Tujuan Keluaran pendampingan kawasan ternak 2015

2 kambing, namun demikian konsumsi daging kambing dan domba per kapita per tahun terlihat adanya trend penurunan dalam beberapa tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2006 sebesar 0,64 kg kapita tahun dan pada tahun 2009 menurun menjadi 0,55 kg kapita Dirjen Peternakan, 2011. Banyaknya jumlah anak kelahiran secara ekonomis menguntungkan dibandingkan dengan induk yang menghasilkan satu ekor anak saja setiap kali beranak Branford 1985; Loka penelitain Kambing Potong. Suatu populasi ternak kado dapat dikatakan prolifik bila mempunyai rataan jumlah anak lahir 1,75 ekor kelahiran I nounu dkk , 1997. Sedangkan skala usaha yang direkomendasikan pada perbibitan ternak kambing adalah 1 pejantan 8 induk skala 1 : 8. I mplementasi skala usaha 1 : 8 dengan pengaturan secara ketat perkawinan pada bulan yang berurutan antar induk diharapkan peternak setiap bulan dapat menjual ternak hingga umur induk sekitar 5 – 6 tahun Anonim, 1989a, Soejana dan Priyanti, A. dalam Yowono, 2012.

1.2. Tujuan

1. Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak kambing. 2. Meningkatkan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing. 3. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing.

1.3. Keluaran

1. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak kambing. 2. Peningkatan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing. 3. Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing. 3 I I . TI NJAUAN PUSTAKA Ternak kambing adalah ternak ruminansia kecil yang paling dominan jumlanya populasinya di kembangkan masyarakat dan umumnya merupakan ternak lokal asli I ndonesia, walaupun demikian ada juga yang berasal dari ternak impor atau persilangan dengan kambing lokal serta secara umum sudah beradaptasi dengan baik pada kondisi setempat . Pada pengembangan ternak ruminansia saat ini telah berkembang usaha yang mengarah pada pola agribisnis, dimana pada konsep tersebut diarahkan untuk melakukan perubahan dari keunggulan komparatif Comparative advantage menjadi keunggulan kompetif Competitive advantage yang mampu secara ekonomis memberikan keunggulan yang diawali dengan keunggulan teknis Pambudi, et al,. 2001. Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan ternak kambing, karena didukung oleh potensi sumberdaya alam, berupa pakan yang masih melimpah dan juga limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pakan alternatif bagi ternak kambing. Berdasarkan data statistik populasi ternak kambing di Provinsi Bengkulu terjadi penurunan populasi sebanyak sekitar 45 dalam kurun waktu 2 tahun terakhir dan berdasarkan kenyataan tersebut diperlukan pengembangan dan pendampingan budidaya ternak kambing dalam satu bentuk kawasan komodidas, dimana Kabupaten Kepahiang merupakan wilayah rancangan model pengembangan kawasan ternak kambing yang termasuk menjadi prioritas nasional Kementerian Pertanian, 2014. Sebagian besar masyarakat perdesaan memandang pemeliharaan ternak kambing secara sambilan ekstensif dan sebagai tabungan hidup yang baru dmanfaatkan apabila petani membutuhkan pengeluaran yang bersifat m endadak ataupun sudah direncanakan dalam jumlah relatif besar, pada kondisi ini ternak kambing yang dipelihara dijual tidak lagi mempertimbangkan penjualan yang didasarkan pada kriteria teknis maupun efisiensi ekonomi. Namun pemeliharaan ternak kambing secara ektensif umumnya cenderung tidak menguntungkan, karena tingkat kematian yang tinggi disertai produktivitas rendah dan disarankan agar sebaiknya dibudidayakan secara lebih intensif . Menurut Misnawaty 2004 penggemukan ternak kambing secara intensif yang disertai dengan teknologi pakan, kesehatan dan perkandangan akan menguntungkan dan layak untuk 4 dikembangkan. Disamping itu dilhat dari peluang pasar dan konsumsi daging, ternak kambing sangat menjanjikan dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan ternak kurban, akikah, maupun untuk keperluan pasar ekspor yang diperkirakan dalam 10 tahun kedepan sedikitnya ada tambahan permintaan sekitar 5 juta ternak setiap tahun untuk berbagai keperluan Badan Litbang Pertanian, 2005. 5 I I I . PROSEDUR

3.1. Lokasi dan w aktu