TEMPAT PEMAKAMAN UMUM YANG INDAH DAN AMA

TEMPAT PEMAKAMAN UMUM YANG INDAH DAN AMAN
SEBAGAI UPAYA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBUAH
KOTA
(Studi Kasus: TPU Kota Bekasi)
Ashri Prawesthi D, Cynthia Puspitasari, dan Margaret Arni Bayu M
Surel: ashripd@gmail.com

ABSTRAK: Tempat Pemakaman Umum (TPU) memiliki fungsi utama sebagai tempat pelayanan
publik untuk penguburan jenazah. Pemakaman juga dapat berfungsi sebagai Ruang Terbuka
Hijau (RTH) untuk menambah keindahan kota, daerah resapan air, pelindung, pendukung
ekosistem, dan pemersatu ruang kota. Sayangnya, perencanaan area pemakaman dalam sebuah
kota sering terabaikan baik dari segi kualitas desain maupun kuantitas kebutuhan standar
pelayanan minimalnya. Metode penelitian dilakukan dengan teknik survei di TPU Perwira,
Kecamatan Bekasi Timur dan TPU Jatisari, Kecamatan Jatiasih, serta wawancara kepada
narasumber terkait. Temuan menunjukkan bahwa kondisi TPU di kedua lokasi belum indah dan
aman menurut peraturan-peraturan terkait RTH. Fokus penyelesaian masalah melalui desain
untuk penataan blok dalam masterplan serta arahan penyediaan sirkulasi, sarana, utilitas, serta
sempadan, sehingga menghilangkan kesan menakutkan namun tetap memiliki fungsi ekologis
dan sosial bagi masyarakat.

Kata kunci: tempat pemakaman umum (TPU), ruang terbuka hijau (RTH), Kota Bekasi.

1. Pendahuluan
Persoalan penataan ruang terbuka di daerah perkotaan dihadapkan pada terbatasnya ruang terbuka
yang ada. Sementara itu, ruang terbuka yang ada sering terancam dengan penggunaan yang lain,
misalnya dipasangi papan reklame, disalahgunakan oleh pedagang atau pemukiman liar. Sedangkan
untuk menambah ruang terbuka, baik yang publik maupun yang privat dibatasi oleh efisiensi
pemanfaatan ruang karena nilai tanah yang mahal. Salah satu jenis ruang terbuka adalah tempat
pemakaman umum (TPU) yang berfungsi sebagai ruang terbuka dan penyedia ruang untuk
kenyamanan hidup [1]. Makam memiliki peran penting dalam ruang kota yaitu sebagai monumen
yang melambangkan “perjalanan” setiap warga kota di dunia. Pemakaman juga menjadi tempat yang
memiliki simbol damai dan tenang. Ziarah yang selalu dilakukan pada saat-saat tertentu, misalnya
menjelang puasa menjadi urban cultural. Adanya kebiasaan tersebut menyebabkan perlunya sebuah
pemakaman yang nyaman ketika dikunjungi oleh keluarga [2].
Namun, kondisi nyaman tersebut belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat. Permasalahan yang
muncul di TPU di Indramayu yaitu masyarakat yang mengeluhkan tentang tidak tersedianya jalur
pejalan kaki dan fasilitas di dalam TPU [3]. Sedangkan TPU di Kota Makassar masih digunakan
sebagai tempat menggembalakan ternak dan pembuangan sampah sementara [4]. Perkembangan
kota-kota di Indonesia saat ini juga menjadi salah satu tantangan dalam penyediaan TPU yang
nyaman. Menurut RPJMD Kota Bekasi 2013-2018, Bekasi sebagai salah satu kota penyangga
Daerah Khusus Ibukota Jakarta mendapat limpahan kegiatan berupa industri, perdagangan dan jasa
serta permukiman. RTRW Kota Bekasi 2011-2031 mengamanatkan bahwa perwujudan ruang

terbuka hijau kota adalah 30 persen dari luas wilayah Kota Bekasi. Strategi yang dilakukan adalah:
a) memperluas RTH melalui konsolidasi lahan; b) mengembangkan RTH di sekeliling zona Tempat
Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) DKI Bantargebang; c) mengembalikan fungsi
RTH yang telah berubah menjadi fungsi lain; d) revitalisasi RTH; e) penyediaan taman kota, taman
lingkungan, hutan kota, sabuk hijau, jalur hijau jalan dan fungsi tertentu; f) meningkatkan jumlah

1

RTH privat melalui penetapan KDH minimal 10 persen pada setiap kavling lahan; dan g)
menerapkan mekanisme insentif dan disinsentif dalam penyediaan RTH Privat. Pada tahun 2012,
Kota Bekasi memiliki 16 taman dan 11 jalur hijau dengan jumlah luas 67.701,5 m² [5]. Jumlah
penduduk Kota Bekasi pada tahun 2027 yang diproyeksikan sebesar 3.848.634 jiwa dan tersebar di
12 kecamatan di Kota Bekasi menyebabkan adanya urgensi penyediaan lahan TPU yang semakin
nyaman.
2. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan, maka muncul pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Bagaimana kondisi TPU di
Kota Bekasi? 2) Bagaimana menata TPU yang indah dan aman? dan 3) Bagaimana upaya
Pemerintah Kota Bekasi dalam menyediakan RTH Kota melalui TPUnya. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah
Keperluan Tempat Pemakaman, TPU adalah area tanah yang disediakan untuk keperluan

pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan, yang pengelolaanya
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II atau Pemerintah Desa. Pembahasan pada tulisan ini
dibatasi pada areal TPU yang telah dikelola oleh Pemerintah Kota Bekasi.
Penelitian dilakukan dengan mengamati dua lokasi studi yaitu: 1) TPU Perwira, Kecamatan Bekasi
Utara yang saat ini telah terisi penuh dan memiliki rencana pengembangan lahan baru; 2) TPU
Jatisari, Kecamatan Jatiasih yang terisi sebagian dan memiliki rencana pengembangan lahan baru
(lihat gambar 1). Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara pada Agustus
2017. Observasi dilakukan ke TPU Perwira dan TPU Jatisari. Wawancara berpedoman dilakukan
kepada kepala pengelola kedua TPU dengan menggali permasalahan fisik TPU. Sedangkan data
sekunder diperoleh dengan melakukan penelusuran dokumen terkait RTRW Kota Bekasi 2031,
peraturan TPU, dan teori mengenai pemakaman.
Instrumen TPU yang menjadi dasar analisis yaitu sirkulasi, sarana, utilitas, dan sempadan.
Rekomendasi desain dilakukan berdasarkan identifikasi/pengelompokkan potensi dan masalah yang
terdapat di lapangan dan juga dari metode overlay peta GIS dengan foto udara.

Gambar 1 Peta TPU Perwira (kiri) dan TPU Jatisari (kanan)
Sumber: diolah dari RTRW Kota Bekasi 2011-2031 (2017)

2


3. Hasil dan Pembahasan
Peraturan Walikota Kota Bekasi Nomor 56 Tahun 2013 Tentang Penataan Tempat Pemakaman di
Kota Bekasi (Pasal 9 dan 10) mengatur mengenai penataan pagar, tanaman, liang lahat, batu nisan,
penataan makam, pembagian blok dan petak makam, penanaman pohon, penataan lingkungan
makam, saluran, instalasi air dan penanaman rumput yang teratur. Selain penataan, pemanfaatan
yang diizinkan dibangun di dalam TPU yaitu rumah duka, halaman parkir, dan bak taman/bak duduk.
Penataan dan pemanfaatan didasarkan kepada konsep Hijau, Indah, Tertib dan Teratur (HITT).
Dalam penentuan tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau untuk
penyediaan RTH pemakaman merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 5 Tahun 2008. Adapaun ketentuan bentuk pemakaman yang akan diterapkan di dua
TPU Kota Bekasi adalah sebagai berikut: a) ukuran makam 1 m x 2 m; b) jarak antar makam satu
dengan lainnya minimal 0,5 m; c) tiap makam tidak diperkenankan dilakukan
penembokan/perkerasan; d) pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masingmasing blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat; e) batas antar blok pemakaman
berupa pedestrian lebar 1,5-2 m dengan deretan pohon pelindung di salah satu sisinya; f) batas
terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar
tanaman, atau dengan pohon pelindung; g) ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa
perkerasan minimal 70 persen dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80 persen
dari luas ruang hijaunya. Pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh juga untuk
meningkatkan peran ekologis pemakaman termasuk habitat burung serta keindahan.
Berdasarkan hasil survei, TPU Perwira yang berada di Jalan Lingkar Utara memiliki luas 15,5

hektare terbagi menjadi dua blok, yaitu Blok Islam, Blok Kristen, serta lokasi pengembangan baru.
Saat ini lahan makam tidak lagi menerima pemakaman baru, hanya makam tumpang. Lokasi TPU
berada di tepi jalan arteri sehingga mudah dicapai. Fasilitas yang tersedia yaitu kantor pengelola,
musala, toilet dan rumah duka. Di dalam TPU, dijumpai 15 jenis burung dari 10 suku dengan jenis
individu yang paling banyak teramati yaitu dari suku Estrildidae, yaitu Bondol peking, Bondol jawa
dan Bondol haji. Banyaknya individu dan jenis dari jenis pemakan biji menyukai dan sering
mengunjungi lahan berumput alami [6].
Vegetasi di TPU Perwira didominasi dengan jenis Bintaro (Cerbera manghas) yang ditanam pada
sepanjang jalan utama, dan terkadang diselingi dengan jenis Angsana (Pterocarpus indica) meski
tidak dominan. Jenis-jenis vegetasi disela makam digunakan tanaman kamboja (Plumeria sp) yang
belum tumbuh besar. Kebanyakan makam telah ditutupi rumput bermuda (Cynodon dactylon).
Menurut informan, awalnya pepohonan di TPU berukuran besar sehingga menakutkan terutama
menjelang malam hari. Namun, kini jenis pepohonan diganti dengan ukuran lebih kecil, sehingga
kesan terbuka didapatkan di TPU ini.
Temuan masalah di TPU Perwira yaitu jalur pedestrian antar blok makam yang terputus atau tertutup
semak sehingga menyulitkan pengunjung saat berziarah, belum tersedianya tempat sampah, kurang
baiknya tatanan kios penjual kembang, tingginya muka air saluran air yang menyebabkan ketika
hujan air melimpah ke makam (lihat gambar 2). Menurut Dinas Perumahan Kawasan Permukiman
dan Pertanahan cq UPTD Pemakaman, kios penjual kembang memang belum diatur dan normalisasi
saluran air merupakan tanggung jawab dari Dinas Bina Marga dan Tata Air. Akibat limpahan air

tersebut, ahli waris yang terendam air melakukan peninggian lantai makam supaya aman ketika
terjadi genangan saat hujan. Selain itu, makam tidak memiliki jarak sempadan dengan permukiman
yang dapat menyebabkan kontaminasi zat-zat dan organisme, karena tanah berperan penting dalam
perpindahan bakteri dan virus. Kondisi ini tentu membahayakan kesehatan manusia di masa depan
[7] [8].

3

Gambar 2 Kondisi Jalur Pedestrian yang Terputus (atas), Kios Penjual Kembang (kiri bawah),
dan Kondisi Makam yang Tergenang (kanan bawah) di TPU Perwira
Sumber: hasil survei (2017)

Konsep penataan berdasarkan HITT di TPU Perwira memiliki fokus pada penataan sirkulasi di
dalam makam, sarana, utilitas dan sempadan. Penjelasan dapat dilihat pada tabel 1 dan desain
rencana dapat dilihat pada gambar 3.

1.

Sirkulasi


2.

Sarana

3.

Utilitas

Tabel 1 Penataan TPU Perwira
Fokus Penataan
Rencana
Menata jalur pedestrian antar blok
makam
a) Penataan kios penjual kembang
dan makanan/minuman ringan
b) Penyediaan TPS pada makam
c) Pembangunan pagar pembatas
dengan tinggi 1,75 dan tembus
pandang
d) Penyediaan area duduk setiap

100 m
a) Normalisasi saluran drainase
b) Penanaman vegetasi yaitu
Sawo duren (Crysophyllum
cainito), Bungur (Lagerstromia
speciosa) untuk sempadan
saluran air

4

Fokus Penataan
4.

Sempadan

a)
b)

Rencana
Berbatasan dengan

permukiman padat 10-30 m
Berbatasan dengan saluran air
5 meter

Sumber: hasil analisis (2017)

Gambar 3 Desain Rencana Masterplan TPU Perwira (kiri atas), Potongan Sempadan (kanan atas), Kios
(kiri bawah), Tempat duduk (tengah bawah), Perspektif (kiri dan kanan bawah)
Sumber: diolah dari Siteplan TPU Perwira, UPDT Pemakaman dan analisis (2017)

TPU Jatisari berada di Jalan Sirojul Munir, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi dengan lingkungan
sekitar berupa perumahan di sisi selatan, barat, dan utara. Sedangkan di sisi timur berbatasan dengan
empang, serta perkebunan. Pencapaian ke TPU ini sekitar 1 km dari Jalan Wibawa Mukti II yang

5

merupakan jalan arteri di kawasan tersebut. TPU Jatisari ini berbatasan dengan pemakaman wakaf
dengan luas sekitar 3 hektar yang telah dikelola oleh masyarakat sekitar 30 tahun. Lokasi
pengembangan TPU Jatisari sebesar 11 hektare berada di sisi utara yang dapat dicapai dari Jalan
Sirojul Munir. Total lahan TPU ini yaitu 17 hektar. Lokasi pengembangan berbatasan dengan Sungai

Cikeas sehingga kondisi lahan menurun ke arah timur dengan jarak penurunan sekitar 10 meter.
Dalam lokasi TPU terdapat jenis burung yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia, yaitu jenis
burung-madu kelapa, jenis burung pemakan madu dari bunga. Terdapat pula benalu di pohon-pohon
menjadi salah satu sumber pakan dari jenis burung madu dan burung cabai. Vegetasi di TPU Jatisari
lebih banyak jenis pohon rindang, pohon dominan yaitu jenis kamboja, sawo beludru, dan petai cina
yang digunakan untuk penghijauan dan pohon antara makam.
Temuan masalah di lapangan yaitu mengenai jumlah makam yang semakin tinggi dan luas lahan
yang terbatas. Menurut Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan cq UPTD
Pemakaman, saat ini makam blok Kristen telah penuh sehingga hanya diperbolehkan penguburan
secara tumpang. Sedangkan makam blok Islam mulai padat. Kondisi tersebut menyebabkan darurat
pengembangan di sisi utara dari lokasi eksisiting. Namun, terdapat beberapa kendala seperti
pencapaian yang sulit karena berada di dalam permukiman, topografi yang curam, dan berbatasan
dengan Sungai Cikeas yang ketika hujan kerap banjir (lihat gambar 4). Kondisi lokasi
pengembangan masih kosong dan terisi vegetasi, sehingga dibutuhkan pematangan lahan terlebih
dahulu sebelum akhirnya digunakan sebagai TPU. Sedangkan permasalahan di dalam lokasi TPU
eksisting terkait jalur pedestrian yang rusak menuju blok di area rendah dan belum adanya
pemagaran sebagai batas dengan permukiman.

Gambar 4 Kondisi Jalur Pedestrian yang Terputus (kiri atas), Kontur menurun (kanan atas),
dan Lahan yang berbatasan dengan Sungai Cikeas (bawah)

Sumber: hasil survei (2017)

6

Konsep penataan berdasarkan HITT di TPU Jatisari memiliki fokus pada penataan sirkulasi di dalam
makam, sarana, utilitas dan sempadan. Penjelasan dapat dilihat pada tabel 2 dan desain rencana dapat
dilihat pada gambar 5.

5.

Sirkulasi

6.

Sarana

7.
8.

Utilitas

9.

Sempadan

Tabel 2 Penataan TPU Jatisari
Fokus Penataan
Rencana
a) Menata jalur pedestrian antar
blok makam di lokasi eksisiting
b) Membangun jalur pedestrian
dan blok makam di lokasi
pengembangan
c) Membangun kantung parkir
a) Pembangunan kantor
pengelola, musala, toilet, dan
rumah duka di lokasi
pengembangan
b) Penyediaan TPS pada makam
c) Pembangunan pagar pembatas
dengan tinggi 1,75 dan tembus
pandang
d) Penyediaan area duduk setiap
100 m
a) Normalisasi Sungai Cikeas
b) Pembangunan saluran air di
sekitar lokasi pengembangan
TPU
c) Penanaman vegetasi yaitu
Sawo duren (Crysophyllum
cainito), Bungur (Lagerstromia
speciosa) untuk sempadan
Sungai Cikeas
a) Penetapan sempadan antara
TPU dan permukiman dengan
jarak 250 m
b) Berbatasan dengan
permukiman padat 10-30 m
c) Berbatasan dengan Sungai
Cikeas 50 m
d) Berbatasan dengan jalan 1 m
Sumber: hasil analisis (2017)

7

Gambar 3 Desain Rencana Masterplan TPU Jatisari, Potongan dan Perspektif
Sumber: diolah dari Siteplan TPUJatisari, UPTD Pemakaman dan analisis (2017)

8

Berdasarkan hasil observasi, kondisi dua TPU di Kota Bekasi tersebut masih dalam kondisi kurang
teratur sehingga diperlukan penataan fasilitas dan vegetasi untuk meningkatkan kenyamanan
terutama bagi keluarga yang berziarah. Kondisi topografi yang terjal terutama di TPU Jatisari dan
adanya saluran air kotor atau sungai, menyebabkan faktor keamanan menjadi hal mutlak dalam
penyediaan lahan pemakaman. Walau bagaimana pun, keberadaan jenazah yang telah dimakamkan
menjadi suatu kehormatan untuk mempersiapkan lahan TPU yang nyaman dan aman.
4. Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis, maka kami temuan, kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari
penelitian ini adalah:
a. Temuan:
- Kondisi TPU di Kota Bekasi yang diwakilkan oleh TPU Perwira dan TPU Jatisari secara
fisik menunjukkan belum adanya keteraturan sirkulasi, sarana, utilitas, dan sempadan (baik
sungai maupun jalan).
- Di TPU Perwira kondisinya sudah penuh namun penataan taman dan vegetasi belum
dilakukan.
- Di TPU Jatisari masih terdapat lahan milik masyarakat yang belum dibebaskan sehingga
menghambat penataan TPU.
- Kedua TPU belum memiliki pintu gerbang sebagai penanda yang baik di dalam sebuah
kawasan perkotaan.
b. Kesimpulan:
Diperlukan penataan fisik TPU di Kota Bekasi untuk mewujudkan TPU yang indah dan aman
dengan cara:
- Penyediaan sirkulasi manusia dan kendaraan untuk mempermudah pencapaian keluarga saat
berziarah;
- Penyediaan sarana terkait dengan kelengkapan untuk pemakaman,
- Peningkatan dan pengadaan taman pasif di setiap sudut TPU.
- Penataan utilitas terkait dengan kebersihan dan normalisasi sungai yang berada di sekitar
TPU agar tidak merendam lahan TPU saat hujan;
- Penyediaan sempadan untuk keamanan di permukiman sekitar TPU sehingga warga kota
tetap sehat dan terhindar dari pencemaran air tanah dari TPU; dan
- Peningkatan keamanan 24 (dua puluh empat) jam pada lokasi TPU baik secara konvensional
maupun modern.
c. Rekomendasi untuk Pemerintah Kota Bekasi adalah:
- Peningkatan kualitas lingkungan TPU Perwira dan TPU Jatisari supaya areal makam sebagai
“rumah masa depan” warga tetap terpelihara dan menjadi lokasi yang dihomati;
- Peningkatan kelembagaan pengelola TPU agar pelaksanaan peningkatan TPU dapat dikelola
dengan lebih baik.
- Sedangkan rekomendasi penelitian selanjutnya dapat mengkaji tentang penataan makam di
lahan berkontur, mengingat terdapat kondisi topografi di Kota Bekasi yang curam terutama
di sisi selatan.
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, Dinas
Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan cq UPTD Pemakaman, dan PT. Permata Marga
Kreasi atas kerjasama dan dukungan data yang diberikan untuk penelitian ini.

9

6. Referensi

[1]

Sadyohutomo, Manajemen Kota dan Wilayah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

[2]

P. Thiolliere, 30 April 2014. [Online]. Available: http://isparchitecture.com/the-cemetery-asfigure-of-intimate-public-space/. [Diakses 12 Mei 2017].

[3]

R. Cirebon, 30 Juni 2017. [Online]. Available: http://www.radarcirebon.com/tak-terurus-tpuanjatan-butuh-perhatian-pemerintah.html. [Diakses 3 Oktober 2017].

[4]

A. Yusran, 10 Maret 2017. [Online]. Available:
http://regional.liputan6.com/read/2881410/cerita-mengerikan-dan-mengenaskan-dari-kuburandi-makassar. [Diakses 3 Oktober 2017].

[5]

Dinas Tata Ruang Kota Bekasi, “Menyelamatkan Fasos-Fasum Kota Bekasi,” Jurnal Tata
Kota Bekasi, vol. 1, pp. 50-55, 2013-2014.

[6]

J. MacKinnon, K. Phillips dan B. van Balen, Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan
Kalimantan, Bogor: Burung Indonesia, 2010.

[7]

T. Putranto dan Y. Ariwibowo. [Online]. Available:
http://eprints.undip.ac.id/1611/1/THOMAS_YOGA.pdf. [Diakses 4 Juli 2017].

[8]

A. S. Üçisik dan P. Rushbrook, The Impact of Cemeteries on the Environment and Public
Health, Denmark: World Health Organization for Europe, 1998.

10