Evaluasi Penyediaan Tempat Pemakaman Umum Di Kota Bandung (Studi Kasus: 13 Tempat Pemakaman Umum (TPU) Di Kota Bandung)

(1)

(2)

(Studi Kasus : 13 Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung)

TUGAS AKHIR

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : M. Fahmi Iskandar Alam

1.06.08.015

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

i

Umum (TPU) di Kota Bandung yaitu untuk mengevaluasi penyediaan lahan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung berdasarkan standar pelayanan minimal dan peraturan yang terkait dengan pemakaman. Latar belakang dari penelitian ini karena terdapat suatu masalah pada sarana TPU di Kota Bandung. Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang ada di Kota Bandung sudah hampir penuh digunakan. Bahkan, 13 TPU yang ada dan memiliki luas lahan 1.454.955

m2 berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung kini 96%

telah terisi. Pemkot kini tinggal memiliki lahan TPU 4 persen saja atau sekitar

58.198 m2 dari keseluruhan sisa TPU yang ada di Kota Bandung. Jika

dikalkulasikan dengan angka rata-rata kematian warga yang dimakamkan di Kota Bandung, maka lahan pemakaman yang ada akan habis kurang dari 9 tahun. Sebab angka rata-rata warga yang meninggal dan dimakamkan di Kota Bandung mencapai 6.600 jiwa per tahun berdasarkan perhitungan dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Metode Deskriptif. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penyediaan lahan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung berdasarkan pedoman dan peraturan yang terkait dengan pemakaman. Sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu teridentifikasinya kondisi eksisting penyediaan lahan pemakaman di Kota Bandung saat ini melalui aspek-aspek utama pada pemakaman yaitu penggunaan TPU, penggolongan TPU, fasilitas TPU, sebaran lokasi TPU, dan pengelolaan TPU, mengevaluasi lokasi pemakaman ditinjau berdasarkan pola lokasinya, yaitu berdasarkan lokasinya dalam konteks tata ruang dan kedekatannya dengan elemen kegiatan kota, dan mengevaluasi penyediaan lahan pemakaman di Kota Bandung yang mengacu pada standar dan peraturan yang berlaku terkait dengan pemakaman di kawasan perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan dari 13 TPU di Kota Bandung terdapat tujuh TPU yang kritis karena keterbatasan lahan karena lahan pemakaman telah terisi penuh,dan terdapat enam TPU yang belum terisi penuh untuk pemakaman karena masih tersedia lahan. Berdasarkan evaluasi terhadap lokasi pemakaman berdasarkan konteks tata ruang dan elemen kegiatan yang berdekatan diketahui beberapa pemakaman yang secara lokasi tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987. Seluruh tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung belum efektif menjadi salah satu elemen ruang terbuka hijau (RTH) publik karena masih minimnya fasilitas di setiap TPU dan juga masih banyaknya makam yang menggunakan perkerasan (tembok). Hal tersebut karena pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pengelola dan kuantitas sumber daya manusia (pegawai) masih relatif rendah membuat kondisi TPU menjadi kurang tertib, nyaman, dan indah.


(5)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia. Diharapkan dengan dilakukannya penyusunan Tugas Akhir ini dapat menjadikan manfaat dan masukan bagi banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas bantuan, motivasi, bimbingan serta pemberian materi yang membantu selama penulis menempuh pendidikan Strata 1 dan juga dalam penyusunan Tugas Akhir ini, yaitu kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeyanto Soegoto, selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir., M.Sc, selaku Dekan Fakultas

Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, M.T., selaku Dosen Wali dan Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Dr. Ir. Lia Warlina, selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, membantu, memberi masukan, dan memberi motivasi kepada penulis selama pengerjaan tugas akhir ini.

5. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, M.T., dan Ibu Rifiati Safariah S.T., M.T., selaku dosen penguji penulis pada sidang ujian yang telah memberikan banyak masukan serta perbaikan pada tugas akhir ini.

6. Seluruh staf dosen di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas

Komputer Indonesia.

7. Teh Vitri, selaku Sekretaris Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, yang

telah membantu segala keperluan selama menempuh pendidikan Strata 1 serta dalam pengerjaan tugas akhir ini.

8. Pak Muis, selaku Asisten Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang


(6)

iii

penulis selama penelitian.

10.Seluruh pegawai di 13 Kantor Pengelola TPU di Kota Bandung, yang telah

memberikan banyak informasi terkait dengan penelitian ini.

11.Teman-teman seperjuangan yang sama-sama mengerjakan tugas akhir

(Saona, Budiman, Dwi, Hegar, Melati, Dedi, Kang Cucu, Kang Herdi,

Bang Rizki), Alhamdulillah akhirnya kita lulus juga!!!

12.Seluruh mahasiswa PWK Unikom Angkatan 2008 (Hegar, Giri, Budiman,

Dwi, Melati, Babas, Nilton, Anto, Sarwen, Reza, Yudis, Rian, dan Tendri),

terima kasih telah menjadi teman selama 4 tahun ini. Semoga kita semua

sukses!

13.Seluruh Mahasiswa, Alumni, dan Keluarga Himpunan Mahasiswa

Perencanaan Wilayah dan Kota (HMPWK) Unikom yang tidak dapat

penulis sebut satu persatu. Thank you so much all!

14.Saona Angkotasan sebagai teman dekat sekaligus kakak yang telah banyak

menghabiskan waktu baik suka, duka, dan berbagi pengalaman dan

pelajaran berharga selama menempuh pendidikan strata 1. I’m gonna miss

every moment with you, sist!

15.Diva, Ivan, Barnes, Calvin, terima kasih buat semua waktu, keceriaan,

bantuan selama penulis menempuh pendidikan strata 1. Tetap HEBOH!

Beta Akan Kangen Kamong Samua!

16.Agit, Riana-Riani, Egi, Uli, terima kasih atas semua pengalaman baik

suka, duka, dan juga pelajaran-pelajaran berharga selama di Bandung.

17.Teman-teman SDN Karang Pawitan 1 Karawang Angkatan 2002.

18.Teman-teman SMPN 4 Ternate Angkatan 2005.

19.Teman-teman IPA 1 SMAN 1 Ternate beserta seluruh angkatan 2008.

20.Seluruh Guru-guru selama penulis menempuh pendidikan SD, SMP,

SMA, dan yang lainnya.

21.Serta yang paling spesial Kedua Orang Tua penulis yaitu Harmain

Iskandar Alam dan Nurita Soamole, terima kasih atas segalanya sehingga penulis sampai pada titik ini dan seluruh kakakku tercinta Amelia Iskandar


(7)

iv

dukungannya. Serta terima kasih kepada seluruh keluarga besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu..

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, dan penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat tulisan yang kurang berkenan dan kekurangan dalam tulisan ini karena penulis pun masih dalam proses pembelajaran.

Bandung, Agustus 2012

Penulis


(8)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.4.1 Ruang Lingkup Materi ... 5

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah ... 6

1.5 Metodologi Penelitian ... 6

1.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 6

1.5.2 Variabel Penelitian ... 7

1.5.3 Metode Analisis Data ... 9

1.6 Kerangka Pemikiran ... 10

1.7 Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Pelayanan Umum ... 14

2.1.1 Makna Pelayanan Umum ... 14

2.1.2 Sifat dan Bentuk Pelayanan Umum ... 15

2.1.3 Penyelenggara Manajemen Pelayanan ... 16

2.1.4 Mengatasi Nimby Syndrome ... 17

2.2 Peran Prasarana dan Sarana Umum ... 18

2.3 Penataan Ruang terbuka (Open Space) ... 18

2.4 Pemakaman ... 21

2.5 Tinjauan Kebijakan Penyediaan Lahan Pemakaman ... 21

2.6 Tinjauan Sistem Pengelolaan Lahan Pemakaman ... 26

2.7 Prinsip Penataan Tempat Pemakaman Umum ... 27


(9)

vi

Elemen Guna Lahan Lain ... 29

2.9 Evaluasi ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PEMAKAMAN DI KOTA BANDUNG ... 34

3.1 Gambaran Umum Kota Bandung ... 34

3.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 34

3.1.2 Wilayah Administrasi Kota Bandung ... 37

3.1.3 Penggunaan Lahan di Kota Bandung ... 40

3.1.4 Kependudukan ... 42

3.1.4.1 Jumlah Penduduk ... 42

3.1.4.2 Kepadatan Penduduk ... 43

3.1.4.3 Struktur Penduduk ... 45

3.1.4.4 Angka Kelahiran dan Kematian Penduduk di Kota Bandung... 48

3.2 Gambaran Pelayanan Pemakaman Umum di Kota Bandung... 49

3.2.1 Gambaran Umum Dinas Pemakaman Kota Bandung ... 49

3.2.2 Identifikasi Kegiatan Pemakaman Umum di Kota Bandung ... 54

3.2.2.1 Jenis-Jenis Pelayanan Pemakaman ... 54

3.2.2.2 Aturan Bentuk Makam ... 54

3.2.2.3 Mekanisme Pelayanan Pemakaman di TPU Kota Bandung ... 55

3.2.2.4 Tarif Retribusi Pemakaman di Kota Bandung ... 56

3.2.2.5 Kegiatan Pemakaman oleh Dinas Pemakaman Kota Bandung ... 57

3.2.3 Kondisi Eksisting Pemakaman Umum di Kota Bandung ... 59

3.2.3.1 Jumlah dan Luas Makam ... 59

3.2.3.2 Jenis Makam ... 60

3.2.3.3 Sebaran Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung ... 61

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG... 63


(10)

vii

4.1.1 TPU Sirnaraga ... 63

4.1.1.1 Penggunaan TPU ... 63

4.1.1.2 Penggolongan TPU ... 64

4.1.1.3 Fasilitas TPU ... 64

4.1.1.4 Lokasi TPU ... 66

4.1.1.5 Pengelolaan TPU ... 68

4.1.2 TPU Gumuruh ... 69

4.1.2.1 Penggunaan TPU ... 69

4.1.2.2 Penggolongan TPU ... 70

4.1.2.3 Fasilitas TPU ... 70

4.1.2.4 Lokasi TPU ... 72

4.1.2.5 Pengelolaan TPU ... 72

4.1.3 TPU Maleer ... 74

4.1.3.1 Penggunaan TPU ... 74

4.1.3.2 Penggolongan TPU ... 74

4.1.3.3 Fasilitas TPU ... 75

4.1.3.4 Lokasi TPU ... 77

4.1.3.5 Pengelolaan TPU ... 77

4.1.4 TPU Rancacili ... 78

4.1.4.1 Penggunaan TPU ... 78

4.1.4.2 Penggolongan TPU ... 79

4.1.4.3 Fasilitas TPU ... 79

4.1.4.4 Lokasi TPU ... 81

4.1.4.5 Pengelolaan TPU ... 82

4.1.5 TPU Astana Anyar ... 83

4.1.5.1 Penggunaan TPU ... 83

4.1.5.2 Penggolongan TPU ... 83

4.1.5.3 Fasilitas TPU ... 84

4.1.5.4 Lokasi TPU ... 86


(11)

viii

4.1.6.2 Penggolongan TPU ... 88

4.1.6.3 Fasilitas TPU ... 88

4.1.6.4 Lokasi TPU ... 90

4.1.6.5 Pengelolaan TPU ... 91

4.1.7 TPU Legok Ciseureuh ... 92

4.1.7.1 Penggunaan TPU ... 92

4.1.7.2 Penggolongan TPU ... 93

4.1.7.3 Fasilitas TPU ... 94

4.1.7.4 Lokasi TPU ... 96

4.1.7.5 Pengelolaan TPU ... 96

4.1.8 TPU Ciburuy ... 98

4.1.8.1 Penggunaan TPU ... 98

4.1.8.2 Penggolongan TPU ... 98

4.1.8.3 Fasilitas TPU ... 99

4.1.8.4 Lokasi TPU ... 101

4.1.8.5 Pengelolaan TPU ... 101

4.1.9 TPU Cibarunay ... 102

4.1.9.1 Penggunaan TPU ... 102

4.1.9.2 Penggolongan TPU ... 103

4.1.9.3 Fasilitas TPU ... 103

4.1.9.4 Lokasi TPU ... 105

4.1.9.5 Pengelolaan TPU ... 106

4.1.10 TPU Nagrog ... 107

4.1.10.1 Penggunaan TPU ... 107

4.1.10.2 Penggolongan TPU ... 108

4.1.10.3 Fasilitas TPU ... 108

4.1.10.4 Lokasi TPU ... 110

4.1.10.5 Pengelolaan TPU... 111

4.1.11 TPU Cikutra ... 112


(12)

ix

4.1.11.4 Lokasi TPU ... 115

4.1.11.5 Pengelolaan TPU... 116

4.1.12 TPU Hindu-Buddha Cikadut ... 117

4.1.12.1 Penggunaan TPU ... 117

4.1.12.2 Penggolongan TPU ... 118

4.1.12.3 Fasilitas TPU ... 118

4.1.12.4 Lokasi TPU ... 120

4.1.12.5 Pengelolaan TPU... 121

4.1.13 TPU Kristen Pandu ... 122

4.1.13.1 Penggunaan TPU ... 122

4.1.13.2 Penggolongan TPU ... 123

4.1.13.3 Fasilitas TPU ... 123

4.1.13.4 Lokasi TPU ... 125

4.1.13.5 Pengelolaan TPU... 126

4.2 Evaluasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ditinjau Berdasarkan Pola Lokasi ... 126

4.2.1 Evaluasi Lokasi Pemakaman dalam Konteks Tata Ruang Kota ... 127

4.2.2 Evaluasi Lokasi Pemakaman Berdasarkan Kedekatannya dengan Elemen Guna Lahan Lain ... 131

4.3 Evaluasi Penyediaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung ... 138

4.3.1 Evaluasi Keseluruhan Terhadap 13 TPU di Kota Bandung ... 143

4.3.2 Evaluasi Kelembagaan dan Pengalihan Fungsi Lahan TPU di Kota Bandung ... 146

BAB V PENUTUP ... 149

5.1 Kesimpulan ... 149

5.2 Rekomendasi ... 150

5.3 Kelemahan Studi dan Saran Studi Lanjutan ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 152 LAMPIRAN


(13)

x

Tabel I-2 Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung... 6

Tabel I-3 Variabel Penelitian ... 7

Tabel II-1 Komponen Penataan Kawasan TPU ... 28

Tabel II-2 Kriteria Lokasi Pemakaman dalam Konteks Tata Ruang Kota ... 29

Tabel II-3 Kriteria Lokasi Pemakaman Berdasarkan Kedekatannya dengan Elemen Guna Lahan Lain ... 30

Tabel III-1 Luas Wilayah Seluruh Kecamatan di Kota Bandung ... 36

Tabel III-2 Wilayah Administrasi Kota Bandung ... 37

Tabel III-3 Jenis Penggunaan Tanah di Kota Bandung ... 41

Tabel III-4 Jumlah Penduduk Kota Bandung ... 42

Tabel III-5 Kepadatan Penduduk Kota Bandung ... 44

Tabel III-6 Tabel Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Bandung ... 45

Tabel III-7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kota Bandung ... 46

Tabel III-8 Jumlah Angka Kelahiran dan Angka Kematian di Kota Bandung Tahun 2011 ... 48

Tabel III-9 Luas Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung ... 59

Tabel III-10 Tabel Persebaran Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung ... 61

Tabel IV-1 Penggunaan TPU Sirnaraga ... 64

Tabel IV-2 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Sirnaraga ... 65

Tabel IV-3 Penggunaan TPU Gumuruh ... 69

Tabel IV-4 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Gumuruh ... 70

Tabel IV-5 Penggunaan TPU Maleer ... 74

Tabel IV-6 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Maleer ... 75

Tabel IV-7 Penggunaan TPU Rancacili ... 79

Tabel IV-8 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Rancacili ... 80

Tabel IV-9 Penggunaan TPU Astana Anyar ... 83

Tabel IV-10 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Astana Anyar ... 84


(14)

xi

Tabel IV-14 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Legok Ciseureuh ... 94

Tabel IV-15 Penggunaan TPU Ciburuy ... 98

Tabel IV-16 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Ciburuy ... 99

Tabel IV-17 Penggunaan TPU Cibarunay ... 103

Tabel IV-18 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Cibarunay ... 104

Tabel IV-19 Penggunaan TPU Nagrog ... 108

Tabel IV-20 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Nagrog ... 109

Tabel IV-21 Penggunaan TPU Cikutra ... 113

Tabel IV-22 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Cikutra ... 114

Tabel IV-23 Penggunaan TPU Hindu-Buddha Cikadut ... 118

Tabel IV-24 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Hindu-Buddha Cikadut ... 119

Tabel IV-25 Penggunaan TPU Kristen Pandu ... 122

Tabel IV-26 Ketersediaan Fasilitas TPU di TPU Kristen Pandu ... 123

Tabel IV-27 Evaluasi Lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung dalam Konteks Tata Ruang untuk Kota Besar/Metropolitan ... 130

Tabel IV-28 Lokasi Pemakaman Berdasarkan Kedekatannya dengan Elemen Guna Lahan Lain ... 133

Tabel IV-29 Evaluasi Penyediaan Tempat Pemakaman Umum di Kota Bandung ... 139


(15)

xii

Gambar 1.2 Pemakaman yang masih menggunakan pengerasan di Kota Bandung... 3

Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran ... 11

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Bandung ... 35

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung Tahun 2012 ... 52

Gambar 3.3 Mekanisme Pelayanan Pemakaman di TPU untuk Masyarakat Mampu (Umum) ... 55

Gambar 3.4 Mekanisme Pelayanan Pemakaman Bagi Masyarakat Kurang Mampu ... 56

Gambar 3.5 Peta Sebaran TPU di Kota Bandung... 62

Gambar 4.1 Kondisi Makam di TPU Sirnaraga ... 66

Gambar 4.2 Kondisi Jalur Pejalan Kaki di TPU Sirnaraga ... 66

Gambar 4.3 Gedung Pengelola TPU Sirnaraga ... 66

Gambar 4.4 Fasilitas Bandara yang menggunakan lahan TPU Sirnaraga ... 67

Gambar 4.5 Penggunaan Lahan oleh Masyarakat di TPU Sirnaraga ... 67

Gambar 4.6 Aksesbilitas yang Kurang Menuju TPU Sirnaraga... 67

Gambar 4.7 Sampah di TPU Sirnaraga ... 68

Gambar 4.8 Kurangnya Penjagaan di TPU Sirnaraga ... 68

Gambar 4.9 Kurangnya Kebersihan di TPU Sirnaraga ... 68

Gambar 4.10 Berkurangya Keindahan di TPU Sirnaraga Karena Kurangnya Kebersihan ... 68

Gambar 4.11 Gedung Pengelola TPU Gumuruh ... 71

Gambar 4.12 Jalur Pejalan Kaki di TPU Gumuruh ... 71

Gambar 4.13 Aktifitas Masyarakat di Sekitar TPU Gumuruh ... 72

Gambar 4.14 Sampah di Sekitar TPU Gumuruh ... 73

Gambar 4.15 Petak Makam yang Ditutupi Tanaman Liar TPU Gumuruh ... 73

Gambar 4.16 Akses Jalan di TPU Gumuruh ... 73

Gambar 4.17 Kondisi Gerbang Masuk TPU Maleer ... 76

Gambar 4.18 Gedung Pengelola TPU Maleer ... 76


(16)

xiii

Gambar 4.22 Sampah di Sekitar TPU Maleer ... 78

Gambar 4.23 Sampah Mengurangi Keindahan di TPU Maleer ... 78

Gambar 4.24 Kondisi Makam di TPU Rancacili ... 81

Gambar 4.25 Gedung Pengelola TPU Rancacili ... 81

Gambar 4.26 Aksesibiltas Menuju TPU Rancacili ... 81

Gambar 4.27 Sampah di Sekitar TPU Rancacili ... 82

Gambar 4.28 Petak Makam yang Ditumbuhi Tanaman Liar di TPU Rancacili ... 82

Gambar 4.29 Lahan Parkir di TPU Astanaanyar ... 85

Gambar 4.30 Kondisi Makam di TPU Astanaanyar ... 85

Gambar 4.31 Gedung Pengelola TPU Astanaanyar ... 85

Gambar 4.32 Aktifitas Masyarakat di Sekitar TPU Astana Anyar ... 86

Gambar 4.33 Aksesibilitas di TPU Astana Anyar ... 86

Gambar 4.34 Petak Makam yang Tidak Terawat di TPU Astana Anyar ... 87

Gambar 4.35 Tumpukan Sampah di TPU Astana Anyar ... 87

Gambar 4.36 Gerbang Masuk TPU Babakan Ciparay ... 90

Gambar 4.37 Lahan Parkir di TPU Babakan Ciparay ... 90

Gambar 4.38 Kondisi Makam di TPU Babakan Ciparay ... 90

Gambar 4.39 Aksesibilitas di TPU Babakan Ciparay ... 91

Gambar 4.40 Pemukiman di Sekitar TPU Babakan Ciparay ... 91

Gambar 4.41 Sampah yang Masih Bertebaran di TPU Babakan Ciparay ... 92

Gambar 4.42 Kurangnya Penjagaan di TPU Babakan Ciparay ... 92

Gambar 4.43 Lahan yang Masih Kosong di TPU Legok Ciseureuh ... 93

Gambar 4.44 Kantor Pengelola TPU Legok Ciseureuh ... 95

Gambar 4.45 Lahan Parkir di TPU Legok Ciseureuh ... 95

Gambar 4.46 Kondisi Jalur Pejalan Kaki di TPU Legok Ciseureuh ... 95

Gambar 4.47 Kondisi Petak Makam di TPU Legok Ciseureuh ... 95

Gambar 4.48 Aksesibiltas di TPU Legok Ciseureuh ... 96

Gambar 4.49 Petak Makam yang Tidak Terawat di TPU Legok Ciseureuh ... 97

Gambar 4.50 Tumpukan Sampah di TPU Legok Ciseureuh ... 97


(17)

xiv

Gambar 4.54 Gedung Pengelola TPU Ciburuy ... 100

Gambar 4.55 Kondisi Makam di TPU Ciburuy ... 100

Gambar 4.56 Pemukiman di Sekitar TPU Ciburuy ... 101

Gambar 4.57 Area TPU yang Digunakan Sebagai Tempat Pembuangan Sampah Sementara ... 102

Gambar 4.58 Keadaan TPU yang Kurang Tertib di TPU Ciburuy ... 102

Gambar 4.59 Jalur Pejalan Kaki di TPU Cibarunay... 105

Gambar 4.60 Kondisi Makam di TPU Cibarunay ... 105

Gambar 4.61 Gedung Pengelola TPU Cibarunay... 105

Gambar 4.62 Pemukiman di Sekitar TPU Cibarunay ... 106

Gambar 4.63 Aksesibiltas di TPU Cibarunay ... 106

Gambar 4.64 Petak Makam yang Tidak Terawat di TPU Cibarunay... 106

Gambar 4.65 Sampah di Sekitar TPU Cibarunay ... 106

Gambar 4.66 Pelayanan Pembayaran Retribusi di TPU Cibarunay ... 107

Gambar 4.67 Kegiatan Pengelola di TPU Cibarunay ... 107

Gambar 4.68 Mobil Jenazah di TPU Nagrog ... 110

Gambar 4.69 Lahan Parkir di TPU Nagrog ... 110

Gambar 4.70 Lampu Penerangan di TPU Nagrog... 110

Gambar 4.71 Aksesibilitas di TPU Nagrog ... 111

Gambar 4.72 Tumpukan Sampah di TPU Nagrog ... 111

Gambar 4.73 Masih Terdapat Sampah di Sekitar TPU Nagrog ... 111

Gambar 4.74 Pelayanan Pembayaran Retribusi di TPU Nagrog ... 112

Gambar 4.75 Gedung Pengelola TPU Cikutra ... 115

Gambar 4.76 Kondisi Makam di TPU Cikutra ... 115

Gambar 4.77 Jalur Pejalan Kaki di TPU Cikutra ... 115

Gambar 4.78 Lahan Parkir di TPU Cikutra ... 115

Gambar 4.79 Aksesibilitas di TPU Cikutra ... 116

Gambar 4.80 Sampah Terdapat pada Petak Makam di TPU Cikutra ... 116

Gambar 4.81 Tumpukan Sampah di TPU Cikutra ... 116


(18)

xv

Gambar 4.85 Kondisi Makam di TPU Cikadut ... 120

Gambar 4.86 Aksesibiltas di TPU Cikadut ... 121

Gambar 4.87 Kondisi Petak Makam di TPU Cikadut ... 121

Gambar 4.88 Kondisi Kumuh di TPU Cikadut ... 121

Gambar 4.89 Kantor Pengelola TPU Pandu ... 124

Gambar 4.90 Kondisi Makam di TPU Pandu ... 124

Gambar 4.91 Pagar Pembatas di TPU Pandu ... 125

Gambar 4.92 Pengendara Motor yang Menggunakan Jalan Pada TPU Pandu ... 125

Gambar 4.93 Sampah di TPU Pandu ... 126

Gambar 4.94 Kondisi Kumuh di TPU Pandu ... 126

Gambar 4.95 Peta Sebaran TPU di Kota Bandung ... 129


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisikan mengenai hal-hal yang mendasar dalam proses penelitian ini serta sebagai gambaran laporan secara keseluruhan mengenai penelitian yang dilakukan. Bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, sasaran, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.

1.1Latar Belakang

Kota Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat dengan kategori kota metropolitan. Karena memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi yaitu berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 yaitu sebesar 2.394.873 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 14.228 jiwa per kilometer persegi atau 142 jiwa per hektar (Badan Pusat Statistik, 2010). Kota Bandung merupakan kota dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi. Potensi yang dimiliki oleh Kota Bandung yang sangat beragam, sehingga menjadi modal kuat kota ini terus melakukan pembangunannya.

Saat ini banyak sekali investor yang berlomba-lomba untuk mendirikan bangunan-bangunan komersil. Pembangunan tersebut sudah harus pasti didukung oleh aspek keruangan yang cukup juga. Akan tetapi dilihat dari luas wilayah Kota Bandung saat ini dan jumlah penduduk yang terus meningkat, Kota Bandung tidak memungkinkan untuk terus dilakukan pembangunan. Karena sudah sangat sempit dan cukup padat. Oleh karena itu banyak lahan kosong yang seharusnya dibiarkan hijau sudah menjadi beton bangunan-bangunan kokoh. Perkembangan di Kota Bandung di berbagai bidang seperti sektor ekonomi, sosial, maupun pariwisata membuat kota ini menjadi salah satu kota yang menarik untuk menjadi tujuan masyarakat dari kota sekitar (urbanisasi) untuk mencoba peruntungan atau mengadu nasib sehingga jumlah penduduk semakin meningkat dan kebutuhan akan lahan pemukiman di Kota Bandung juga terus meningkat. Pembangunan tersebut sudah pasti akan berdampak terhadap tata guna lahan dan penambahan sarana perkotaan.


(20)

Salah satu sarana perkotaan yang sangat penting dan saat ini terancam keberadaannya di Kota Bandung yaitu tempat pemakaman umum (TPU). Pemakaman umum merupakan salah satu fasilitas sosial yang berfungsi sebagai tempat pemakaman bagi masyarakat yang meninggal dunia. Pemakaman umum juga memiliki fungsi lainnya seperti RTH, daerah resapan air, dan paru-paru kota. Lahan pemakaman selain digunakan untuk tempat pemakaman, umumnya memiliki sedikit lahan untuk ruang terbangun dan sisanya ditanami berbagai jenis tumbuhan.

Pelayanan pemakaman merupakan salah satu bentuk layanan pemerintah daerah yang sangat penting kepada masyarakat. Sebab kematian merupakan hal yang alami, tidak dapat dipercepat juga tidak dapat ditunda oleh manusia. Selalu dan pasti terjadi setiap saat, sehingga Pemerintah Daerah harus dapat menyediakan layanan tersebut terutama dalam hal penyediaan petak makam yang diperlukan oleh masyarakat. Namun saat ini Pemerintah Kota Bandung sedang menghadapi suatu masalah yang sangat serius mengenai ketersediaan tempat pemakaman umum (TPU). Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang ada di Kota Bandung sudah hampir penuh digunakan. Bahkan, 13 TPU yang ada dan memiliki

luas lahan 1.461.508 m2 berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

Bandung kini 96% sudah terisi. Pemerintah Kota kini hanya tinggal memiliki

lahan TPU 4 persen saja atau sekitar 58.198 m2 dari keseluruhan sisa TPU yang

ada di Kota Bandung. Jika dikalkulasikan dengan angka rata-rata kematian warga yang dimakamkan di Kota Bandung, maka lahan pemakaman yang ada akan habis kurang dari 9 tahun. Sebab angka rata-rata warga yang meninggal dan dimakamkan di Kota Bandung mencapai 6.600 jiwa per tahun berdasarkan perhitungan dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung.


(21)

Tabel I-1

Luas Lahan TPU dan Angka Kematian di Kota Bandung

Luas Lahan TPU Tersisa (tahun 2011)

Luas Lahan TPU yang Dialihfungsikan

Luas Lahan TPU Keseluruhan

58.198 m2 39.047 m2 1.461.508 m2

Angka Kematian per Tahun

di Kota Bandung 6.600 jiwa/tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) & Dinas Pemakaman (2011)

Lahan TPU kini semakin kecil, hal ini terjadi akibat banyaknya pengalihan lahan TPU dijadikan pemukiman warga. Dari luas lahan pemakaman yang

dikelola Pemerintah Kota Bandung mencapai sekitar 1.461.508 m2, jika ditotalkan

ada 39.047 m2 yang digunakan warga untuk dijadikan pemukiman (Detik

Bandung, 2011). Pemakaman yang merupakan sebagai salah satu elemen dari ruang terbuka hijau pun sekarang kurang efisien dalam penggunaannya terutama sebagai daerah resapan air, karena saat ini masih banyak makam yang masih menggunakan beton sebagai hiasan atau pun pembatas makam (Pikiran Rakyat Online, 2011). Berbeda dengan kota lain seperti DKI Jakarta yang saat ini sudah melaksanakan program rumputisasi pada semua TPU yang ada.

Dari masalah-masalah diatas maka peneliti kembali bertanya-tanya apakah Pemerintah Kota Bandung telah memenuhi standar pelayanan pemakaman perkotaan baik dari penyediaan, pengelolaan, dan lain-lain. Maka diperlukan suatu kajian penelitian untuk dapat mengetahui fakta-fakta penting dan sebagai solusi

Gambar 1.2 Pemakaman yang masih menggunakan pengerasan di Kota Bandung (Hasil Survey,

2011) Gambar 1.1

Pemakaman dengan sistem rumputisasi di Jakarta


(22)

pemecahan masalah tersebut. Evaluasi mengenai penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung merupakan salah satu langkah tepat dalam masalah ini, karena mungkin saja banyak masalah-masalah atau fakta-fakta (temuan) penting di lapangan yang belum diketahui Pemerintah Kota Bandung mengenai sarana tempat pemakaman umum. Sehingga hal-hal tersebut bisa menjadi sebagai modal untuk kedepannya agar penyediaan sarana tempat pemakaman umum di Kota Bandung menjadi lebih baik lagi.

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Lahan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung akan habis dalam waktu 9 tahun ke depan dilihat dari angka rata-rata kematian per tahun di Kota Bandung dan dilihat dari sisa lahan pemakaman yang tersebar di 13 TPU di Kota Bandung.

Masih banyaknya makam yang menggunakan beton dan fasilitas yang tidak memadai, yang membuat fungsi TPU tidak maksimal sebagai salah satu elemen ruang terbuka hijau di perkotaan terutama untuk penyerapan. Banyaknya pengalihan fungsi lahan TPU dijadikan pemukiman warga, selain itu kondisi pemakaman di Kota Bandung sudah tidak sesuai dengan Planologi Kota karena telah berbaur dengan pemukiman warga.

Permasalahan-permasalahan di atas menghasilkan sebuah pertanyaan besar

dalam penelitian ini yang harus terjawab, yaitu Bagaimana penyediaan lahan

tempat pemakaman umum di Kota Bandung dan apakah sudah sesuai dengan standar pemakaman perkotaan dan peraturan yang berlaku tentang pemakaman? 1.3Tujuan dan Sasaran

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi penyediaan lahan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung berdasarkan pedoman dan peraturan yang terkait dengan pemakaman. Adapun sasaran dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan tersebut yaitu :


(23)

Mengidentifikasi kondisi eksisting penyediaan lahan pemakaman di Kota Bandung saat ini melalui aspek pada pemakaman yaitu penggunaan lahan TPU, penggolongan TPU, fasilitas TPU, sebaran lokasi TPU, dan pengelolaan TPU.

Mengevaluasi lokasi pemakaman ditinjau berdasarkan pola lokasinya, yaitu berdasarkan lokasinya dalam konteks tata ruang dan kedekatannya dengan elemen kegiatan kota.

Mengevaluasi penyediaan lahan pemakaman di Kota Bandung yang mengacu pada standar dan peraturan yang berlaku terkait dengan pemakaman di kawasan perkotaan.

1.4Ruang Lingkup Penelitian

Pada sub bab ini akan menjelaskan mengenai ruang lingkup penelitian ini. ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah. Lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut.

1.4.1 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi pada penelitian ini yaitu akan membahas mengenai aspek-aspek utama yang terkait dengan pemakaman yaitu penggunaan TPU, penggolongan TPU, fasilitas TPU, sebaran lokasi TPU, pengelolaan TPU, kelembagaan TPU, dan pengalihan fungsi lahan TPU. Selanjutnya dari lokasi-lokasi dan kedekatannya pemakaman dengan berbagai elemen kegiatan kota kita dapat mengevaluasi keberadaan pemakaman berdasarkan pola lokasinya baik terhadap pemakaman maupun bagi lingkungan sekitarnya. Setelah aspek-aspek tersebut telah teridentifikasi baik kondisi eksisting maupun permasalahannya, setelah itu akan dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman, Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 21 Tahun 2001 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.


(24)

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Pada penelitian ini yang menjadi wilayah studi yaitu 13 tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pemakaman dan Pertamanan Bidang Pemakaman. Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslim dan Non Muslim yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai berikut.

Tabel I-2

Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung

Nama TPU Jenis TPU Luas Makam (m2)

Sirnaraga Muslim 156.000

Cibarunay Muslim 17.500

Pandu Kristen 127.700

Cikutra Muslim 83.608

Maleer Muslim 79.534

Gumuruh Muslim 20.000

Ciburuy Muslim 21.000

Astana Anyar Muslim 74.469

Babakan Ciparay Muslim 32.990

Legok Ciseureuh Muslim 16.651

Cikadut Hindu-Buddha 561.557

Nagrog Muslim 228.968

Rancacili Muslim 41.531

Jumlah 1.461.508

Sumber: Dinas Pemakaman dan Pertamanan, 2012

1.5Metodologi Penelitian

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menunjukkan cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Pada penelitian ini dalam proses pengumpulan data, dilakukan dengan dua jenis survey yaitu survey sekunder dan survey primer.

a. Survey Sekunder

Survey sekunder merupakan survey yang dilakukan dengan cara studi literatur untuk mendapatkan data-data atau mengkaji teori-teori yang terkait


(25)

dengan penelitian ini. Survey sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data atau dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini dari instansi terkait. Dalam penelitian ini survey sekunder dilakukan dengan mengumpulkan berbagai literatur, peraturan atau pedoman yang berkaitan dengan pemakaman di kawasan perkotaan. Selain itu mengumpulkan data-data terkait kondisi pemakaman di Kota Bandung dan juga gambaran umum Kota Bandung secara keseluruhan.

b. Survey Primer

Survey primer dilakukan dengan cara observasi langsung ke lapangan dan juga wawancara dengan pihak yang terkait dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini survey primer dilakukan dengan melakukan observasi langsung ke seluruh 13 tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung, dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu Dinas Pemakaman Kota Bandung. Survey ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi eksisting atau temuan langsung di lapangan mengenai permasalahan atau fakta yang ada di lapangan serta informasi tambahan yang tidak dapat diperoleh melalui survey sekunder.

1.5.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh. Variabel penelitian merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut, kemudian ditarik suatu kesimpulan. Pada penelitian ini variabel-variabel yang menjadi acuan untuk bahan evaluasi terkait penataan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel I-3 Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Informasi yang Diperoleh Cara mendapatkan Sumber

Identifikasi Kondisi Eksisting

Penggunaan TPU di Kota Bandung

a. Jumlah Petak Makam b. Luas Setiap TPU

Survey Sekunder Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung


(26)

Kota Bandung dan Pemakaman Kota Bandung

Fasilitas TPU a. Kelengkapan Fasilitas: Petak Makam Elemen Vegetasi Jalur Pejalan Kaki Jalur Kendaraan dan Tempat Parkir Plaza dan Ruang Terbuka

Gedung Pengelola TPU Elemen Penanda Lampu Penerangan Tempat Duduk Gerbang Pagar Jaringan Utilitas b. Kondisi Fasilitas

Survey Primer 13 Tempat

Pemakaman Umum di Kota Bandung

Sebaran Lokasi TPU a. Kedekatan pemakaman dengan elemen kegiatan kota (guna lahan). b. Jangkauan Pelayanan

TPU terhadap wilayah sekitarnya.

Survey Sekunder dan Survey Primer

13 Tempat

Pemakaman Umum di Kota Bandung

Pengelolaan TPU Perawatan dan pemeliharaan setiap TPU.

Survey Primer 13 Tempat

Pemakaman Umum di Kota Bandung

Evaluasi Lokasi Pemakaman

Lokasinya menurut konteks tata ruang

Persebaran lokasi TPU : Pusat Kota Transisi Kota Pinggiran Kota Luar Kota

Survey Primer 13 Tempat

Pemakaman Umum di Kota Bandung

Lokasinya berdasarkan kedekatan dengan elemen guna lahan lainnya

Lokasi TPU menurut guna lahan di sekitarnya dan alternatif fungsi bagi pemakaman tersebut

Survey Primer 13 Tempat

Pemakaman Umum di Kota Bandung

Evaluasi Penyediaan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Bandung

Hasil identifikasi kondisi eksisting dan permasalahan seluruh TPU di Kota

Hasil Evaluasi berdasarkan variabel penelitian:

Kapasitas TPU

Evaluasi hasil survey sekunder dan survey primer

13 Tempat

Pemakaman Umum di Kota Bandung


(27)

Bandung Jenis TPU Fasilitas TPU Lokasi TPU Pengelolaan TPU Kelembagaan TPU Sistem kelembagaan TPU di

Kota Bandung.

Survey Primer dan Survey Sekunder

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung

Pengalihan Fungsi Lahan TPU

Luas Lahan TPU yang dialihfungsikan untuk kegiatan lain.

Survey Primer dan Survey Sekunder

13 TPU di Kota Bandung

1.5.3 Metode Analisis Data

Penelitian ini termasuk ke dalam Penelitian Kualitatif. Penelitian

Kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Penelitian kualitatif dilakukan karena

peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat

dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif (Satori, 2009). Metode yang digunakan

dalam menganalisis data yang didapatyaitu Metode Analisis Kualitatif Deskriptif.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif adalah suatu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya; catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penulisan penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan dari data/fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan (Satori, 2009).

Pendekatan analisis pada penelitian ini yaitu berkaitan dengan evaluasi dari variabel-variabel penelitian yang telah ditentukan. Dengan melakukan identifikasi kondisi eksisting dan permasalahan-permasalahannya terlebih dahulu sehingga dapat diketahui fakta-fakta baru atau temuan penting yang dapat dijadikan bahan untuk evaluasi penyediaan tempat pemakaman umum (TPU) di


(28)

Kota Bandung. Evaluasi yang digunakan yaitu melalui teknik evaluasi formal dimana evaluasi dilakukan berdasarkan pedoman atau kebijakan terkait pemakaman. Selain itu dikarenakan tidak lengkapnya kebijakan terkait pemakaman sehingga teknik evaluasi semu pun digunakan sebagai pendekatan dalam mengevaluasi pada penelitian yaitu dengan menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan tanpa berusaha menanyakan manfaat atau nilai-nilai dari hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.

1.6 Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui proses dan memudahkan dalam memahami alur dalam penelitian maka dibuatlah kerangka pemikiran dari penelitian ini, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.


(29)

Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran

Perkembangan Kota Bandung saat ini

Pemakaman sudah tidak sesuai dengan planologi

kota karena sudah berbaur dengan

pemukiman Ketersediaan lahan

pemakaman umum di Kota Bandung yang semakin berkurang dan akan habis dalam 9 tahun

Pemakaman sebagai RTH kota

Identifikasi Kondisi Eksisting

Variabel Penelitian : Penggunaan TPU Penggolongan TPU Fasilitas TPU Sebaran Lokasi TPU Pengelolaan TPU Kelembagaan TPU

Pengalihan Fungsi Lahan TPU

Pedoman dan Peraturan terkait

pemakaman


(30)

1.7 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan gambaran struktur pembahasan dari isi laporan secara keseluruhan. Sistematika pembahasan dalam laporan ini yaitu sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan kerangka pemikiran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan mengenai penjelasan-penjelasan teori dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan tema penelitian yang bersumber dari studi literatur (pustaka).

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PEMAKAMAN DI KOTA BANDUNG

Pada bab ini menjelaskan gambaran umum dari wilayah penelitian yaitu Kota Bandung yang meliputi letak geografis, luas wilayah, batas wilayah, kondisi administratif, kependudukan dan juga akan dibahas mengenai gambaran pelayanan pemakaman umum di Kota Bandung yang meliputi gambaran umum Dinas Pemakaman Kota Bandung, identifikasi kegiatan pemakaman umum di Kota Bandung, dan kondisi eksisting pemakaman umum di Kota Bandung.

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi dari penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Evaluasi meliputi evaluasi setiap TPU di Kota Bandung melalui beberapa

variabel penelitian yang terdiri dari penggunaan TPU,

penggolongan TPU, fasilitas TPU, lokasi TPU, pengelolaan TPU, kelembagaan TPU, dan pengalihan fungsi lahan TPU. Evaluasi


(31)

mengenai lokasi pemakanan berdasarkan letaknya dalam konteks tata ruang dan elemen guna lahan yang berdekatan dengan TPU.Selain itu evaluasi tempat pemakaman umum (TPU) secara keseluruhan akan di jelaskan pada bab ini.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari seluruh isi laporan pada bab sebelumnya. Pada bagian akhir bab ini dihasilkan sebuah rekomendasi yang dapat menjadi solusi atau masukan bagi pihak terkait, serta akan dijelaskan mengenai kelemahan dari studi yang telah dilakukan beserta saran studi lanjutan dari penelitian ini.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan penjelasan mengenai teori dan

kebijakan-kebijakan/peraturan yang berhubungan dengan tema penelitian yang bersumber dari studi literatur (pustaka), dimana di dalamnya terdiri dari penjelasan mengenai pelayanan umum, peran prasarana dan sarana umum, penataan ruang terbuka (open space), pemakaman, tinjauan kebijakan penyediaan lahan pemakaman, tinjauan sistem pengelolaan lahan pemakaman, prinsip penataan tempat pemakaman umum, rumusan kriteria penyediaan lahan pemakaman dan penjelasan mengenai teknik evaluasi.

2.1 Pelayanan Umum

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai makna pelayanan umum, sifat

dan bentuk pelayanan umum, penyelenggara manajemen pelayanan, dan nimby

syndrome.

2.1.1 Makna Pelayanan Umum

Arti pelayanan umum tidak terlepas dari lingkup kepentingan umum dimana pelayanan umum diselenggarakan dalam rangka memenuhi kepentingan umum. Kepentingan umum berasal dari himpunan kepentingan-kepentingan pribadi yang sama, dimana kepentingan pribadi berasal dari hak asasi manusia. Akan tetapi, tidak semua kepentingan pribadi yang sama akan menjadi kepentingan. Kepentingan pribadi yang dapat menjadi kepentingan umum adalah apabila dalam pemenuhannya berkaitan atau berdampak terhadap kepentingan masyarakat umum. Pemenuhan kebutuhan pribadi yang berkaitan dengan

masyarakat umum erat kaitannya dengan penggunaan barang umum (public

goods), antara lain udara, ruang, air, tanah, dan prasarana wilayah. Oleh karena itu, pengelolaan kepentingan umum perlu diambil alih oleh pemerintah menjadi bentuk-bentuk pelayanan umum dan merupakan komponen dalam manajemen wilayah dan kota. Mengingat pelayanan umum pun menyangkut barang publik maka di samping adanya pelayanan yang bersifat pengaturan, yaitu suatu bentuk


(33)

intervensi pemerintah terhadap mekanisme pasar bebas terhadap barang publik. Tujuan akhir dari pelayanan umum adalah mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang berdaya agar dapat mengurusi persoalan mereka sendiri. Jadi, pemenuhan kepentingan umum yang dilakukan oleh pemerintah dimaksudkan untuk pemberdayaan masyarakat (Sadyohutomo, 2008).

2.1.2 Sifat dan Bentuk Pelayanan Umum

Menurut Sadyohutomo (2008),tugas pelayanan umum dalam manajemen kota dan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dapat dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a. Tugas pelayanan yang bersifat mengatur kegiatan masyarakat dalam menggunakan ruang.

Tugas yang bersifat mengatur merupakan intervensi pemerintah pada mekanisme kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan ruang. Tugas ini bertujuan agar terciptanya perikehidupan yang tertib, aman, adil, dan merangsang kegiatan yang produktif untuk kesejahteraan masyarakat. Tugas mengatur ini sebagian diwujudkan dalam bentuk perizinan (izin lokasi, izin perubahan penggunaan tanah, dll) dan kepemilikan (sertifikat tanah).

b. Tugas pelayanan yang bersifat penyediaan kebutuhan publik, baik yang berupa barang maupun jasa.

Di samping melaksanakan pengaturan, pemerintah kota maupun wilayah berkewajiban melakukan pelayanan penyediaan kebutuhan publik. Pelayanan pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa pada hakikatnya bersifat nonkomersial. Akan tetapi, dalam rangka menjadi bagian dari Pendapatan Asli Daerah maka sebagian pelayanan tidak secara gratis. Pendapatan dari penyelenggaraan pelayanan umum oleh pemerintah sebaiknya sekedar untuk menutupi biaya operasional pelayanan.

Berdasarkan waktu penyediaannya, pelayanan penyediaan kebutuhan umum dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.


(34)

a. Bersifat mendesak (tidak bisa ditunda) sehingga harus tersedia 24 jam.

b. Bersifat biasa, waktu pelayanan mengikuti hari kerja dan jam kerja.

Bentuk-bentuk pelayanan penyediaan kebutuhan umum oleh pemerintah pusat, daerah, dan BUMN/BUMD dapat berupa barang nyata, barang tidak nyata (misalnya, informasi), dan jasa (Sadyohutomo, 2008).

2.1.3 Penyelenggara Manajemen Pelayanan a. Struktur Pelaku Pelayanan

Menurut Sadyohutomo (2008), struktur pelaku manajemen layanan terdiri atas dua tingkat, yaitu sebagai berikut.

Penanggung jawab fungsi layanan, yaitu pemerintah dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Tanggung jawab tugas layanan dibagi habis kepada kepala dinas/instansi sebagai unit-unit organisasi pelayanan.

Pelaku pelayanan, yaitu pegawai dinas/instansi layanan yang terhimpun dalam bentuk struktur organisasi.

Selama pelaksanaan pelayanan maka dilakukan pengendalian dan evaluasi. Hasil evaluasi ini menggambarkan keberhasilan organisasi mencapai tujuan pelayanan, di mana tingkat keberhasilannya diukur dengan tingkat kepuasan pelanggan.

b. Analisis Kesiapan Institusi Pelayanan

Ada tiga pertanyaan untuk mengetahui kesiapan institusi dalam pelayanan umum, yaitu sebagai berikut.

Apakah telah ada institusi-institusi yang menangani fungsi-fungsi yang diperlukan?

Apakah institusi-institusi tersebut mampu mengemban fungsi tersebut? Apakah antarinstitusi bisa bekerja sama atau justru saling berbenturan? Apabila ketiga pertanyaan tersebut diperoleh jawaban yang kurang memuaskan maka perlu dilakukan analisis penyiapan institusi, dengan langkah-langkah sebagai berikut.


(35)

a. Inventarisasi Institusi

Diinventarisasi semua institusi yang mempunyai peranan langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan umum.Institusi itu meliputi tingkat pusat sampai dengan tingkat lokal, yaitu sebagai berikut.

1. Departemen PU, Departemen Dalam Negeri, dan sebagainya,

2. Pemerintah provinsi,

3. Pemerintah daerah : Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas PU,

dan sebagainya,

4. Lembaga Swadaya Masyarakat di bidang pelayanan masyarakat.

5. Sektor swasta yang bergerak di bidang pembangunan perumahan,

industri, jasa, dan perhubungan.

b. Visualisasi Hubungan Antarinstitusi

Subyek pelayanan diletakkan di tengah, sedangkan institusi yang berkaitan diletakkan di sekitarnya secara berjenjang sesuai tingkat keeratan hubungannya.

Juga dibedakan sifat hubungannya apakah kerja sama/sejalan atau

bertentangan/konflik.

c. Identifikasi Masalah dan Saran Perbaikan Institusi

a. Institusi yang saling tumpang tindih atau bertentangan kepentingan

perlu dipertemukan dan ditetapkan tugas dan fungsinya agar sejalan.

b. Revitalisasi institusi yang tidak mampu melaksanakan fungsinya,

antara lain dengan reorganisasi atau penegasan kembali tugas dan fungsinya.

2.1.4 Mengatasi Nimby Syndrome

Beberapa bentuk kegiatan dalam rangka penyediaan fasilitas pelayanan umum yang lokasinya dihindari, tidak disenangi, atau bahkan ditolak masyarakat apabila dekat dengan lokasi pemukiman mereka. Contohnya, lokasi pembuangan sampah, kuburan, lapangan terbang, dan lain-lain. Sikap menghindari atau

menolak lokasi tersebut dikenal dengan istilah the NIMBY Syndrome. NIMBY

adalah kepanjangan dari Not In My Backyard yang artinya jangan di halaman


(36)

Fenomena penolakan terhadap lokasi-lokasi kegiatan yang dianggap mengganggu tersebut pada akhir-akhir ini di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan kebebasan masyarakat untuk berekspresi. Strategi pendekatan pemerintah kepada masyarakat diutamakan dengan dialog untuk menampung argumen penolakan dan memadukan dengan kepentingan pemerintah dan masyarakat luas. Berdasarkan paduan informasi penolakan dan kepentingan tersebut dapat dirumuskan perencanaan penyediaan prasarana yang paling tepat dari aspek lokasi dan upaya penanggulangan dampak yang tidak diinginkan (Sadyohutomo, 2008).

2.2 Peran Prasarana dan Sarana Umum

Prasarana dan sarana umum berperan sebagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat luas. Penyediaannya dilakukan secara serentak atau massal (tidak secara per individu). Tingkat pemenuhan kebutuhan fasilitas tersebut menjadi ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Penyediaan prasarana dan sarana umum merupakan tanggung jawab pemerintah karena menyangkut hajat hidup orang banyak, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari maupun kebutuhan sekunder. Tanggung jawab tersebut menyangkut penyediaan dan pengaturan dalam pengelolaan prasarana-sarana. Akan tetapi, tidak berarti bahwa pemerintah harus menyediakannya secara keseluruhan karena sebagian tanggung jawab dapat diserahkan kepada pihak lain (Sadyohutomo, 2008).

2.3 Penataan Ruang Terbuka (Open Space)

Ruang terbuka mencakup pengertian ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka lainnya yang berupa kawasan tanpa bangunan di antara kawasan terbangun. Ruang terbuka berperan sebagai penyeimbang antara daerah terbangun dengan daerah terbuka. Peranan ruang terbuka hijau menyediakan udara bebas untuk mengatasi dampak pembangunan yang tidak hanya diperlukan di kawasan perkotaan saja, tetapi juga bagi pemukiman perdesaan yang padat. Fungsinya adalah sebagai berikut (Sadyohutomo, 2008).

1. Pencipta lingkungan udara sehat, antara lain berfungsi sebagai ventilasi kota dan menurunkan polutan di udara.


(37)

2. Penyedia ruang untuk kenyamanan hidup (amenity), seperti tempat untuk rileks, interaksi sosial, dan olahraga.

3. Pendukung estetika lingkungan.

Berikut bentuk-bentuk ruang terbuka.

1. Taman yang bersifat public (parks), yaitu taman kota, alun-alun, taman bermain, dan taman pada lingkungan pemukiman.

2. Lapangan olahraga

3. Jalur sempadan jalan

4. Hutan kota

5. Jalur khusus sepeda dan pejalan kaki

6. Perairan (waterfront); sungai, kolam, danau, dan tepian laut

7. Ruang terbuka privat, yaitu halaman, taman (garden) termasuk roof

garden, teras rumah, dan sempadan bangunan

8. Atrium pada komplek bangunan besar (plaza, mal)

9. Kuburan.

Persoalan penataan ruang terbuka di daerah perkotaan dihadapkan pada terbatasnya ruang terbuka yang ada. Sementara itu, ruang terbuka yang ada sering terancam dengan penggunaan yang lain, misalnya dipasangi papan reklame atau disalahgunakan oleh pedagang atau pemukiman liar. Sedangkan untuk menambah ruang terbuka, baik yang publik maupun yang privat dibatasi oleh efisiensi pemanfaatan ruang karena nilai tanah yang mahal. Di sini perlu ketegasan pemerintah daerah dalam menata ruang terbuka dengan pengaturan penyediaan dan perizinan penggunaan ruang terbuka. Kelembagaan pengelola ruang terbuka perlu ditata baik dari tingkat pemerintah daerah (kota/kabupaten), kecamatan, dan desa, serta swadaya masyarakat. Mengingat pengelolaan ruang terbuka terkait erat dengan kepentingan masyarakat luas maka pemerintah perlu melibatkan peran serta masyarakat (Sadyohutomo, 2008).

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan dibagi menjadi tiga yaitu :


(38)

a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:

ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat; proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan.

b. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku. Dalam hal ini untuk penyediaan sarana pemakaman yang ada di kawasan perkotaan pun harus sesuai dengan jumlah penduduk minimal.

c. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak terganggu. RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air.


(39)

Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.

2.4 Pemakaman

Pemakaman disebut juga penguburan adalah sebidang tanah yang disediakan untuk kuburan. Pemakaman bisa bersifat umum (semua orang boleh dimakamkan di sana) maupun khusus, misalnya pemakaman menurut agama, pemakaman pribadi milik keluarga, taman makam pahlawan, dan sebagainya.

Pemakaman umum merupakan salah satu fasilitas sosial yang berfungsi sebagai tempat pemakaman bagi masyarakat yang meninggal dunia. Pemakaman umum juga memiliki fungsi lainnya seperti sebagai RTH, daerah resapan air, dan paru-paru kota. Lahan pemakaman selain digunakan untuk tempat pemakaman, umumnya memiliki sedikit lahan untuk ruang terbangun dan sisanya ditanami berbagai jenis tumbuhan. Pelayanan pemakaman meliputi pelayanan penyediaan tanah makam dan pelayanan pengangkutan mayat.

Faktor-faktor pertimbangan lokasi menyangkut pertimbangan pola sebaran penduduk dan perkembangannya, serta adat/kebiasaan masyarakat (agama). Sedangkan faktor-faktor pertimbangan fungsi fisik tata ruang menyangkut pertimbangan kondisi fisik teknis, daya hubung (aksesibilitas), dan nilai lahan. Di samping itu, pertimbangan selanjutnya yang sangat penting dan berkaitan dengan beberapa faktor di atas adalah faktor kebijaksanaan dan kelembagaan yang berperan penting dalam mengatur masalah penyediaan dan pengelolaan lahan pemakaman di perkotaan (Mulyana, 1994).

2.5Tinjauan Kebijakan Penyediaan Lahan Pemakaman

Peraturan atau standar yang digunakan pada penelitian ini sebagai acuan dan pedoman untuk mengevaluasi penyediaan lahan pemakaman yang ada di Kota Bandung yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman, dan Keputusan


(40)

Mendagri No 26 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di KawasanPerkotaan, dan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 21 Tahun 2011 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat.

1. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman dan Keputusan Mendagri No 26 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987

Pada dasarnya aspek materi dalam PP No. 9 Tahun 1987 dan Kepmendagri No 26 Tahun 1989 terdiri atas 4 bagian, yaitu :

a. Penunjukan, penetapan, dan pemberian hak atas tanah untuk keperluan

tempat pemakaman.

b. Pengelolaan tempat pemakaman umum (TPU), tempat pemakaman

bukan umum (TPBU), dan tempat pemakaman khusus.

c. Pengaturan krematorium dan tempat penyimpanan jenazah.

d. Pengaturan pemindahan lokasi pemakaman.

Dari keempat aspek materi di atas, maka pokok-pokok peraturan yang berkaitan erat dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Yang dimaksud dengan pemakaman di dalam penelitian ini adalah

tempat pemakaman umum (TPU), yaitu areal tanah yang disediakan untuk keperluan tempat pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan, yang pengelolaanya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II atau Pemerintah Desa (PP No. 9 Tahun 1987 Pasal 1a).

b. Bahwa dalam penunjukan dan penetapan lokasi pemakaman

(dilaksanakan masing-masing Pemerintah Daerah Tingkat II di bawah koordinasi Gubernur) harus berdasarkan pada Rencana Pembangunan Daerah, dan/atau Rencana Tata Kota dengan ketentuan-ketentuan (kriteria) sebagai berikut (PP No. 9 Tahun 1987 Pasal 2 ayat 3) :


(41)

- Menghindari penggunaan tanah yang subur

- Memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup

- Mencegah Pengrusakan tanah dan lingkungan hidup

- Mencegah penggunaan tanah yang berlebih-lebihan

Areal tanah yang digunakan untuk Tempat Pemakaman Umum (TPU) tersebut diberi status Hak Pakai selama digunakan untuk keperluan pemakaman (PP No. 9 Tahun 1987 Pasal 3 ayat 1).

c. Apabila terdapat suatu pemakaman umum (TPU) yang dipandang tidak

sesuai dengan Tata Kota, sehingga menjadi penghambat peningkatan mutu lingkungan, secara bertahap diusahakan pemindahannya ke suatu lokasi yang disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Kota. Dan bekas pemakaman tersebut sedapat mungkin digunakan untuk kepentingan sosial dan/ atau keagamaan (PP No. 9 Tahun 1987 Pasal 12 Ayat 1 dan 3).

d. Untuk mengatasi kurangnya persediaan lahan bagi keperluan

pemakaman di lokasi pemukiman baru, Pemerintah Daerah dapat mengatur lebih lanjut persyaratan-persyaratan bagi pengusaha pembangunan (developer) perumahan untuk menyediakan lahan yang nantinya merupakan makam umum (Kepmendagri No. 26 Tahun 1989 Pasal 19).

e. Penggunaan tanah untuk pemakaman jenazah seseorang, baik pada

pemakaman jenazah di Tempat Pemakaman Umum maupun di Tempat Pemakaman Bukan Umum ditetapkan tidak lebih dari 2½ (dua setengah) meter x 1½ (satu setengah) meter dengan kedalaman minimum 1½ (satu setengah) meter.

f. Pengelolaan tempat pemakaman umum yang terletak di kota dilakukan

oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II, dan bagi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibu kota Jakarta.

g. Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum di Desa dilakukan oleh

Pemerintah Desa berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II yang bersangkutan.


(42)

h. Apabila terdapat suatu Tempat Pemakaman Umum, Tempat Pemakaman Bukan Umum, Krematorium, dan Tempat Penyimpanan Jenazah yang dipandang tidak sesuai lagi dengan Tata Kota, sehingga menjadi penghambat peningkatan mutu lingkungan, secara bertahap diusahakan pemindahannya ke suatu lokasi yang disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Kota serta memperhatikan ketentuan dalam Pasal 2 ayat (3).

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau untuk Penyediaan RTH Pemakaman

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut:

a. ukuran makam 1 m x 2 m;

b. jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;

c. tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan;

d. pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing

blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;

e. batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan

deretan pohon pelindung disalah satu sisinya;

f. batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar

buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;

g. ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal

70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya. Pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh juga untuk meningkatkan peran ekologis pemakaman termasuk habitat burung serta keindahan.

h. Penyediaan RTH berdasarkan berdasarkan jumlah penduduk untuk unit

lingkungan dengan jumlah penduduk 120.000 jiwa disediakan RTH dalam bentuk pemakaman dengan lokasi tersebar.


(43)

Sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;

Batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanir;

Sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi, atau menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi langsung;

Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap; Tahan terhadap hama penyakit;

Berumur panjang;

Dapat berupa pohon besar, sedang atau kecil disesuaikan dengan ketersediaan ruang;

Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

3. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 21 Tahun 2001 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat

Berdasarkan Perda Kota Bandung Nomor 21 tahun 2011 hal-hal yang menyangkut dengan pemakaman di Kota Bandung yaitu sebagai berikut :

1. Jenis pelayanan pemakaman yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

meliputi:

Pelayanan penyediaan tanah makam; Pelayanan pengangkutan mayat;

Pelayanan pemindahan/pembongkaran makam/pusara; Pelayanan penyediaan tanah makam cadangan;

Pelayanan penyediaan tanah makam tumpang;

Pelayanan pemeliharaan kebersihan lingkungan makam;

Pelayanan penitipan mayat di rumah duka milik Pemerintah Daerah;

Pelayanan pemakaman pada tanah makam milik

perorangan/keluarga.

2. Penggolongan tempat pemakaman umum adalah sebagai berikut :

TPU Islam untuk memakamkan orang-orang yang pada saat meninggal dunia beragama Islam;


(44)

TPU Kristen (Protestan/Katolik untuk memakamkan orang-orang yang pada saat meninggal dunia beragama Kristen (Protestan/ Katolik);

TPU Hindu/Buddha untuk memakamkan orang-orang yang pada saat meninggal dunia beragama Hindu/Budha.

3. Lahan makam yang berada di TPU dilarang untuk digunakan kepentingan

lain selain keperluan pemakaman tanpa ijin Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

4. Untuk bentuk makam secara teknis berdasarkan perda ini yaitu:

Ukuran tanah makam ditetapkan maksimal 2 X 1 m2 dengan

kedalaman sekurang kurangnya 1,50m2 dari permukaan tanah.

Kedalaman tanah makam tumpang sekurang-kurangnya 2 (dua) meter dari permukaan tanah untuk pemakaman mayat pertama. Tiap petak makam diberi batu nisan yang bertuliskan :

a. Nomor;

b. Nama;

c. Blok;

d. Tanggal lahir;

e. Tanggal meninggal/pemakaman.

2.6 Tinjauan Sistem Pengelolaan Lahan Pemakaman

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ketertiban dan pengelolaan lahan pemakaman ada tiga yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta (Mulyana, 1994).

Peran Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini yaitu Dinas Pertamanan dan Pemakaman lebih berorientasi pada aspek pelayanan pemakaman kepada masyarakat, sementara peranan yang berorientasi pada aspek pengelolaan atau ketertiban lahan pemakaman cenderung dirasakan masih kurang dikarenakan dana yang dimiliki oleh instansi ini kurang dan keterbatasan wewenang dan sumber daya manusia di dinas pemakaman. Selama ini kebijaksanaan pengelolaan/ketertiban pemakaman secara mutlak merupakan wewenang kepala daerah setempat, sedangkan dinas pemakaman hanya sebagai pelaksana pelayananan pemakaman.


(45)

Peran Masyarakat

Selama ini peran masyarakat cenderung belum optimal, karena

kebanyakan beranggapan bahwa masalah pengelolaan/ketertiban lahan

pemakaman merupakan tanggung jawab pemerintah dan merasa tidak memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.

Peran Swasta

Swasta berperan dalam mengelola dan menyediakan lahan pemakaman sebenarnya potensi yang dapat dikembangkan, namun kenyataannya swasta mengarah pada usaha komersil sehingga sering mengaburkan tujuan sosialnya. Sehingga perlu dipertegas mengenai peran masyarakat dan swasta dalam keikutsertaan mengelola dan menertibkan khususnya dan menyediakan lahan pemakaman jika mungkin.

2.7 Prinsip Penataan Tempat Pemakaman Umum

Menurut Hutauruk (2003), komponen penataan kawasan TPU terdiri dari petak makam, elemen vegetasi, jalur pejalan kaki, jalur kendaraan dan tempat parkir, plaza dan ruang terbuka, gedung pengelola TPU, elemen penanda, lampu penerangan, tempat duduk, gerbang, pagar, dan jaringan utilitas. Setiap komponen harus ditata sesuai dengan variabel penataan yang ada pada komponen tersebut seperti luas, bentuk, ukuran, jarak, letak, material permukaan dan lain-lain.Hal ini perlu diperhatikan karena dengan fasilitas yang baik maka TPU dapat optimal sebagai salah satu elemen sarana ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan selain untuk kepentingan pemakaman (sosial), tetapi juga untuk tempat rekreasi agar menghilangkan kesan mistis yang selama ini masyarakat rasakan. Selain itu berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 21 Tahun 2001 fasilitas-fasilitas yang harus tersedia pada tempat pemakaman umum (TPU) yaitu krematorium, tempat penyimpanan abu mayat, usungan mayat dan mobil jenazah. Fasilitas-fasilitas tersebut harus tersedia sebagai upaya dalam pelayanan kepada masyarakat pengguna sarana TPU.


(46)

Tabel II-1

Komponen Penataan Kawasan TPU

No. Fasilitas Tempat Pemakaman Umum (TPU)

1. Petak Makam 2. Elemen Vegetasi 3. Jalur Pejalan Kaki

4. Jalur Kendaraan dan Tempat Parkir 5. Plaza dan Ruang Terbuka

6. Gedung Pengelola TPU 7. Elemen Penanda 8. Lampu Penerangan 9. Tempat Duduk 10. Gerbang

11. Pagar

12. Jaringan Utilitas 13. Krematorium*

14. Tempat Penyimpanan Abu Mayat* 15. Usungan Mayat

16. Mobil Jenazah

Sumber: Hutauruk, 2003

Keterangan: *) hanya untuk TPU Non Muslim

2.8 Rumusan Kriteria Penyediaan Lahan Pemakaman

Menurut Mulyana (1994), rumusan kriteria penyediaan lahan pemakaman yaitu pengaturan lokasi pemakaman dalam konteks tata ruang kota dan pengaturan lokasi pemakaman berdasarkan kedekatannya dengan elemen guna lahan lainnya.

2.8.1 Kriteria Lokasi Pemakaman dalam Konteks Tata Ruang Kota

Dalam konteks tata ruang kota, pengaturan lokasi pemakaman sebaiknya memperhatikan ukuran kota dan pembagian zona kotanya. Hal ini penting dilakukan mengingat lokasi pemakaman di dalam suatu zona kota akan berbeda kepentingan/fungsinya jika ukuran kotanya juga berbeda. Di samping itu, pengaturan tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam pengembangan lokasi


(47)

pemakaman seiring dengan kecenderungan semakin besarnya ukuran suatu kota dan terjadinya perubahan karakteristik di setiap zona kota yang ada (Mulyana, 1994). Lebih jelasnya akan dijabarkan pada tabel berikut.

Tabel II-2

Kriteria Lokasi Pemakaman dalam Konteks Tata Ruang Kota

Kategori Ukuran Kota Kriteria Lokasi Pemakaman

Pusat Kota Transisi Kota Pinggir Kota Luar Kota

Kota Desa (3.000-25.000 Jiwa) Layak, sebaiknya ditempatkan di kawasan yang rendah perkembangannya sebaiknya difungsikan sebagai RTH. Layak, sebaiknya ditempatkan berdekatan dengan elemen kegiatan kota yang saling

menunjang dan diberikan fungsi yang tegas. Layak, sebaiknya ditempatkan berlawanan dengan arah perkembangan kota dan diberikan fungsi yang tegas. Tidak layak.

Kota Kecil (25.000-100.000 Jiwa)

Layak, harus memiliki fungsi yang tegas, fungsi disesuaikan menurut kedekatan dengan elemen guna lahan lain. Layak, sebaiknya ditempatkan berdekatan dengan elemen kegiatan kota yang saling

menunjang dan diberikan fungsi yang tegas. Layak, sebaiknya ditempatkan berlawanan dengan arah perkembangan kota dan diberikan fungsi yang tegas. Tidak layak, sebaiknya diantisipasi sebagai alternatif pengembangan .

Kota Menengah (100.000-500.000 Jiwa)

Tidak layak, sebaiknya

dipindah, atau jika dipertahankan harus disertai alasan khusus yang menegaskan kepentingan/fungs inya. Layak, harus

memiliki fungsi yang tegas, fungsi

disesuaikan menurut kedekatan dengan elemen guna lahan lain. Layak, sebaiknya ditempatkan berdekatan dengan elemen kegiatan kota yang saling menunjang dan diberikan fungsi yang tegas. Layak, sebaiknya ditempatkan berlawanan dengan arah perkembangan kota dan diberikan fungsi yang tegas. Kota Besar/ Metropolitan (

> 500.000 Jiwa)

Tidak layak, sebaikya dipindah atau dilarang.

Layak, harus

memiliki fungsi yang tegas, terutama sebagai RTH untuk paru-paru kot.a Layak, harus memiliki fungsi yang tegas, fungsi disesuaikan menurut kedekatan dengan elemen guna lahan lain

Layak, sebaiknya ditempatkan berlawanan dengan arah perkembangan kota dan diberikan fungsi yang tegas.

Sumber: Mulyana, 1994

2.8.2 Kriteria Lokasi Pemakaman Berdasarkan Kedekatannya dengan Elemen Guna Lahan Lain

Berdasarkan kedekatannya dengan elemen guna lahan lain, lokasi pemakaman sebaiknya dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam rangka


(48)

mewujudkan fungsi tata ruang kota secara keseluruhan. Hal ini penting dilakukan mengingat pemakaman juga mempunyai potensi dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota (misalnya sebagai ruang terbuka hijau untuk paru-paru kota), menciptakan keindahan dan memelihara nilai-nilai sejarah/budaya kota (berkenaan dengan pemakaman yang dapat berfungsi sebagai taman/monumen kota), dan mempunyai potensi dalam menjaga keutuhan fungsi suatu kawasan/kegiatan kota (berkenaan dengan pemakaman yang dapat berfungsi sebagai penyangga bagi kawasan/kegiatan yang membutuhkan perlindungan dari pengaruh adanya kawasan/kegiatan lain yang bertentangan fungsinya) (Mulyana, 1994). Lebih jelasnya akan dijabarkan pada tabel berikut.

Tabel II-3

Kriteria Lokasi Pemakaman Berdasarkan Kedekatannya dengan Elemen Guna Lahan Lain

Kategori Guna Lahan Kriteria Lokasi

Pemakaman

Alternatif Fungsi Bagi Pemakaman yang ada

Kawasan Lindung:

Kawasan yang Memberikan

Perlindungan Kawasan Bawahannya. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

Kawasan Rawan Bencana Alam

Boleh berdekatan, tapi dilarang berada di kawasan lindung ini.

Boleh berdekatan dan boleh berada di kawasan lindung ini.

Boleh berdekatan, tapi dilarang berada di kawasan lindung ini.

Kawasan Penyangga/RTH

Kawasan Penyangga/RTH

Kawasan Penyangga/RTH

Kawasan Penyangga/RTH

Kawasan Budidaya Pertanian:

Subur

Kurang Subur

Boleh berdekatan, tapi sebaiknya tidak berada di kawasan ini.

Sebaiknya berdekatan atau berada di kawasan ini.

RTH

RTH

Kawasan Budidaya Non Pertanian


(49)

Kategori Guna Lahan Kriteria Lokasi Pemakaman

Alternatif Fungsi Bagi Pemakaman yang ada

Berkepadatan Tinggi

Berkepadatan Sedang

Berkepadatan Rendah

Tidak boleh berdekatan

Boleh berdekatan

Sebaiknya berdekatan

Taman/Monumen Kota*

Taman/Monumen Kota/ RTH

Taman/Monumen Kota/ RTH

Perdagangan/Jasa Tidak boleh berdekatan Taman/Monumen Kota*

Industri:

Berpolusi/membahayakan Penduduk

Tidak Berpolusi

Sebaiknya berdekatan

Sebaiknya tidak berdekatan

Kawasan Penyangga/ RTH

Taman/ Monumen Kota/ RTH

Perkantoran:

Perkantoran Pemerintah

Perkantoran Swasta

Kompleks Militer

Sebaiknya tidak berdekatan.

Sebaiknya tidak berdekatan.

Sebaiknya berdekatan.

Taman/ Monumen Kota/ RTH

Taman/ Monumen Kota/ RTH

Kawasan Penyangga/RTH

Kategori Sarana (Fasilitas)

Pendidikan Boleh berdekatan Taman/ Monumen Kota/ RTH

Kesehatan:

Rumah Sakit

Puskesmas

Sebaiknya berdekatan

Boleh berdekatan

Kawasan Penyangga/ RTH

Taman/ Monumen Kota/ RTH

Peribadatan Boleh berdekatan Taman/ Monumen Kota/ RTH

Rekreasi dan atau Olahraga Boleh berdekatan Taman/ Monumen Kota/ RTH

Kategori Prasarana (utilitas)

Terminal Angkutan Jalan Raya:

Penumpang

Barang

Sebaiknya tidak berdekatan.

Boleh berdekatan

Kawasan Penyangga/ RTH

Kawasan Penyangga/ RTH

Stasiun Kereta Api Sebaiknya berdekatan Kawasan Penyangga/ RTH

Lapangan Terbang (Bandara) Sebaiknya berdekatan Kawasan Penyangga/ RTH

Tempat Pembuangan Sampah Sebaiknya berdekatan Kawasan Penyangga/ RTH

Jalan:


(50)

Kategori Guna Lahan Kriteria Lokasi Pemakaman

Alternatif Fungsi Bagi Pemakaman yang ada

Kolektor Lokal

Rel Kereta Api

Sebaiknya berdekatan Sebaiknya berdekatan

Sebaiknya berdekatan

Taman/ Monumen Kota/ RTH Taman/ Monumen Kota/ RTH

Kawasan Penyangga/ RTH

Sumber: Mulyana, 1994

Keterangan: *) jika tetap dipertahankan karena memungkinkan ditingkatkan fungsinya.

2.9 Evaluasi

Evaluasi secara umum diartikan sebagai sebuah penaksiran (apprasial)

pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment) kata-kata yang menyatakan

usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Menurut Dunn (2002), evaluasi memiliki fungsi utama dalam analisis kebijakan antara lain :

1. Memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja

kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.

2. Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang

mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

3. Memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan

lainnya termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Menurtu Dunn (2002), pada dasarnya terdapat tiga evaluasi kebijakan, antara lain :

a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)

Evaluasi semu merupakan pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan tanpa berusaha menanyakan manfaat atau nilai-nilai dari hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.


(1)

Berdasarkan evaluasi terhadap lokasi pemakaman berdasarkan konteks tata ruang dan elemen kegiatan yang berdekatan diketahui sebagai berikut.

Beberapa pemakaman yang secara lokasi tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987, yaitu lokasi makam tidak boleh berada di wilayah yang padat penduduknya.

TPU yang berdekatan dengan pemukiman padat yaitu diantaranya TPU Sirnaraga, TPU Cibarunay, TPU Ciburuy, TPU Gumuruh, TPU Maleer, TPU Babakan Ciparay, dan TPU Astana Anyar.

Lokasi tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung belum tersebar secara merata sehingga membuat ketidakseimbangan dalam pelayanan antar TPU. Belum ada proporsi yang jelas mengenai jangkauan wilayah pelayanan setiap TPU.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyediaan lahan TPU di Kota Bandung diketahui bahwa masih belum dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal-hal tersebut digambarkan melalui identifikasi kondisi eksisting dan permasalahan dari setiap variabel-variabel penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya.

5.2 Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian mengenai evaluasi penyediaan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung, telah diketahui mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat di lapangan. Berikut ini saran rekomendasi bagi pihak terkait sebagai upaya peningkatan kualitas dan solusi bagi permasalahan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung.

Dilakukannya upaya pemberlakuan aturan pembatasan kegiatan pemakaman sebagai upaya peremajaan pada TPU-TPU yang sudah mengalami keterbatasan lahan, yaitu pada TPU Sirnaraga, TPU Cibarunay, TPU Kristen Pandu, TPU Maleer, TPU Gumuruh, TPU Babakan Ciparay, dan TPU Hindu-Buddha Cikadut.

Pemberlakuan aturan untuk mengarahkan (pengoptimalan) kegiatan pemakaman menggunakan TPU-TPU yang masih belum memiliki


(2)

151

permasalahan keterbatasan lahan yaitu pada TPU Rancacili, TPU Nagrog, TPU Cikutra, TPU Ciburuy, TPU Astana Anyar, dan TPU Legok Ciseureuh.

Meningkatkan penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat membuat kondisi tempat pemakaman umum (TPU) menjadi lebih nyaman, tertib, dan menciptakan unsur estetika dan mengurangi suasana angker. Penyediaan sarana tempat pemakaman umum (TPU) baru bagi masyarakat Kota Bandung khususnya TPU bagi masyarakat beragama Kristen. Serta menambah kuantitas pegawai khususnya pegawai di lapangan sebagai upaya peningkatan pengelolaan tempat pemakaman umum (TPU).

5.3 Kelemahan Studi dan Saran Studi Lanjutan

Setelah melakukan penelitian mengenai evaluasi penyediaan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung, terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini, antara lain:

Penelitian ini tidak didukung oleh preferensi dari masyarakat untuk mengetahui pendapat mengenai dampak keberadaan TPU bagi masyarakat di sekitar tempat pemakaman di Kota Bandung.

Penelitian ini tidak didukung oleh preferensi dari para pengunjung atau pengguna sarana TPU untuk mengetahui penilaian terhadap kondisi setiap TPU yang ada di Kota Bandung.

Dari kelemahan-kelemahan studi dan temuan-temuan dari penelitian yang sudah diketahui, maka penulis memberikan saran untuk studi lanjutan yang dapat dilakukan guna sebagai penyempurnaan atas penelitian ini yaitu:

Melakukan studi mengenai dampak keberadaan tempat pemakaman umum (TPU) bagi masyarakat Kota Bandung yang tinggal di sekitar TPU.

Melakukan studi mengenai preferensi dan persepsi masyarakat pengguna sarana TPU di Kota Bandung.

Melakukan studi mengenai konsep alternatif desain penataan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung sebagai elemen ruang terbuka hijau.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Asep Rahmat. 1994. Kriteria Penyediaan Lahan Pemakaman Umum Di Daerah Perkotaan Berdasarkan Ukuran Kota. Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi ITB. Bandung.

Hutauruk, Tona. 2003. Prinsip-Prinsip Penataan Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang Dapat Digunakan Sebagai Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta. Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi ITB. Bandung.

Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah.Bandung. Dunn, William N. 2002. Analisis Kebijakan Publik.Yogyakarta: Hanindita. Satori, Djam’an. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta. Yunus, Hadi Sabari. 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen PU, DIRJEN Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Jakarta.

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. 2012. Laporan Kegiatan Bidang Pemakaman. Bandung.

Badan Pusat Statistik 2011. Kota Bandung Dalam Angka 2011. Bandung. Badan Pusat Statistik 2011. Kecamatan Dalam Angka 2011. Bandung.

Badan Pusat Statistik. 2010. Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2010. Bandung. Pikiran Rakyat Online.2010.Penduduk Kota Bandung Terpadat Se-Jabar. Pikiran Rakyat Edisi Rabu, 01/09/2010.

Detik Bandung. 2011. Kurang Dari 9 Tahun, Lahan Pemakaman di Bandung Akan Habis. Detik Bandung Edisi Selasa, 11/01/2011.

Pikiran Rakyat Online. 2011. 80% Makam di Kota Bandung Harus Dibongkar. Pikiran Rakyat Edisi Rabu, 04/05/2011.

Eriez. 2010. Biaya dan Retribusi Pemakaman di Bandung akan Dinaikan. Media Indonesia.com Edisi Rabu 13/10/2010.

Wikipedia. 2011. Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir.wikipedia.org

Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman Umum.

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 21 Tahun 2001 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.


(4)

153

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman Umum.


(5)

Nama : Muhammad Fahmi Iskandar Alam Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 8 Desember 1990 Kewarganegaraan : Indonesia

Status perkawinan : Belum Menikah Tinggi, berat badan : 169 cm, 50 kg Agama : Islam

Alamat lengkap : Jalan Salemba Tengah VII/ C 243 A 07/08 Kel. Paseban, Kec. Senen, Jakarta Pusat

Nomor Handphone : 085222222802 E-mail : m.fahmiiskandaralam@ymail.com

1996 - 2002: SDN Karang Pawitan 1 Karawang Kabupaten Karawang 2002- 2005 : SMP Negeri 4 Ternate Provinsi Maluku Utara

2005 - 2008 : SMA Negeri 1 Ternate Provinsi Maluku Utara

2008 - 2012 : Program Sarjana (S-1) Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung

DATA PRIBADI


(6)

-- SD : PRAMUKA (Tingkat Penggalang) - SMP : OSIS (Anggota)

- SMA : OSIS (Anggota)

- Perguruan Tinggi : Himpunan Mahasiswa PWK ( Jabatan Ketua HIMA periode 2010-2011)

- Identifikasi Pergerakan Bekerja dari WP Karees dan WP Gedebage (2009). - Studio Perencanaan Kota : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Pacet (2010). - Studio Perencanaan Wilayah : Pengembangan Konsep Cyber City di Kota Cimahi

(2011).

- Tenaga Survey pada proyek Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di Kabupaten Karawang (2011)

- Tenaga ahli pada Proyek Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Strategis Bidang Penataan dan Lingkungan Wilayah Sumatera Tahun 2012

- Eksplorasi Isu-isu Perencanaan Pembangunan Terkait Aspek Ekonomi dan

Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Studi Kasus:: Bandung Metropolitan Area dan Jawa Barat) (2010)

- Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Berbasis Pembiayaan Non-Konvensional (2010)

- EMPOWERMENT FOR GREEN CITIES, from planning to action (2011)

-Bahasa : Indonesia, inggris (pasif), -Bahasa Daerah : sunda, ternate Komputer

- Microsoft office (word, excel, powerpoint) - ArcGIS 9.3

- SPSS

- Corel Draw

PENGALAMAN ORGANISASI

PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN

KEMAMPUAN