hadapan perempuan muslimah, budak pelayan lak-laki yang tidak punya keinginan terhadap perempuan berarti di hadapan laki-laki asing permpuan
wajib berjilbab Ambarwati dan Al Khaththath, 2003: 7. Selain di hadapan muhrim yang disebutkan di atas, wanita
muslimah wajib memakai jilbab meskipun di dalam rumahnya sendiri, misalnya menerima tamu, berbisnis di kantor, bermusyawarah dan lain-
lain. Sebaliknya boleh tidak berjilbab ketika di luar rumah asalkan yang melihat hanya muhrimnya saja.
D. Hikmah Berbusana Muslimah
Kecocokan ajaran Islam dengan fitrah insani telah tampak pada hikmah Allah dalam menurunkan syari‟at jilbab busana muslimah bagi
wanita Islam. 1.
Wanita Islam yang menutupi aurat mengenakan jilbab akan mendapatkan pahala karena ia telah melaksanakan perintah Allah SWT, dengan menutup
sarana yang membawa ke jurang zina, terutama pandangan mata Fachruddin
, 1984: 56
. 2.
Jilbab adalah identitas muslimah, dengan memakainya wanita Islam telah menampakkan identitas lahirnya juga untuk membedakan wanita yang
sholeh dan yang tidak sholeh Fachruddin, 1984: 43. 3.
Jilbab dapat di tinjau dari segi ilmu psikologi sebab pakaian adalah cermin diri seseorang, maksudnya kepribadian seseorang terlihat dari model
busana yang ia kenakan
Awaliya, 1994: 2
.
Menurut Tholib, 1987: 43 hikmah menutup aurat atau jilbab busana muslimah
itu di klasifikasikan menjadi empat bagian: 1.
Menjauhkan wanita dari gangguan laki-laki. 2.
Membedakan wanita yang berakhlak mulia dengan wanita yang berakhlak kurang mulia.
3. Mencegah timbul fitnah birahi pada kaum laki-laki.
4. Memelihara kesucian agama.
Sebagai wanita Islam yang kehidupannya tidak pernah lepas dari kehidupan seorang laki-laki yang tidak sedikit jumlahnya dan tidak sama
kepribadiannya antara satu dengan yang lainnya, maka di dalam kehidupan ini diperlukan suatu etika untuk mengarahkannya dalam menjaga kehormatannya.
Selain itu dengan berjilbab seorang perempuan akan mudah dikenali sebagai muslim, sehingga memudahkan dalam proses
ta‟aruf perkenalan dengan sesama muslim sebagai tahap awal jalinan Ukhwah Islamiyah.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Pendirian
Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan
kelembagaan. Pendirian lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu
didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan FIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati
gedung milik Yayasan “Pesantren Luhur”, yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga. Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari
berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah.
Dalam rentang waktu kurang setahun, lembaga ini diubah dari FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar
lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan
formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya.
Bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan
sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Peninjauan oleh Tim
3 1