atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung Departemen
Agama RI: 353 .
d. Modelnya tidak ketat, karena model yang ketat akan menampakkan
bentuk dan lekuk tubuh terutama payudara, pinggang dan pinggul. e.
Tidak menyerupai laki-laki. f.
Tidak menyerupai pakaian orang kafir.
3. Busana Dalam Syari’at Islam
Siradjudin Abbas menuliskan bahwa Allah menjadikan pakaian untuk manusia dengan maksud dijadikan sebagai penutup aurat dan
perhiasan diri Abbas, 1984: 305. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan busana dalam Syari‟at Islam.
Seorang muslim sejati sangat memperhatikan pakaiannya, sehingga kita dapat melihatnya dengan penampilan yang menyenangkan, tanpa
menjadi berlebih-lebihan. Ketika di lihat menyenangkan dan enak diajak berteman, dan tidak menganggu orang lain, dengan penampilan seperti itu.
Dia senantiasa mengecek dirinya sebelum pergi bertemu dengan orang lain, dan membuat dirinya tampak bagus dan serasi, sebab Nabi
Muhammad SAW. biasa berpenampilan bagus diantara para sahabat, sebagai mana di tengah keluarganya.
Al-Qurtubi mengatakan : Makhul meriwayatkan dari Aisyah ra : sekelompok sahabat Nabi tengah menunggu Nabi di depan pintu, maka
beliau menyiapkan diri untuk menemui mereka. Ada sebuah bejana berisi air di rumah dan beliau memandang ke dalamnya bercermin dengan air
mengatur rambut dan jenggotnya Aisyah berkata : wahai Rasulullah engkau melakukan itu? Jawab Nabi, “ ya, ketika seseorang akan keluar
menemui saudara-saudaranya hendaklah ia menyiapkan diri terlebih dahulu, karena Allah Maha-Indah dan mencintai keindah
an” al-Hasyimi, 2003: 47-48.
Pakaian yang dipakai oleh muslimah hendaklah terbuat dari bahan kain yang tebal dan tidak tipis menerawang. Tujuan berbusana adalah
menutupi, sehingga jika tidak menutupi, maka ia tidak bisa disebut pakaian yang menutupi aurat, mengingat ia tidak bisa mencegah
pandangan mata orang lain. Pakaian tersebut hendaklah tidak menjadi hiasan by design atau overdecorated dengan beragam warna menyolok
membuat mata melirik. Syarat ini didasarkan pada firman Allah : “ Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa
nampak dari mereka” Q.S. An-Nuur : 31, yang biasa nampak dari mereka artinya sesuatu yang tampak tanpa unsur kesengajaan Al-
Muqtadir, 2007: xxx. Semaraknya berbagai mode pakaian ala Barat yang akhir-akhir ini
menjadi kiblat masyarakat dunia, telah membawa generasi muda pada jurang degradasi moral yang teramat dahsyat. Keadaan ini pernah
diaramalkan Rasulullah SAW. akan terjadi di akhir zaman nanti Al- Ghifari, 2004: 41. Rasulullah meramalkan bukan hanya semaraknya mode
pakaian tetapi juga berbagai trend lainnya yang hanya sekedar manjual merk baik makanan maupun minuman. Rasulullah SAW. Bersabda :
“Akan ada di kalangan umatku yang melahap bermacam-macam makanan, meneguk bermacam-macam minuman memakai pakaian dengan rupa-rupa
mode dan warna, serta banyak bicaranya”. HR. Tabrani dan Imam Abi Dunya, Al-Ghifari, 2004: 42.
Fashion mode adalah suatu topik yang layak menjadi perhatian kita karena jelas ia merupakan suatu cara aksi yang dirangsang oleh
perkembangan industri konsumen. Dinamika perubahan dalam cara-cara fashion yang berbeda sanagat jelas merefleksikan proses pembentukan
gaya hidup yang lebih luas maknanya Irwan, dkk, 2006: 174. Mode yang kita bahas di sini tidak lebih hanya sekedar sarana untuk
mencapai kesempurnaan, bukan tujuan utama. Lantas mode, seni dan budaya yang bagaimanakah yang mampu menghantarkan manusia kepada
kesempurnaan manusia? Hanya budaya yang bersumber dari akal sehat dan fitrah suci manusia saja yang mampu menghantarkan manusia kepada
kesempurnaan sejatinya, bukan dari nafsu hewani yang hanya menjurus pada bidang material saja. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil benang
merah bahwa, segala jenis mode yang bersumber dari akal dan fitrahlah yang
mampu menghantarkan
manusia untuk
dapat menuju
kesempurnaannya sebagai manusia. http : islamfeminis. wordpress.com 2007
Dengan kata lain, manusia akan menjadi „manusia‟ dengan budaya akal dan fitrah. Sebaliknya, manusia akan menjadi „hewan‟ jika hanya
menitikberatkan pada budaya hewani yang lebih menonjolkan keindahan zahir dan sisi glamournya saja. Sebagaimana yang telah diketahui dalam
pokok-pokok bahasan teologi bahwa, gabungan antara ajaran akal dan fitrah ini hanya terwujud pada ajaran agama. Agama di sisi Allah
hanyalah Islam, maka mode, seni dan budaya yang islami-lah yang mampu menghantarkan manusia kepada kesempurnaannya. Berdasarkan
penjelasan di atas, akhirnya muncul apa yang disebut dengan mode islami, seni islami dan budaya Islam yang “Busana Muslimah” adalah salah satu
bagian dari
wujud luaran
ekstensi konsep
tersebut. http:islamfeminis.wordpress.com2007
. B.
Landasan Dasar Berbusana Muslimah 1.
Perintah Memakai Busana Muslimah
Hijab dalam Islam adalah sesuatu yang menyembunyikan manusia seperti sekiranya di balik tirai . Sesungguhnya hijab yang diperintahkan
dalam Islam kepada kaum wanita bukanlah tetap tinggal di dalam rumah dan tidak pernah keluar darinya, karena, tidak ada di dalam Islam indikasi
yang mengajak untuk mengurung wanita. Memang ini sudah pernah meluas di sebagian negara-negara zaman dulu, seperti India dan Iran, akan
tetapi ini sama sekali bukan dari Islam.
Hijab bagi wanita dalam Islam yang dimaksud adalah agar wanita menutup
badannya ketika
berbaur dengan
laki-laki, tidak
mempertontonkan kecantikan, dan tidak pula mengenakan perhiasan. Dan inilah yang disinggung dalam ayat-ayat khusus, sekaligus menjadi
landasan fatwa-fatwa para fuqaha Muthahhari, 2000: 58-60. Dalam hadist yang diraiwayatkan oleh Abu Daud, dari Aisyah r.a.
Rasulullah saw. bersabda :
ع شئ ع
ها ع
ا ء سا
ب با
ب خ
ع س
ها ص
ها ه ع
س ث ع
ق ع ف
س ع
ها ص
ها ه ع
س ق
: ء سا
ا ا ا
غ با ح ا
ح ا
شا ا هاا ح
ك .
Artinya : “dari Aisyah r.a. menuturkan bahwa asma‟ binti Abu Bakar
pernah menghadap Rasulullah sa w. Dengan paka ian yang tipis sehingga tampak postur tubuhnya, lalu Rasul berpaling darinya dan bersabda:
“wahai Asma‟ bila perempuan telah baligh, maka tak patutlah terlihat
bagian tubuhnya kecuali ini dan ini, sambil mengisyaratkan wajah da n kedua telapak tangannya Abi Daud: 62.
Dari uraian diatas dapat di ambil suatu pelajaran bahwa berbusana muslimah itu wajib bagi orang Islam pada umumnya, khususnya wanita
yang sudah baligh.
2. Dasar Nash Tentang Busana Muslimah