Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

(2)

OWNERSHIP STRUCTURE AND LEVERAGE EFFECT ON EARNINGS MANAGEMENT IN MANUFACTURING COMPANY STOCK EXCHANGE

LISTED IN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Skripsi Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh: RINI YUNIARTI

21108105

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI BANDUNG


(3)

(4)

iv ABSTRAK

The research was conducted at the pharmaceutical company listed on the Indonesia Stock Exchange. Purpose of this study was to determine the ownership structure and leverage relationships to earnings management in the pharmaceutical company listed on the Indonesia stock exchange either partially or simultaneously.

The method used in this research is descriptive method verifikatif. Samples used in the study using purposive sampling method, namely the annual financial statements 2 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange tahun2004-2010 a total of 14 fruit samples using multiple regression analysis. Testing the hypothesis in this study using the F test statistic and t test statistics. The process of statistical analysis using SPSS 17.0 for Windows.

The results of this study indicate that the variable of ownership structure on earnings management has a positive relationship, which means any increase in the ownership structure is followed by a rise in profits, while the variable leverage on earnings management does not have a very strong relationship with each increase in leverage will be followed by a rise in earnings management. Conclusions from the statistical analysis is the structure of ownership affects earnings management, while leverage has no effect on earnings management either partially or simultaneously, which means that any increase in ownership structure, it will be followed by a rise in earnings management. While the rest influenced by other factors such as quality audits, audit committees, auditors idenpedensi,etc.


(5)

v ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan struktur kepemilikan dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode purposive sampling yaitu laporan keuangan tahunan 2 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun2004-2010 sebanyak 14 buah sampel menggunakan analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik uji F dan statistik uji t. Proses analisis statistik tersebut menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variable struktur kepemilikan terhadap manajemen laba memiliki hubungan yang positif yang berarti setiap kenaikan struktur kepemilikan diikuti oleh kenaikan laba, sedangkan dengan variable leverage terhadap manajemen laba tidak memiliki hubungan yang sangat kuat dengan setiap kenaikan leverage akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba. Kesimpulan dari analisis statistic tersebut adalah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba baik secara parsial maupun simultan, yang berarti setiap kenaikan Struktur Kepemilikan, maka akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti kualitas audit, komite audit, idenpedensi auditor, dan lain-lain


(6)

vi

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kenikmatan dan kesehatan lahir batin serta kemampuan kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dapat diselesaikan dengan segala kekurangan, kelebihan dan keterbatasannya. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, bimbingan, serta dorongan semangat pada penulis.

Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung dalam proses pembuatan skripsi ini. Sungguh tiada untaian kata yang tepat yang dapat penyusun sampaikan untuk

mengucapkan rasa terimakasih, hanya do’a yang dapat penulis panjatkan

kehadirat Illahi Rabbi, semoga kebaikan dari semua pihak mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Kepada Ibu Surtikanti, S.E.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi yang penyusun buat masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini tiada lain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.


(7)

vii

penulis dan umumnya bagi pembaca. Dan penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dan tercinta :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof.Dr.Hj.Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si., Selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE.,M.Si. selaku selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Wati Aris Astuti,SE.,M.Si., Selaku Dosen Wali Ak-3 yang telah membantu dalam kelancaran dari berbagai permasalahan mengenai perkuliahan.

5. Ibu Lilis Puspitawati, SE.,M.Si.Ak selaku dosen penguji III yang telah memberikan saran serta kritiknya dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Kedua orang tua yang dengan tulus selalu mendo’akan, memberikan dorongan moril dan materil, masukan, perhatian, dukungan sepenuhnya, dan kasih sayang yang tidak ternilai dan tanpa batas yang telah kalian berikan serta ketiga kaka saya Ike Warianti, Sos., Yulianto, S.H. Trisnawan Budisantoso.

7. Kepada pacar saya Rudi Herdianan, S.Kom. yang telah membantu saya mengerjakan tugas akhir ini.

8. Kepada teman-temanku Ak-3, seluruh mahasiswa Fakultas Akuntansi khususnya (Adwiati, Mira Marshallianda, Emi Mastalina Sipayung, Grace


(8)

viii

memiliki andil yang sangat besar atas perjuangan saya, terima kasih yang sebesar-besarnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini bisa sangat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga segala jenis bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2012


(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

MOTTO...iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakangPenelitian ... 1

1.2 IdentifikasidanRumusanMasalah ... 8

1.2.1 IdentifikasiMasalah... 8

1.2 2 RumusanMasalah... 10

1.3 MaksuddanTujuanPenelitian ... 10

1.3.1 MaksudPenelitian ... 10

1.3.2 TujuanPenelitian ... 11

1.4 KegunaanPenelitian ... 11

1.4.1 KegunaanPraktis ... 11

1.4.2 KegunaanAkademis ... 12


(10)

x

2.1.1.1KepemilikanManajerial ... 13

2.1.1.2 IndikatorStrukturManajerial... 14

2.1.2 PengertianLeverage ... 15

2.1.2.1TujuandanManfaatRasioHutang (Leverage) ... 16

2.1.2.2 IndikatorLeverage ... 18

2.1.3ManajemenLaba ... 18

2.1.2.1 Bentuk-BentukManajemenLaba ... 21

2.1.2.2 MotifasiManajemenLaba ... 23

2.1.2.3 PendekatanManajemenLaba ... 24

2.1.2.4 IndikatorManajemenLaba ... 25

2.1.4 PenelitianTerdahulu... 28

2.2 KerangkaPemikian ... 32

2.2.1 PengaruhStrukturKepemilikandenganManajemenLaba ... 32

2.2.2 PengaruhLeveragedenganManajemenLaba ... 33

2.3Hipotesis ... 36

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 37

3.1 ObjekPenelitian ... 37

3.2 MetodePenelitian ... 37

3.2.1 DesainPenelitian ... 38

3.2.2 Operasionalisasi Variable ... 43


(11)

xi

3.2.3.2 TeknikPenentuanData ... 45

3.2.4 TeknikPengumpulan Data... 47

3.2.4.1 HasilPengujiannormalitas Data Residual ... 49

3.2.4.2 HasilPengujianMultikolinieritas... 50

3.2.4.3 HasilPengujianHeteroskedastisitas ... 51

3.2.4.4 UjiAsumsiAutokorelasi ... 53

3.2.5 RancanganAnalisisdanPengujianHipotesis ... 54

3.2.5.1 RancanganAnalisis ... 54

3.2.5.2 AnalisisRegresi Linier berganda ... 55

3.2.5.2 PengujianHipotesis ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

4.1 GambaranUmum ... 64

4.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 65

4.1.2 StrukturOrganisasi Bursa Efek Indonesia ... 67

4.1.3 UraianTugas ... 68

4.1.4 AspekKegiatan Bursa Efek Indonesia ... 76

4.2 PembahasanPenelitian ... 78

4.2.1 AnalisisDeskriptif... 78

4.2.1.1 AnalisisStrukturKepemilikanpada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 78

4.2.1.2 AnalisisLeveragepada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 80


(12)

xii

4.3.1HasilPengujianAsumsiKlasikRegresi ... 87

4.3.2HasilAnalisisRegresiBerganda... 87

4.3.2.1 PengaruhKepemilikanManajerialDenganManajemenLaba apabilaLeverage DianggapKonstan ... 89

4.3.2.2 PengaruhLeveragedenganManajemenLabaapabilaStrukturKepemilik andianggaptidakBerubah (Konstatn) ... 93

4.3.3 PengaruhkepemilikanManjerialdanLeveragesecaraSimultan terhadapManajemenLabapada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN ... 109


(13)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Earnings management muncul karena adanya agency conflicts, yang muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan (Sudewi, 2004). Terjadinya konflik yang disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal (yang memberi kontrak atau pemegang saham) dan agen (yang menerima kontrak dan mengelola dana prinsipal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Jika agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (Rachmawati dan Triatmoko, 2007).

Healy dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pemegang saham dalam menilai prestasi ekonomi yang dicapai oleh perusahaan.

Manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan keagenaan yaitu adanya tindakan selarasan kepentingan antara pemilik dan manejemen (Beneish,2001). Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena


(14)

mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukannya (Gumanti, 2000).

Menurut Faisal (2005) struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham dan menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance yang dapat mengendalikan masalah keagenan. Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan pemegang saham dan kreditor perusahan untuk mengendalikan tindakan manjer (Dallas,2004). Mekanisme tersebut dapat berupa yaitu struktur kepemilikan (kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional), dan pelaksana audit oleh auditor eksternal (Bablc,2001)

Salah satu faktor lain yang mendorong manajemen dalam melakukan earning management, seperti yang dinyatakan oleh Scott (2000), yaitu motif kontraktual (didalamnya termasuk leverage). Rasio leverage dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity) atau dapat juga menunjukan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Ukuran ini berhubungan dengan keberadaandan ketat tidaknya persetujuan utang. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan modal atau aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan earning management karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang padawaktunya.


(15)

Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Manajemen laba timbul sebagai dampak dari penggunaan akuntansi sebagai salah satu alat komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dan kelemahan interen yang ada pada akuntansi yang menyebabkan adanya judgement (Setiawati, 2002).

Kasus manajemen laba terjadi pada perusahaan PT. Kima Farma Tbk. Pada laporan auditnya Bapepam menemukan adanya indikasi mark up terhadap laba dimana tahun 2004 ditulis Rp. 132 milyar padahal sebenarnya hanya senilai Rp. 99,594 milyar. PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2004, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMNN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2005 laporan keuangan Kimia Farma 2005 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated


(16)

penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2005. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2004. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut. Kemampuan untuk menemukan kecurangan dari laporan keuangan ditentukan oleh Kompetensi auditor. Akibat adanya manipulasi tersebut maka Bapepam menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp. 500 juta kepada PT. Kimia Farma Tbk dan kepada auditornya sebesar Rp. 100 juta (Media Akuntansi, 2004).

Kasus yang sama juga terjadi pada PT. Indofarma Tbk ini diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT. Indofarma Tbk. Yang melatar belakangi kasus PT. Indofarma yaitu karena setelah diadakan pemeriksaan di kantor akuntan terhadap hasil laporan PT. Indofarma untuk tahun buku 2004 yang melaporkan adanya kerugian sebesar 60 milyar. Sedangkan banyak kalangan


(17)

yang mengatakan hingga akhir kwartal ketiga tahun 2004, indofarma masih mencatatkan keuntungan sebesar Rp. 86 Milyar.

Sehingga BAPEPAM menemukan indikasi adanya penyembunyian informasi penting menyangkut kerugian selama dua tahun berturut-turut yang diderita PT. Indofarma Tbk. Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam Abraham Bastari mengatakan temuan ini terungkap setelah Institusinya memanggil sejumlah pihak, termasuk direksi dan mantan direksi indofarma karena BAPEPAM menduga ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak diungkapkan.

Karena permasalahan inilah maka BAPEPAM meminta kepada TIM untuk secara detail meneliti khususnya yang berkaitan dengan barang-barang yang dihapus, asal-usul dari pembelian barang itu,dan mengawasi apakah pembelian itu karena tindakan kriminal atau salah manajemen.

Bukti – bukti yang di temukan bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2004 sebesar Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu rendah (understated) sebesar Rp28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi overstated dengan nilai yang sama (Badan Pengawas Pasar Modal, 2004).

Tanpa banyak gembar-gembor, pemerintah menggusur Edy Pramono dari posisinya sebagai orang nomor satu di Indofarma. Dalam rapat umum pemegang saham Edy digantikan Dani Pratomo. Sebelumnya, Dani menjadi Presiden


(18)

Direktur PT Phapros Indonesia. Pergantian ini tidak terlalu mengejutkan karena Edy sudah tahu dia bakal dicopot. Tapi perubahan manajemen ini tetap saja mengundang banyak pertanyaan. Kabar di luar menyebutkan bahwa pemerintah menganggap Edy gagal mengemudikan perusahaan obat yang berkonsentrasi dalam produksi obat generik itu. Setelah pada tahun-tahun sebelumnya selalu memetik laba, tahun lalu Indofarma rugi Rp 59 miliar. Kerugian ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pernyataan manajemen lama. Sebelum audit dilakukan, manajemen Indofarma menghitung kerugian Indofarma paling-paling Rp 20 miliar. Tapi, setelah audit selesai, kerugiannya justru naik tiga kali lipat. Kondisi ini jelas tidak bagus bagi pemerintah, yang berniat menjual mayoritas sahamnya di Indofarma. Rapor merah ini terang akan mengurangi nilai jual Indofarma, yang banyak diminati perusahaan obat lain. Karena itulah Edy kemudian digusur. Edy sendiri mengelak dituding sebagai penyebab kerugian. Menurut dia, kinerja keuangan Indofarma jeblok setelah subsidi kurs untuk obat generik dihapuskan. Pada saat yang sama, harga obat generik tidak boleh naik. Akibatnya, kinerja keuangan Indofarma buntung. Edy menceritakan, dari subsidi saja, pendapatan Indofarma yang raib mencapai Rp 70 miliar, dan potensi pendapatan yang hilang akibat harga tidak naik malah lebih besar, sampai Rp 110 miliar. Inilah yang kemudian menyebabkan rapor Indofarma merah menyala. Kendati demikian, banyak pihak yang tidak bisa menerima penjelasan Edy. Auditor Watch, lembaga yang mengawasi kerja para akuntan publik, menemukan bahwa biang keladi jebloknya keuangan Indofarma tak lain adalah harga pokok penjualan yang kelewat tinggi. Koordinatornya, Lan Gumay, mengatakan bahwa


(19)

pada tahun 2004, dengan penjualan Rp 615 miliar, biaya produksi cuma setengahnya. Tapi, pada tahun lalu, ongkos produksi melonjak menjadi lebih dari dua pertiga pendapatan. "Seharusnya auditornya, Hans Tuannakotta dan Mustofa, memberikan klarifikasi soal ini," kata Lan. Analis bisnis farmasi BNI Sekuritas, Fitri Murniawati, menyodorkan fakta yang sama. Penjualan Indofarma sepanjang tahun 2005 cuma naik 12 persen, sementara ongkos produksi membengkak 82 persen dan biaya pemasaran naik 41 persen. Setelah menelusurinya lebih mendalam, Fitri melihat bahwa pembengkakan biaya terjadi pada Indofarma Global Medika, anak perusahaan Indofarma yang mendistribusikan produk perusahaan induknya. Data perusahaan belum diaudit yang dikutak-katiknya menunjukkan bahwa selama sembilan bulan pertama 2005, beban usaha di anak perusahaan mencapai Rp 39 miliar. Tapi, dalam tiga bulan terakhir, beban usahanya mencapai Rp 31 miliar. Fitri mengakui bahwa tidak mudah menelurusi penyebab pembengkakan ongkos yang begitu drastis di Indofarma Global karena ini bukan perusahaan publik. "Kalau pengeluaran terjadi di induk perusahaan, yang merupakan perusahaan terbuka, mungkin lebih mudah menganalisisnya," kata Fitri. Sebelumnya, Edy pernah menjelaskan bahwa ada kesalahan pencatatan stok di Indofarma Global. Kesalahan ini kemudian menyebabkan Indofarma juga keliru menerapkan strategi pemasaran. Sialnya, Indofarma hanya melakukan pengecekan stok setahun sekali. "Ada selisih pencatatan sampai Rp 57 miliar," kata Edy belum lama ini. Tapi benarkah cuma karena itu? Lan menduga ada dana yang lari ke partai tertentu. Dani kontan membantahnya. Berdasarkan penelusuran terbatas yang dilakukannya, manajemen baru belum menemukan ada indikasi


(20)

penyelewengan pendahulunya. Kesalahan direksi lama, kata Dani, adalah terlalu lamban mengantisipasi penghapusan subsidi. Dia mencontohkan Kimia Farma dan Phapros, yang tetap untung kendati subsidi dihapus. Jadi, agaknya langkah pemerintah mengganti Edy sudah tepat. Namun pemerintah sebaiknya tak berhenti di situ. Manajemen lama harus mempertanggungjawabkan kinerjanya. Auditor Indofarma, Hans Tuannakotta & Mustofa (HTM), sudah memberikan indikasi bahwa ada sesuatu yang salah karena sebelumnya manajemen mengklaim kerugian cuma Rp 20 miliar. Sayangnya, Chief Executive Officer HTM, Theodorus Tuannakotta, hanya mengatakan, "Ada yang kami temukan, tapi tak bisa diungkapkan karena bukan informasi publik."

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dari kasus yang terjadi pada tahun 2004 di PT. Indofarma, maka penelitian ini diberi judul “ Pengaruh

Struktur Kepemilikan dan Laverage Terhadap Manajemen Laba Pada

Perusahaan Manufaktur

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan Laverage terhadap manajemen laba adalah :

1. Hasil laporan PT. Indofarma untuk tahun buku 2004 yang melaporkan adanya kerugian sebesar 60 milyar. Sedangkan banyak kalangan yang mengatakan hingga akhir kwartal ketiga tahun 2004, indofarma masih mencatatkan keuntungan sebesar Rp. 86 Milyar. Sehingga BAPEPAM


(21)

menemukan indikasi adanya penyembunyian informasi penting menyangkut kerugian selama dua tahun berturut-turut yang diderita PT. Indofarma Tbk. Karena permasalahan inilah maka BAPEPAM meminta kepada TIM untuk secara detail meneliti khususnya yang berkaitan dengan barang-barang yang dihapus, asal-usul dari pembelian barang itu,dan mengawasi apakah pembelian itu karena tindakan kriminal atau salah manajemen.

2. Hasil laporan audit Bapepam menemukan adanya indikasi mark up terhadap laba PT. Kimia Farma dimana tahun 2004 ditulis Rp. 132 milyar padahal sebenarnya hanya senilai Rp. 99,594 milyar. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2005 laporan keuangan Kimia Farma 2005 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master


(22)

prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2005. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2004. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.

1.2.2 Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan Laverage terhadap manajemen laba adalah :

1. Bagaimana stuktur kepemilikan, Laverage dan manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur?

2. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan dan Laverage terhadap manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur secara parsial?

3. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan dan Laverage terhadap manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur secara simultan?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam menjawab Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Laverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur.


(23)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan Laverage terhadap manajemen laba adalah :

1. Untuk mengetahui stuktur kepemilikan, Laverage dan manajemen laba padaPerusahaan Manufaktur.

2. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan dan Laverage terhadap manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur secara parsial dan simultan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi para investor diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan Laverage, struktur kepemilikan, khususnya manajemen laba.

2. Bagi pihak manajemen perusahaan, memberikan masukan dalam mencermati perilaku manajemen dalam aktivitas manajemen laba yang berkaitan dengan struktur kepemilikan dan Laverage.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Peneliti/Penulis

Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata Satu sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman serta mengetahui permasalahan yang terjadi di perusahaan.


(24)

2. Bagi Unikom

Hasil penelitian ini diharapkan dapat Bagi civitas akademika, dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan kajian dalam penelitian.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat jadwal penelitian yang di mulai dengan tahap persiapan sampai ke tahap akhir yaitu pelaporan hasil penelitian. Secara lebih rinci jadwal dan waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pra S urvei :

a. Persiapan Judul b. Persiapan teori c. Pengajuan Judul Skripsi d. M encari Perusahaan Proses Usulan Penelitian: a. Penulisan UP

b. Bimbingan UP c. Seminar UP d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data

Proses Penyusunan S kripsi: a. BimbinganSkripsi

b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi

d. Pengumpulan draf skripsi

Juni 2012 Agustus 2012 Juli 2012 5 2 1 Mei 2012 No Kegiatan April 2012 Maret 2012


(25)

13

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Struktur Kepemililkan

Salah satu mekanisme corporate governance yang digunakan untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam suatu organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal dan agen. Untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Menurut Faisal (2005) Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham dan menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance yang dapat mengendalikan masalah keagenan.

2.1.1.1Kepemilikan Manajerial

Adapun beberapa pengertian struktur kepemililkan saham manajerial menurut beberapa peneliti diantaranya (Mehran et.al,1992), struktur kepemilikan


(26)

saham manajerial merupakan proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen. Sedangkan menurut (Bagnani, et.al ,1996), struktur kepemilikan saham manajerial itu sendiri adalah presentase saham biasa atau opsi saham yang dimiliki direktur atau officer, serta menurut (Setiyono,2000), adalah prosentasi saham biasa yang dimiliki Board of Management, didalamnya terdapat direktur dan komisaris. Peran struktur kepemilikan manajerial menurut (Iturriagi dan Sanz,2000) dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu : pendekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan informasi asimeteri atau ketidak seimbangan informasi (asymmetric information approach). Christiawan dan Tarigan (2004) menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

2.1.1.2Indikator struktur manajerial

Indikator yang di gunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah presentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dimiliki (Boediona, 2005).


(27)

2.1.2 Laverage

Menerut Warsono (2003:204) mendefinisikan Leverage adalah sebagai berikut :

Leverage adalah penggunanan asset atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan tersebut, perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap”.

Menurut Syamsuddin (2002:89) mendefinisikan leverage adalah sebagai berikut :

Leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunanan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat pengahasilan bagi pemilik perusahaan”. Menurut Martono dan Harjito (2005:53) mendefinisikan leverage ratio adalah sebagai berikut :

Leverage adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman).

Menurut Sartono (2001:114) mendefinisikan leverage ratio adalah sebagai berikut:

“leverage ratio adalah rasio yang menunjukkan kapasitas untuk mamanuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang”.

Menurut Sri Sulistyanto (2008:189) mendefinisikan leverage adalah sebagai berikut :


(28)

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan”.

Menurut Kasmir (2010:151) mendefinisikan leverage adalah sebagai berikut : “rasio aolvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menhatur jumlah mana aktivitas perusahaan diniayai dengan utang”. Menurut Irham Fahmi (2011:62) mendefinisikan leverage adalah sebagai berikut :

rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang”.

Leverage adalah penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar biaya tetap (Riyanto,1997).

2.1.2.1Tujuan dan Manfaat Rasio Hutang (Leverage)

Menurut Kasmir (2010:153-154) tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio hutang (leverage) yakni :

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.


(29)

5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.

6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

Sementara itu, manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah :

1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.

2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. 5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh

terhadap pengelolaan aktiva.

6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.


(30)

2.1.2.2 Indikator Laverage

Menurut Kasmir (2010:156) secara umum jumlah leverage dapat diukur dengan formula sebagai berikut :

2.13 Manajemen Laba

Menurut Scott (2000:296) mendefinisikan Manajemen Laba adalah sebagai berikut :

“menyatakan bahwa pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk suatu tujuan tertentu disebut dengan manajemen laba”. Menurut Djakman (2003: 145) mendefiisikan manajemn laba adalah sebagai berikut :

“menyatakan bahwa manajemen laba (earnings management) yang dilakukan melalui manajemen akrual tidak sama dengan manipulasi laba

(earnings manipulation)”.

Menurut Djaksman (2003: 144) mendefinisikan manajemen laba adalah sebagai berikut :

“praktek manajemen laba yang dilakukan melalui manajemen aktrual pada dasarnya didorong oleh kelemahan interen dalam akuntasi actual serta adanya fleksibilitas dalam menghitung angka laba. Fleksibilitas tersebut timbul karena banyaknya pilihan-pilihan metoda akuntansi, sehingga manajemen dapat mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda, serta diperkenankannya subyektifitas atau judgement dalam menetapkan estimasi dalam proses penyusunan laporan keuangan”.

�������� = Total Aset Total Hutang


(31)

Pengertian Manajemen Laba Menurut Copeland dalam Wiwik (2005), adalah some ability to increase of decrease reported net income at will. Ini berarti bahwa manajemen laba mencangkup usaha manajemen untuk memaksimalkan, meminumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen.

Menurut Widjaja (2004), Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen yang menaiki atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit menjadi tanggung jawabnya,yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.

Manajemen laba adalah suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi (Wolk et al., 2001).

Sedangkan menurut (Privat dan M. Gudono ,2000) pengertian Manajemen laba adalah suatu proses dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba adalah campur tangan manusia untuk menguntungkan diri sendiri.

Manajemen laba terjadi ketika menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sebagai dasar penilaian kinerja perusahaan yang bertujuan menyesatkan pemilik atau pemegang saham (shareholders), atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang di laporakan. Manajemen laba dapat terjadi karena diberi keleluasaan untuk memilih metode akuntansi yang akan di gunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan yang privat.


(32)

Selain itu prilaku manipulasi ini juga terjadi karena asimetri informasi yang tinggi antara manajemen dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber, dorongan, atau akses yang memadai terhadap informasi untuk memonitor manajemen. Sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan untuk kepentingannya sendiri (Healy dan Wallen dalam Sri Sulistyanto, 2008 :50)

(Scott ,2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen yang memenuhi laba yabg dilaporkan dan memberikan mamfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebeut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan ( merchant dan rockiness,1994)


(33)

Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manjer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yauitu adanya kemungkinan munculnya motifasi tertentu yang mendorong mereka mengatur data keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau inforasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bias dilakukan karena memang dipekenakan menurut accounting regulation (gumanti,2000).

2.1.2.1Bentuk-Bentuk Manajemen Laba

Menurut Scott (2001) ada beberapa bentuk rekayasa laba yang sering dilakukan pihak manajemen agar laba yang dilaporkan sesuai dengan yang dikehendaki, yaitu:

1. Taking a Bath

Disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya pergantian direksi. Bila teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan bila kondisi yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi meski kondisi sedang tidak menguntungkan.


(34)

2. Income Minimization

Cara ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak ekstrim. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan aktiva tidak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, serta pembebanan biaya riset. 3. Income Maximization

Maksimalisasi laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran terhadap kontrak hutang jangka panjang.

4. Income Smoothing

Perusahaan cenderung lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba yang stabil dari pada perubahan laba yang meningkat atau menurun secara drastis. Perataan laba dapat dicapai dengan suatu ketentuan yang tinggi untuk hutang dan bertentangan dengan nilai asset pada tahun yang baik sehingga ketentuan itu dapat dikurangi. Hal ini dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan pada masa yang buruk.

5. Timing Revenue and Expense Recognition

Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan timing suatu transaksi. Misalnya pengakuan prematur atas pendapatan.


(35)

2.1.2.2Motivasi Manajemen Laba

Scott (2000:352) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:

1. Bonus Scheme Hypothesis

Kompensasi (bonus) yang didasarkan pada besarnya laba yang dilaporkan akan memotivasi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan keuntungan yang dilaporkan demi memaksimalkan bonus mereka. Bonus minimal hanya akan dibagikan jika laba mencapai target laba minimal tertentu dan bonus maksimal dibagikan jika laba mencapai nilai tertentu atau lebih besar.

2. Contracting Incentive

Motivasi ini muncul ketika perusahaan melakukan pinjaman hutang yang berisikan perjanjian untuk melindungi kreditur dari aksi manajer yang tidak sesuai dengan kepentingan kreditur, seperti deviden yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan modal kerja atau laporan ekuitas berada di bawah tingkat yang ditetapkan, yang semuanya dapat meningkatkan risiko bagi kreditur, karena pelanggaran perjanjian dapat mengakibatkan biaya yang tinggi sehingga manajer perusahaan berharap untuk menghindarinya. Jadi manajemen laba dapat muncul sebagai alat untuk mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian dalam kontrak hutang. 3. Political Motivation

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan


(36)

karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.

4. Taxation Motivation

Perpajakan merupakan motivasi yang paling jelas untuk melakukan manajemen laba. Manajemen berusaha untuk mengatur labanya agar pembayaran pajak lebih rendah dari yang seharusnya sehingga didapat penghematan pajak.

5. Incentive Chief Executive Officer (CEO)

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

6. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go publik belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go publik melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat menaikan harga saham perusahaan.\

2.1.2.3 Pendekatan Manajemen Laba

Pada umumnya pendeteksian manajemen laba dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan accruals. Pendekatan ini akan menggunakan pengukuran berbasis akrual (accrual based measures) dalam mendeteksi ada tidaknya manipulasi.


(37)

Ada tiga pendekatan untuk mendeteksi manajemen laba menurut Sri Sulistyanto, 2008:211 yaitu :

1. Model Berbasis Aggregate Accrual

Model pertama merupakan model yang berbasis Aggregate Accrual yaitu model yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa ini dengan menggunakan discertionary accrual sebagai proksi manajemen laba.

2. Model Berbasis Spesific Accruals

Model kedua merupakan model yang berbasis akrual khusus (Spesific Accruals), yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari industri asuransi.

3. Model Berbasis Distribution Of Earning After Management

Pendekatan ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba.

2.1.2.4Indikator Manajemen Laba

Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual (DAC). Dalam penelitian ini discretonary accrual digunakan sebagai proksi karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer seperti penjualan kredit. Untuk mengukur DAC, terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Total akrual


(38)

diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary (Midiastuty, 2003), dengan tahapan:

a. Mengukur total accrual dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi.Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating)

b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) :

TACt/ At-1= α1 (1/ At-1) + α2((ΔREVt-ΔRECt) / At-1) +α3(PPEt/ At-1) + e Dimana

TACt : total accruals perusahaan i pada periode t

At-1: total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1 REVt: perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t RECt: perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPEt: aktiva tetap(gross property plant and equipment)perusahaan tahun t c. Menghitung nondiscretionaryaccruals model (NDA) adalah sebagai berikut:

NDAt = α 1 (1/ At-1) + α2 ((ΔREVt-ΔRECt) / At-1) +α3(PPEt/ At-1) Dimana NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t

α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals

d. Menghitung discretionary accruals DACt : (TACt/ At-1) - NDAt Dimana


(39)

Di dalam melakukan pendeteksian adanya manipulasi laba, pada umumnya akan ditemukan dua jenis discretionary accruals, yaitu discretionary accruals positif dan negatif Saiful (2004) yang dikutip oleh Gumanti (2001). Discretionary accruals positif mencerminkan manipulasi yang dilakukan manajer dengan pola income increasing, sedangkan negatif akan menunjukkan manipulasi income decreasing. Bentuk-bentuk discretionary accruals tersebut disesuaikan dengan motivasi yang dilakukan oleh manajemen. Misalnya apabila manajemen bermaksud untuk memaksimalkan bonus, jika ditemukan nilai discretionary accruals positif maka manajemen melakukan manipulasi laba dengan pola income increasing. Namun apabila ditemukan nilai discretionary accruals negatif maka hal tersebut mencerminkan bahwa manipulasi laba tidak terjadi bukan berarti bahwa manajemen laba dilakukan dengan pola income decreasing karena bonus yang ingin hendak dicapai oleh manajemen tergantung oleh semakin besarnya laba, bukan sebaliknya. Menurut Chan Jegadesh dan Lakonishok (2000) yang dikutip oleh Gumanti (2001) discretionary accruals merupakan laba abnormal yang sebagian besar disebabkan oleh item non kas yang mewakili laba. Sedangkan menurut Gumanti (2001) discretionary accruals merupakan jumlah total accruals yang melekat pada discretion (kebijakan) manajemen. Discretionary Accruals digunakan sebagai indikator adanya praktik manajemen laba karena manajemen laba lebih ditekankan kepada keleluasaan atau kebijakan (discretion) yang tersedia dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencapai hasil akhir, dan dijalankan didalam kerangka praktik yang berlaku secara umum yang masih dapat diperdebatkan oleh Bernstein dan Wild (1998) yang dikutip oleh


(40)

Gumanti (2001), atau dengan kata lain discretionary accruals merupakan accruals dimana manajemen memiliki fleksibilitas dalam mengontrol jumlahnya karena discretionary accruals ada di bawah disrcetion manajemen.

2.1.4 Penelitian terdahulu

Penelitian mengenai Struktur Kepemilikan dan Leverage telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Rangkuman dari beberapa penelitian sebelumnya yang mempunyai hubungan dengan judul penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Judul Hasil Sumber

1 Welvin I guna dan Arleen Herawaty (2010) Pengaruh Mekanisme good corporate governance,Inde pendensi Auditor,Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap

Manajemen Laba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Idenpendensi auditor

tidak berpengaruh terhadap manajemen laba

2. Kualitas audit berpengaruh

terhadap manajemen laba

3. Leverage berpengaruh

terhadap manajemen laba

4. Komisaris idependen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba

5. Komite audit tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba

JURNAL AKUKNTA NSI DAN BISNIS Vol.12, No.1, April 2010, hlm. 53-68


(41)

2 I G. A. Eka Damayanthi

Perbedaan pengaruh besaran

perusahaan dan leverage

terhadap

manajemen laba pada perusahaan yang memiliki komite audit dan diaudit oleh auditor

berkualitas

Hasil uji T penelitian menunjukkan bahwa : 1. Besaran perusahaan

berpengaruh negative terhadap manajemen laba.

2. Leverage

berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Publisher: AUDI Jurnal Akuntansi dan bisnis, vol.1, januari 2008

3 Dewi

SaptanTtinah Puji Astuti

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

manajemen laba di seputar Right issue

Hasil uji T penelitian menunjukkan bahwa : 1. Leverage

berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

2. Struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Publisher: AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol 2, juli 2007


(42)

4 Tri widyastuti (2009)

Pengaruh structural kepemilikan kinerja keuangan terhadap

manajemen laba : studi pada perusahaan manufaktur di bei

Hasil uji T penelitian menunjukkan bahwa : 1. Struktur kepemilikan

berpengaruh

terhadap manajemen laba.

2. Kinerja keuangan berpengaruh

terhadap manajemen laba.

3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.

4. Leverage

berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Jurnal maksi Vol.9 No.1 Januari 2009:30-41

5. Nuryaman,Ru smini dan Joy Nanta Ginting (2010)

Pengaruh struktur

kepemilikan dan kualitas audit terhadap

manajemen laba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Kepemilikan

Manajemen

berpengaruh negative terhadap manajemen laba

2. Kepemilikan

institusional terbesar berpengaruh negative terhadap manajemen laba.

3. Kualitas audit dengan proksi spesialisasi industry kantor akuntan public (KAP) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Jurnal akuntasi tahun XIV/02/mei /2010 ISSN:1410-3591


(43)

6. Sylvia

Veronica n.p Siregar (2006)

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran

Perusahaan, dan Praktek

Corporate Govermance tarhadap

Pengelola Laba (Earnings Management)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Struktur

Kepemilikan berpengaruh

terhadap Pengelola

Laba (Earnings

Management)

2 Ukuran Perusahaan berpengaruh negative yang signifikan terhadap Pengelola

Laba (Earnings

Management)

3 Praktek Corporate

Govermance tidak

berpengaruh

signifikan terhadap Pengelola Laba (Earnings

Management)

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.9, No.3, September 2006 Hal.307-326 7. Nedal Al-Fayoumi, Bana Abuzayed, David Alexander (2010) Ownership Structure and Earnings Management in Emerging

Markets: The Case of Jordan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. The results indicate

that insiders' ownership is significant and positively affect earnings management Internationa l Research Journal of Finance and Economics ISSN 1450-2887 Issue 38 (2010)

8 Alves Sandra Ownership Structure and Earnings

Management: Evidence from Portugal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. The results indicate

that insiders' ownership is significant and positively affect earnings management. Australasia n Accounting Business and Finance Journal, 6(1), 2012, 57-74.


(44)

9 Wasimullah, Ikram Ullah Toor, Zaheer Abbas, 2010

Can High Leverage

Control the Opportunistic Behavior of Managers: Case Analysis of Textile Sector of Pakistan

Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1. leverage significant

with the level of Earnings

Management

Insternasion al research journal of finance and economics, ISSN 140-2887 issue 47 (2010) 10 Anita

Nusantara, D 2004

The Effect Of Maket Share and Leverage

Interaction Toward Erning Manajemen Practice.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1. leverage significant

with the level of Earnings Management Symposium Nasional akuntansi VII, Denpasar-bali, 2-3 desember, 2004, hal 172-186 Sumber : berbagai jurnal

2.2Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan dengan Manajemen Laba

Struktur kepemilikan yang terdiri dari struktur kepemilikan institutional dan struktur kepemilikan manajerial mempengaruhi manajemen laba (Ou and Penman 1989). Struktur manajerial dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap tindakan manajemen laba (warfield et al 1995), kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme pengendalian (morck et al 1988).

Secara umum dapat dinyatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen (kepemilikan manajerial) cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). (dalam Midiastuty dan Machfoedz, 2003) menyatakan adanya kepemilikan manajerial dapat mengurangi dorongan manajer untuk melakukan tindakan manipulasi sehingga laba yang dilaporkan


(45)

merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan tersebut. Tri Widyastuti (2009) Struktur manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba artinya semakin kecil struktur kepemilikan manajerial, maka akan meningkatkan manajemen laba. Hal ini diperkuat penelitian Palestin (2006) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Artinya, semakin besar kepemilikan saham maka semakin kecil praktik manajemen laba. Ini disebabkan karena kepemilikan saham yang terkonsentrasi dapat membuat pemegang saham pada posisi yang kuat untuk mengendalikan manajemen secara efektif sehingga mampu membatasi perilaku oportunis oleh manajer.

2.2.2 Pengaruh Laverage dengan Manajemen Laba

Sri Sulistyanto (2008:63) menyatakan bahwa praktik perataan laba yang merupakan salah satu bentuk manajemen laba sering dilakukan oleh perusahaan ketika mereka menghadapi paksaan dari kreditor dengan cara mengubah metode akuntansinya. Semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan resiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. Achmad et al. (2007) menunjukkan bahwa peningkatan motivasi perjanjian hutang (debt covenant) meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa motivasi debt covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum.

Widyaningdyah (2001) menemukan bahwa leverage di antara variabel lain dalam penelitiannya hanya leverage yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian Tarjo (2008). Temuan tersebut


(46)

sesuai dengan debt covenant hypothesis yang menyatakan bahwa jika semua hal yang lain tetap sama dan semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian hutang yang berbasis akuntansi, maka lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode mendatang ke periode sekarang. Hal tersebut dilakukan karena laba bersih yang dilaporkan naik akan mengurangi kemungkinan kegagalan membayar hutang-hutangnya pada masa mendatang (Tarjo, 2008).


(47)

KINERJA PERUSAHAAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN : - NERACA

- LAPORAN LABA RUGI

- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - SAHAM

KUALITAS AUDIT STRUKTUR KEPEMILIKAN

INSTUTUSIONAL MANAJERIAL

MANAJEMEN LABA

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


(48)

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) mendefinisikan hipotesis adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti berasumsi mengambil keputusan sementara (hipotesis) adalah sebagai berikut:

1. Struktur Kepemilikan dan leverage terhadap Manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bersa Efek Indonesia cukup baik. 2. Struktur Kepemilikan dan Leverage terhadap manajemen Laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia cukup tinggi secara parsial dan simultan.

Struktur kepemilikan

Kualitas audit


(49)

37

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) mengemukakan bahwa:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Menurut Sugiyono (2009:38) mendefinisikan objek penelitian adalah sebagai berikut:

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan tertentu. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Struktur kepemilikan dan Laverage terhadap Manajemen laba diperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. (Umi Narimawati,2008:127)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2005:21).


(50)

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Sedangkan metode verifikatif menurut Masyhuri (2008:45)menyatakan bahwa :

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Menurut Sugiyono (2011:8) metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :

“metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji lebih dalam adalah Struktur kepemilikan dan Laverage terhadap Manajemen laba diperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEIserta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1. Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Desain menurut Moh. Nazir (2003:84) mendefinisikan desain penelitian adalah sebagai berikut :


(51)

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalm perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang peneliti terapkan dalam penelitian yaitu:

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian yang yaitu Pengaruh adalah Struktur kepemilikan dan Laverage terhadap Manajemen laba diperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

8. Melakukan analisis data;

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka desain dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(52)

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian yaitu Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. Identifikasi Masalah terbagi menjadi 2 , yaitu :

1. Hasil laporan PT. Indofarma untuk tahun buku 2004 yang melaporkan adanya kerugian sebesar 60 milyar. Sedangkan banyak kalangan yang mengatakan hingga akhir kwartal ketiga tahun 2004, indofarma masih mencatatkan keuntungan sebesar Rp. 86 Milyar. Sehingga BAPEPAM menemukan indikasi adanya penyembunyian informasi penting menyangkut kerugian selama dua tahun berturut-turut yang diderita PT. Indofarma Tbk. Karena permasalahan inilah maka BAPEPAM meminta kepada TIM untuk secara detail meneliti khususnya yang berkaitan dengan barang-barang yang dihapus, asal-usul dari pembelian barang-barang itu,dan mengawasi apakah pembelian itu karena tindakan kriminal atau salah manajemen. Sebelum audit dilakukan, manajemen Indofarma menghitung kerugian Indofarma paling-paling Rp 20 miliar. Tapi, setelah audit selesai, kerugiannya justru naik tiga kali lipat yakni sekitar 59 miliar.

2. Hasil laporan audit Bapepam menemukan adanya indikasi mark up terhadap laba PT. Kimia Farma dimana tahun 2004 ditulis Rp. 132 milyar padahal sebenarnya hanya senilai Rp. 99,594 milyar.


(53)

Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2005 laporan keuangan Kimia Farma 2005 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2005. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2004. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.


(54)

3. Menetapkan Rumusan Masalah

Berdasarkan pengindentifikasian masalah maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

a) Bagaiman Struktur Kepemilikandan leverage dan Manajemen Laba pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b) Bagaimana pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara parsial dan simultan.

4. Menetapkan tujuan penelitian;

Sesuai dengan latar belakang dan maksud yang yang telah diuraikan, penilitian ini memiliki tujuan antara lain :

a) Untuk mengetahui Struktur Kepemilikan dan Leverage terhadap Manajemen Labapada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b) Untuk mengetahui pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Labapada perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara parsial.

c) Untuk mengetahui pengaruh Struktur Kepemilikan dan Leverage terhadap Manajemen Labapada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara simultan.


(55)

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

8. Melakukan analisis data;

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian

Metode Yang Digunakan Unit Analisis Time Horizon

T – 1 Descriptive Decriptive dan Survey Perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI

Time Series

T – 2 Descriptive Decriptive dan Survey Perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI

Time Series T - 3 Descriptiv&

Verifikatif

Descriptive dan Explonatory Survey

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

Time Series

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002:69)mendefinifikan sebagai berikut :

“Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran


(56)

dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai adalah Struktur kepemilikan dan Laverage terhadap Manajemen laba diperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, maka operasionalisasi variabel penelitian dapat disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Jenis

Variabel Variabel Konsep Variabel Sub variable Indikator Skala

Independent

Struktur kepemilikan

Faisal (2005) Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan

pemegang saham dan

menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional

adalah dua mekanisme

corporate governance yang dapat mengendalikan masalah keagenan.

Struktur kepemilikan manajerial

presentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dimiliki(Boediona, 2005).

Rasio Struktur

kepemilikan institusional

jumlah presentase terbesar

kepemilikan saham oleh

institusional (non individual) di perusahaan.

(Budiwijaksono,2005).

Laverage

.Warsono(2003:204) Leverage

adalah penggunanan asset atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan tersebut,

perusahaan harusnharus

mengeluarkan biaya dan beban tetap.

Laverage =� ��� � �

� ��� � .

Rasio

Dependent Manajemen

laba

Scott (2000:296) menyatakan bahwa pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk suatu tujuan tertentu disebut dengan manajemen laba

TA (total accrual) = Net income – Cash flow from operation


(57)

3.2.3. Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumebr data sekunder. Menurut Sugiyono (2009:137) dalam Umi narimawati (2010:37) mendefinisikan sumber data sekunder sebagai berikut :

“Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

Peneliti menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai laporan laba rugi, neraca dan annual reportperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI2004-2010

3.2.3.2. Teknik Penentuan Data

Sebelum menentukan teknik penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukan mengenai populasi dan sampel.

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:80) mendefinisikan populasi adalah sebagai berikut :

“wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah 2 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(58)

atau sebanyak 14 laporan keuangan dari 9 perusahaan manufaktur selama 7 tahun.

Tabel 3.3

Daftar Nama Perusahaan yang menjadi Sampel

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 INAF Indofarma Tbk 2 KAEF Kimia Farma Tbk

2. Sampel

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi. Menurut Sugiyono (2011:81) mendefinisikan sampel adalah sebagianberikut :

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Perusahaan yang akandijadikan penelitian ini dipilih menggunakan pertimbangan dengan memasukkanunsur-unsur tertentu yang dianggap memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan-perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2004 – 2010.

2) Perusahaan dimaksud terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menyampaikan datanya secara lengkap sesuai dengan informasi


(59)

yang diperlukan, yaitu laporan keuangan per 31 Desember, dengan alasan laporan tersebut telah diaudit sehingga informasi yang dilaporkan lebih dapat dipercaya.

Sesuai dengan kriteria di atas, laporan keuangan dari2 perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka diambil jumlah sampel yang digunakan dalampenelitian ini adalah laporan keuangan terutama Neraca, Laporan Laba Rugi danCatatan atas Laporan keuangan 2perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2004 – 2010, yaitu sebanyak 14 laporan keuangan. Tahunamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 tahun berturut-turut yaitu tahun2004 – 2010.

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Umi Narimawati (2010:39) mendefinisikan metode pengumpulan data seagai berikut :

“penelitianlapangan (Field Research), dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer dan data sekunder”.

Data Primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut : a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Melakukan pengamatan secara langsung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan. Hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan.


(60)

b. Wawancara atau Interview

Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

c. Kuisioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya.

Data sekunder ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut: d. Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang terdapat pada perusahaan. Mulai dari literatur, buku-buku yang ada. yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan data yang tercantum pada laporan keuangan, annual reportpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiamelalui website www.idx.co.id.

Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahulu yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacaan-bacaan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data, dan gambaran cara memperoleh data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna menjawab persoalan penelitian, memperbanyak literature untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh. Dalam hal ini peneliti juga menggunakan media


(61)

internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang dilakukan.

3.2.4.1 Hasil pengujian Normalitas Data Residual

Pengujiannormalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regressi, apabila model regresi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan, karena statistik uji F dan uji t pada analisis regresi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regresi.

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 14

Normal Parametersa,,b Mean .0000090

Std. Deviation 4.87458341E10

Most Extreme Differences Absolute .212

Positive .125

Negative -.212

Kolmogorov-Smirnov Z .795

Asymp. Sig. (2-tailed) .552

a. Test distribution is Normal.


(62)

Pada tabel 4.4 dapat dilihat nilai probabilitas (Asymp, sig.) yang diperoleh dari uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,552. Karena nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0.05), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal. Secara visual gambar grafik normal probability plot dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut:

Gambar 3.1 Grafik Normalitas

Grafik diatas mempertegas bahwa model regresi yang diperoleh berdisitribusi normal, dimana sebaran data berada disekitar garis diagonal.

3.2.4.2 Hasil pengujian Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas pada model regresi.Jika terdapat Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar tetapi


(1)

patkanlaba/keutunganparapemegangsahamlebihsukamenginvestasikankemba lilabadaripadamembagikandalambentukasetyangmaksimalapabilalaba yang diinvestasikantersebutdapatmenghasilakanleverage yang maksimaldanperusahaanmenjadilaba

3. Hasilanalisisstrukturkepemilikandanleverageterhadapmanajemenlabapada perusahaanmanufakturmenunjukanhasiladanyapengaruhsignifikanpositifda rikepemilikanmanajerialdansignifikan negative darileverageterhadapmanajemenlaba.

Sehinggasemakinbesarkepemilikanmanajerialmakaakansemakinbesar pula peluanguntukdilakukannyatindakanmanajemenlaba.

5.2 Saran

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdisimpulkan, dapatkiranyadiajukansaranbeberapaberikut :

1. KegunaansecaraOperasional

 Bagi Perusahaan, diharapkan agar

dapatlebihmengevaluasikembaliterhadapkeadaanperusahaanterutamab agiparamanajer.

Karenabagaimanapunjugasatuperusahaanterdiridaribeberapalapisan di dalamnya yang harus tau bagaimanakondisiperusahaan yang

sebenarnya. sehinggatidakadapihak yang

merasadirugikankarenasuatutindakan yang dilakukansecarasepihak yang akhirnyamerugikanperusahaanitusendiri. Hal inidilakukan agar


(2)

107

parapemegangsaham, baikmanajerialataupuninstitusional,

kemudianparakaryawandansemualapisan yang

beradadalamsatupayungperusahaanbekerjasama demi mencapaivisidanmisiperusahaanitusendiri, jugauntukmenghindari rasa tidaksalingpercayaterhadapkinerjamasing-masing.

Karenakemajuanperusahaanadalahhal yang paling utama.

 Bagi Investor, Alangkahbaiknyamempelajariduluperusahaan yang akandijadikansebagailahaninvestasisepertipadakepemilikanmanajeme

ndanleverage yang dimanakedua variable

tersebutberpengaruhterhadapmanajemenlaba. Selainitujuga investor

harusmemperhatikankondisiekonomidankebijakan-kebijakanperusahaanterutamadalamhalleverage yang berpengaruhterhadapmanajemenlaba, agar nantinya investor dapatterhindardaripraktikmanajemenlaba.

2. KegunaanSecaraAkademis

 BagiPenelitiSelanjutnyadanpengembanganilmuakuntansi, disarankan agar menggunakan variable lain selainstrukturkepemilikandanleverage yang dapatberpengaruhterhadapmanajemenlaba, seperti missal nyaKualitas Audit, Komite Audit, dan lain-lain. Sehinggauntukkedepannyalagiakanlebihmemperkayapengetahuanbagi penelitisendiri.


(3)

108

AkuntanPublik) jilid 1, FakultasEkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta.

Agnes UtariWidyaningsdyah.,”AnalisisFaktor-Faktor yang

BerpengaruhterhadapEarnings Managemanpada Perusahaan Go Public di Indonesia”., JurnalAkuntansidanKeuangan, Volume.3 No.2; November 2001:89-101.

Alves Sandra 2012., “Ownership Structure and Earnings Management: Evidence from Portugal”.,Australasian Accounting Business and Finance Journal, 6(1), 2012, 57-74.

Anita Nusantara, D 2004.,”The Effect Of Maket Share and Leverage Interaction Toward ErningManajemenPractice”.,Symposium Nasionalakuntansi VII, Denpasar-bali, 2-3 desember, 2004, hal 172-186

Budi S.Purnomo, S.E.,M.M., M.Si., PujiPratiwi, S.E., “PengaruhEarning

ManagementerhadapPraktekmanajemenLaba(earning Managemen).,jurnal Media Ekonomi., Volume.14 No.1; April 2009.

DewiSaptanTtinahPujiAstuti.,”Analisisfaktor-faktor yang mempengaruhimotivasimanajemenlaba di seputarRight issue”.,Publisher: AUDI JurnalAkuntansidanBisnis, Vol 2, juli 2007.

Guna, Welvin I,.Herawaty, Arleen., 2010. PengaruhMekanismeGood Corporate Governance, Indevendesi Auditor, Kualitas Audit danFaktorLainnyaTerhadapManajemenlaba. JurnalBisnisdanAkuntansi Volume 12 No. 1. p. 53-68.

I G.A EkaDamayanthi,”Perbedaanpengaruhbesaranperusahaandan leverage

terhadapmanajemenlabapadaperusahaan yang memilikikomite audit

dandiauditoleh auditor berkualitas”.Publisher: AUDI

JurnalAkuntansidanbisnis, vol.1, januari 2008

IlyaAvianti.” MengungkapPraktikEarnings Management di Perusahaan.

JurnalBisnis, ManajemendanEkonomi, Volume 7, No. 3; februari 2006.

Mahmudi, 2001, “ManajemenLaba (Earning Management):

SebuahTinjauanEtikaAkuntasi,” JurnalBisnisdanAkuntansi, Vol. 3, No. 2, Agustus 2001.

Mahdi Safari Gerayli, AbolfazlMomeniYanesari, Ali Reza Ma'atoofi, 2011., Impact of Audit Quality on Earnings Management: Evidence from Iran., International Research Journal of Finance and Economics., ISSN 1450-2887 Issue 66 (2011).


(4)

109

Martonodan D. AgusHarjito., 2005., ManajemenKeuangan, Erlangga, jakarta Nedal Al-Fayoumi.,BanaAbuzayed.,David Alexander., Ownership Stuctur and

Earnings Managemen in Emerging Market; The Case of Jordan., International Research Journal of Finance and Economics., ISSN 1450-2887,issue 38 (2010).

Nuryaman,Rusminidan Joy

NantaGinting,2010.,”Pengaruhstrukturkepemilikandankualitas audit terhadapmanajemenlaba.,Jurnalakuntasitahun XIV/02/mei/2010 ISSN:1410-3591

Prihat Assih,2005. The Effect of Audit Quality to The Earnings Management Around The Indonesian Monetary Crisis., JurnalAkuntansi&Bisnis Vol.5, No.2, Agustus 2005: 82-90.

Qasim, Mohammad Zureighat, The Effect of Ownership Structure an Audit Quality: Evidence from Jordan. Internasional Journal of Business and Social Science, Volume.2 No. 10; june 2011.

Rusmin, Nuryaman., Ginting, J. N., 2010.

PengaruhStrukturKepemilikandanKualitas Audit TerhadapManajemenLaba. JurnalAkuntansi ISSN 1410-3591 No. 2. p. 125-145.

Russell, J.P.2000, The Quality Audit Handbook (Principles, implementation and use).Second Edition ASQ Quality Audit Division:Millwaukee

Sartono., R. Agus. 2001. ManajemenKeuangan: TeoridanAplikasi. Edisikeempat. Yogyakarta: BPFE

Sandra Alves, Ownership Structure and Earnings Management: Evidence from Portugal,Australasian AccountingBusiness and Finance Journal, 6(1), 2012, 57-74.

Scott, William R (2000). Financial Accounting Theory.Second edition. Canada: Prentice Hall.

Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall Inc.

SlametHaryono., SturkturKepemilikandalamBingkaiTeoriKeagenan, JurnalAkuntansidanBisnis, Volume 5,no. 1; februari 2005,hal.63-71. Sulistyanto, Sri. 2008. ManajemenLaba : Teoridan Model Empiris. Jakarta : PT

Grasindo.

Sutapa, J.Pramana Gentur.2011.Audit MutuInternal.Yogyakarta: Kantor JaminanMutu UGM.


(5)

Syamsuddin, Lukman, 2002., ManajemenKeuanganPerusahaan:KonsepdalamPerencanaan,

Pengawasan, danPengambilanKeputusan., Raja Grafindo Prada, Jakarta Sylvia Veronica n.p Siregar.,2006. PengaruhStrukturKepemilikan, Ukuran

Perusahaan, danPraktek Corporate Governance terhadapPengelolaanLaba(Earnings management). JurnalRisetAkuntansi Indonesia Volume 9 No.3.Hal.307-326

Warsono. 2003. ManajemenKeuanganBuku I. EdisiKetiga. Malang: Bayumedia.

Wasimullah, IkramUllahToor, Zaheer Abbas, 2010.,”Can High Leverage Control

the Opportunistic Behavior ofManagers: Case Analysis of Textile Sector of Pakistan”.,Insternasional research journal of finance and economics, ISSN 140-2887 issue 47 (2010)

Widyastuti, Tri., 2009.

PengaruhStrukturKepemilikandanKinerjaKeuanganTerhadapManajemenL aba : StudiPada Perusahaan Manufaktur di BEI. JurnalMaksi Volume 9 No. 1. p. 30-41.

Wolk, H.I., M.G. Tearney, J.L. Dodd. 2001. Accounting Theory. South Western College Publishing: Thomson Learning.


(6)

187

RiwayatHidup

I. Data Pribadi

Namalengkap : RiniYuniarti

Tempat/Tanggallahir : Bandung, 22 Juni 1989 Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Cikampek 5 No.54 Antapani Bandung Telp/HP : (022) 7270273 / 085759187776

Agama : Islam

II. RiwayatPendidikan

1996 – 2002 : SDN Griba 14 2002 – 2005 : SMPN 45 Bandung

2005 – 2008 : SMA Kartika Candra1 Bandung

2008 – 2012 : UniversitasKomputer Indonesia (UNIKOM) JurusanAkuntansi S1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 34

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 2 9

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, ENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 1 14

TESIS S431208012 LINTANG KURNIAWATI

0 0 96

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3