pendampingan kawasan ternak 2015

(1)

LAPORAN AKHI R

PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN

KAWASAN PERTANI AN NASI ONAL

PETERNAKAN ( TERNAK KAMBI NG)

ZUL EFENDI


(2)

LAPORAN AKHI R

PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN

KAWASAN PERTANI AN NASI ONAL

PETERNAKAN ( TERNAK KAMBI NG)

Zul Efendi

Rusw endi

Sisw ani Dw i Daliani

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan (Ternak Kambing) dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan pendampingan pertanian nasional peternak (ternak kambing) tahun 2015.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.

Bengkulu, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan,

Zul Efendi, S.Pt


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1 Judul RPTP/ RDHP/ RKTM : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan (Ternak Kambing)

2 Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3 Alamat Unit Kerja : Jl. I rian KM 6,5 Bengkulu 38119 4 Sumber Dana : DI PA Tahun 2015

5 Status Penelitian (L/ B) : Baru 6 Penanggung Jawab

a. Nama : Zul Efendi, S.Pt

b. Pangkat/ Golongan : Penata Muda TK I / I I I b c. Jabatan : Peneliti Pertama 7 Lokasi : Kabupaten Kepahiang 8 Agroekosistem : Lahan Kering

9 Tahun di mulai : 2015 10 Tahun Selesai : 2019

11 Output Tahunan : 1. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak kambing

2. Peningkatan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing

3. Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing.

12 Output Akhir 1. Terbentuknya kelompok pembibitan dan penghasil susu kambing PE dan

menjadikan Kabupaten Kepahiang sebagai daerah sumber bibit kambing PE di Provinsi Bengkulu

2. Meningkatkan produktivitas kambing PE di Kabupaten Kepahiang.

13 Biaya : Rp. 40.000.000,- (Empat puluh juta rupiah)

Koordinator Program,

Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP NI P. 19690427 199803 1 001

Penanggung Jawab RODHP

Zul Efendi, S.Pt

NI P. 19690227 200701 1001 Mengetahui :

Kepala BBP2TP,

Dr. I r. Abdul Basit, MS NI P. 19610929 198603 1003

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. I r. Dedi Sugandi, MP NI P. 19590206 198603 1002


(5)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

DAFTAR I SI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPI RAN ... v

RI NGKASAN ... vi

SUMMARY ... viii

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Keluaran ... 2

I I . TI NJAUAN PUSTAKA ... 3

I I I . PROSEDUR ... 5

3.1 Lokasi dan Waktu ... 5

3.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 5

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 8

4.1. Karakteristik Wilayah ... 8

4.2. I dentifikasi Kelompok Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang ... 10

4.3. I dentifikasi Kebutuhan Pendampingan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang ... 11

4.4. Pembuatan dan Penyebaran Media I nformasi Tentang Ternak Kambing ... 12

4.5 Pelatihan Pengisian Kartu Rekording Ternak Kambing ... 12

4.6. Demplot Budidaya Ternak Kambing ... 13

4.7. Pembinaan Kelembagaan Kelompok Tani ... 17

4.9. Pembuatan Grand Design Pembibitan Kambing PE Kabupaten Kepahiang ... 17

V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 23

5.1. Kesimpulan ... 23

5.2. Saran ... 23

KI NERJA HASI L PENDAMPI NGAN ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Data Curah Hujan Kecamatan Kabawetan 5 Tahun Terakhir ... 9 2. Populasi Ternak Besar dan Kecil di Kecamatan Kabawetan Kabupaten

Kepahiang ... 9 3. Kelompok Ternak Kambing yang mendapatkan Paket Pengembangan

Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan ... 11 4. Peningkatan pengetahuan peternak sebelum dan sesudah kegiatan ... 13 5. Kinerja Produksi Ternak Kambing di Kelompok Tani Sidomulyo Desa

Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan ... 15 6. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing

di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 ... 20 7. Daftar Penanganan Risiko dalam Pelaksanaan Pendampingan


(7)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman

1. Kartu Rekording Kambing I nduk, Pejantan dan Anak Muda ... 31

2. Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Kepahiang yang juga dihadiri oleh Perwakilan Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian Jakarta ... 36

3. Presentasi Grand Design Pembibitan Kambing PE oleh Dr. Bambang Setiadi (Ditjen Peternakan) ... ... 36

4. Sosialisasi Pendampingan Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan ... 37

5. Pelatihan Pengsian Kartu Rekording Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan ... 37

6. Kandang Kambing Kelompok Tani Sidomuyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kab. Kepahiang ... 38

7. kandang Kelompok KWT Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang ... 38

8. Kulit Kopi Mineral Blok untuk pakan Ternak Kambing ... 39

9. Pembuatan Silase Rumput Gajah ... 39


(8)

RI NGKASAN

1 Judul : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan (Ternak Kambing).

2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 3 Tujuan : 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas

ternak kambing.

2. Meningkatkan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing.

3. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing. 4 Keluaran : 1. Peningkatan produksi dan produktivitas

ternak kambing.

2. Peningkatan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing.

3. Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing.

5 Prosedur : 1. Konsultasi internal. 2. Koordinasi dan sosialisasi 3. I dentifikasi kebutuhan teknologi

4. Penyusunan petunjuk pelaksanaan dan materi.

5. Melaksanakan bimbingan teknis 6. Melaksanakan pelatihan

7. Melaksanakan demplot teknologi

6 Capaian : 1. Grand design pembibitan ternak kambing PE

2. Peningkatan populasi, kepemilikan ternak, berat lahir, dan berat sapih ternak kambing. 3. Penurunan angka mortalitas anak dan

induk ternak kambing.

4. Pembenahan administrasi kelompok dan pembentukan paguyupan peternak kambing dengan nama Gugus Perwakilan Pemilik Ternak Manunggal Jaya.

7 Manfaat : 1. Peningkatan adopsi komponen teknologi sehingga meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani.

2. Semakin baik koordinasi dengan petani dan

stakeholders dan semakin terjamin ketersediaan saprodi diharapkan dapat meningkatkan akselerasi adopsi teknologi. 8 Dampak : 1. Peningkatan produktivitas dan pendapatan

petani melalui pengembangan inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat.


(9)

2. Kawasan yang dibangun mampu menghasilkan multi produk sehingga mampu menciptakan pertanian berbasis bio-industri.

3. Teradopsinya teknologi introduksi oleh petani, peternak, dan penyuluh secara luas dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan usahatani berkelanjutan. 9 Jangka waktu : Januari – Desember 2015


(10)

SUMMARY

1 Title : National Agricultural Area Development Assistance Ranch (Goat).

2 Work Unit : Assessment I nstitute for Agricultural Technology (BPTP) Bengkulu.

3 Destination : 1. To I ncrease the production and productivity of goats.

2. I mproving knowledge about technological innovation goat farming goats.

3. To I mprove the institutional role and function goat herd.

4 Output : 1. I ncreased production and productivity of goats.

2. I ncreased knowledge about

technological innovation goat farming goats.

3. I ncreased institutional role and function goat her

5 Procedure :

1.

I nternal consultations.

2. Coordination and dissemination 3. I dentification of technological needs 4. Preparation of guidelines and materials. 5. Carry out technical guidance

6. I mplement training

7. I mplement technology demonstration plot 6 Achievement : 1. Grand design of breeding goats

2. I ncreasing population, livestock ownership, birth weight, weaning weight of cattle and goats.

3. The decline in child mortality and mother goats.

4. Settling administration and formation paguyupan goat herders with livestock owners Representative cluster name Manunggal Jaya.

7 Benefit : 1. I ncreased adoption of technology components thereby increasing

productivity, production and income of farmers.

2. The better coordination with farmers and stakeholders and more assured availability of inputs is expected to increase the acceleration of technology adoption.

8 I mpact : 1. I ncreasing productivity and income of farmers through the development of innovative technologies relevant to the local socio-economic and agro-ecosystems. 2. The area is built able to produce


(11)

multi-product so as to create bio-based agricultural industry.

3. The adoptions technology introduced by farmers, breeders, and extension agents widely in order to increase revenue and realize sustainable farming.

9 Period : January-December 2015 10 Cost : I DR. 40.000.000,00


(12)

I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendampingan merupakan salah satu kegiatan diseminasi teknologi dan informasi yang dihasilkan oleh BPTP/ Badan Litbang Pertanian. Diseminasi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan teknologi/ informasi hasil litkaji kepada pengguna sehingga teknologi/ informasi hasil litkaji dapat dimanfaatkan dan diadopsi oleh pengguna. Kegiatan diseminasi dibedakan menjadi 3 yaitu: peragaan teknologi, komunikasi tatap muka dan pengembangan informasi. Pemilihan metode diseminasi dan media komunikasi didasarkan pada pertimbangan efektivitas dan efisiensi (cost efective) untuk khalayak sasaran.

Keberhasilan kegiatan litkajibangrap BPTP ditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi oleh pengguna antara dan pengguna akhir di wilayah kerjanya. Yield gap antara hasil riel di tingkat petani dan hasil pengkajian merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai tingkat adopsi teknologi. Semakin tinggi yield gap menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat adopsi teknologi oleh petani.

Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak serta produktivitas ternak kambing diperlukan suatu sistem pengembangan dan diseminasi yang dapat mengimplementasikan inovasi teknologi langsung bagi pengguna, maka diperlukan suatu model pengembangan yang berbentuk kawasan komoditas terkait. melalui pendampingan dalam suatu wilayah kawasan komoditas peternakan. Sehingga diperlukan suatu upaya pendekatan sesuai sistem dengan arahan kebijakan yang berdasarkan apresiasi atau kebutuhan masyarakat (bottom up), yaitu berupa pendekatan lansung dalam bentuk pendampingan terhadap pengembangan kawasan komoditas (Kementerian Pertanian, 2014).

Kambing umumnya dipelihara oleh para peternak kecil, karena mempunyai beberapa keunggulan antara lain: (1) membutuhkan modal yang relatif kecil; (2) mudah pemeliharaannya; (3) banyak digunakan untuk berbagai acara baik acara kekeluargaan seperti syukuran maupun acara yang berhubungan dengan ritual keagamaan dan budaya seperti hewan kurban pada hari raya kurban, khitanan, aqiqah, dan lain-lain; dan (4) mudah dijual ketika membut uhkan uang kontan secara cepat. Karena masyarakat umumnya senang mengkonsumsi daging


(13)

kambing, namun demikian konsumsi daging kambing dan domba per kapita per tahun terlihat adanya trend penurunan dalam beberapa tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2006 sebesar 0,64 kg/ kapita tahun dan pada tahun 2009 menurun menjadi 0,55 kg/ kapita (Dirjen Peternakan, 2011).

Banyaknya jumlah anak kelahiran secara ekonomis menguntungkan dibandingkan dengan induk yang menghasilkan satu ekor anak saja setiap kali beranak (Branford 1985; Loka penelitain Kambing Potong). Suatu populasi ternak kado dapat dikatakan prolifik bila mempunyai rataan jumlah anak lahir > 1,75 ekor/ kelahiran (I nounu dkk, 1997). Sedangkan skala usaha yang direkomendasikan pada perbibitan ternak kambing adalah 1 pejantan 8 induk (skala 1 : 8). I mplementasi skala usaha 1 : 8 dengan pengaturan secara ketat perkawinan pada bulan yang berurutan antar induk diharapkan peternak setiap bulan dapat menjual ternak hingga umur induk sekitar 5 – 6 tahun (Anonim, 1989a, Soejana dan Priyanti, A. dalam Yowono, 2012).

1.2. Tujuan

1. Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak kambing.

2. Meningkatkan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing.

3. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing.

1.3. Keluaran

1. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak kambing.

2. Peningkatan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing.


(14)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Ternak kambing adalah ternak ruminansia kecil yang paling dominan jumlanya populasinya di kembangkan masyarakat dan umumnya merupakan ternak lokal asli I ndonesia, walaupun demikian ada juga yang berasal dari ternak impor atau persilangan dengan kambing lokal serta secara umum sudah beradaptasi dengan baik pada kondisi setempat . Pada pengembangan ternak ruminansia saat ini telah berkembang usaha yang mengarah pada pola agribisnis, dimana pada konsep tersebut diarahkan untuk melakukan perubahan dari keunggulan komparatif (Comparative advantage) menjadi keunggulan kompetif (Competitive advantage) yang mampu secara ekonomis memberikan keunggulan yang diawali dengan keunggulan teknis (Pambudi, et al,. 2001).

Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan ternak kambing, karena didukung oleh potensi sumberdaya alam, berupa pakan yang masih melimpah dan juga limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pakan alternatif bagi ternak kambing. Berdasarkan data statistik populasi ternak kambing di Provinsi Bengkulu terjadi penurunan populasi sebanyak sekitar 45% dalam kurun waktu 2 tahun terakhir dan berdasarkan kenyataan tersebut diperlukan pengembangan dan pendampingan budidaya ternak kambing dalam satu bentuk kawasan komodidas, dimana Kabupaten Kepahiang merupakan wilayah rancangan model pengembangan kawasan ternak kambing yang termasuk menjadi prioritas nasional (Kementerian Pertanian, 2014).

Sebagian besar masyarakat perdesaan memandang pemeliharaan ternak kambing secara sambilan (ekstensif) dan sebagai tabungan hidup yang baru dmanfaatkan apabila petani membutuhkan pengeluaran yang bersifat m endadak ataupun sudah direncanakan dalam jumlah relatif besar, pada kondisi ini ternak kambing yang dipelihara dijual tidak lagi mempertimbangkan penjualan yang didasarkan pada kriteria teknis maupun efisiensi ekonomi. Namun pemeliharaan ternak kambing secara ektensif umumnya cenderung tidak menguntungkan, karena tingkat kematian yang tinggi disertai produktivitas rendah dan disarankan agar sebaiknya dibudidayakan secara lebih intensif . Menurut Misnawaty (2004) penggemukan ternak kambing secara intensif yang disertai dengan teknologi pakan, kesehatan dan perkandangan akan menguntungkan dan layak untuk


(15)

dikembangkan. Disamping itu dilhat dari peluang pasar dan konsumsi daging, ternak kambing sangat menjanjikan dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan ternak kurban, akikah, maupun untuk keperluan pasar ekspor yang diperkirakan dalam 10 tahun kedepan sedikitnya ada tambahan permintaan sekitar 5 juta ternak setiap tahun untuk berbagai keperluan (Badan Litbang Pertanian, 2005).


(16)

I I I . PROSEDUR

3.1. Lokasi dan w aktu

Pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional peternakan (ternak kambing) dilaksanakan di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Penetapan Kecamatan Kabawetan sebagai lokasi pendampingan ternak kambing pada tahun 2015 disesuaikan lokasi pengembangan ternak kambing oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang.

3.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 3.2.1. Persiapan

1. Konsultasi internal. Konsultasi internal meliputi perbaikan RODHP, juknis, rapat tim teknis yang terlibat dalam kegiatan dan pembuatan bahan yang dibutuhkan dalam pendampingan serta perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Koordinasi dan sosialisasi. Koordinasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan Kabupaten Kepahiang, kegiatan koordinasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan program pengembangan ternak kambing ditingkat provinsi dan pabupaten, masalah/ hambatan yang di hadapi, kebutuhan teknologi serta metode dan media desiminasi yang diinginkan oleh peternak. Dengan terkoordinasinya rencana pelaksanaan program pendampingan kawasan ternak kambing tingkat provinsi dan kabupaten di harapkan program pendampingan ini sesuai dengan yang diharapkan.

3.2.2. Pelaksanaan kegiatan

1. I dentifikasi kebutuhan teknologi. I dentifikasi dilakukan pada awal kegiatan untuk mengetahui karakteristik setiap kelompok sasaran yang akan di lakukan pendampingan, potensi, permasalahan yang di hadapi para peternak dalam usaha ternaknya, terutama permasalahan yang berkaitan dengan teknologi pakan ternak, manajemen dan permasalahan yang lainnya.

Data-data yang di kumpulkan meliputi :

a. Karakteristik kelompok sasaran, teknologi eksisting, kebutuhan teknologi dan rencana implementasi teknologi.


(17)

b. Potensi bahan baku pakan, bibit, limbah kotoran ternak perkiraan jumlah kebutuhan pakan, bibit bakalan, pupuk organik dan stimulan untuk mendukung usaha ternak kambing di setiap kelompok.

c. Skala usaha ternak ternak kambing, orientasi usaha ternak, tingkat pengetahuan limbah usaha ternak (pupuk organiak) dan kelembagaan pendukung yang akan di kembangkan di setiap kelompok.

2. Penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak), bahan dan materi penyuluhan yang akan di buat berupa juknis, leaflet dan poster. Juknis yang akan di sediakan mengenai pemeliharaan ternak kambing, pengolahan pakan, pengolahan kompos, budidaya hijauan pakan ternak, penggunaan suplemen dan pengolahan limbah untuk pakan ternak. Post er yang akan di buat mengenai pengolahan kompos dan pengolahan limbah untuk pakan ternak. 3. Melaksanakan bimbingan temu lapang (apresiasi dan penyebarluasan

teknologi) dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, minat dan keterampilan petani dalam mengimplementasikan teknologi bidudaya ternak kambing. Apresiasi dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan dinas/ instansi terkait petugas lapang, tokoh masyarakat dan petani/ peternak.

4. Melaksanakan bimbingan penerapan teknologi. Bimbingan penerapan teknologi terhadap ternak kambing dilakukan oleh peneliti dan penyuluh BPTP Bengkulu bersama-sama dengan Petugas Dinas setempat yang di lakukan secara partisipatif. Bimbingan tersebut dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan terhadap peternak dalam hal managemen pemeliharaan serta teknologi penunjang lainnya.

5. Melaksanakan pelatihan petani dan petugas dilaksanakan untuk menyiapkan tenaga-tenaga terampil dan profesional dalam berbagai aspek usaha ternak


(18)

c. Mengembangkan, keterampilan petani dalam aplikasi teknologi usaha ternak ternak kambing, pengolahan limbah ternak dan limbah pertanian untuk produksi pakan dan pupuk organik.

6. Melaksanakan demplot teknologi budidaya ternak kambing. Kegiatan yang akan dilakukan pada demplot adalah: seleksi ternak kambing, manajemen perkandangan, pakan dan kesehatan hewan.


(19)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Wilayah

Wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (WKBP3K) Kecamatan Kabawetan meliputi satu Kecamatan Kabawetan. Jumlah desa/ kelurahan di Kecamatan Kabawetan 16 desa/ kelurahan. Letak BP3K Kabawetan di Kelurahan Tangsi Baru yang merupakan ibu kota Kecamatan Kabawetan. Luas wilayah kerja BP3K Kabawetan adalah 6.377 ha dengan batas wilayah secara administratif sebagai berikut:

a. Sebelah utara dengan wilayah Kabupaten Rejang Lebong b. Sebelah Timur dengan Kecamatan Muara Kemumu c. Sebelah Barat dengan Kecamatan Kepahiang

d. Sebelah selatan dengan wilayah Kecamatan Tebat Karai

Topografi daerah bervariasi, yaitu datar, bergelombang, berbukit yang curam dengan variasi datar 15% (kemiringan 0-15% ) = 957 ha, miring 30% (kemiringan 16-30% ) = 1.913 ha, berbukit 54% (kemiringan 31-54% ) = 3.444 ha, dan curam 1% (kemiringan lebih 55% ) = 64 ha.

Jenis tanah ondosol 65% , latasol 30% , sedangkan jenis tanah lain terdapat 5% . Ketinggian tempat 600-1200 meter dpl. Curah hujan hampir merata dengan rata-rata 5 tahun terakhir 3.945 mm/ tahun dengan jumlah bulan basah 8-10 bulan.

Kondisi I klim

Secara umum Kabupaten Kepahiang merupakan daerah dengan tipe daerah basah, yaitu dengan curah hujan yang tinggi, khususnya di Kecamatan Kabawetan termasuk wilayah yang mempunyai daerah curah hujan yang paling tinggi di Kabupaten Kepahiang. Data curah selama 5 tahun terakhir yang diambil


(20)

Tabel 1. Data Curah Hujan Kecamatan Kabawetan 5 Tahun Terakhir.

No Bulan

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Januari 307 257 189 269 665

2 Februari 369 368 120 275 485

3 Maret 292 586 281 185 407

4 April 375 161 391 559 372

5 Mei 170 181 238 101 101

6 Juni 190 211 146 182 182

7 Juli 65 254 107 239 239

8 Agustus 126 176 69 65 65

9 September 165 282 185 187 187 10 Oktober 362 290 249 345 345 11 Nopember 379 275 302 490 490 12 Desember 518 328 337 436 436 Jumlah CH Setahun 3.318 3.369 2.614 3.333 3.974 Rata – Rata 276,5 280,75 217,33 277,75 331,17

Pola Usaha Tani

Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 12 Tahun 1982, Tentang Budidaya Tanaman yang menyatakan bahwa kepada para petani diberikan kebebasan untuk memilih komoditas yang akan menjadi kegiatan usahataninya. Kecamatan Kabawetan dengan kondisi agroklimat yang mendukung usahatani yang beragam untuk diusahakan sepanjang tahun, maka Pola Usahatani dan Pola Tanam pada lahan sawah dan lahan kering yang diterapkan dalam satu tahun di WKBP3K Kecamatan Kabawetan tahun 2014 tidak secara spesifik mengikuti pola tertentu, tetapi petani pada umumnya berorientasi kepada prospek pasar komoditas yang akan diusahakan.

Data populasi ternak besar, ternak kecil, aneka ternak dan unggas di WKBP3K Kecamatan Kabawetan tahun 2014 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Ternak Besar dan Kecil di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang.

No Komoditas Utama

Populasi Awal Tahun (Ekor)

Populasi Akhir Tahun (Ekor)

Pertambahan Populasi (+ / - ekor) 1 Sapi Potong 1.950 2.421 471

2 Sapi Perah 19 23 4

3 Kerbau 67 106 39

4 Kambing 2.112 2.908 796

5 Domba 0 0 0


(21)

Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Kabawetan tahun 2014 adalah sebanyak 12.206 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 6.336 Jiwa dan jenis kelamin perempuan sebanyak 5.870 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.604 KK yang terdiri dari KK Tani sebanyak 2.957 KK dan KK Non Tani sebanyak 647 KK.

Kelembagaan Petani yang yakni Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) serta kelembagaan tani lainnya merupakan mitra bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan sebagai wahana transfer teknologi maupun tujuan penyuluhan lainnya. Berdasarkan pendataan kelembagaan petani untuk masing-masing desa/ kelurahan Kecamatan Kaba Wetan jumlah kelompok tani dan nama Gapoktannya dalam Wilayah Kerja BP3K Kecamatan Kabawetan

Tingkat Penerapan Teknologi adalah suatu kondisi penerapan teknologi yang telah dilaksanakan oleh para pelaku utama secara rata- rata dibandingkan dengan teknologi anjuran yang berlaku saat ini yang secara ideal bisa dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, efisiensi dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan usahatani yang diukur dalam prosentasi jumlah petani yang telah melaksanakan teknologi tersebut dibandingkan dengan jumlah petani yang ada di desa bersangkutan.

Data-data Tingkat Penerapan Teknologi yang dimasukkan merupakan kumulatif rata-rata pada setiap unsur Panca Usaha untuk masing-masing komoditas yang telah dikompilasi dan dianalisa secara matematis sehingga dapat ditemukan rata-rata prosesntase pada masing-masing unsur Panca Usaha dan ditabulasi untuk memudahkan pembacaannya.

4.2. I dentifikasi Kelompok Ternak Kambing di Kecamatan Kabaw etan Kabupaten Kepahiang.


(22)

Tabel 3. Kelompok Ternak Kambing yang mendapatkan Paket Pengembangan Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan.

No Nama Desa Nama kelompok

Jumlah Ternak (ekor) Sumber Dana/ Tahun 1 Tangsi Duren/

Kabawetan

Bina karya/ Suhadi 19 APBN 2015

2 Mekarsari/ Kabawetan Sidomulyo/ Parijo 19 APBN 2015 3 Sumber sari/

Kabawetan

Sumber Andalan/ Bardi 19 APBN 2015

4 Sukasari/ Kabawetan

Muda Berkarya/ Jajang. S

19 APBN 2015

5 Bukit Sari/ Kabawetan Putera Karya/ Sakat 19 APBN 2015 6 Bandung baru/

Kabawetan

Mandiri Karya/ Muhson 19 APBN 2015

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

I dentifikasi teknologi eksisting pada kelompok Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan kabupaten Kepahiang. Kelompok sidomulyo merupakan kelompok demplot pendampingan ternak kambing tahun 2015 disamping itu juga mendampingi kelompok ternak kambing lainnya. Kelompok ternak Sidomulyo berjumlah 13 orang peternak kambing. Jenis ternak kambing yang dipelihara adalah kambing PE dan turunan jawa randu, jenis usaha adalah pembiakan (pengembangan) dengan jumlah kambing sebanyak 82 ekor (13 anak, 23 kambing muda dan 46 dewasa).

Status kepemilikan ternak kambing adalah milik sendiri dan sebagian merupakan gaduhan. Sistem pemeliharaan intensif dengan rata-rata kepemilikan 6 ekor/ orang. Pakan yang diberikan berupa rumput gajah, gamal, rumput lapangan dan daun yang dicari dihutan. Sistem perkawinan yang dilakukan adalah dengan kawin alam, calving interval sepanjang 9 bulan, tingkat mortalitas induk 1,2% dan mortalitas anak 75% .

4.3. I dentifikasi Kebutuhan Pendampingan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang.

Dari hasil identifikasi kebutuhan teknologi yang dilakukan terhadap kelompok ternak kambing di Kabupaten kepahiang diketahui bahwa kebutuhan teknologi yang diperlukan oleh peternak adalah sebagai berikut:

1. Tata laksana pemeliharaan ternak kambing PE. Pada umumnya ternak kambing PE merupakan ternak yang baru beradaptasi di Kabupaten Kepahiang, sehingga perlu pemeliharaan yang lebih intensif bila dibandingkan


(23)

dengan ternak kambing yang sudah beradaptasi lama di lokasi seperti kambing kacang. Kendala yang dihadapi oleh peternak dalam memelihara kambing PE dalam hal budidaya adalah seringnya kambing mengalami kematian yang disebabkan oleh penyakit kembung (bload) , baik pada anak kambing maupun kambing yang sudah besar.

2. Hijauan Pakan Ternak. Rata-rata peternak kambing di Kabupaten Kepahiang masih mengandalkan hijauan makanan ternak (HMT) yang diambil dihutan-hutan sekitar dan sebagian kecilnya sudah mempunyai kebun HMT. Untuk memenuhi kebutuhan akan hijauan makanan ternak pada masa yang akan datang, maka akan dibuat kebun hijauan makanan ternak berupa tanaman leguminosa (gamal dan indigofera).

3. Kelembagaan kelompok ternak belum berjalan sebagaimana mestinya, dimana pertemuan kelompok belum dilakukan secara rutin, pembukuan juga belum terlaksana dengan baik dan tempat pertemuannya belum ada.

4.4 Pembuatan dan Penyebaran Media I nformasi Tentang Ternak Kambing

Salah satu metode pendampingan yang dilakukan adalah dengan cara penyebaran media informasi yang berhubungan dengan ternak kambing. Leaflet yang dibuat sebanyak 4 judul yang dicetak sebanyak 250 lembar setiap judulnya yaitu:

a. I ndigofera sp, hijauan bernutrisi tinggi untuk ternak kambing. b. Kulit kopi mineral blok untuk ternak kambing.

c. Penyakit yang sering menyerang ternak kambing.

d. Gamal/ gliricidia (gliricidia sepium) sebagai obat scabies ternak kambing Pembuatan leaflet ini dimaksudkan untuk memberikan informasi


(24)

Kabupaten Kepahiang. Pelatihan dihadiri oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang dan perwakilan 12 kelompok penerima bantuan ternak kambing tahun 2015 (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) di Kecamatan Kabawetan. Pelatihan ini sangat penting dilaksanakan karena Kaabupaten Kepahiang dicanangkan sebagai daerah sumber bibit untuk ternak kambing PE di Provinsi Bengkulu, sehingga dengan adanya recording yang baik diharapkan akan menghasilkan bibit yang berkualitas. Kartu recording yang disosialisasikan dan diisi adalah: kartu recording kambing induk, kartu recording kambing pejantan dan kartu recording kambing muda (jantan dan betina) .

Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan peternak dalam menyerap inovasi teknologi tentang budidaya ternak kambing sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan ini, maka dilakukan pengukuran dengan melakukan pengisian kuisioner yang menyangkut tentang pemeliharaan ternak kambing. Dari 50 orang peserta yang hadir pada saat sosialisasi tersebut, sebanyak 40 orang (80% ) mengisi kuisioner, sedangkan 10 orang (20% ) tidak mengisi. Hak ini disebabkan karena sebagian mereka ini tidak tamat SD sehingga mengalami kesulitan untuk mengisi kuisoner, selain itu juga disebabkan karena mereka belum menggeluti peternakan kambing. Hasil evaluasi sosialisasi/ pelatihan dan pendampingan yang telah dilakukan terhadap peningkatan pengetahuan peternak dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Peningkatan pengetahuan peternak sebelum dan sesudah kegiatan.

No Kriteria Pre-test (% ) Post test (% ) ya tidak ragu ya tidak ragu 1 Pemilihan bibit 45,00 22,50 32,25 70,00 0 30,00 2 Pemberian pakan 55,00 20,00 25,00 87,75 0 12,25 3 Reproduksi 37,50 25,00 37,50 65,00 0 36,00 4 Produksi susu/ pasca

panen

25,00 50,00 25,00 75,00 0 25,00

4 Pengolahan limbah 75,00 12,50 12,50 100,00 0 0

Sumber: data primer yang diolah, 2015

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam pemilihan bibit terjadi peningkatan pengetahuan tentang bibit kambing yang baik sebesar 25,00% . Pada pengetahuan tentang pemberian pakan (pakan rumput dan daun-daunan) dan manfaat konsentrat (dedak) terjadi peningkatan sebesar 32,75% . Dalam hal reproduksi terjadi peningkatan sebesar 27,50% , sedangkan pemahaman tentang


(25)

produksi susu/ pasca panennya mengalami peningkatan sebesar 50,00% , dan pada pemahaman peternak tentang pengolahan dan pemanfaatan limbah ternak kambing sebagai pupuk organik/ kompos mengalami kenaikan sebasar 25,00% .

Dari semua materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan budidaya ternak kambing ini terlah terjadi peningkatan pemahaman yang cukup baik sehingga diharapkan menjadi modal bagi peternak dalam hal melaksanakan usahatani ternak kambing pada masa yang akan datang.

4.6. Demplot Budidaya Ternak Kambing PE

Demplot budidaya ternak kambing PE dilaksanakan di Kelompok Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Kelompok tani Sidomulyo diketua oleh Bapak Parijo dan sekretaris Bapak Norfri dengan jumlah anggota sebanyak 15 orang. Ternak kambing yang digunakan adalah kambing milik petani karena kambing bantuan dari Dirjen PKH baru datang bulan September dan Oktober 2015.

Perbaikan teknologi yang dilakukan adalah:

• Perbaikan kandang: Membuat dinding pada sebagian kandang sehingga angin tidak bebas masuk kekandang, kebersihan dan sanitasi kandang dari kotoran dan sisa makanan.

• Pemberian pakan berbasis daun-daunan, leguminosa (indigofera) dan mineral blok.

• Pemberian vitamin dan obat cacing

• Pengaturan perkawinan

Setelah dilakukan pendampingan beberapa bulan kepada anggota kelompok tani baik secara langsung maupun dengan memberikan informasi dengan media informasi berupa leaflet, diperoleh hasil kinerja produksi ternak


(26)

Tabel 5. Kinerja Produksi Ternak Kambing di Kelompok Tani Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan

No Parameter Eksisting Pendampingan 1 Populasi Anak 13 ekor, muda

23 ekor, dewasa 46 ekor (total 82 ekor)

Anak 12 ekor, muda 13 ekor dan dewasa 90 ekor (total 115 ekor) 2 Kepemilikan 2 – 20 ekor 4 – 23 ekor 3 Berat lahir 1,9 kg 2,3 kg 4 Calving I nterval 9 bulan 9 bulan 5 Berat Sapih 7,5 kg 9,6 kg

5 Mortalitas anak 75 % 0%

6 Mortalitas induk 1,2 % 0%

7 Jml kelahiran - 12 ekor

8 Jml induk yang bunting - 24 ekor

Sumber: Kelompok tani Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang 2015

Populasi awal ternak kambing di kelompok tani Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan pada bulan Maret 2015 adalah anak 13 ekor, muda 23 ekor, dewasa 46 ekor (total 82 ekor), sedangkan populasi alkhir pada bulan November 2015 adalah anak 12 ekor, muda 13 ekor dan dewasa 90 ekor (total 115 ekor) terjadi peningkatan 33 ekor. Peningkatan ini dipengaruhi oleh adanya ternak kambing yang masukkan melalui program bantuan kambing PE untuk kelompok pembibitan dan juga adanya penjualan yang dilakukan oleh peternak terhadap kambing jantan dan induk yang kurang produktif. Jumlah kelahiran anak selama 8 bulan ini adalah sebanyak 12 ekor, rendahnya angka kelahiran ini disebabkan oleh petani kurang intensif dalam melakukan pemeliharaan ternak kambingnya. Petani di Desa Mekarsari pada khususnya dan Kabawetan sebagian besar umumnya memelihara ternak kambing sebagai sampingan dan banyak yang menyerahkan tatalaksana pemeliharaan ternak kambing kepada istri dan anaknya sehingga pendampingan susah dilakukan.

Kepemilikan ternak kambing di kelompok tani Sidomulyo meningkat dari 2 – 20 ekor/ peternak menjadi 4 – 23 ekor/ peternak. Hal ini disebabkan oleh kelahiran dari anak kambing juga adanya pemasukan kambing yang baru untuk program pembibitan dari Dirjen Peternakan dan Kesehat an Hewan Kementerian Pertanian tahun 2015. Rata-rata kepemilikan ini dimungkinkan akan bertambah


(27)

seiring dengan banyaknya ternak kambing yang sedang bunting dan diperkirakan akan melahirakan pada bulan depan.

Calving interval (jarak antara kelahiran) ternak kambing di kelompok Sidomuyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang masih 9 (sembilan) bulan. Hal ini disebabkan oleh para peternak kurang intensifnya peternak dalam memelihara ternaknya sehingga tidak memperhatikan siklus birahi ternak kambingnya sehingga mengakibatkan terjadi keterlambatan waktu perkawinannya. Peternak kambing di kelompok Sidomuyo yang mempunyai ternak kambing dibawah 5 (ekor) biasanya dikelola oleh anaknya yang laki-laki sehingga transfer informasi dari BPTP kadang-kadang tidak sampai karena yang ikut sosialisasi dan pelatihan biasanya adalah bapaknya.

Berat lahir ternak kambing di kelompok tani Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang mengalami peningkatan dari 1,9 kg menjadi 2,3 kg. Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan yang berkualitas baik selama kebuntingan seperti daun-daunan, leguminosa dan mineral blok dibandingkan dengan sebelum pendampingan yang hanya diberikan rumput lapangan. Disamping itu juga sanitasi kandang juga sangat berpengaruh terhadap kinerja produksi ternak kambing.

Berat sapih ternak kambing di kelompok Sidomuyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang mengalami kenaikan dari 7,5 kg/ ekor menjadi 9,6 kg/ ekor. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya perbaikan pola pemeliharaan (konsumsi pakan) dan pemberian vitamin dan obat cacing. Hal ini menandakan bahwa dengan manajemen pemeliharaan yang baik terhadap anak kambing dan induk yang sedang menyusui akan memberikan hasil yang baik pula.


(28)

kedalam kandang ternak kambing. Disamping itu pemberian pakan yang basah juga diduga menjadi penyebab terjadinya kembung perut pada ternak kambing, sehingga disarankan agar waktu mengarit hijauan pakan ternak untuk kambing dilakukan pada waktu hijauan dalam keadaan kering. Untuk angka mortalitas induk kambing juga mengalami penurunan, dimana sebelumnya angka mortalitas induk kambing di Desa Mekarsari adalah 1,2 % dan dari bulan Maret sampai dengan November 2015 menjadi 0% .

4.7. Pembinaan Kelembagaan Kelompok Tani

Kelembagaan sangat penting dalam melakukan usaha tani ternak kambing di Kecamatan Kabawetan, terlebih lagi Kabupaten Kepahiang akan dijadikan daerah pengembagan ternak kambing dan sekaligus daerah sumber bibit kambing PE di Provinsi Bengkulu. Rata-rata kelompok tani di Kecataman sudah melakukan registrasi di BP4K Kabupaten Kepahiang sebagai syarat untuk mengajukan bantuan kepada pemerintah. Namun administrasi kelompok belum berjalan dengan baik sehingga perlu dilakukan pendampingan dan perbaikan. Pendampingan yang dilakukan terhadap kelembagan kelompok tani ternak kambing di Kecamatan Kabawetan adalah:

a. Peningkatan frekuensi pertemuan anggota kelompok yang semula 1 – 3 bulan menjadi sekali sebulan.

b. Membenahi buku adimistrasi seperti buku keanggotaan kelompok, buku tamu, buku surat masuk dan surat keluar, notulen rapat, rencana kerja kelompok, buku besar catatan keuangan dan buku inventaris kelompok. c. Pembentukan paguyupan peternak kambing di Kecamatan Kabawetan yang

bernama Gugus Perwakilan Pemilik Ternak Manunggal Jaya dengan Akta Notaris tanggal 27 Oktober 2015. Paguyupan ini beranggotakan dari 10 desa yang terdiri dari 12 kelompok peternak kambing di Kecamatan Kabawetan. Jumlah ternak kambing yang dimiliki oleh paguyupan ini adalah 2.250 ekor betina, 301 ekor jantan dengan total keseluruhan 2.551 ekor

4.8. Pembuatan Grand Design Pembibitan Kambing PE di Kabupaten Kepahiang.

Peningkatan produktivitas kambing akan bersifat permanen apabila diawali dengan pemanfaatan kambing yang mempunyai keunggulan genetik (kualifikasi bibit) sesuai sifat yang diinginkan dan pemberian lingkungan yang sesuai. Oleh


(29)

karena itu diperlukan program pembibitan tanpa menguras SDG kambing yang sudah dilestarikan. Untuk tujuan tersebut pembibitan yang dilaksanakan adalah pembibitan dalam satu rumpun atau dikenal sebagai pembibitan ternak murni. Kambing merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai prospek yang baik karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor.

Pembuatan grand design pembibitan kambing PE di Kabupaten Kepahiang dimaksudkan sebagai acuan dasar utama dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing PE di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015- 2019

Tujuan adalah untuk memfasilitasi sarana perbibitan, meningkatkan pengetahuan/ keterampilan (kompetensi) SDM pembibit, membentuk dan menguatkan kelompok peternak sebagai kelompok pembibit, menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu maupun kelompok peternak dalam menerapkan pemurnian dan pelestarian serta menerapkan prinsip-prinsip pembibitan dan menjadikan Kabupaten kepahiang sebagai wilayah sumber bibit

.

Keluaran adalah termanfaatkannya sarana perbibitan, pengetahuan/ keterampilan petugas dan peternak dibidang pembibitan meningkat, t erbentuknya calon dan kelompok pembibit, diterapkannya pemurnian dan pelestarian serta menerapkan prinsip-prinsip pembibitan oleh peternak baik secara individu maupun kelompok, tersedianya bibit secara berkelanjutan dan terbentuknya wilayah sumber bibit di Kabupaten Kepahiang

Sasaran :

a. Jangka Pendek : Tersedianya sarana perbibitan dan penerapan prinsip-prinsip pembibitan di kelompok peternak rumpun Kambing PE di Kabupaten


(30)

A. Pembentukan I nstalasi Pembibitan

Pembinaan wilayah sumber bibit kambing PE yang ideal adalah apabila di setiap wilayah sumber bibit terdapat sebuah Pusat Pembibitan atau “Breeding Center” kambing PE. Namun kenyataannya adalah tidak semua wilayah sumber bibit mampu mendirikan suatu Breeding Centre, dan juga ternyata Breeding Centre belum tentu cocok untuk semua wilayah sumber Bibit. Hal ini karena ketidakseragaman cara beternak para peternak dan juga karena kondisi wilayah yang berbeda-beda. Berbagai macam metode pembinaan yang telah dilakukan selama ini, mulai dari metode yang paling sederhana dan telah dikerjakan bertahun-tahun, kemudian meningkat dengan suatu penyempurnaan dalam beberapa segi, sampai kepada suatu metode yang ideal yaitu adanya Breeding Centre.

Dalam suatu kegiatan pembibitan ternak, dikenal 3 macam strata peternakan dengan pola piramida sebagai berikut :

1) Strata I : UPT Pembibitan Ternak atau Kelompok I nti selaku penghasil bibit ternak

2) Strata I I : Grup Peternak Utama/ Plasma, yang berfungsi untuk melipat gandakan bibit sapi yang dihasilkan oleh UPT/ Kelompok I nti 3) Strata I I I : Grup Peternak Biasa/ Rakyat

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Strata I : UPT/ Kelompok I nti bibit jantan, betina Unggul

Strata I I : Peternak Utama/ KelompokPlasma (selaku Pedigree Multipler)

Jantan, Betina Strata I I I : Peternak Biasa/ Rakyat culling

(kelompok pengembang)

Ternak yang dihasilkan dari Strata ini diharapkan dapat memenuhi kriteria bibit sapi yang cukup baik. Ternak jantan yang dihasilkan dari Strata I I diharapkan dapat memperbaiki mutu genetik dari ternak yang berada dalam strata I I I . Jadi pembinaan wilayah pada Starata I I I terutama ditekankan pada pejantannya namun tidak tertutup kemungkinannya juga betinanya, yang terutama datang dari strata I I serta tidak menutup kemungkinan datang


(31)

langsung dari strata I . Dengan adanya pembinaan secara langsung maupun tidak langsung terhadap Strata I I I dapat menghasilkan bibit kambing, walaupun dengan kualitas biasa.

Ada tiga macam bibit kambing yang akan dihasilkan melalui pola ini yaitu: Strata I : Menghasilkan bibit unggul (elit)

Stata I I : Menghasilkan bibit kambing dengan kualitas relatif lebih baik Strata I I I : Menghasilkan bibit kambing dengan kualitas standar.

B. Pembentukan Kelompok Plasma/ Dasar

Kelompok Plasma/ Dasar merupakan kumpulan kambing PE terpilih dari hasil seleksi yang memiliki tampilan luar tertentu (misalnya berat badan, sehat dan sebagainya) yang terbaik dari populasi yang ada di suatu wilayah atau di suatu kelompok pembibitan. Tujuan utama pembentukan kelompok plasma/ dasar adalah mendapatkan kambing-kambing (jantan dan betina) pilihan yang nantinya mampu menghasilkan keturunan kambing-kambing bibit untuk dikembangkan sebagai bibit sumber. Kambing-kambing di kelompok plasma/ dasar yang tidak terpilih sebagai bibit sumber, dikembangkan sebagai bibit kambing di peternak rakyat.

Ditahapan ini, kambing-kambing terpilih diamati dan dicatat perkembangan tampilan yang menjadi dasar kriteria seleksi dan data pendukung lainnya. Data perkembangan ini diperlukan sebagai dasar dalam melakukan seleksi-seleksi selanjutnya. sampai mendapatkan kambing-kambing terpilih untuk tahapan seleksi berikutnya, yaitu pembentukan kelompok inti/ elit. Untuk memperoleh kambing bibit dalam kelompok plasma/ dasar, pada prinsipnya melalui kegiatan, yaitu :


(32)

kambing-kambing F1 yang terpilih dalam seleksi saling dikawinkan untuk untuk mendapatkan kambing-kambing anakannya (F2), kemudian sesama kambing F2 yang terpilih dalam seleksi saling dikawinkan untuk mendapatkan kambing-kambing F3, dan seterusnya.

F2 diseleksi lagi, kambing yang terpilih diatur lagi perkawinannya dan seterusnya sampai mendapatkan kambing dengan kriteria performans yang dikehendaki untuk dijadikan sebagai kambing bibit sumber.

Tujuan seleksi keturunan adalah memperoleh kambing-kambing dengan performans tertentu (sesuai kriteria yang digunakan untuk seleksi) di atas rata-rata populasi kelompok plasma/ dasar, kemudian nantinya dikembangkan sebagai kambing-kambing bibit sumber di tahapan seleksi berikutnya, yaitu kelompok inti/ elit.

C. Pembentukan Kelompok I nti (Elit)

Kelompok inti/ elit adalah tahapan akhir dari rangkaian program seleksi. Populasi di kelompok inti/ elit adalah kambing-kambing bibit sumber, yaitu kambing dengan produktivitas yang tinggi dan keragaman genet iknya kecil. Di kelompok elit, dilakukan dua kegiatan, yaitu perbanyakan bibit sumber dan menghasilkan kambing-kambing unggul untuk siap disebarkan ke kelompok plasma/ dasar dan kelompok pengembang.

Mekanisme seleksi dan pengaturan perkawinan yang dilakukan di tahap kelompok inti/ elit ini hampir sama dengan di tahap kelompok plasma/ dasar, tetapi materi kambingnya sudah berupa bibit sumber dan sekecil mungkin memasukkan kambing-kambing baru untuk digunakan sebagai tetuanya.

Ditahapan kelompok inti/ elit ini sangat dibutuhkan pencatatan yang lengkap, berurutan dan jelas tentang silsilah/ asal usul dan performans

produktivitas dari masing-masing kambing bibit sumber, karena keturunannya akan disebarkan sebagai kambing bibit unggul untuk memperbaiki genetik kambing-kambing di kelompok plasma dan ataupun peternak rakyat, untuk dijadikan sebagai perbanyakan bibit sumber yang ada.

D. Pembentukan Kelompok Pengembang

Kelompok pengembang adalah tahapan terakhir dari tahapan rangkaian program-program. Kelompok pengembang dibentuk untuk menghasilkan


(33)

kambing-kambing bakalan yang akan dikembangkan sebagai sumber penghasil susu, sehingga menggunakan kambing-kambing indukan milik peternak rakyat/ swasta dan kambing-kambing pejantan dari kelompok elit. Potensi wilayah suatu daerah dalam menyediakan pakan, akan menjadi salah satu pertimbangan utama dalam menentukan tingkat keunggulan kambing pejantan yang akan digunakan di kelompok pengembang.

Pengaturan perkawinan dan model seleksi yang dilakukan di kelompok pengembang, adalah mengawinkan kambing indukan di peternak dengan kambing pejantan dari kelompok elit. Anak-anak kambing yang dihasilkan diseleksi untuk dibagi menjadi tiga kelompok sesuai performans kriteria seleksi yang digunakan : a) performans sangat bagus sampai bagus diprioritaskan untuk dipertahankan (tidak dipotong) menjadi perbanyakan/ pengganti kambing pejantan/ indukan, b) performans cukup bagus di arahkan menjadi kambing bakalan untuk dibesarkan sebagai calon indukan, dan c) performans jelek dikeluarkan dari populasi kelompok pengembang.


(34)

V. KESI MPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Demplot budidaya ternak kambing diperoleh peningkatan populasi ternak kambing, bobot lahir dan bobot sapih, penurunan angka mortalitas anak dan induk ternak kambing.

2. Terjadi peningkatan pengetahuan peternak dalam hal pemilihan bibit, pemberian pakan ternak kambing, reproduksi, produksi susu dan pasca panennya serta pengolahan limbah dan pemanfaatannya sebagai pupuk organik/ kompos.

3. Pembinaan kelembagaan meliputi menggalakkan pertemuan anggota kelompok yang semula 1 – 3 bulan menjadi sekali sebulan, membenahi buku adimistrasi (buku keanggotaan kelompk, buku tamu, buku surat masuk dan surat keluar, notulen rapat, rencana kerja kelompok, buku besar catatan keuangan dan buku inventaris kelompok) dan pembentukan paguyupan peternak kambing di Kecamatan Kabawetan yang bernama Gugus Perwakilan Pemilik Ternak Manunggal Jaya dengan Akta Notaris tanggal 27 Oktober 2015.

4. Pembuatan Grand Design Pembibitan Ternak kambing PE yang melibatkan Ditjen Peternakan Perbibitan Kementerian Pertanian, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang, BAPPEDA dan BPTP Bengkulu untuk jangka waktu 5 tahun.

5.2. Saran

1. Perlu adanya komunikasi yang lebih intensif antara Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu dalam rangka pembinaan dan pendampingan kepada petugas dan peternak dilapangan.

2. Agar Grand Design pembibitan kambing PE di Kabupaten Kepahiang berhasil dengan baik perlu adanya kerjasama yang baik antara pemangku kebijakan di daerah dengan pelaksana dilapangan.


(35)

KI NERJA HASI L

1. Pembuatan Grand Design pembibitan kambing PE di Kabupaten Kepahiang untuk lima tahun yang akan datang dengan tujuan untuk menjadikan Kabupaten Kepahiang sebagai daerah sumber bibit kambing PE di Provinsi Bengkulu.

2. Pembuatan dan penyebarluasan media informasi berupa folder sebanyak 4 judul masing-masing 250 lembar.

3. Demplot budidaya ternak kambing di kelompok Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang menghasilkan peningkatan populasi ternak kambing, bobot lahir dan bobot sapih, penurunan angka mortalitas anak dan induk.

4. Pembinaan kelembagaan dengan meningkatkan frekuensi pertemuan anggota kelompok, membenahi buku adimistrasi (buku keanggotaan kelompok, buku tamu, buku surat masuk dan surat keluar, notulen rapat, rencana kerja kelompok, buku besar catatan keuangan dan buku inventaris kelompok) dan pembentukan paguyupan peternak kambing di Kecamatan Kabawetan yang bernama Gugus Perwakilan Pemilik Ternak Manunggal Jaya dengan Akta Notaris tanggal 27 Oktober 2015. Paguyupan ini beranggotakan dari 10 desa yang terdiri dari 12 kelompok peternak kambing di Kecamatan Kabawetan.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRI MA TANI . Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.

BPS Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bengkulu 496 p. Disnakkan Kab. Kepahiang, 2014. Data dan Potensi Ternak Kabupaten Kepahiang

Tahun 2009-2014. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang. Kepahiang.

Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Perternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat Jenderal Perternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan I novasi Pertanian. http: / / ekonomi.kompasiana.com/ agrobisnis/ 2011/ 02/ 13/ mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian [ Diakses 22 Juni 2011]

Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Permentan no.50 tahun 2012, Jakarta.

Kementerian Pertanian, 2014. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta.

Pambudi, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 2001. Kumpulan Pemikiran. Bias dan Kewirausahaan Dalam Sistem Agribisnis. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, cetakan ketiga (edisi revisi). Bogor.

Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.

Tjitropranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan I nformasi Pertanian.


(37)

ANALI SI S RI SI KO

Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal risiko, penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun rensponsif.

Tabel 6. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

No Risiko Penyebab Dampak

1 Jadwal kegiatan pendampingan tidak sesuai dengan program Dinas Peternakan

Program Dinas belum berjalan

Kegiatan pendampingan tidak berjalan dengan baik

2 Peternak tidak mau menerapkan inovasi yang baru

Tingkat pendidikan dari peternak yang rendah

I novasi kurang di terapkan dengan baik

Tabel 7. Daftar Penanganan Risiko dalam Pelaksanaan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

No Risiko Penyebab Penanganan

1 Jadwal kegiatan pendampingan tidak sesuai dengan program Dinas Peternakan

Program Dinas Belum berjalan

Melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan dinas dan instansi terkait lainnya.

2 Peternak tidak mau menerapkan inovasi yang baru

Tingkat pendidikan dari peternak yang rendah

Melakukan pembinaan yang lebih intensif dengan melibatkan petugas setempat


(38)

JADWAL KERJA

Tabel 8. Jadwal Kerja Kegiatan

No Uraian kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan RDHP 2 Penyusunan/ pembahasan

perbaikan RODHP 3 Koordinasi

4 Pelaksanaan 5 Laporan bulanan 6 Laporan tengah tahun 7 Laporan akhir tahun


(39)

PEMBI AYAAN

Tabel 9. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan

No Uraian Volume Harga

Satuan (Rp.(000)

Jumlah (Rp.000)

1. Belanja Bahan (521211)

• Bahan pendampingan dan pendukung lainnya

• ATK dan Komputer Supllies

• Fotocopy, jilid, cetak dan dokumentasi

• Materi I nformasi teknologi

1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Peket 6.740 2.000 1.000 1.000 10.740 6.740 2.000 1.000 1.000 2. Honor Terkait Output Kegiatan (521213)

• UHL

• Honor petugas lapang

50 OH 10 OH 35 100 2.750 1.750 1.000 3. Belanja Perjalanan Biasa (524111)

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000).

3 OP 5.000

15.000 15.000

4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

• Uang harian dan transportasi perjalanan keluar provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan

• Penginapan perjalanan ke luar provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan

• Uang harian dalam temu lapang, ekspose dan pertemuan tingkat perani

• Paket kegiatan dalam rangka temu lapang, ekspose dan petemuan tingkat petani 1 OH 3 OP 21 OH 21 OH 2.900 700 130 180 11.510 2.900 2.100 2.730 3.780 Jumlah 40.000


(40)

Tabel 10. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan

No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran (Rp) Persentase Keuangan (% ) Persentese Fisik (% )

1 Belanja Bahan

• Bahan pendampingan dan pendukung lainnya

• ATK dan komputer supplies

• Fotocopy, jilid, cetak dan dokumentasi

• Materi I nformasi teknologi 6.737.000 1.997.900 1.000.000 1.000.000 99,95 99,89 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

2 Honor Output Kegiatan

• UHL

• Honor petugas lapang

1.470.000 975.000 84,00 97,50 100,00 100,00 4 Belanja Perjalanan Biasa

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000)

14.948.350 99,65 100,00

5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

• Uang harian dan transportasi perjalanan keluar provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan

• Penginapan perjalanan ke luar provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan

• Uang harian dalam temu lapang, ekspose dan pertemuan tingkat perani

• Paket kegiatan dalam rangka temu lapang, ekspose dan petemuan tingkat petani 2.900.000 2.100.000 2.710.000 3.780.000 100,00 100,00 99,26 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


(41)

PERSONALI A

Tabel 11. Personalia Kegiatan

No Nama/ NI P Uraian Tugas Keterangan 1 Zul Efendi, S.Pt/ - Bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan kegiatan penelitian

- Menyusun dan merencanakan operasional kegiatan

Mengkoordinir anggota Tim - Menyusun Laporan

- Melaksanakan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan.

Penanggung jawab

2. I r. Ruswendi, MP/ - Membantu pelaksanaan kegiatan pendampingan - Membantu analisis data

- Membantu pembuatan laporan bulanan, tengah tahun dan akhir tahun.

Anggota

3. I r. Siswani DD/ - Membantu pelaksanaan kegiatan pendampingan - Membantu analisis data

- Membantu pembuatan laporan bulanan, tengah tahun dan akhir tahun.


(42)

Lampiran 1. Kartu Rekording Kambing I nduk, Pejantan dan Anak Muda.

KARTU REKORDI NG KAMBI NG I NDUK

Tgl Kawin

Kawin

Tgl Beranak

Anak Nomor

Pejantan/ straw*

Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan:

BL : Bobot Lahir

JK : Jenis Kelamin (J= jantan, B= betina)

Tanggal Keterangan

Keterngan:

Diisi dengan kejadian seperti: penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa da hasil pengobatan), keguguran, dijual dan harga jual, mati, dipotong, digaduhkan, kondisi pakan dan lainnya.


(43)

KARTU REKORDI NG KAMBI NG I NDUK

Nama Peternak : Foto Kambing (sisi kiri) Nama Kelompok :

Alamat :

Desa :

Kecamatan : Kabupaten :

Provinsi :

Nomor ternak : Jenis kelamin :

Rumpun : Foto Kambing

(sisi kanan) Tanggal lahir :

Tipe kelahiran : Tipe sapih : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/ straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :


(44)

TK PJT TB JL (ekor)

Nomor (anak)

BL (kg)

JK (j/ b)

JS (ekor)

BS (kg)

Keterangan: TK: Tanggal Kawin; PJT: Nomor Pejantan; TB: Tanggal beranak; JL: Jumlah anak dilahirkan; BL: Bobot lahir; JK: Jenis Kelamin; JS: Jumlah anak di sapih; BS: Bobot sapih


(45)

KARTU REKORDI NG KAMBI NG PEJANTAN

Nama Peternak : Foto Kambing (sisi kiri) Nama Kelompok :

Alamat :

Desa :

Kecamatan : Kabupaten :

Provinsi :

Nomor ternak : Jenis kelamin :

Rumpun : Foto Kambing

(sisi kanan) Tanggal lahir :

Tipe kelahiran : Tipe sapih : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/ straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :


(46)

Umur (bln)

Tanggal PB (cm)

LD (cm)

TP (cm)

BB (cm)

LS (cm) Lahir

3 6 12 18

Keterangan : PB: Panjang Badan; TP: Tinggi pundak; LD : Lingkar dada; BB: Bobot badan; LS: Lingkar scrotum (hanya untuk kambing jantan)

Tanggal Keterangan

Keterangan: Diisi dengan kejadian seperti: penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan ada dan hasil pengobatan), keguguran, dijual dan harga jual, mati, dipotong, digaduhkan, kondisi pakan dan lainnya.


(47)

Lampiran 2. Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Kepahiang yang juga dihadiri oleh Perwakilan Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian Jakarta.

Lampiran 3. Presentasi Grand Design Pembibitan Kambing PE oleh Dr. Bambang Setiadi (Ditjen Peternakan)


(48)

Lampiran 4. Foto Sosialisasi Pendampingan Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan

Lampiran 5. Pelatihan Pengsian Kartu Rekording Ternak Kambing di Kec. Kabawetan


(49)

Lampiran 6. Kandang Kambing Kelompok Tani Sidomuyo Desa Mekarsari Kec. Kabawetan Kab. Kepahiang

Lampiran 7. Foto kandang Kelompok KWT Desa Mekarsari Kec. Kabawetan Kab. Kepahiang.


(50)

Lampiran 8. Kulit Kopi Mineral Blok untuk pakan Ternak Kambing


(51)

(1)

35 Umur (bln) Tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (cm) LS (cm) Lahir 3 6 12 18

Keterangan : PB: Panjang Badan; TP: Tinggi pundak; LD : Lingkar dada; BB: Bobot badan; LS: Lingkar scrotum (hanya untuk kambing jantan)

Tanggal Keterangan

Keterangan: Diisi dengan kejadian seperti: penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan ada dan hasil pengobatan), keguguran, dijual dan harga jual, mati, dipotong, digaduhkan, kondisi pakan dan lainnya.


(2)

36

Lampiran 2. Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Kepahiang yang juga dihadiri oleh Perwakilan Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian Jakarta.

Lampiran 3. Presentasi Grand Design Pembibitan Kambing PE oleh Dr. Bambang Setiadi (Ditjen Peternakan)


(3)

37

Lampiran 4. Foto Sosialisasi Pendampingan Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan

Lampiran 5. Pelatihan Pengsian Kartu Rekording Ternak Kambing di Kec. Kabawetan


(4)

38

Lampiran 6. Kandang Kambing Kelompok Tani Sidomuyo Desa Mekarsari Kec. Kabawetan Kab. Kepahiang

Lampiran 7. Foto kandang Kelompok KWT Desa Mekarsari Kec. Kabawetan Kab. Kepahiang.


(5)

39

Lampiran 8. Kulit Kopi Mineral Blok untuk pakan Ternak Kambing


(6)

40