasarnya bersumber pertama-tama berbagai kebutuhan dasar individu atau dapat dikatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seorang untuk bekerja giat dalam pekerjaanya tergantung dari hubungan timbal balik antar apa yang diinginkan atau dibutuhkan dari hasil pekerjaan tersebut dan seberapa besar kenyakinan organisasi akan memberikan kepuasan bagi keinginanya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukanya.

Dampak motivasi yang diinginkan pimpinan dari pegawai (bawahan) sangat dipengaruhi penilaian pegawai atas nilai (valensi) yang diharapkan berupa hasil baik langsung maupun hasil sekunder yang dinikmati karena melakukan perilaku yang ditentukan dan kuatnya pengharapan bahwa perilaku tersebut akan benar-benar merealisasikan hasil pada pelayanan publik tersebut. Disinilah sebenarnya faktor motivasi kerja ikut menentukan terbentuknya kinerja pegawai dalam pelayanan masyarakat yang baik.


(28)

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan maupun swasta. Kinerja berasal dari bahasa job performance atau actual perpormance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang atau suatu institusi).

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara, kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuntitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Dalam Mangkunegara, 2006:9).

Berdasarkan pendapat di atas kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Unsur penting dalam kinerja pekerjaan adalah :

1. Tugas fungsional, berkaitan dengan seberapa baik seorang pegawai menyelesaikan seluk-beluk pekerjaan, termasuk penyelesaian aspek-aspek teknis pekerjaan.

2. Tugas perilaku, berkaitan dengan seberapa baik pegawai menangani kegiatan antar pesona dengan anggota lain organisasi, termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja dalam sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri.


(29)

26

Menurut Gilbert Kinerja pada dasarnya adalah produk waktu dan luang. “peluang tanpa waktu untuk mengejar peluang tersebut bukan apa-apa. Dan waktu, yang tidak kita miliki, yang tidak memberi peluang, bahkan memiliki lebih sedikit nilai”(Dalam Mangkunegara, 2006:47).

Pandangan Gilbert mengenai kinerja dalam konteks vitalitas kerja dalam suatu organisasi, kinerja sangat konsisten dengan apa yang kita anggap penting untuk memberdayakan pekerja. Untuk bekerja secara cakap, pekerja membuat pretasi yang bernilai bagi organisasi seraya mengurangi biaya untuk mencapai tujuan.

2.2 Faktor-Faktor Kinerja

Menurut A. Dale Timple terdapat beberapa faktor dalam kinerja yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:

Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat seseorang. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. (Dalam Mangkunegara, 2006:15).

Faktor internal dan faktor eksternal diatas merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis atribusi yang dibuat oleh para pegawai memiliki sejumlah akibat psikologis dan berdasarkan kepada tindakan. Seorang pegawai yang menganggap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal seperti kemampuan atau upaya. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu mempunyai tipe pekerja keras.


(30)

Sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuanya.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Menurut Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara terdapat beberapa faktor yang mempengruhi pencapain kinerja faktor tersebut berasal dari faktor kemampuan, motivasi, individu, serta lingkungan organisasi. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:

2.3.1 Faktor Kemampuan

Faktor kemampuan (ability)terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan relity(knowledge + skill).

Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal (Dalam Mangkunegara, 2006:13). Peran kinerja sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan pemerintah, tetapi untuk memimpin manusia merupakan hal yang cukup sulit. Tenaga kerja selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan kurang berati jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.


(31)

28

2.3.2 Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) pegawai dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situasion). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja untuk mencapai kinerja yang maksimal. Menurut Keith Davis yang dikutif A.A Anwar Mangkunegara

Motivasi diartikan suatu sikap (attiude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerja akan menunjukan kerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja (Dalam Mangkunegara, 2006:14).

Motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan kerja mereka. vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas faktor-faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas seseorang serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja.

Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai, yaitu : a. prinsip partisipasi, dalam usaha memotivasi kerja, pegawai perlu

diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip komunikasi, pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan mudah dimotivasi kerjanya.


(32)

c. Prinsip mengakui adil bawahan pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dalam pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi.

d. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin yang memberikan otoritas wewenang kepada pegawai untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukanya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.

e. Prinsip memberi perhatian, pemimpin memberikan terhadap apa yang diinginkan pegawai, supaya termotivasi bekerja apa yang diharapkan pemimpin.

Sedangkan definisi motivasi menurut Suwatno dalam buku Asas-Asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakan (Suwatno, 2001:147). Sejalan dengan pendapat tersebut, maka Edwin B. Flippo dalam bukunya Malayu Hasibuan yang berjudul Manajemen Sumber Daya manusia mengungkapkan konsep motivasi sebagai berikut:

“Direction or motivation is essence, it is a skill in aligning amployee and organization interest so that behaviour result in achievement of employee want simultaneously with attainment or organizational objectives” (Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai) (Dalam Hasibuan, 2002:143).

Berdasarkan pendapat di atas, maka motivasi merupakan sebuah bentuk dorongan yang diberikan oleh lembaga supaya pegawai mau


(33)

30

bekerja sesuai pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai tersebut. Sejalan pendapat di atas, Abraham Sperling mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah:

“Motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by an adjustment. The adjustment is said to satisfy the motive” (Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri, penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif). (Dalam Anwar, 2005:93).

Pendapat tersebut di atas, mengemukakan bahwa motivasi kerja merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat imbalan berupa gaji untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat mereka bekerja.

2.3.3 Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antarfungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antarfungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik.

Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan memdayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi (Dalam Mangkunegara, 2006:16)

Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pemimpin mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Yaitu kecerdasan pikira/Inteligensi Quotiont (IQ) dan kecerdasan emosi/Emotional Quotiont


(34)

(EQ). pada umunya, individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal (average, above average, superior, very superior dan gifted) dengan tingkat kecerdasan emosi baik.

2.3.4 Faktor Lingkungan Organisasi

Peningkatan kontribusi yang diberikan oleh pekerja dalam organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi. Dibentuknya organisasi yang mengelola sumber daya manusia dimaksudkan bukan sebagai tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan produktifitas kerja organisasi sebagai keseluruhan. Menurut William Stern yang dikutif A.A Anwar Mangkunegara

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang (Dalam Mangkunegara, 2006:17).

Pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan pasilitas kerja yang relatif memadai. Sekalipun, jika faktor lingkungan organanisasi kurang menunjang, maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi baik, sebenarnya ia tetap berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu (pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.


(35)

32

2.4 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan langkah yang harus dilakukan untuk memacu kinerja organisasi. Melalui pengukuran ini, tingkat capaian kinerja dapat diketahui. Pengukuran merupakan upaya membandingkan kondisi riil suatu objek dan alat ukur. Pengukuran kinerja merupakan suatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tetentu, baik yang terkait dengan input, proses, output, outcome, benefit maupun impact. Young mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai berikut ;

Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahan. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi, pelaksanaan suatu rencana dan apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian (Dalam Mangkunegara, 2006:42).

Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna mewujudkan visi dan misi perusahaan. Pengkuran kinerja merupakan hasil dari penelitian yang sistematis. Sesuai dengan suatu rencana yang telah ditetapkan dalam pemyesuaian-penyesuaian dan pengendalian. Arkinson mengemukakan ciri-ciri pengukuran kinerja sebagai berikut :

a. Merupakan suatu aspek dari strategi perusahaan.

b. Menetapkan ukuran kinerja melalui ukuran mekanisme komunikasi antar tingkatan manajemen.

c. Mengevaluasi hasil kinerja secara terus menerus guna perbaikan pengukuran kinerja pada kesempatan selanjutnya. (Dalam Mangkunegara, 2006:42).


(36)

Dalam kerangka pengukuran kinerja terdapat strategi perusahaan mengenai penetapan, pengumpulan data kinerja, evaluasi dan cara pengukuran kinerja.

2.5 Pengertian Pemakaman

Life (Kehidupan), menurut webster Dictionary adalah The state of animal or plant in which its organs are capable of perfoming their function (Keadaan binatang atau tumbuhan dalam yang mana susunannya adalah dapat menjalankan fungsinya dengan baik). (New Webster Dictionary for english language,1997), sedangkan death (Kematian) The act or fact of dying; The total and permanent cessation of all the vital function of an animal or plant, the state of being dead; Loss or absent of spiritual life; Lost or deprivation of civil life(Perbuatan atau kenyataan; seluruhnya atau sementara semua fungsi penting dari binatang atau tumbuhan, keadaan kematian; kerugian atau tidak hadirnya kehiupan spritual; hilang atau perampasan peradaban kehidupan) (New Webster Dictionary for english Language,1997).

The Encyclopedia of religion mempertegas arti diatas bahwa keberadaan kehidupan dan dapat di definisikan dari tanda-tanda nyata, antara lain adanya nafas, kesadaran, fungsi akal, dan pergerakan fisik. (Mircia Eliade. The encyclopedia of religion,2003). Pengertian kematian adalah keberadaan yang berada secara esensial dari kehidupan di dunia, kehidupan antara yang lahir dan yang mati. Kematian umumnya diyakini


(37)

34

sebagai nasib alami manusia yang ditetapkan oleh tuhan atau dewa. (Mircia Eliade. The encyclopedia of religion,2003).

Proses peralihan dari kehidupan ke kematian dapat ditandai dengan hilangnya atau lepasnya jiwa yang mengisi manusia, yaitu suatu kekuatan yang menyebabkan gerak dapat hidup langsung begitu lepas dari tubuh jasmani. Jiwa dianggap tidak pembusukan (dekomposisi) atau bersifat kekal. (Loise Leahy,1998:48). Anggapan ini menghadirkan pemikiran bahwa jiwa akan mengalami hal yang sama seperti saat jasmani masih hidup . Kepercayaan akan kekekalan jiwa dan keterikatan yang hidup dengan yang mati mendorong masyarakat tertentu untuk memberikan perlakuan khusus pada kematian.

Bentuk perlakuan khusus terhadap kematian sebenarnya berhubungan dengan penghargaan manusia terhadap orang yang meninggal. Caranya adalah dengan selalu berusaha untuk mempersembahkan atau memberikan sesuatu kepada orang yang telah meninggal, Baik itu persembahan doa maupun persembahan fisik. Bentuk perlakuan khusus terhadap kematian berkaitan dengan salah satu unsur universal kebudayaan yaitu sistem religi yang berkembang di masyarakat. Manusia akan membayangkan wujud dunia gaib, dewa, dan makhluk halus yang mendiaminya, sifat tuhan serta hakekat hidup dan mati akan mengalami ketakutan terhadapnya sehingga mendorong manusia untuk selalu menyertakan perlakuan khusus dalam menjalankan setiap tahap kehidupannya. Perlakuan khusus ini penting karena adanya gagasan


(38)

bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam hidup manusia melibatkan aksi dan reaksi antara sesuatu yang suci dan duniawi.

Masyarakat tertentu terdapat suatu bentuk perlakuan khusus terhadap orang yang meninggal yaitu dengan memberikan ruang khusus, hal ini terdorong oleh proses kematian yang sering melambangkan proses pemisahan antara orang yang hidup dan yang mati. Manusia akan mengalami proses transisi kematian, dan akhir dari proses itu adalah pengiriman orang yang mati ke dunia kematian (the world of death). Pernyataan yang serupa dikemukakan oleh Waterson (1990) bahwa orang-orang percaya yang mati akan menempati “The land of the dead”, yang diidentikan dengan kehidupan di dunia.

Pernyataan-pernyataan di atas maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan “Ruang” untuk yang mati dengan “Ruang” yang hidup. Anggapan tersebut kemudian berkembang sehingga bentuk perlakuan khusus terhadap kematian ada yang berhubungan dengan masalah spasial (kekurangan).


(39)

36 BAB III

OBJEK LAPORAN KKL

3.1 Gambaran Umum Kota Bandung 3.1.1. Sejarah Kota Bandung

Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah Kabupaten Bandung hingga tahun 1681. Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat Kota Bandung sekarang. Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni R.A Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki "Dalem Kaum I", kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni ke Pemerintahan Hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811). Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.

Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di daerah Bandung


(40)

sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Asia Afrika - Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos. Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.

Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekali lahan bakal ibukota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang). Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati. Dengan


(41)

38

kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.

Tabel 3.1

Daftar Nama-Nama Walikota Kota Bandung WALIKOTA BANDUNG Tahun 1906 - Sekarang No N a m a Masa Jabatan

1 E.A. Maurenbrecher (exofficio) 1906-1907 2 R.E. Krijboom (exofficio) 1907-1908 3 J.A. van Der Ent (exofficio) 1909-1910 4 J.J. Verwijk (exofficio) 1910-1912 5 C.C.B. van Vlenier dan 1912-1913 B. van Bijveld (exofficio) 1913-1920

6 B. Coops 1920-1921

7 S.A. Reitsma 1921-1928

8 B. Coops 1928-1934

9 Ir. J.E.A. van Volsogen Kuhr 1934-1936 10 Mr. J.M. Wesselink 1936-1942

11 N. Beets 1942-1945

12 R.A. Atmadinata 1945-1946

13 R. Siamsurizal

14 Ir. Ukar Bratakusumah 1946-1949

15 R. Enoch 1949-1956

16 R. Priatna Kusumah 1956-1966

17 R. Didi Jukardi 1966-1968

18 Hidayat Sukarmadijaya 1968-1971 19 R. Otje Djundjunan 1971-1976

20 H.Ucu Junaedi 1976-1978

21 R. Husein Wangsaatmaja 1978-1983 22 H. Ateng Wahyudi 1983-1993

23 Wahyu Hamidjaja 1993-1998

24 Aa Tarmana 1998-2003

25 H.Dada Rosada 2003-sekarang

(Sumber : www. bandung.go.id, Tahun 2010)

3.1.2. Visi dan Misi Kota Bandung

Pembangunan di Kota Bandung bertujuan untuk mewujudkan agar masyarakat Kota Bandung merasa aman, nyaman dan tentram. Adapun visi Kota Bandung adalah:


(42)

"TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG SEBAGAI KOTA JASA YANG BERMARTABAT ( BERSIH, MAKMUR, TAAT DAN BERSAHABAT )"

Untuk Merealisasikan keinginan, harapan, serta tujuan sebagaimana tertuang dalam visi yang telah ditetapkan, maka pemerintah bersama elemen seluruh masyarakat Kota Bandung harus memahami akan makna dari visi tersebut yaitu :

Pertama : Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus bersih dari sampah, dan bersih praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ), penyakit masyarakat ( judi, pelacuran, narkoba, premanisme dan lainnya), dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya yang bertentangan dengan moral dan agama dan budaya masyarakat atau bangsa;

Kedua : Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang memberikan kemakmuran bagi warganya;

Ketiga : Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang taat terhadap agama, hukum dan aturan - aturan yang ditetapkan untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban kota .

Keempat : Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang bersahabat, santun, akrab dan dapat menyenangkan bagi orang yang berkunjung serta menjadikan kota yang bersahabat dalam pemahaman kota yang ramah lingkungan.

Secara harfiah, Bermartabat diartikan sebagai harkat atau haraga diri, yang menunjukkan eksistensi masyarakat kota yang dapat dijadikan teladan karena kebersihan, kemakmuran, ketaatan, ketaqwaan dan kedisiplinannya. Jadi kota jasa yang bermartabat adalah kota yang


(43)

40

menyediakan jasa pelayanan yang didukung dengan terwujudnya kebersihan, kemakmuran, ketaatan, ketaqwaan, dan kedisiplinan masyarakatnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, sangatlah rasional pada kurun waktu lima tahun kedepan diperlukan langkah dan tindakan pemantapan ( revitalisasi, reaktualisasi, reorientasi dan refungsionalisasi ) yang harus dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung beserta masyarakatnya serta didukung secara politis oleh pihak legislatif melalui upaya-upaya yang lebih keras, cerdas dan terarah namun tetap ramah dalam meningkatkan akselerasi pembangunan guna tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Misi adalah tugas yang diemban Pemerintah Kota Bandung yang meliputi:

1. Mengembangkan sumber daya manusia yang handal yang religius, Yang mencakup pendidikan, kesehatan dan moral keagamaan. 2. Mengembangkan perekonomian kota yang adil, yang mencakup

peningkatan perekonomian kota yang tangguh, sehat dan berkeadilan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

3. Mengembangkan Sosial Budaya Kota yang ramah dan berkesadran tinggi, serta berhati nurani, yang mencakup peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan ketenagakerjaan, meningkatkan kesejahteraan sosial, keluarga, pemuda dan olah raga serta kesetaraan gender.


(44)

4. Meningkatkan penataan Kota , yang mencakup pemeliharaan serta peningkatan prasarana dan sarana kota agar sesuai dengan dinamika peningkatan kegiatan kota dengan tetap memperhatikan tata ruang kota dan daya dukung lingkungan kota .

5. Meningkatkan kinerja pemerintah kota secara professional, efektif, efisien akuntabel dan transparan, yang mencakup pemberdayaan aparatur pemerintah dan masyarakat.

6. Mengembangkan sistem keuangan kota , mencakup sistem pembiayaan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, swasta dan masyarakat.

3.2 Gambaran Umum Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung

3.2.1. Latar Belakang Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung

Bidang Pemakaman di Kota Bandung mulai terbentuk pada tahun 1932 di bawah naungan Kesehjateraan Rakyat (KesRa) unitnya bernama sub bagian sosial, kemudian pada tahun 1992 berubah menjadi Dinas Pemakaman yang berdiri sendiri. Pada tahun 2002 oleh Pemerintah Kota Bandung disatukan dengan Dinas Pertamanan menjadi Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Distankam), tetapi pada tahun 2008 Dinas Pemakaman berubah nama menjadi Kantor Pengelolaan Pemakaman yang berdiri sendiri. Pemerintah Kota Bandung pada tahun 2010 menyatukan lagi Kantor Pengelolaan Pemakaman menjadi Dinas


(45)

42

Pemakaman dan Pertamanan (Diskamtan) Bidang Pemakaman. (Berdasarkan hasil wawancara Peneliti dengan Pegawai Negeri Sipil Bidang Pemakaman).

Pengelolaan Pemakaman di Kota Bandung oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan (Diskamtan) Bidang Pemakaman dilakukan untuk mewujudkan makam yang ideal di Kota Bandung dan diperlukan dukungan dan partisipasi masyarakat bersama-sama dengan pemerintah kota dalam membangun pemakaman yang bercitra perkotaan, yaitu pemakaman yang efektif, efisien dan dinamis serta berpenampilan Hijau, Indah, Tertib dan Teratur (HITT). Visi bidang pemakaman tidak terlepas dari konsep Hijau, Indah, Tertib dan Teratur (HITT), yaitu : “Mewujudkan Pemakaman Yang Bersih, Hijau, Aman dan Nyaman Menuju Kota Bandung Sebagai Kota Jasa yang Bermartabat”.

Misi adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan, dimana dengan pernyataan misi diharapkan seluruh aparatur dan pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal eksistensi serta peranan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman dalam pengelolaan pemakaman.

Guna mewujudkan visi sebagaimana telah ditetapkan, Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung menetapkan misi yang harus dilaksanakan, yaitu :

1. Menyelenggarakan pelayanan terhadap masyarakat baik aspek sosial dan pendapatan.


(46)

2. Meningkatkan pemeliharaan dan kebersihan dikawasan pemakaman. 3. Penataan lahan pada kawasan lahan pemakaman.

4. Pengamanan asset pada lahan pemakaman dengan meningkatkan pengawasan dan pemantauan.

3.2.2. Struktur Organisasi Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman merupakan salah satu unsur pelaksana Pemerintah Kota Bandung yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas pemerintahan di bidang pelayanan pemakaman. Sedangkan tugas dan fungsi masing-masing jabatan pada Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung adalah sebagai berikut:

(1) Kepala Bidang Pemakaman bertugas melaksanakan sebagian kewenangan Pemerintah Kota Bandung di bidang pemakaman.

(2) Kepala Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pemakaman bertugas membantu sebagian tugas Kepala bidang dalam bidang Pemeliharaan Sarana dan Prasarana pemakaman.

(3) Kepala Seksi Penataan dan Pembangunan Pemakaman bertugas membantu sebagian tugas Kepala bidang dalam bidang penataan dan pembangunan sarana pemakaman.


(47)

44

(4) Kepala Seksi Pelayanan Pemakaman bertugas membantu sebagian tugas Kepala bidang dalam bidang pelayanan sarana pemakaman

Pembagian tugas dan fungsi jabatan yang terdapat di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung dimaksudkan agar pengelolaan pemakaman bisa berjalan dengan efektif dan efisien, setiap Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Bidang Pemakaman mempunyai tugas dan kewajibannya masing-masing.

Berdasarkan hal tersebut, untuk memperjelasnya dapat berdasarkan bagan struktur organisasi seperti di bawah ini.

Bagan 3.1

Struktur Organisasi Bidang Pemakaman Kota Bandung

K

(Sumber: Peraturan Daerah Kota Bandung No. 11 Th 2009) Kepala Bidang Pemakaman

Drs. Agus Bustomi S. Pembina

NIP. 19570703 198303 1 013

Seksi Pelayanan Pemakaman Drs. Rokayat Penata Tk. 1 NIP. 19570927

198303 1006

Seksi Penataan dan Pembangunan

Pemakaman Uu Rukmana SH.

Penata Tk. 1 NIP. 19570916

198611 1 002

Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Pemakaman Ir. Jajat R. Darajatun,M.si.

Pembina

NIP. 19640220 199202 1 001


(48)

Jumlah Pegawai Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung sebbanyak 268, yang terdiri dari :

Tabel 3.2

Data Jenis Pegawai dan Jumlah Pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung

Jenis Pegawai Jumlah

Pegawai Negeri Sipil 107

Calon Pegawai Negeri Sipil 17

Pegawai Harian Lepas 3

Pegawai Tenaga Kontrak 3

Pegawai Honorer 1

Pegawai Magang/Sukwan 137

Jumlah

268

(sumber: Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman, Tahun 2010)

3.2.3. Program Kerja Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung

3.2.3.1. Program Penghijauan

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung, mendukung program prioritas Walikota dalam penghijauan lingkungan Kota Bandung dengan melaksanakan Rumputisasi makam


(49)

46

dan penanaman pohon dilingkungan Taman Pemakaman Umum (TPU), sehingga menghilangkan citra angker dan menyeramkan.

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman dalam rangka menata areal pemakaman sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), secara bertahap telah berupaya menambah bentuk makam dari tembok ke bentuk rumputisasi dengan cara membuat himbauan kepada ahli waris bagi pemakaman baru. Makam-makam konvensional pada umumnya sudah memiliki bentuk makam yang dirumputisasi yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.3

Data Jumlah Makam yang Sudah Dirumputisasi yang Berasal dari Sumbangan Masyarakat dan APBD Kota Bandung

(sumber: Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman , Tahun 2009)

NO T P U

JUMLAH MAKAM

MAKAM YANG DIRUMPUTISASI Masyarakat APBD 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Sirnaraga Cibarunay Kristen Pandu*) Cikutra Maleer Gumuruh Ciburuy Astanaanyar Babakan Ciparay Legok Ciseureuh Hindu/Budha Cikadut Nagrog Rancacili 48,756 5.010 22.058 23.681 17.973 5.655 4.134 22.942 15.161 1.444 12.036 3.147 2.406 3.017 522 307 370 436 365 236 418 345 246 2.631 918 -94 94 -175 328 -200 -198


(50)

Program Rumputisasi yang dilaksanakan mempunyai banyak manfaat, yaitu:

1) Menurunkan suhu udara,artinya akan mengurangi hawa panas ketika di siang hari,

2) Meningkatkan estetika lingkungan, artinya lingkungan di sekitar pemakaman akan kelihatan indah dan rapi,

3) Melestarikan konservasi air dalam tanah, artinya ketika hujan turun, air yang jatuh di makam akan terserap di dalam tanah sehingga makam tidak akan kering,

4) Mengurangi tumbuhnya rumput liar di sekitar makam, sehingga makam akan kelihatan rapi,

5) Menyerap polusi udara, artinya rumput yang tumbuh dimakam pada siang hari akan menyerap karbondioksida sehingga akan sedikit mengurangi polusi udara,

6) Menjaga erosi, artinya tanah yang digunakan untuk makam tidak akan mudah hancur dan kuat karena dari rumputisasi, dan

7) Makam tidak akan menyeramkan atau angker.

3.2.3.2. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Pemakaman Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman dalam mewujudkan penataan lahan pemakaman, Bidang Pemakaman menata sarana dan prasarana diantaranya: Jalan masuk di cor beton, jalan setapak, rumputisasi, pembuatan sumur boor, pemetakan lahan dan


(51)

48

penyediaan alat-alat lapangan, hal tersebut dilakukan guna menunjang kinerja di lapangan.

3.2.3.3. Program Pelayanan

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman melayani masyarakat dalam menyediakan tanah makam, dan kendaraan jenazah, dengan mengedepankan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan di bidang pemakaman dan Tanah Pemakaman Umum (TPU).

Mekanisme pelayanan pemakaman

1) Setiap yang meninggal harus melengkapi surat dokter/puskesmas/surat dari RT dan RW untuk menyatakan sudah meninggal

2) Mengajukan permohonan kepada Tanah Pemakaman Umum (TPU) dengan dilengkapi surat pernyataan telah meninggal

3) Petugas Tanah Pemakaman Umum (TPU) melakukan dan menyiapkan liang lahat dan menutup kembali liang lahat

4) Kepala Tanah Pemakaman Umum memproses dokumen yang diperlukan yaitu berbentuk kartu

5) Kepala Tanah Pemakaman Umum mengirimkan kepada Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman untuk ditandatangani oleh kepala bagian

6) Setelah ditandatangani kartu tersebut dikembalikan lagi ke Kantor Tanah Pemakaman Umum (TPU) untuk diserahkan kepada ahli waris


(52)

Gambar 3.2

Mekanisme Pelayanan Pemakaman di Kota Bandung

(Sumber: Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman, Tahun 2009)

Pada Bulan Januari s/d Juli 2010 Bidang Pemakaman telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan Daerah Kota Bandung yang berlaku saat ini yaitu Peraturan Daerah No. 21 tahun 2001 tentang Ketentuan-ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat dan Peraturan Daerah No. 22 tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, ditetapkan sebagai berikut :


(53)

50

Tabel 3.4

Data Jenis Pelayanan dan Tarif Pelayanan yang Ditetapkan oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman

No Jenis Pelayanan Tarif (Rp)

1 Pelayanan Penyediaan Tanah

Makam untuk 2 (dua) Tahun 25.000,-/ m 2

2

Pelayanan Pengangkutan Mayat : a. Dalam Kota

b. Luar Kota

(Minimal dihitung 25 Km)

2.000,-/ Km

3 Pelayanan Pembongkaran Makam

Pusara 30.000,-4 Pelayanan Penyediaan Tanah

Makam Candangan 50.000,-/m

2 /Th

5 Pelayanan Penyediaan Tanah

Makam Tumpang 20.000,-/ m 2

6 Pelayanan Pemeliharaan

Kebersihan Lingkungan Makam 5.000,-/ Tahun 7 Pelayanan Penitipan Mayat

Berupa Rumah Duka 50.000,-/ Hr/Ruang (Sumber: Peraturan Daerah No. 22 Pasal 3 tahun 2001 tentang

RetribusiPelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat)

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung dalam program pelayanan pemakaman, memberikan pemakaman gratis bagi warga tidak mampu. Mekanisme pelayanan pemakaman bagi warga tidak mampu hampir sama dengan warga yang mampu, yang membedakan hanya surat keterangan tidak mampu dari kelurahan.


(54)

Gambar 3.3

Mekanisme Pemakaman Bagi Warga Tidak Mampu

(Sumber: Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman, Tahun 2009)

3.2.3.4. Program Pengendalian

Program pengendalian yang dilaksanakan oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman untuk mengantisipasi penyerobotan lahan Tanah Pemakaman Umum (TPU) oleh oknum masyarakat, maka Bidang Pemakaman membuat batas lahan Tanah Pemakaman Umum (TPU) dengan pemukiman masyarakat sekitar.

Tabel 3.5

Data Tempat Pemakaman Umum yang Dikelola Pemerintah Kota Bandung N O. WILAYAH TPU TAHUN BERDIR I LUAS MAKAM

(M2)

JUMLAH MAKAM MA KA M AK TIF MAKAM TDK. AKTIF MAKAM CADAN GAN

1 2 3 4 5 6 7 8

1 SIRNARAGA 1920 156,00,

0

48,756 32, 441

9.478 172

2 CIBARUNAY 1982 17,500 5.010 5.0

10

- 24

3 KRISTEN PANDU 1932 127,70 0

22,058 14, 739


(55)

52

4 CIKUTRA 1950 83,608 23.688 20,

592

3,371 450

5 MALEER 1944 79,534 17,973 15,

028

2,646 7

6 GUMURUH 1944 20,000 5,655 4,8

59

754 190

7 CIBURUY 1965 21,000 4,134 2,2

32

1,554 7

8 ASTANA ANYAR 1950 74,469 22.942 2.8 71

6.875 78

9 BBK. CIPARAY 1973 32,990 15,161 12, 962

1,955 122 10 LGK . CISEUREUH 1965 16,651 1,444 648 670 38 11 HINDU/BUDHA CIKADUT 1918 561,55 7 12,036 9,5 06 2,509 47

12 NAGROG 1990 222,41

5

3.147 855 100 132

13 RANCACILI 1990 41,531 2,377 760 300 148

JUMLAH 1,454,9 55 184,350 122 ,39 9 37,312 2.022 (sumber: Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman,


(56)

53

4.1 Kemampuan Kinerja Pegawai di Dinas Pemakaman dan

Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung Dalam Meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU).

Dalam rangka pengembangan diri dibutuhkan pendidikan dan pelatihan agar manusia sebagai pekerja menjadi professional dibidang tugasnya. Pendidikan dan pelatihan penting karena disadari bahwa pengembangan diri pribadi merupakan proses ulang individu. Pendidikan dan pelatihan harus berorientasi pada hasil, dengan kata lain, apakah diklat sesuai dengan harapan yang menciptakan tenaga kerja yang dibutuhkan, untuk menjawab setiap diklat diperlukan program pelatihan dengan kebutuhan tenaga kerja.

Mengembangkan kriteria hasil diklat dan demi meraih yang lebih baik, diperlukan evaluasi sehinga diketahui program diklat efektif atau tidak. Pendidikan dan pelatihan adalah salah satu pembinaan terhadap tenaga kerja disamping adanya upaya yang lain. Pendidikan dan pelatihan merupakan proses belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan yang dimaksud tugas adalah menunjukan kedudukan, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang didalam organisasi.


(57)

54

Diklat bukanlah satu-satunya jawaban bagi setiap masalah yang ada dalam organisasi. Bahkan sekelompok pekerja atau pegawai yang profesional pun akan mengalami masalah dalam pekerjaannya. Untuk mengantisipasinya, manakalah muncul masalah maka pencegahannya adalah sepenuhnya mendiagnosis sebelum diklat ditentukan.

Ada lima pendekatan yang efisien dalam memecahkan masalah diklat, yaitu :

a. mengembangkan dan mengidentifikasikan masalah diklat.

b. Memeriksa seluruh perubahan yang terjadi sebelum masalah timbul.

c. Tandai dan buat telaahan terhadap sebab-sebab yang paling mungkin dari masalah yang timbul.

d. Lakukan penelitian melalui prioritas dan alternatif pemecahan masalah.

e. Adakan evaluasi terhadap peranan yang paling memungkinkan dalam diklat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Dalam mengembangkan dan mengidentifikasikan atau masalah tentang diklat, dimulai dengan mengadakan riset dan observasi, berbicara pada orang yang berkepentingan sesuai dengan masalahnya. Tegasnya diklat tidak akan efektif jika pembahasan masalah itu mengabaikan salah satu inventarisasi penyebab masalah, misalnya terhadap manusia sebagai pegawai yang tidak bisa bekerja/terampil.


(58)

Tujuan diadakanya pendidikan dan pelatihan pada umumnya dalam rangka pembinaan terhadap tenaga kerja atau pegawai.

a. meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada organisasi dan masyarakat.

b. Meningkatkan mutu dan kemampuan, serta keterampilan baik dalam melaksanakan tugasnya maupun kepemimpinanya.

c. Melatih dan meningkatkan mekanisme kerja dan kepekaan dalam melaksanakan tugas.

d. Melatih dan meningkatkan kerja dalam perencanaan. e. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja.

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 14 Tahun 1994 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil. Di Indonesia membedakan jenis diklat bagi pegawai negeri sipil yang merupakan persyaratan untuk diangkat sebagai pegawai negeri sipil yang disebut pendidikan dan pelatihan prajabatan pendidikan dan pelatihan dari jabatan yang terdiri dari :

a. Pendidikan dan pelatihan struktural. b. Pendidikan dan pelatihan fungsional. c. Pendidikan dan pelatihan teknis.

Pengetahuan pendidikan yang baik sangat diperlukan agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan produktif. Apabila proses pendidikan dilaksanakan dengan produktif maka diharapkan akan menghasilkan keluaran atau lulusan yang berkualitas tinggi. Sehingga pada akhirnya nanti ditempat kerja, lulusan atau sumber daya manusia


(59)

56

yang telah di didik akan menunjukan kinerja dan produktivitas kerja yang tinggi.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman, baik dari segi jumlah maupun kualifikasi pendidikan sudah sesuai dengan kebutuhan dalam pengelolaan pemakaman, Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di bidang pemakaman berjumlah 107 orang, dari jumlah tersebut 2 pegawai golongan IV, 13 pegawai golongan III, 45 golongan IV, dan 47 golongan I. ( Sumber Data: Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung s/d Agustus 2010). Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman juga melibatkan Pegawai Honorer / Pegawai tidak tetap dan Pegawai Magang yang ditugaskan untuk membantu dalam pengelolaan pemakaman di Kota Bandung.

Pelatihan sebagai usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang dan dalam pekerjaan lain yang terkait dengan yang sekarang dijabatnya, baik secara individu maupun sebagai bagian dari sebuah team kerja. Agar efektifitas yaitu, mencapai sasaran yang ditetapkan, maka pelatihan harus mencakup sebuah pengalaman belajar, harus merupakan sebuah kegiatan organisasional yang direncanakan dan dirancang sebagai jawaban atas kebutuhan organisasi yang spesifik. Idealnya sebuah pelatihan harus dirancang agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan pada saat yang bersamaan memenuhi kebutuhan individu karyawan.


(60)

Pendidikan dan pelatihan di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung telah terealisasikan seperti halnya ada pelatihan khusus yang dilaksanakan satu tahun sekali dan satu bulan sekali. Di harapkan dengan pendidikan dan pelatihan tersebut meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan progaram kerja, bisa di lihat kemampuan pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman Kota Bandung mengalami peningkatan seperti halnya dalam melaksanakan program kerja yang produktif sehingga terciptanya pelayanan yang prima berupa kemudahan pengelolaan pemakaman di Kota Bandung kepada masyarakat.

kemampuan para pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman dalam pengelolaan pemakaman yang terdapat di Kota Bandung mengalami peningkatan seperti salah satunya melakukan program rumputisasi. Dengan melihat peningkatan faktor kemampuan pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman Kota Bandung mempengaruhi pelaksanaan program kerja dalam meningkatkan aspek ekonomi pada pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU).

Adapun masalah-masalah sumber daya manusia, masalah sumber daya manusia yang kelihatannya hanya merupakan masalah intern dari suatu organisasi, sesungguhnya mempunyai hubungan yang erat dengan peri kehidupan manusia dan masyarakat yang telah menimbulkan berbagai konsepsi tentang sumber daya manusia dan statusnya dalam masyarakat dimana organisasi itu berada.


(61)

58

Dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sumber daya manusia sehari-hari pada hakikatnya setiap atasan / pimpinan yang mempunyai wewenang tertentu seperti pengangkatan, penempatan, pemindahan, pemanfaatan, pengembangan serta pemberhentian biasanya juga menentukan kebijaksanaan pelaksanaan sendiri. Perumusan dan penetapan kebijaksanaan yang demikian ini pada umumnya tidak terpadu, sehingga sering dirasakan sebagai pencerminan selera pribadi yang tentunya sangat subyektif sifatnya.

Ada yang beranggapan bahwa banyak segi sumber daya manusia diatur atas dasar hak prerogatif pimpinan yang berwenang memutuskan. Keputusan tersebut sering dirasakan oleh pihak-pihak tertentu sebagai sangat subyektif, pilih kasih, like and dislike, dan sebagainya. Sumber Daya Manusia merupakan faktor penentu keberhasilan ataupun kegagalan dalam melakukan pengelolaan pemakaman di Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman Kota Bandung. Dalam hal ini terdapat tiga elemen penting yang perlu dikembangkan, yaitu : aparatur pemerintah, pelaksana usaha jasa pemakaman, dan masyarakat pada umumnya.


(62)

4.2 Motivasi Kinerja Pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman Kota Bandung Dalam Meningkatkan Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum (TPU).

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi intansi. Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk mencapai kinerja maksimal.

Sikap mental pegawai haruslah memiliki sikap mental yang siap sedia secara psikofisik (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya, pegawai dalam bekerja secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi serta berusaha keras mencapai target kerja (tujuan utama organisasi).

Motivasi menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itulah tidak heran jika pegawai yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi biasanya mempunyai kinerja yang tinggi pula. Untuk itu motivasi kerja pegawai perlu dibangkitkan agar pegawai dapat menghasilkan kinerja yang terbaik.

Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas manajer. Bila organisasi dapat


(63)

60

mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat, bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif organisasi, berbagai perilaku dan teknik tersebut akan dapat dipelajari.

Pemimpin merupakan salah satu inti sari manajemen, sumber daya pokok dan titik sentral dari setiap aktivis yang terjadi dalam suatu instansi. Bagaimana kreativitas dan dinamikanya seorang pemimpin dalam menjalankan wewenang kepemimpinannya akan sangat menentukan apakah tujuan instansi dapat dicapai atau tidak. Pemimpin yang dinamis dan kreatif maka organisasi yang dipimpinnya juga akan semakin dinamis dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan akan semakin banyak.

Jika seseorang pemimpin kurang kreatif dan tidak dinamis, maka instansi yang dipimpinnya pun kurang berjalan dengan baik. Umumnya hal ini juga menentukan bagaimana instansi itu memimpin pekerjaan dan pekerjaannya. Kegiatan dan dinamika yang terjadi dalam intansi sebagian besar ditentukan oleh cara pemimpin memimpin instansi. Efektivitas para bawahan sebagian besar sebagian besar ditentukan oleh efektivitas kepemimpinan seorang pemimpin.

Pemimpin harus mengutamakan tugas, tanggung jawab dan membina hubungan yang harmonis, baik dengan atasannya maupun dengan para bawahannya. Jadi pemimpin harus mengadakan komunikasi ke atas dan ke bawah, baik komunikasi formal maupun komunikasi informal.


(64)

Disamping faktor kepemimpinan, faktor motivasi yang akan mempengaruhi kinerja pegawai yang dimiliki seseorang adalah merupakan potensi, dimana seseorang belum tentu bersedia untuk mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga masih diperlukan adanya pendorong agar seseorang pegawai di Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman mau menggunakan seluruh potensinya. Daya dorong tersebut sering disebut motivasi. Melihat kenyataan tersebut, sudah saatnya pimpinan dapat lebih banyak memberikan kesempatan kepada pegawai mengembangkan sumber daya manusia agar lebih berprestasi dalam melaksanakan tugas pelayanan, terlebih lagi dalam rangka otonomi daerah. Dengan demikian kiranya perlu dirumuskan secara mendalam, usaha – usaha secara terpadu dan berkesinambungan melalui kinerja pegawai dan motivasi dalam melaksanakan program kerja yang dilaksanakan di lingkungan Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman.

Dalam memotivasi kerja pegawai di lingkungan Dinas Pemakaman dan Pertamanan bidang Pemakaman, ada beberapa hal yang diperhatikan seperti fasilitas kerja dan kebijakan pemimpin. Dilihat dari fasilitas kerja ini mencakup program peningkatan sarana dan prasarana bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bekerja melalui upaya peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana aparatur, sarana dan prasarana telah menunjang seperti halnya tersedianya database mengenai pemakaman yang berada di Kota Bandung dan tersedianya


(1)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : KINERJA PEGAWAI DALAM MENINGKATKAN ASPEK EKONOMI PADA PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI DINAS PEMAKAMAN DAN PERTAMANAN BIDANG PEMAKAMAN

KOTA BANDUNG

Nama : Christian Febriyanto Rusly

NIM : 41707017

Bandung, November 2010 Menyetujui,

Pembimbing,

Tatik Rohmawati, S. IP NIP. 4127. 35.31.007

Mahasiswa,

Christian Febriyanto R NIM. 41707017

Disahkan oleh, Dinas Pemakaman dan

Pertamanan Bidang Pemakaman Seksi Penataan dan Pembangunan Pemakaman

Uu Rukmana SH. NIP. 19570916 198611 1 002

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Nia Karniawati, S.IP, M.Si NIP. 4127.35.31.002


(2)

(3)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi

Nama Lengkap : Christian Febriyanto Rusly Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 24 February 1989 Nomor Induk Mahasiswa : 41707017

Program Studi : Ilmu Pemerintahan Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Email : Christian.febriyanto@yahoo.com

No. HP : 085888982231

Alamat : Jl. Tubagus Ismail Dalam Gang. 3 No.15 C Berat Badan : 42 Kg

Tinggi Badan : 178 Cm

Status : Belum Kawin

Nama Ayah : Chaerul Rusly

Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri Sipil (PNS) Nama Ibu : Theresia Thrismyarsih Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil (PNS)


(4)

Pendidikan Formal

SD Kemang Raya Kota Bekasi (1995-2001) SMPN 20 Kota Bekasi (2001-2004)

SMA Yadika 8 Kota Bekasi (2004-2007)

Universitas Komputer Indonesia Program Studi Ilmu Pemerintahan (2007-Sekarang)

Pendidikan Non Formal

1. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) dengan Tema “Melalui LDK di Kampus Kita Tingkatkan Mutu Kepemimpinan yang Sukses untuk Kebersamaan di Kalangan Mahasiswa pada Program Studi Ilmu Pemerintahan” Auditorium UNIKOM, 11 Desember 2007.

2. Studium Generale Program Studi Ilmu Pemerintahan dengan Tema “Kesiapan Masyarakat & Pemda Jawa Barat Menghadapi Pilkada Langsung 2008”Auditorium UNIKOM, 23 Februari 2008. 3. Semi Loka Half Day Public Speaking Himpunan Mahasiswa Ilmu

Pemerintahan FISIP UNIKOM dengan Tema “Linguistic Intellectual Front Of Public” Auditorium Miracle UNIKOM, 8 mei 2008.


(5)

4. Kunjungan Lembaga Program Studi Ilmu Pemerintahan ke Pemerintah Kabupaten Garut (BPPK Intel), 22 Mei 2008.

5. Table Manner Course Hotel Golden Flower Bandung, 2009.

Bandung, November 2010


(6)