Masa Kembalinya Dari Belanda

II.2. Masa Kembalinya Dari Belanda

Akhir tahun 1919 ia kembali ke Indonesia setelah enam tahun dalam masa perantauan yang mengubah banyak hal dalam dirinya. Dengan menenteng ijazah Diploma guru Hulpace karena ia gagal dalam ujian guru kepala Hoofdacte dan segudang pengalaman baru. la pun memulai karirnya dengan menjadi seorang guru untuk anak-anak kuli kontrak yang bekerja di perkebunan Senembah My, Tanjung Morawa Sumatera Timur milik seorang Belanda bernama C.W Janssen. Di sana ia mendapatkan tempat dan penghasilan yang sangat baik, gaji sebesar 350 Gulden perbulan, diberikan fasilitas-fasilitas serta diperlakukan sama layaknya orang Eropa. 43 Daerah timur Sumatera merupakan lahan yang strtegis bagi perkebunan tembakau. Tepatnya di daerah Deli dan Serdang yang dimiliki oleh perusahaan Sanemba. Perusahaan tersebut memiliki akses yang cukup baik dengan beberapa daerah diluar negeri. Seiring di bukanya Terusan Suez, perusahaan mengekspor hasil- hasil perkebunan tembakau dari Deli. Perkebunan-perkebunan itu tidak hanya memperkerjakan karyawan dari daerah setempat tetapi juga mengambil secara besar- besaran buruh dari daerah lain terutama orang China dan Jawa. Buruh-buruh tersebut dikontrak dalam waktu yang cukup lama. Para buruh ini diambil dari daerahnya dalam kondisi yang menyedihkan. Tidak ada kepastian nasib untuk masa depan mereka. Para buruh ini juga tidak mungkin untuk melarikan diri karena akan berhadapan dengan hokum di pengadilan. Jika ddihitung dengan anggota keluarganya jumlah para buruh bisa mencapai lebih dari satu juta orang. 44 Awalnya ia merasa senang mendapatkan pekerjaan tersebut, dengan harapan dapat mencicil hutang pada gurunya Horensma dan Engkufonds yang telah membantu pembiayaan studinya. Namun kegelisahan terhadap nasib bangsanya 43 Harry. A.Poeze., Op.,Cit.,hal 15 44 Fahsin M. Fa,al., Op.,Cit. Hal.24. Universitas Sumatera Utara dimana ia menyaksikan kekejaman para kapitalis Belanda mengeksploitasi tanah perkebunan dan menyiksa buruh-buruh pribumi bangsanya menyebabkan Tan Malaka memutuskan untuk meninggalkan pekerjaanya sebagai guru. la semakin yakin bahwa system kapitalislah yang melahirkan praktek kolonialisme dan imperialisme sehingga meyebabkan bangsanya terjajah dan di perbudak secara tidak berperikemanusiaan. Ia pun memutuskan meniggalkan kehidupan yang mewah serta perlakuan istimewa untuk selanjutnya menerjunkan diri secara total kedalam gelanggang politik yang penuh dengan bahaya 45 Tahun 1921 Tan Malaka datang ke Jawa yang saat itu merupakan pusat tumbuhnya pergerakan rakyat dan bertekad untuk terjun ke dalam gelanggang politik pergerakan. Disana Tan Malaka berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional seperi Cokroaminoto, Semaun dan Darsono.Tan Malaka merasa bertemu dengan lingkungan yang tepat, yaitu lingkungan pergerakan. Perkenalannya dengan Semaun Wakil ISDV dan Ketua Sarekat IslamSI Semarang yang kemudian menawarkan Tan Malaka tinggal di Semarang untuk mendirikan sekolah-sekolah yang diperuntukan bagi kalangan proletariat atas sponsor SI Semarang. . Kekagumannya atas pengalaman kaum Bolsyevik di Rusia mengilhaminya untuk menulis sebuah artikel pertamanya yang berjudul Parlemen atau Soviet telah mengumandangkan dirinya menjadi seorang teori tikus Marxis yang handal. Tulisan ini berisi suatu pandangan teoretis mengenai bentuk pemerintahan, yang membandingkannya dengan teori kiri pada waktu itu dan selanjutnya lebih lengkap dibahas dalam karya visionernya Naar de Republik Indonesia Menuju Republik Indonesia. Di sini ia menyampaikan banyak hal seperti politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan bahkan militer. Bolsyevikisme telah menjadi suluh penerang sekaligus sumber inspirasinya untuk memulai suatu perjuangan mengusir kolonialisme. 46 45 Ibid., Hal. 17. 46 Tan Malaka,DPkP I.,Hal. 69. Universitas Sumatera Utara Tan Malaka kemudian mulai mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak anggota SI sekaligus untuk penciptaan kader-kader baru. Langkahnya tersebut didasarkan pada beberapa alasan. Pertama memberi jalan kepada para kebanyakan murid yang rata-rata berasal dari kalangan buruh, tani, pegawaikecil, dan para pedagang kecil untuk mendapatkan pelajaran berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain. Kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan- perkumpulan sebagai upaya mendorong majunya pergerakan. Ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum kromo atau kaum miskin. 47 Untuk keperluan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Mengajari anak-anak kampung, menyebarkan propaganda menjadi aktifitas sehari-harinya. la mengajari anak-anak kecil lagu persatuan kaum komunis sedunia Internasionale. 48 Untuk penggalangan dana ia berkeliling dari kampung untuk mencari sumbangan dari penduduk sebagai biaya operasional sekolahnya. Sekolah modelini kemudian tumbuh dengan cepat dan menjadi besar tidak hanya di Semarang tapi juga di Malang dan Bandung yang dikenal dengan nama Sekolah Tan Malaka. Tekadnya untuk bergabung dalam pergerakan kemerdekaan membuatnya bergabung dengan Partai Komunis Indonesia PKI yang notabene adalah partai komunis pertama di Asia yang di dirikan di luar Uni Soviet. Dengan semangat yang berkobar Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis, merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI untuk menyusun sistem kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, keahlian berbicara, jumalistik serta keahlian mengorganisasikan rakyat. Namun pemerintah kolonial Belanda segera melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu dan 47 Tan Malaka,Gerilyawan Revolusioner yang Legendaris, Makalah, 2001 dalam .www.briknster.indomarxist.com 48 Hary, Prabowo, op.cit.,Hal. 13. Universitas Sumatera Utara mengambil tindakan tegas bagi pesertanya. Prestasi kerjanya yang gemilang membuat Tan Malaka semakin mendapat kepercayaan dikalangan pimpinan PKI. Maka tak heran ditengah krisis kader dan pemimpin dikalangan PKI tahun 1921 Tan Malaka dipercaya untuk menjadi Ketua PKI menggantikan Semaun yang sedang melawat ke Rusia walau hanya untuk beberapa bulan saja sebelum akhimya dibuang. Awal yang gemilang sekaligus berat ketika ia harus pasang badan dalam situasi pergerakan. Langkah pertama yang dilakukannya adalah berusaha mendamaikan perseteruan antara golongan Komunisme dan golongan Islam yang sedang meruncing saat itu yang termanifestasikan dalam perpecahanantara Sl Cokroaminito dan SI Semaun yang notabene beraliran komunis. La menilai hal tersebut bukanlah kontradiksi yang bersifat antagonistik dan perseteruan tersebut hanya akan menguntungkan pihak penjajah yang gemar melakukan politik pecah belah dan adu domba. Baginya berkolaborasi dengan kaum muslimin yang merupakan salah satu elemen revolusioner adalah hal penting dalam menumbangkan kolonialisme di Indonesia. Bahkan dalam Kongres Komunisme Intemasional Komintem IV pada tahun 1922. 49 Tan Malaka tetap mempertahankan argumentasinya tentang pentingnya kolaborasi dengan gerakan Pan-Islamisme yang menyebabkannya berseberangan dengan mayoritas elite Komintern. . 50 Tan Malaka menolak pandangan Komintem yang bermusuhan dengan Pan Islamisme karena dianggap sebagai kekuatan borjuasi yang oportunis. Tan Malaka menyatakan bahwa potensi revolusioner Islam dinegeri negeri jajahan dan pentingnya bagi kaum komunis untuk bekerjasama untuk mencapai kemerdekaan serta fakta 49 Komintern sebagai singkatan dari Komunisme Intemasional adalah pertemuan kaum komunis sedunia 50 Hary.A.Poeze, Op Cit,hal 313-314 46 Universitas Sumatera Utara bahwasanya kebanyakan orang Islam adalah kaum pekerja dan kaum tani, satu keberanian sikap dari Tan Malaka. 51 Keterlibatanya dalam gerakan-gerakan melawan kaum kolonial Belanda seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat Vakcentral. Revolusioner seperti VSTP dan aksi-aksi pemogokan kaum buruh, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh. Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh....Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pemyataan simpati, apabila nanti mengalami kegagalan maka pegawai yang akan di berhentikan akan di dorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner. 52 Konsekuensi dari aktifitas politiknya adalah hal yang lazim bagi para tokoh pergerakan saat itu yakni dibunuh, ditangkap ataupun dibuang. Pada tanggal 13 Februari 1922 Tan Malaka ditangkap polisi kolonial dengan alasan melakukan tindakan-tindakan berbahaya yaitu menggerakan aksi-aksi buruh yang gencar dan dianggap mengganggu Rest en Orde keamanan dan ketertiban bagi pemerintahan Belanda . Bulan Maret 1922 ia dibuang ke Belanda. 53 Politik pembuangan adalah politik yang dilakukan pemerintah Kolonial Belanda untuk memisahkan tokoh-tokoh pergerakan dengan massanya. Ini adalah pembuangan pertama Tan Malaka sebagai seorang aktivis pergerakan. 54 Tempat di mana Tan Malaka mengajar sangat dekat dengan wilayah perkebunan yang dikelola Belanda. Pada saat itulah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana menderitanya para petani yang ditindas oleh tuan tanah 51 lbid, Hal. 316. 52 Tan Malaka, Gerilyawan Revolusioner yang Legendaris, Op.cit, Hal. 4. 53 Rest enOrdeadalah aturandari pemerintahkolonialBeianda untuk meredam pergerakan-pergerakan rakyatyang saat itu bermuncuian- Konsekuensi dariaturan ini adalah pembuangan bagi setiap pemimpin atau aktifisgerakan yang merupakanrekayasa pihak kolonialuntuk memisahkanmereka denganmassa rakyat 54 Tan Malaka,Tunduk Kepada Kekuasaan, Tetapi Tidak Tunduk Kepada Kebenaran, Universitas Sumatera Utara dan para pengawas perkebunan milik kompeni tersebut. Dari situ, semangat juangnya terpanggil. Ia kemudian memutuskan untuk memulai aksi perjuangannya melawan kolonialis Belanda yang sudah menimbulkan penderitaan bagi rakyat. Pada tahun 1921 ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan para anggota Sarekat Islam faksi komunis. Sarekat Islam faksi komunis inilah yang kemudian berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia PKI. Kedekatannya dengan tokoh PKI membuat gerak-geriknya masuk daftar pengawasan Belanda. Maklum, PKI pada saat itu adalah organisasi yang paling keras melawan Belanda. Di PKI, karirnya meningkat dengan pesat. Kemampuan orasi dan pemahaman Tan Malaka yang luas di berbagai bidang membuatnya tidak kesulitan untuk meraih banyak simpati atau pengikut. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan, di antaranya pemogokan buruh kereta api, pendirian berbagai kursus kepemudaan dan rapat-rapat umum. Tapi sayangnya, pada Januari 1922, ia kemudian ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Kupang. Dua bulan kemudian ia dibebaskan tetapi diusir dari Indonesia. Sejak saat itu petualangannya dimulai. Pertama-tama ia pergi ke Berlin, Jerman. Di sana ia berusaha menjalin komunikasi dengan para tokoh anti- imperialisme dari banyak negara. Kemudian ia diterima bekerja di Komintern, sebuah federasi partai-partai komunis sedunia yang pada waktu itu berada di bawah kendali Joseph Stalin, pemimpin tertinggi Uni Soviet. Banyak petinggi Komintern yang kemudian memusuhinya. Ini karena perbedaan pandangan antara Tan Malaka dan para petinggi Komintern lain. Mayoritas tokoh Komintern menilai gerakan Islam sebagai penghalang dan juga sisa- sisa feodalisme yang harus dibasmi, sedang Tan Malaka sangat tidak setuju. Ia bahkan menilai gerakan Islam sebagai kawan seperjuangan untuk memusnahkan kapitalisme dan kolonialisme. Atas perbedaan itulah ia kemudian dipecat dari Komintern. Selanjutnya ia menjadi buronan, tidak hanya oleh para polisi Belanda, tetapi juga kaki tangan Komintern. Tan kemudian berpindah dari satu negeri ke Universitas Sumatera Utara negeri lain dengan lusinan nama samaran. Ia pernah menjadi pengajar di Shanghai, Cina. kemudian menjadi pengawas sekolah di Singapura. Ia juga turut andil dalam mendirikan partai komunis Filipina. Hampir setiap hari ia hidup dalam bayang- bayang penangkapan. Tetapi karena Tan Malaka seorang yang cerdas dan berani, Ia selalu dapat meloloskan diri. 55

II.3. Masa Pembuangan dan Pelarian