Kajian Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen di Kota Medan

KAJIAN ASPEK EKONOMI PADA PENGELOLAAN TANAH PEMAKAMAN
UMUM (TPU) KRISTEN DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

RONALD REZEKI TARIGAN
067020008/AR

E

K O L A

S

H

S

N


A

PA

C

ASARJA

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Ronald Rezeki Tarigan : Kajian Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen di Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008

KAJIAN ASPEK EKONOMI PADA PENGELOLAAN TANAH PEMAKAMAN
UMUM (TPU) KRISTEN DI KOTA MEDAN


TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik
dalam Program Studi Teknik Arsitektur
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RONALD REZEKI TARIGAN
067020008/AR

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Judul Tesis

: KAJIAN ASPEK EKONOMI PADA


PENGELOLAAN TANAH PEMAKAMAN
UMUM (TPU) KRISTEN DI KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Ronald Rezeki Tarigan
Nomor Pokok
: 067020008
Program Studi
: Teknik Arsitektur

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

(Prof. Julaihi Wahid, Dipl.Arch, B.Arch, M.Arch, PhD)
Ketua

(Salmina W. Ginting, ST, MT)
Anggota

Ketua Program Studi,

Direktur,


(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc)

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. M.Sc)

Tanggal Lulus: 04 Desember 2008

Telah diuji pada
Tanggal: 04 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua

: Prof. Julaihi Wahid, Dipl.Arch, B.Arch, M.Arch, PhD

Anggota

: 1. Salmina W. Ginting, ST, MT
2. Ir. Rahmad Dian, MT
3. Ir. Rudolf Sitorus, MLA

4. Ir. Erlisa, ST, MT

ABSTRAK
Perkembangan fisik Kota Medan secara umum bergerak sangat cepat, ini
diakibatkan oleh tuntutan dan kebutuhan masyarakat Kota Medan yang sangat tinggi.
Masyarakat merupakan bagian dari sebuah kota harus menyadari bahwa mereka harus
mati atau meninggal dan sedini mungkin perlu direncanakan tempat pemakaman yang
layak, tertata dan terkelola dengan baik guna menghindarkan kesembrautan tata letaknya.
Setelah manusia mengalami kematian, pada masyarakat tertentu terdapat suatu
penilaian terhadap orang yang meninggal yaitu dengan memberikan ruang khusus
tersendiri. Salah satu bentuk apresiasi manusia kepada orang yang sudah meninggal yaitu
menyediakan lahan dalam bentuk ruang yang disebut makam. Sebagai contoh kasus
dipilih mengenai aspek ekonomi pada manajemen pengelolaan Tanah Pemakaman
Umum (TPU) Kristen di Kota Medan yang merupakan salah satu cara guna menghindari
tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh perkembangan Kota Medan.
Tujuan penelitian Kajian Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tanah Pemakaman
Umum (TPU) Kristen di Kota Medan dari sudut pandang aglomerasi dapat mendorong
munculnya kegiatan-kgiatan lain yang sangat potensial secara ekonomi dan membuktikan
bahwa peranan Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen sangat potensial dalam
meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Lokasi penelitian direncanakan

Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen Simalingkar B yang dikelola oleh pemerintah
Kota Medan.
Adapun hasil yang dapat diambil dalam kajian ini adalah untuk menemukan
konsep manajemen pemakaman yang baik, khususnya untuk Tanah Pemakaman Umum
(TPU) Simalingkar B yang berpotensi secara ekonomi sehingga menjadi contoh proyek
dalam menciptakan pemakaman baru baik secara fisik maupun manajemen
pengelolaannya kedepan di Kota Medan.

Kata Kunci: Manajemen Lahan, Aspek Ekonomi Lahan, Lahan Pemakaman,
Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Ronald Rezeki Tarigan : Kajian Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen di Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008

ABSTRACT

Development of Medan city physic generally moves rapidly, this is caused by
claim and need of people in Medan City that is very high. People is part of city must be
aware that they should die and it is important to plan the funeral, orderly, and managed
well to avoid the irregularity.

After human experiences the death, in certain people there is a evaluation on dead
man namely by giving special room. One of forms of human appreciation to dead ma
namely to prepare the land in the form called grave. For example, the case is choosen
about aspect of economy from management of Christian Public Grave in Medan city as
one of way to avoid the pressures caused by development of Medan city.
The goal of research on Economic Aspect Review in Grave general management
for Christian in Medan city from vie of agglomeration can promote the emergence of
another activities that is very potential in economy and to proove that role of Christian
Public Grave is very potential in ceasing the source of Native Regional Income. The
location of research in plan is Christian General Grace of Simalingkar B, managed by
government of Medan city.
The result gained in this research is to find the good concept of grave
management, especially for Land of General Grace Simalingkar B that is potential in
economy thus a project sample in creating the new grave area physically or management
in the future in Medan city.
Keyword:

Management of land, aspect of Land economy, land of funeral, native
regional revenue (PAD).


Ronald Rezeki Tarigan : Kajian Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen di Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan dan memanjatkan doa puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang tak berkesudahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan tesis ini tepat pada waktunya.
Tesis yang berjudul “Kajian Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tanah
Pemakaman Umum (TPU) Kristen Di Kota Medan”. Ini disusun sebagai persyaratan
untuk memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur pada
Sekolah Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara (USU).
Dengan segala hormat dan kerendahan hati, pada kesempatan yang baik ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa.B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara (USU);

2.


Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur
Universitas Sumatera Utara (USU);

3.

Prof. Julaihi Wahid, Dipl.Arch, B.Arch, M.Arch, PhD selaku Ketua Komisi
Pembimbing I dan Ibu Salmina W. Ginting, ST, MT, selaku Pembimbing II yang
banyak memberikan masukan, arahan serta ikut membantu dalam penyelesaian tesis
ini sesuai jadwal waktu yang ditetapkan;

4.

Ir. Dwira N Aulia, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Magister Teknik Arsitektur
Universitas Sumatera Utara (USU);

5.

Bapak dan Ibu Dosen Magister Teknik Arsitektur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara (USU) yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengajarannya
selama mengikuti perkuliahan;


6.

Novi, Staff administrasi pengelola Program Magister Teknik Arsitektur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU);

7.

Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Teknik Arsitektur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Angkatan ”06 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu ;

8.

Orang tua saya yang terkasih, Bapak Kabar Tua Tarigan dan Ibu Duma Elly Anne
Br. Ujung serta abang saya Roy Tarigan, adik-adik yang saya sayangi (Denny
Tarigan, Fridolin Tarigan, Imelda Tarigan);

9.


Orang tua saya yang terkasih, Bapak Sihar Cibro dan Ibu Yetty Br. Ujung, SH atas
kesempatan yang diberikan, baik moril maupun materiil kepada saya;

10. Salam terima-kasih yang sebesar-besarnya, terkhusus buat adik saya Renhard
Tarigan dan Brenlit Ginting yang telah berjibaku membantu saya,

baik waktu,

tenaga yang diberikan hingga selesainya tesis ini;
11. Semua pihak yang telah membantu, baik moril maupun materiil dalam penyelesaian
tesis ini.
Dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa yang disajikan dalam tesis ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 04 Desember 2008

Penulis,

RIWAYAT HIDUP

Nama

: RONALD REZEKI TARIGAN

Tempat/ Tanggal Lahir

: Tigalingga, 14 Januari 1980

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Kristen Protestan

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Jl. Lada 1 No. 2 Perumnas Simalingkar Medan

Pendidikan

:

1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 030301 Hutarakyat, Sidikalang

Tamat (1992)

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) RK. ST. Paulus, Sidikalang

Tamat (1995)

3. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 5, Medan

Tamat (1998)

4. Sarjana Teknik Arsitektur Institut Teknologi Medan (ITM), Medan

Tamat (2003)

5. Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara (USU), Medan Tamat (2008)

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT ..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
1.5. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
2.1. Defenisi Aglomerasi ............................................................................ 10
2.2. Tinjauan Teori ..................................................................................... 11
2.2.1. Konsep Ekonomi Aglomerasi (Agglomeration Economies) ..... 11
2.3. Teori Aglomerasi ................................................................................. 12
2.3.1. Teori Neo Klasik ........................................................................ 12

2.3.2. Teori Eksternalitas Dinamis ....................................................... 13
2.3.3. Teori Ekonomi Geografi Baru
(The New Economic Geography) ............................................. 14
2.4. Kasus-Kasus Algomerasi Perkotaan ................................................... 15
2.4.1. Aglomerasi Perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta ........... 15
2.4.2. Konsentrasi Geografis Industri Manufaktur di Greater
Jakarta dan Bandung Periode 1980-2000: Menuju Satu
Daerah Aglomerasi .................................................................. 18
2.5. Pemakaman ........................................................................................... 20
2.5.1 Pemakaman di Kota Medan ...................................................... 22
2.5.2. Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen di Kota Medan ....... 34
2.6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah .......................................... 36
2.6.1. Sektor Pemakaman sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) ................................................ 36
2.6.2. Target dan Hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) Medan ...... 39
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 44
3.1. Jenis Penelitian....................................................................................... 44
3.2. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 44
3.3. Lokasi Penelitian .................................................................................. 45
3.4. Jadwal Penelitian ................................................................................. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 49
4.1.

Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen Simalingkar B
Jl. Bunga Rampe Kelurahan Simalingkar B Kecamatan
Medan Tuntungan ............................................................................. 49
4.1.1. Lokasi ...................................................................................... 49
4.1.2. Kondisi Umum Tanah Pemakaman Umum (TPU )
Simalingkar B Jl. Bunga Rampe Kelurahan Simalingkar B

Kecamatan Medan Tuntungan ............................................. 60
4.1.3. Kapasitas Tanah Pemakaman Umum (TPU )
Simalingkar B Jl. Bunga Rampe Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan ..................... 61
4.2.

Aglomerasi Tanah Pemakaman Umum (TPU) Simalingkar B
Jl. Bunga Rampe Kelurahan Simalingkar B Kecamatan
Medan Tuntungan ... .......................................................................... 63

BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 80
5.1.

Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 80
5.1.1. Kesimpulan ............................................................................. 80
5.1.2. Saran ........................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 85

DAFTAR TABEL
Nomor

Judul

Halaman

2.1.

Daftar Tanah Pemakaman Umum (TPU) Yang Dikelola Oleh
Pemko Medan ..............................................................................................24

2.2.

Daftar Tanah Wakaf / Yayasan Dalam Daerah Kota Medan ........................25

2.3.

Target dan Realisasi Sektor Pemakaman Tahun 1996-2002 ........................40

2.4.

Target dan Realisasi Mobil Jenazah Tahun 2000-2002 ................................42

3.1.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kajian Aspek Ekonomi Pada
PengelolaanTanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen
di Kota Medan ...............................................................................................46

4.1.

Kondisi umum tapak .....................................................................................60

4.2.

Jumlah Pemakaman Baru (dewasa) di Simalingkar B Jl. Bunga Rampe Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Periode
Tahun 2000 s/d 2005 .....................................................................................62

4.3.

Jumlah Pemakaman Baru (anak-anak) di Simalingkar B Jl. Bunga Rampe
Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Periode
Tahun 2000 s/d 2005 .....................................................................................62

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

1.1.

Kerangka Pemikiran dan Penelitian ............................................................. 9

2.1.

Target dan Realisasi Pemakaman 1996-2000 ............................................... 40

2.2.

Target dan Realisasi Mobil Jenazah Tahun 2000-2002 ................................ 42

2.3.

Skets Prosedur Untuk Memperoleh Izin Pemakaman Jenazah .................... 43

2.4.

Skets Prosedur Untuk Memperoleh Izin
Pemindahan Kerangka Jenazah/Tulang Belulang ......................................... 43

4.1.

Lokasi Pemakaman Umum Kristen di Kota Medan,
Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen Simalingkar B Jl. Bunga
Rampe Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan................ 50

4.2.

Peta sebaran pengguna areal Pemakaman Simalingkar B Jl. Bunga
Rampe Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan................ 51

4.3.

Lokasi Pemakaman Kristen Simalingkar B Jl. Bunga Rampe
Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan ............................ 52

4.4.

Situasi dan Kondisi Lokasi Pemakaman Kristen Simalingkar B
Jl. Bunga Rampe Kelurahan Simalingkar B Kecamatan
Medan Tuntungan
.............................................................. 53

4.5.

Situasi dan Kondisi Lokasi Pemakaman Kristen Simalingkar B
Jl. Bunga Rampe Kelurahan Simalingkar B Kecamatan
Medan Tuntungan
.............................................................. 54

4.6.

Situasi dan Kondisi Site Plan Lokasi Pemakaman Kristen
Simalingkar B Jl. Bunga Rampe Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan............................................... 55

4.7.

Peta udara dan Kondisi Site Plan Lokasi Tanah Pemakaman Umum
(TPU) Kristen Simalingkar B Jl. Bunga Rampe Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan .............................................. 56

4.8.

Aglomerasi yang terjadi disekitar Tanah Pemakaman Umum (TPU)
Kristen Simalingkar B Jl. Bunga Rampe Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan ..................................................................... 64

4.9.

Tukang Nisan ............................................................................................... 66

4.10.

Tukang Bunga ............................................................................................... 67

4.11.

Tukang Konstruksi Makam/Kuburan sedang bekerja di lokasi
Pemakaman .................................................................................................. 69

4.12. Tukang Peti Jenazah .................................................................................... 70
4.13. Tempat Parkir disekitar Pemakaman ........................................................... 72
4.14.

Sarana Toilet ................................................................................................. 73

4.15.

Kantin di Sekitar Pemakaman ...................................................................... 74

4.16. Tukang Air Bersih ......................................................................................... 75
4.17.

Penjaga Kuburan ........................................................................................... 76

4.18.

Ragam bentuk kuburan yang dimiliki masyarakat di dekat
lokasi Tanah Pemakaman Umum (TPU) Simalingkar B Jl. Bunga Rampe
Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. .......................... 78

4.19.

Site Plan Tanah Kaplingan Pemakaman yang dijual masyarakat
di dekat lokasi Tanah Pemakaman Umum (TPU) Simalingkar B
Jl. Bunga Rampe Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan
Tuntungan ................................................................................................. 79

5.1.

Tambahan Usulan Aglomerasi yang terjadi disekitar Tanah
Pemakaman Umum Kristen Simalingkar B Jl. Bunga Rampe
Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan ............................ 84

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1.

Lampiran Hasil Perhitungan Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Lapangan Pekerjaan ............................................................................ 87

2.

Lampiran Proyeksi Penduduk Kota Medan ................................................ 126

3.

Lampiran Sebaran Diagram Batang Penggunaan Makam Simalingkar B
Tahun 2006 ................................................................................................. 134

BAB I
PENDAHULUAN

1.6. Latar Belakang
Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Medan kurun waktu 1990-2004 sebesar
1,0% lebih rendah dari tingkat pertumbuhan penduduk Sumatera Utara yaitu sebesar
1,2%. Tingkat pertumbuhan penduduk kota Medan tersebut juga lebih rendah dari
Kabupaten Deli Serdang (2,10%) dan Kota Binjai (1,68%). Angka pertumbuhan tersebut
menunjukkan bahwa kota-kota sekitar kota Medan dibandingkan kota inti/kota Medan
sehingga kondisi tersebut menunjukkan bahwa kota-kota sekitarnya mempunyai peran
yang besar dalam menampung laju urbanisasi perkotaan.
Perubahan tingkat pertumbuhan kota Medan tersebut selama kurun waktu tahun
1970-2004 mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini tentunya mempunyai
implikasi pada perubahan guna lahan pertanian menjadi guna lahan pemukiman,
perkantoran, dan perdagangan, jasa dan industri dan fasilitas sosial lainnya.
Pertambahan penduduk di perkotaan yang sangat tinggi mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan tanah. Selain itu, meningkatnya kegiatan sosial-ekonomi di
perkotaan sebagai bagian dari pertumbuhan dan perkembangan kota juga merupakan
penyebab meningkatnya permintaan terhadap tanah.
Meningkatnya permintaan tanah dan terbatasnya persediaan tanah di perkotaan
merupakan penyebab terus meningkatnya nilai tanah perkotaan. Dari sisi penyediaan
infrastruktur perkotaan yang mempergunakan tanah sebagai basis kegiatan, maka terus
meningkatnya harga tanah di perkotaan merupakan kendala bagi peningkatan pelayanan

sarana dan prasarana tersebut termasuk areal untuk pemakaman sudah sangat mendesak
pengadaannya sekarang ini, sedangkan pada sisi lain peningkatan pelayanan merupakan
tangung jawab pemerintah daerah yang harus dipenuhi. Ironisnya masalah penting yang
dialami pemerintah kota didunia ketiga adalah kurangnya sumber-sumber pembiayaan
dan kapasitas dalam menyediakan infrastruktur perkotaan tersebut.
Dengan gambaran seperti di atas, hal ini juga dialami oleh pemerintah kota
Medan dalam hal menyediakan infrastruktur kota termasuk areal pemakaman.
Terbatasnya tanah dan anggaran pemerintah kota serta meningkatnya kebutuhan akan
infrastruktur membuat pemerintah kota kesulitan dalam menangani/menyediakan areal
pemakaman di perkotaan.
Melihat perkembangan kota Medan sangat membutuhkan terwujudnya sarana dan
prasarana perkotaan yang handal guna mendukung stabilisasi nilai kehidupan diperkotaan
baik langsung maupun tidak langsung. Kota Medan saat ini dalam perkembangan menuju
kota metropolitan dimana kegiatan ekonominya dapat dijadikan sebagai mesin
perekonomian di kawasan Sumatera-Utara, dan dari acuan tersebut diatas wajar melihat
peningkatan pembangunan yang semakin menuju ke ciri pembangunan yang
berkelanjutan dan berkesinambungan dan dapat dikatakan bahwa pembangunan kota
Medan sangat menggembirakan.
Perkembangan fisik kota Medan secara umum bergerak sangat cepat, ini
diakibatkan oleh tuntutan dan kebutuhan masyarakat kota Medan yang sangat tinggi.
Dengan demikian masyarakat yang merupakan bagian dari sebuah kota harus menyadari
bahwa mereka harus mati atau meninggal. Dengan mengalami kematian dalam hidup ini
berarti kita harus mengetahui suatu paham yakni paham kematian akhir dari sebuah

kehidupan. Perlu dipertimbangkan apabila pertumbuhan penduduk ada, berarti

tingkat

kematian juga kurang lebih pasti seimbang, jadi harus dipikirkan kemana nantinya
seseorang itu dikuburkan, sehingga wajar direncanakan sedini mungkin untuk
mengantisipasi kejadian ini nantinya.
Setiap peristiwa pasti memiliki awal dan akhir. Sama halnya dengan kehidupan di
dunia, di awali dengan kelahiran dan diakhiri dengan kematian. Kelahiran disambut
gembira dengan berbagai pengharapan terhadap kehidupan si anak kelak. Sedangkan
kematian identik dengan kesedihan dan rasa kehilangan yang mendalam. Sebagai
penghormatan terakhir, bisanya proses pemakamam dilakukan sakral mungkin sesuai
dengan agama dan adat yang berlaku. Kemudian, jenazah dimakamkan di area
pemakaman di tata dan dikelola sedemikian rupa sebagai wujud rasa sayang dari orang
yang ditinggalkan.
Setelah manusia mengalami kematian, pada masyarakat tertentu terdapat suatu
penilaian terhadap orang yang mengalami kematian/meninggal yaitu dengan memberikan
ruang khusus tersendiri. Proses kematian ini mengindikasikan terjadinya pemisahan
antara ruang yang mati dan ruang yang hidup. Salah satu bentuk apresiasi manusia
terhadap yang sudah meninggal disediakan lahan dalam bentuk ruang yang disebut
makam.
Tanah pemakaman merupakan suatu tanda peringatan dan juga dapat
menggambarkan

salah satu defenisi yang dapat mencerminkan ciri dari sebuah kota.

Makam adalah simbol dari kehadiran yang mati sekaligus analogi peralihan dua dunia
sehingga perlu direncanakan sedini mungkin untuk menghindarkan kesembrautan tata
letaknya.

Fisik pemakaman dapat kita kaitkan dengan dunia arsitektur yang disebut juga
seni (art). Dalam perkembangan selanjutnya, bahwa kehadiran bentuk simbolis ini dapat
dihadirkan dengan satu pandangan yang mempunyai tujuan tertentu dan berkembang
menjadi sebuah kajian yang didalamnya berisikan hal-hal yang mempengaruhi wujud
arsitektur pemakaman itu sendiri. Maka dengan sendirinya analisis ini dimaksudkan
untuk mengajak cara pandang masyarakat luas terhadap kematian yang bisa
mempengaruhi pembentukan dan penataan arsitektur pemakaman yang modern tetapi
harus didasari jiwa yang religius. Sehingga paham kematian dalam masyarakat yang
percaya dengan konsep pemakaman ini akan mempengaruhi pembentukan fisik
pemakaman serta akan lebih memperkaya arsitektur pemakaman itu sendiri dan akan
lebih memperdalam pemahaman manusia akan kehidupan dan kematian.
Manajemen Tanah Pemakaman Umum (TPU) di kota Medan nantinya dapat
menciptakan suatu manajemen yang baik bagi mereka yang mengalami kematian dan
kehidupan. Ini didasari oleh nilai-nilai sejarah dan potensi dari kawasan yang akan dapat
memberikan nilai ganda bagi perkembangan suatu wilayah secara ekonomi sehingga
menghasilkan berbagai kegiatan-keiatan (aglomerasi) yang berpotensi secara ekonomi
dalam upaya meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan. Kajian
ini nantinya akan memberikan suatu rekomendasi dalam bentuk solusi yang baik dalam
mengatasi segala masalah dengan aristektur pemakaman agar tertata fisik dan manajemen
pengelolaannya pada kawasan pemakaman eksisting. Pengelolaan manajemen tempat
pemakaman yang tidak keseluruhannya dikelola oleh Pemerintah Kota Medan adalah
salah satu masalah yang belum terkoordinir, pemakaman yang multi fungsi, disamping

terbenturnya anggaran dan sempitnya lahan juga kultur kebiasaan penduduk yang
heterogen, saling memiliki budaya kebiasaan dan tata cara penguburan.
Untuk penambahan lahan terlebih dahulu harus diadakan penelitian tentang lokasi
yang strategis baik tempat, kondisi dan luas areal, sedangkan teknis pelaksanaannya
harus matang dan disesuaikan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) serta
profesionalisme petugas pengelola yang kesemuanya ini membutuhkan dana yang tidak
sedikit.
Dengan keterbatasan sumber tadi, Pemerintah Kota Medan dalam hal ini Dinas
Pertamanan Kota Medan secara bertahap mulai memikirkan pentingnya infrastruktur
seperti pemakaman di kota Medan, disamping bersumber dari APBD propinsi Sumatera
Utara atau bahkan bantuan dari Pemerintah Pusat.
Berdasarkan uraian dan analisa diatas maka rencana judul penelitian ini adalah
“Kajian Aspek Ekonomi Pada Pengelolaan Tanah Pemakaman Umum (TPU)
Kristen di Kota Medan”.
Yang menjadi studi kasus umum dalam tesis ini dipilih berdasarkan data dari
Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Pertamanan Kota Medan, adapun Tanah
Pemakaman Umum (TPU) Kristen yang dikelola oleh Pemerintah Kota Medan terdiri
dari:
1. Pemakaman Kristen Tanjung Selamat Jalan Flamboyan Kelurahan Tanjung Selamat
Kecamatan Medan Selayang;
2. Pemakaman Kristen Simalingkar B Jl. Bunga Rampe Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan;

3. Pemakaman Kristen Patumbak Jalan Turi Ujung Kelurahan Timbang Deli Kecamatan
Medan Amplas;
4. Pemakaman Kristen Abdullah Lubis Jalan Abdullah Lubis Kelurahan Babura
Kecamatan Medan Baru;
5. Pemakaman Kristen Padang Bulan Jalan Letjen Jamin Ginting Kecamatan Medan
Baru;
6. Pemakaman Kristen Gajah Mada Ujung Jalan Gajah Mada Perempatan Jalan Sei
Wampu Kecamatan Medan Baru;
7. Pemakaman Kristen Gajah Mada Lama Jl. Gajah Mada Perempatan Jalan Iskandar
Muda Kecamatan Medan Petisah.
Tetapi dalam pembahasan kajian ini hanya ditentukan 1 (satu) lokasi saja yaitu
Tanah Pemakaman Umum (TPU) Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan.
1.7. Perumusan Masalah
Dengan melakukan berbagai observasi di tempat-tempat pemakaman di seluruh
Kota Medan, maka disimpulkan akan muncul berbagai masalah penting diantarannya
adalah :
1. Dari tujuh lokasi Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen di Kota Medan enam
diantaranya tidak berfungsi lagi, hanya satu lokasi saja yang dapat diberdayakan
secara ekonomi tetapi belum maksimal;
2. Manajemen Pemakaman dari seluruh Tanah Pemakaman Umum (TPU) di Kota
Medan belum dikelola dengan baik;
3. Masyarakat belum disadarkan bahwa Tanah Pemakaman Umum sebenarnya potensial
secara ekonomi;

4. Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen kota Medan secara ekonomi tidak memberi
sumbangan besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD);
5. Tidak terkoordinasi dengan baik, karena tidak adanya investor swasta yang ingin
menjadikan pemakaman sebagai peluang bisnis yang sangat menguntungkan.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji aspek ekonomi Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen di Kota
Medan dari sudut pandang Aglomerasi yaitu bahwa kegiatan utama pemakaman di
Tanah Pemakaman Umum (TPU) Kristen dapat mendorong munculnya kegiatankegiatan lain yang sangat potensial secara ekonomi;
2. Menelusuri potensi ekonomi tersebut dalam upaya meningkatkan sumber Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Nantinya hasil penelitian ini akan bermanfaat terhadap perkembangan kota
Medan khususnya dalam manajemen penataan pemakaman yang ada di kota Medan
antara lain :
1. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lanjutan dalam bidang pengembangan
sarana dan prasarana sosial bermasyarakat dalam kota;
2. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah Kota Medan di dalam setiap pengambilan
kebijakan pembangunan kota khususnya masalah pemakaman.
1.5. Kerangka Pemikiran
Melalui penjelasan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, maupun
manfaat penelitian ini nantinya akan tercipta suatu solusi yang tepat sebagai panduan
dalam mengambil kebijakan manajemen pembangunan Kota Medan.

Untuk lebih jelasnya Kerangka Penelitian di aplikasikan dalam bentuk struktur urutan
sebagai berikut:
LATAR BELAKANG
GAGASAN IDE

Memberdayakan Kawasan Pemakaman Agar Berfungsi Secara Ekonomi

MASALAH
a. Dari tujuh lokasi TPU Kristen di kota Medan enam diantaranya tidak berfungsi lagi, hanya satu lokasi
saja yang dapat diberdayakan secara ekonomi tetapi belum maksimal.
b. Manajemen Pemakaman dari seluruh TPU di kota Medan belum dikelola dengan baik.
c. Masyarakat belum disadarkan bahwa Tanah Pemakaman Umum sebenarnya potensial secara ekonomi
d. TPU Kristen kota Medan secara ekonomi tidak memberi sumbangan besar bagi PAD

TUJUAN
a. Untuk mengkaji aspek ekonomi Tanah Pemakaman Umum (TPU)
Kristen di Medan dari sudut pandang Aglomerasi yaitu bahwa
kegiatan utama pemakaman di Tanah Pemakaman Umum (TPU)
Kristen dapat mendorong munculnya kegiatan – kegiatan
lain yang sangat potensial secara ekonomi.
b. Menelusuri potensi ekonomi tersebut dalam upaya meningkatkan
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Medan.

SURVEY
LAPANGAN

LITERATUR

WAWANCARA

PENGUMPULAN DATA

-

ANALISA
Lokasi (Karakter)
Kegiatan Pemakaman
Dampak lain akibat
kegiatan pemakaman

KESIMPULAN/SARAN
Gambar. 1. Kerangka Pemikiran dan Penelitian

STUDY BANDING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Aglomerasi
Apa yang dimaksud dengan aglomerasi? Montgomery (1988) mendefinisikan
aglomerasi sebagai konsentrasi spasial dari aktifitas ekonomi di kawasan perkotaan
karena “penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang
diasosasiakan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja, dan konsumen”
(Montgomery, 1988). Ini senada dengan Markusen (1996) yang menyatakan bahwa
aglomerasi merupakan suatu lokasi yang “tidak mudah berubah” akibat adanya
penghematan eksternal yang terbuka bagi semua perusahaan yang letaknya berdekatan
dengan perusahaan lain dan penyedia jasa dan bukan akibat kalkulasi perusahaan atau
para pekerja secara individual.
Sementara itu, para ahli ekonomi perkotaan mendefinisikan kota sebagai hasil
dari produksi aglomerasi secara spasial. Ini pada gilirannya mendorong tumbuhnya
literatur mengenai formasi kota. Perspektif moderen menunjukkan beberapa kelemahan
teori Klasik mengenai aglomerasi. Pada konteks ini, tiga jalur pemikiran dapat
diidentifikasi. Pertama, teori-teori baru mengenai eksternalitas dinamis (dynamic
externalities). Kedua, mazab pertumbuhan perkotaan. Ketiga, paradigma berbasis biaya
transaksi.

Dalam menjelaskan fenomena aglomerasi, banyak ekonom mendefinisikan kota
sebagai hasil dari proses produksi aglomerasi secara spasial. Dalam khasanah studi

perkotaan yang secara intensif dilakukan oleh para ekonom agaknya dapat diidentifikasi
empat periode evolusi pemikiran (Quigley, 1998: 127-9). kebanyakan studi
memformalkan model yang mencoba menjelaskan daya tarik lokasi kawasan perkotaan.

2.2. Tinjauan Teori
2.2.1. Konsep Ekonomi Aglomerasi (Agglomeration Economies)
Dalam konteks ekonomi geografi, konsep aglomerasi berkaitan dengan
konsentrasi spasial dari penduduk dan kegiatan-kegiatan ekonomi (Malmberg dan
Maskell, 2001). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Montgomery dalam
Kuncoro (2002) bahwa aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di
kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of
proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja dan
konsumen. Keuntungan-keuntungan dari konsentrasi spasial sebagai akibat dari ekonomi
skala (scale economies) disebut dengan ekonomi aglomerasi (agglomeration economies).
(Mills dan Hamilton, 1989). Pengertian ekonomi aglomerasi juga berkaitan dengan
eksternalitas kedekatan geografis dari kegiatan-kegiatan ekonomi, bahwa ekonomi
aglomerasi merupakan suatu bentuk dari eksternalitas positif dalam produksi yang
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan kota. (Bradley
and Gans, 1996). Ekonomi aglomerasi diartikan sebagai penurunan biaya produksi karena
kegiatan-kegiatan ekonomi berlokasi pada tempat yang sama. Gagasan ini merupakan
sumbangan pemikiran Alfred Marshall yang menggunakan istilah localized industry
sebagai pengganti dari istilah ekonomi aglomerasi. Ahli ekonomi Hoover juga membuat
klasifikasi ekonomi aglomerasi menjadi 3 jenis (Isard, 1979) yaitu large scale economies

merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan karena membesarnya skala produksi
perusahaan tersebut pada suatu lokasi, localization economies merupakan keuntungan
yang diperoleh bagi semua perusahaan dalam industri yang sama dalam suatu lokasi dan
urbanization economies merupakan keuntungan bagi semua industri pada suatu lokasi
yang sama sebagai konsekuensi membesarnya skala ekonomi (penduduk, pendapatan,
output atau kemakmuran) dari lokasi tersebut. Berbeda dengan pendapat para ahli
ekonomi yang lain, O’Sullivan (1996) membagi ekonomi aglomerasi menjadi dua jenis
yaitu ekonomi lokalisasi dan ekonomi urbanisasi. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
ekonomi aglomerasi adalah eksternalitas positif dalam produksi yaitu menurunnya biaya
produksi sebagian besar perusahaan sebagai akibat dari produksi perusahaan
lain meningkat.

2.3. Teori Aglomerasi
2.3.1. Teori Neo Klasik
Sumbangan terbesar Teori Neo Klasik adalah pengenalan terhadap ekonomi
aglomerasi dengan argumentasi bahwa aglomerasi muncul dari prilaku para pelaku
ekonomi dalam mencari keuntungan aglomerasi berupa ekonomi lokalisasi dan ekonomi
urbanisasi. (Kuncoro, 2002). Asumsi yang digunakan oleh teori neo-klasik adalah
constant return to scale dan persaingan sempurna. Alfred Weber dikenal sebagai pendiri
teori lokasi modern yang berkenaan dengan tempat, lokasi dan geografi dari kegiatan
ekonomi. Minimalisasi biaya yang dikombinasikan dengan bobot input-input yang
berbeda dari perusahaan dan industri menentukan lokasi optimal bagi suatu perusahaan.
Weber secara eksplisit memperkenalkan konsep ekonomi aglomerasi, skala efisien

minimum, dan keterkaitan ke depan dan ke belakang. Konsep ini menjadi dasar
berkembangnya teori perdagangan regional baru. Dalam sistem perkotaan teori neo
klasik, mengasumsikan adanya persaingan sempurna sehingga kekuatan sentripetal
aglomerasi disebut sebagai ekonomi eksternal murni. (Krugman, 1998). Kekuatan
sentripetal muncul dari kebutuhan untuk pulang-pergi (commute) ke pusat bisnis utama
dalam masing-masing kota yang menyebabkan suatu gradien sewa tanah dalam masingmasing kota. Menurut Krugman (1998), keterbatasan teori neo klasik diantaranya adalah
melihat bahwa ekonomi eksternal yang mendorong adanya aglomerasi masih dianggap
sebagi misteri (blackbox). Disamping itu sistem perkotaan neo klasik adalah non spasial
yang hanya menggambarkan jumlah dan tipe kota tetapi tidak menunjukkan lokasinya.

2.3.2. Teori Eksternalitas Dinamis
Teori-teori

eksternalitas

dinamis

percaya

bahwa

kedekatan

geografis

memudahkan transmisi ide, maka transfer teknologi merupakan hal penting bagi kota
(Glaeser, et.al. 1992). Teori eksternalitas dinamis didasarkan pada teori yang
dikemukakan oleh Marshall-Arrow-Romer (MAR), Porter dan Jacob. Teori-teori ini
mencoba menjelaskan secara simultan bagaimana membentuk kota dan mengapa kota
tumbuh. Eksternalitas MAR menekankan pada transfer pengetahuan antar perusahaan
dalam suatu industri. Menurut MAR monopoli lokal merupakan hal yang lebih baik
dibandingkan dengan kompetisi lokal sebab lokal monopoli menghambat aliran ide dari
industri lain dan eksternalitas diinternalisasi oleh inovator. Seperti halnya MAR, Porter
mengatakan bahwa dengan transfer pengetahuan tertentu, konsentrasi industri secara

geografis akan mendorong pertumbuhan. Berbeda dengan MAR, Porter menyatakan
bahwa kompetisi lokal lebih penting untuk mempercepat adopsi inovasi.
Tidak seperti MAR dan Porter, Jacob percaya bahwa transfer pengetahuan paling penting
adalah berasal datang dari industri-industri inti. Variasi dan keberagaman industri yang
berdekatan secara geografis akan mendukung inovasi dan pertumbuhan dibandingkan
dengan spesialisasi secara geografis.

2.3.3. Teori Ekonomi Geografi Baru (The New Economic Geography)
Teori ekonomi geografi baru berupaya untuk menurunkan efek-efek aglomerasi
dari interaksi antara besarnya pasar, biaya transportasi dan increasing return dari
perusahaan. Dalam hal ini ekonomi aglomerasi tidak di asumsikan tetapi diturunkan dari
interaksi ekonomi skala pada tingkat perusahaan, biaya transportasi dan mobilitas faktor
produksi. Teori ekonomi geografi baru menekankan pada adanya mekanisme kausalitas
sirkular untuk menjelaskan konsentrasi spasial dari kegiatan ekonomi (Krugman dan
Venables dalam Martin & Ottavianno, 2001). Dalam model tersebut kekuatan sentripetal
berasal dari adanya variasi konsumsi atau beragamnya intermediate good pada sisi
produksi. Kekuatan sentrifugal berasal dari tekanan yang dimiliki oleh konsentrasi
geografis dari pasar input lokal yang menawarkan harga lebih tinggi dan menyebarnya
permintaan. Jika biaya transportasi cukup rendah maka akan terjadi aglomerasi. Dalam
model eksternalitas teknologi, transfer pengetahuan antar perusahaan memberikan
insentif bagi aglomerasi kegiatan ekonomi. Informasi diperlakukan sebagai barang publik
dengan kata lain tidak ada persaingan dalam memperolehnya. Difusi informasi ini
kemudian

menghasilkan

manfaat

bagi

masing-masing

perusahaan.

Dengan

mengasumsikan bahwa masing-masing perusahaan menghasilkan informasi yang
berbeda-beda, manfaat interaksi meningkat seiring dengan jumlah perusahaan. Karena
interaksi ini informal, perluasan pertukaran informasi menurun dengan meningkatnya
jarak. Hal ini memberikan insentif bagi pengusaha untuk berlokasi dekat dengan
perusahaan lain sehingga menghasilkan aglomerasi.

2.4. Kasus-Kasus Aglomerasi Perkotaan
2.4.1. Aglomerasi Perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Dalam menjelaskan fenomena aglomerasi, banyak ekonom mendefinisikan kota
sebagai hasil dari proses produksi aglomerasi secara spasial. Dalam khasanah studi
perkotaan yang secara intensif dilakukan oleh para ekonom agaknya dapat diidentifikasi
empat periode evolusi pemikiran (Quigley, 1998: 127-9). Pada perode pertama, yaitu
beberapa dasawarsa setelah Perang Dunia I, fokus analisis adalah pada faktor-faktor yang
mempengaruhi lokasi perusahaan dan rumah tangga dalam suatu kota. Pada periode
kedua, yang dimulai pada pertengahan dasawarsa 1960-an, kebanyakan studi
memformalkan model yang mencoba menjelaskan daya tarik lokasi kawasan perkotaan.
Periode ketiga muncul dari analisis yang intensif mengenai kota-kota utama di AS
(misalnya, New York) dan memperkenalkan konsep eksternalitas, yang muncul akibat
skala ekonomis. Saat ini, kita berada dalam pertengahan periode keempat dalam mencoba
memahami perekonomian kota. Pada periode ini, kota digunakan untuk menganalisis
hakekat dan sebab-sebab pertumbuhan ekonomi. Kebanyakan analisis aglomerasi secara
implisit mengasumsikan bahwa formasi dan perkembangan kota dapat dipahami bila
mekanisme konsentrasi produksi secara spasial telah dimengerti dengan benar.

DIY adalah provinsi yang unik secara demografik. Jumlah penduduk DIY hanya
sekitar 3,1 juta jiwa pada tahun 2000 dan memiliki angka pertumbuhan penduduk 0,72%,
yang paling rendah di Indonesia. Dengan sekitar 60% penduduk tinggal di daerah
perkotaan, DIY merupakan provinsi dengan penduduk paling padat kedua di Indonesia,
setelah DKI Jakarta. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk DIY pada tahun 2000 sebesar
980 orang/km2, dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kota Yogyakarta (12.228
orang/km2) dan terendah di Gunung Kidul (451 orang/km2).
Aglomerasi penduduk DIY cenderung berada di kota Yogjakarta dan kabupaten
Sleman. Dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,51% per tahun selama 1990-2000,
Kabupaten Sleman memiliki pertumbuhan penduduk tertinggi di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, diikuti Bantul dan Gunungkidul, sedang Kodya Yogya dan
Kulonprogo mengalami pertumbuhan negatif. Dari segi jumlah penduduk, Kabupaten
Sleman juga memiliki penduduk terbesar diikuti Bantul,Gunungkidul, Jogja dan
Kulonprogo.
Secara demografis hal ini menunjukkan bahwa di Sleman terdapat aktivitas yang
tinggi dalam bidang kependudukan berupa bertambahnya para pendatang, meningkatnya
angka kelahiran, dan banyaknya pasangan usia subur. Pada gilirannya, ini menunjukkan
adanya fenomena perkotaan, terutama Extended Yogyakarta urban region, yaitu kota
Yogyakarta ditambah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sleman yang berbatasan
langsung dengan Yogyakarta.
Dari uraian di atas, dengan melihat komposisi penduduk Sleman, maka dapat
disimpulkan bahwa wilayah selatan Kabupaten Sleman yang meliputi kecamatan
Gamping, Melati, Ngaglik dan Depok ditambah lagi dengan Kecamatan Godean dan

Sleman memang merupakan basis pertumbuhan perkotaan yang membentuk satu
aglomerasi dengan Kota Yogyakarta. Kecamatan Godean, Sleman dan Ngaglik, kendati
terletak agak jauh dari Kota Yogyakarta, telah berkembang menjadi arah kegiatan
masyarakat di wilayah kecamatan sekitarnya sehingga menjadi pusat pertumbuhan.
Indikator kependudukan ketiga kecamatan/kota tersebut memiliki kepadatan penduduk
yang cukup tinggi yang mencerminkan tingginya aktivitas kependudukan sebagai salah
satu fenomena perkotaan. Dinamika aktivitas ekonomi di DIY menimbulkan konsentrasi
aktivitas ekonomi di Kota Yogyakarta dan kabupaten Sleman. Aglomerasi ekonomi di
kedua daerah ini nampaknya tumbuh pesat, sebagaimana tercermin dari tingginya
pertumbuhan ekonomi yang melebihi rata-rata DIY. Menjamurnya rumah makan, rumah
kos, berbagai aktivitas perdagangan dan jasa, berjalan seiring dengan dibangunnya
universitas dan hotel.
Apakah aglomerasi penduduk juga sejalan dengan aglomerasi industri di DIY?
Identifikasi wilayah perkotaan juga bisa dilakukan dengan melihat konsentrasi spasial per
kecamatan dari Industri Besar dan Menengah (IBM) yang ada di Kabupaten Sleman.
Dengan menggunakan metode identifikasi kluster yang telah dikembangkan dalam
literatur Industri terakhir (Kuncoro, 2002), adanya akses jalan, khususnya ring road dan
jalan raya yang menghubungkan Kota Yogyakarta dan Magelang, ikut berperanan dalam
membentuk aglomerasi industri di sepanjang kedua jalan ini.

2.4.2. Konsentrasi Geografis Industri Manufaktur di Greater Jakarta dan Bandung
Periode 1980-2000: Menuju Satu Daerah Aglomerasi

Menurut studi yang dilakukan oleh Amini Hidayati dan Mudrajad Kuncoro
menyatakan bahwa pertumbuhan sektor industri yang cukup pesat menunjukkan
keberhasilan industrialisasi yang tidak terlepas dari berbagai kebijakan dan strategi yang
telah ditempuh pemerintah untuk mendorong dan merangsang investasi disektor
industri,diantaranya melalui penerapan strategi industri substitusi impor maupun strategi
promosi ekspor. Namun demikian, ternyata keberhasilan ini tidak diiringi dengan
penyebaran aktifitas industri yang merata secara spasial. Aktifitas industri Indonesia
hanya terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu saja. Dalam studinya menemukan bahwa
pusat konsentrasi industri manufaktur Indonesia berlokasi di pulau Jawa dengan
konsentrasi yang membentuk pola dua kutub (bipolar pattern). Pola konsentrasi yang
ditemukan oleh Kuncoro memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hill,
yaitu di ujung barat pulau Jawa yang meliputi Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang,
Bekasi) dan Bandung. Sedangkan di ujung timur pulau Jawa berpusat di

kawasan

Surabaya. Sementara itu apabila menyimak lebih mendalam perkembangan konsentrasi
industri di kutub barat pulau Jawa yang meliputi Greater Jakarta dan Bandung, maka
akan terlihat beberapa fenomena yang cukup menarik untuk diamati lebih lanjut.
Pertama, dewasa ini terdapat kecenderungan perkembangan aktifitas industri manufaktur
di kota-kota inti (core region) dalam hal ini Metropolitan Jakarta dan Bandung terlihat
menurun. Sementara itu di kota-kota pinggiran (fringe region) seperti Bogor, Tangerang,
dan Bekasi (Botabek) aktifitas industri manufaktur justru semakin meningkat. Fakta ini
dapat dilihat dari sudut pangsa tenaga kerja, nilai tambah maupun jumlah perusahaan
yang beroperasi di wilayah ini selama dua dekade terakhir. Kedua, terdapat fenomena
pengelompokan (aglomerasi) industri yang cenderung membentuk suatu koridor

pembangunan diantara wilayah metropolitan Jakarta dengan metropolitan Bandung
(gambar 4). Secara fenomenal dapat dibuktikan dengan meningkatnya jumlah desa urban
di sepanjang koridor-koridor tersebut. Sedangkan secara geografis konsentrasi industri
terlihat tersebar di sepanjang koridor Jakarta – Bandung, sehingga wilayah perkotaan di
Jabotabek dan Metropolitan Bandung hampir menyatu atau membentuk suatu jaringan
kota (network cities) (Laquian, 1998: 1; Kuncoro, 2000: 185). Mengacu pada beberapa
fenomena yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini berusaha mengidentifikasi dan
meneliti di daerah mana saja aglomerasi industri berlokasi dalam lingkup kedua Greater
(Jakarta dan Bandung), bagaimana pola dan dinamikanya selama periode 1980-2000.

2.5. Pemakaman
Life (Kehidupan), menurut webster Dictionary adalah The state of animal or plant
in which its organs are capable of performing their function (New Websters Dictinary for
english Languange,1997) Sedangkan death (kematian) The act or fact of dying; The total
and permanent cessation of all the vital function of an animal or plant, The state of being
dead; Loss or absent of spiritual life; Lost or deprivation of civil life (New Websters
Dictinary for english Languange,1997)
The Enchicolopedia of religon mempertegas arti diatas bahwa keberadaan
kehidupan dan dapat didefenisikan dari tanda tanda nyata, antara lain adanya nafas,
kesadaran, fungsi akal, dan pergerakan fisik, (Mircia Eliade. The enclopedia of religion)
dalam Charles dkk,2003. Sedangkan kematian adalah keberadaan yang berada secara
esensial dari kehidupan di dunia, kehidupan antara yang lahir dan yang mati. Kematian

umumnya diyakini sebagai nasib alami manusia yang ditetapkan oleh Tuhan atau dewa.
(Mircia Eliade. The enclopedia of religion).
Berdasarkan definisi umum di atas, proses peralihan dari kehidupan kematian
dapat ditandai dengan hilangnya atau lepasnya jiwa yang mengisi manusia, yaitu suatu
kekuatan yang menyebabkan gerak dan dapat hidup langsung begitu lepas dari tubuh
jasmani. (Koencaraningrat. Ritus peralihan di Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1985 :
52). Jiwa dianggap tidak pembusukan (dekomposisi) atau bersifat kekal. (Loise Leahy.SJ.
Misteri Kematian, suatu pendekatan filsafat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum 1998
: 48). Anggapan ini menghadirkan pemikiran bahwa jiwa akan mengalami hal yang sama
seperti saat jasmani masih hidup. Adanya kepercayaan akan kekekalan jiwa dan
keterikatan yang hidup dengan yang mati mendorong masyarakat tertentu untuk
memberikan perlakuan khusus pada kematian.
Bentuk perlakuan khusus terhadap kematian sebenarnya behubungan dengan
penghargaan manusia tehadap orang yang meninggal. Caranya adalah dengan selalu
berusaha untuk mempersembahkan atau memberikan suatu kepada orang yang telah
meninggal,

baik

itu

persembahan

doa

maupun

persembahan

fisik.

Menurut

Koentjaraningrat (1987:393), bentuk perlakuan khusus terhadap kematian berkaitan salah
satu unsur universal kebudayaan yaitu sistim religi yang berkembang di masyarakat.
Dengan unsur ini manusia akan membayangkan wujud dunia gaib, dewa dan makhluk
halus yang mendiaminya, sifat Tuhan serta hakekat hidup dan mati dan mengalami
ketakutan terhadapnya sehingga mendorong manusia untuk selalu menyertakan perlakuan
khusus dalam menjalankan setiap tahap kehidupannya. Pelakuan khusus ini penting

karena adanya gagasan bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam hidup manusia
melibatkan aksi dan reaksi antara sesuatu yang suci dan duniawi.
Pada masyarakat tertentu, terdapat suatu bentuk perlakuan khusus terhadap orang
meninggal yaitu dengan memberikan ruang khusus. Hal ini terdorong oleh proses
kematian yang sering melambangkan proses pemisahan antara orang yang hidup dengan
yang mati. Setelah kematian, manusia akan mengalami proses transisi kematian, dan
akhir dari proses itu adalah pen