METODOLOGI PENELITIAN Perbedaan tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat program pendidik sebaya dan yang tidak mendapat program pendidik sebaya.

43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Metode penelitian ini digunakan karena dapat menemukan perbedaan-perbedaan tentang benda, orang, prosedur kerja, ide- ide, kritik terhadap orang maupun kelompok Arikunto, 1986. Penelitian komparatif ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat progaram Pendidik Sebaya dan remaja sekolah tidak mendapat program Pendidik Sebaya.

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Program Pendidik Sebaya 2. Variabel tergantung : Perilaku seksual beresiko

C. Definisi Operasional

1. Program Pendidik Sebaya Program Pendidik Sebaya adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengkader sekelompok orang untuk menjadi Pendidik Sebaya bagi kelompok sebayanya yang diberikan oleh PKBI DIY pada sekolah- 44 sekolah. Dalam penelitian ini, sehubungan dengan variabel ini ada kondisi yang akan dibandingkan, yaitu a. Sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya, yaitu sekolah dampingan yang diberikan program Pendidik Sebaya. b. Sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya, yaitu sekolah yang tidak didampingi sehingga tidak mendapat program Pendidik Sebaya. Data tentang sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya dan sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya diperoleh dari data yang ada di PKBI DIY divisi Pendamping Peer Educator PPE 2. Perilaku Seksual Beresiko Perilaku seksual beresiko adalah perilaku seksual yang mempunyai resiko untuk melakukan perilaku seksual tahap selanjutnya, kehamilan, dan penularan penyakit menular seksual ataupun HIVAIDS. Tinggi rendahnya perilaku seksual beresiko akan diukur dengan menggunakan skala bentuk perilaku seksual beresiko. Bentuk-bentuk perilaku seksual beresiko, yaitu: a. Perilaku seksual yang beresiko untuk melanjutkan perilaku seksual tahap selanjutnya: - Berfantasi - Memasturbasi diri sendiri - Berpegangan tangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 - Cium kering - Cium basah - Berpelukan - Meraba tubuh bagian atas yang sensitif di luar pakaian - Meraba tubuh bagian bawah yang sensitif di luar pakaian - Meraba tubuh bagian atas yang sensitif di dalam pakaian - Meraba tubuh bagian bawah yang sensitif di dalam pakaian - Meraba alat kelamin di luar pakaian - Meraba alat kelamin di dalam pakaian - Petting dengan masih berpakaian lengkap - Saling memasturbasi dengan pasangannya tanpa oral - Oral dengan tidak menggunakan kondom - Oral dengan menggunakan kondom - Petting dengan hanya berpakaian dalam - Petting dengan tanpa pakaian dengan menggunakan kondom - Petting dengan tanpa pakaian tetapi hanya menggunakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan selain kondom misalnya pil KB, tisu KB, atau spiral - Petting dengan tanpa pakaian dan tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain b. Perilaku seksual yang beresiko terjadi kehamilan: - Petting dengan hanya berpakaian dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 - Petting dengan tanpa pakaian dan tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain - Berhubungan seks tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain c. Perilaku seksual yang beresiko tertularnya penyakit menular seksual dan HIVAIDS: - Cium basah - Oral dengan tidak menggunakan kondom - Petting dengan hanya berpakaian dalam - Petting dengan tanpa pakaian dan tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain - Petting dengan tanpa pakaian tetapi hanya menggunakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan selain kondom misalnya pil KB, tisu KB, atau spiral - Berhubungan seks tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain - Berhubungan seks tetapi menggunakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan selain kondom misalnya pil KB, tisu KB, atau spiral Semakin tinggi skor total yang diperoleh dalam skala ini, menunjukkan tingkat perilaku seksual beresiko yang dilakukan remaja sekolah semakin tinggi terhadap dilakukannya hubungan seksual pranikah, penularan penyakit menular seksual ataupun HIV AIDS, dan terjadinya kehamilan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh dalam skala ini, menunjukan tingkat perilaku seksual beresiko yang dilakukan remaja sekolah semakin rendah terhadap dilakukannya hubungan seksual 47 pranikah, penularan penyakit menular seksual ataupun HIV AIDS, dan terjadinya kehamilan.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang bersekolah di SMK Marsudi Luhur I, SMK Marsudi Luhur II yang mewakili beberapa sekolah tingkat menengah yang mendapat program Pendidik Sebaya dari PKBI DIY. Kedua sekolah ini dipilih berdasarkan rekomendasi dari PKBI DIY, dengan melihat keaktifan program para Pendidik Sebaya di sekolah tersebut. SMK N 3 mewakili sekolah-sekolah tingkat menengah yang tidak program Pend idik Sebaya dari PKBI DIY. Sekolah ini dipilih berdasarkan rekomendasi dari PKBI DIY dan kepala sekolah SMK Marsudi Luhur I dan SMK Marsudi Luhur II, dengan memperhatikan keseimbangan prestasi dan karakteristik sekolah. Ciri-ciri subjek yang akan diteliti berdasarkan pertimbangan praktis dan teoritis, yaitu: 1. Berada dalam batas usia remaja, sekitar 15-18 tahun. Pada batasan umur ini, diasumsikan perkembangan biologis remaja sudah hampir maksimal. Tugas perkembangan sosial remaja yang sangat terpengaruh denga n teman sebaya dan minat seksual remaja yang meningkat, mereka mencari mencari lebih banyak informasi mengenai seks dari berbagai sumber terutama dari teman sebaya dan perilaku seksual beresiko yang sangat terpengaruh oleh norma kelompok sebaya. 48 2. Remaja yang duduk di kelas XI. Diasumsikan mereka sudah cukup mengenal teman-temannya, memahami dan mulai terbiasa dengan kondisi serta lingkungan di sekolahnya. Mereka juga telah mendapat informasi tentang seksualitas dari beberapa pelajaran sekolah secara terpisah. Pada sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya, para pendidik sebaya juga telah mempunyai kesempatan untuk berkegiatan selama satu tahun, sela ma mereka masih duduk di kelas X. 3. Untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual beresiko, maka dibuat batasan subjek penelitian sebagai berikut: a. Berperilaku seksual aktif, yaitu pernah melakukan atau merasakan perilaku seksual. Hal ini dilakukan dengan cara memilih subjek yang memberikan respon jawaban pernah dalam satu tahun terakhir. Apabila ada subjek yang merespon skala tidak pernah dalam satu tahun terakhir di semua aitem skala, subjek akan dinyatakan gugur. b. Umur yang sama, yaitu umur 15 – 18 tahun kelas XI, untuk mendapatkan keseragaman kondisi perkembangan biologis. Hal ini menyangkut faktor perkembangan hormon yang akan mempengaruhi dorongan seksual. Apabila ada subjek yang berumur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 18 tahun, akan dinyatakan gugur. c. Pengontrolan faktor jenis kelamin dilakukan dengan cara penentuan jumlah yang relatif sama pada tiap sekolah. d. Kedua sekolah yang dipilih adalah sekolah yang sama-sama belum memiliki mata pelajaran Kesehatan Reproduksi. Kontrol dilakukan 49 untuk melihat pengaruh kelompok sebaya dalam melengkapi informasi seksual dari sekolah yang terpisah-pisah sehingga kondisi pengetahuan tentang seksualitas yang dimiliki oleh subjek, diasumsikan sama. Data atas ada tidaknya mata pelajaran Kesehatan Reproduksi ini diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara dari Kepala Sekolah dan guru pengampu mata pelajaran Bimbingan Konseling. e. Lingkungan kedua sekolah yang dipilih relatif sama, yaitu berada ditengah kota. Pembatasan ini dilakukan untuk mengontrol faktor pengaksesan media tentang seksualitas. Sehingga informasi seksualitas yang didapat dari luar lingkungan sekolah dan kelompok sebaya diasumsikan kurang lebih sama. Pembatasan ini juga dilakukan untuk mengontrol latar belakang keluarga dan lingkungan sosial lain. Dengan demikian, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purpose sampling, yait u cara-cara pengambilan sampel yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu, yang sudah diketahui atau ditentukan sebelumnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan skala perilaku seksual beresiko yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti sendiri. Skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah. Hal ini juga digunakan untuk dapat membedakan subjek yang berperilaku seksual beresiko rendah terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 dilakukannya perilaku hubungan seksual pranikah, penularan penyakit menular seksual ataupun HIV AIDS, dan terjadinya kehamilan dengan subjek yang berperilaku seksual beresiko tinggi terhadap dilakukannya perilaku hubungan seksual pranikah, penularan penyakit menular seksual ataupun HIV AIDS, dan terjadinya kehamilan. Upaya untuk mengurangi terjadinya ketidakjujuran atau facking dilakukan dengan cara: - Menjelaskan tujuan penelitian dan bahwa penelitian ini tidak ada kaitannya dengan prestasi akademik di sekolah. - Menjelaskan bahwa dalam penelitian ini tidak ada benar dan salah. - Menyampaikan permohonan untuk menjawab dengan jujur sesuai dengan keadaan masing- masing. - Menjelaskan bahwa indentitas dirahasiakan, sehingga tidak diperlukan memberikan informasi data pribadi selain umur, jenis kelamin dan status pacaran. - Pengumpulan skala yang telah terisi dilakukan secara satu-persatu dan dilakukan oleh peneliti sendiri. Subjek menyerahkan skala dengan cara meletakan lembar daftar istilah sulit di belakang skala yang telah terisi. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan data. 1. Penyusunan Aitem Penyusunan skala didasarkan pada bentuk-bentuk perilaku perilaku seksual beresiko. Skala tersebut disusun dengan menggunakan metode PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 rating yang dijumlahkan Summated Rating. Dalam skala yang menggunakan rating yang dijumlahkan ini, subjek diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan yang dirumuskan, dimana obyek dalam skala ini adalah perilaku seksual beresiko. Butir-butir pernyataan yang disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku seksual beresiko yang terdiri dari 23 bentuk perilaku seksual beresiko. Dalam penyusunan item, tabel spesifikasi akan memberikan gambaran mengenai isi skala dan menjadi acuan serta pedoman untuk tetap berada dalam lingkup ukur yang benar. Usaha untuk berpegang pada tabel spesifiksi dalam penyusunan item, akan mendukung validitas isi skala. Untuk lebih lanjutnya, tabel spesifikasi akan disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini. Bentuk-bentuk perilaku seksual beresiko Perilaku seksual yang beresiko untuk melanjutkan ketahap selanjutnya: - Berfantasi seksual - Memasturbasi diri sendiri - Berpegangan tangan - Cium kering - Cium basah - Berpelukan - Meraba tubuh bagian atas yang sensitif di luar pakaian - Meraba tubuh bagian bawah yang sensitif di luar pakaian - Meraba tubuh bagian atas yang sensitif di dalam pakaian 52 - Meraba tubuh bagian bawah yang sensitif di dalam pakaian - Meraba alat kelamin di luar pakaian - Meraba alat kelamin di dalam pakaian - Petting dengan masih berpakaian lengkap - Saling memasturbasi dengan pasangannya tanpa oral - Oral dengan tidak menggunakan kondom - Oral dengan menggunakan kondom - Petting dengan hanya berpakaian dalam - Petting dengan tanpa pakaian dengan menggunakan kondom - Petting dengan tanpa pakaian tetapi hanya menggunakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan selain kondom misalnya pil KB, tisu KB, atau spiral - Petting dengan tanpa pakaian dan tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain Perilaku seksual yang beresiko terjadi kehamilan: - Petting dengan hanya berpakaian dalam - Petting dengan tanpa pakaian dan tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain - Berhubungan seks tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain Perilaku seksual yang beresiko tertularnya penyakit menular seksual dan HIVAIDS: - Cium basah - Oral dengan tidak menggunakan kondom 53 - Petting dengan hanya berpakaian dalam - Petting dengan tanpa pakaian dan tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain - Petting dengan tanpa pakaian tetapi hanya menggunakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan selain kondom misalnya pil KB, tisu KB, atau spiral - Berhubungan seks tetapi menggunakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan selain kondom misalnya pil KB, tisu KB, atau spiral - Berhubungan seks tanpa kondom ataupun alat kontrasepsi KB lain Tabel 1. Spesifikasi Bentuk-bentuk Perilaku Seksual beresiko. Berdasarkan tabel spesifikasi di atas dan ditambah dengan penyederhanaan bahasa, aitem-aitem dalam skala Perilaku Seksual Beresiko adalah sebagai berikut: 1. Berfantasi seksual 2. Masturbasi pada diri sendiri 3. Berpegangan tangan 4. Cium kering dicium kering 5. Cium basah frech kiss 6. Berpelukan 7. Meraba diraba tubuh bagian atas yang sensitif di luar pakaian 8. Meraba diraba tubuh bagian bawah yang sensitif di luar pakaian 9. Meraba diraba tubuh bagian atas yang sensitif di dalam pakaian 10. Meraba diraba tubuh bagian bawah yang sensitif di dalam pakaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 11. Meraba diraba alat kelamin di luar pakaian 12. Meraba diraba alat kelamin di dalam pakaian 13. Petting dengan masih berpakaian lengkap 14. Memasturbasi merasakan dimasturbasi dengan pasangannya tanpa oral 15. Melakukan merasakan seks oral dengan kondom 16. Melakukan merasakan seks oral tanpa kondom 17. Petting dengan masih berpakaian dalam 18. Petting tanpa pakaian menggunakan kondom 19. Berhubungan seks menggunakan kondom 20. Petting tanpa pakaian dan tanpa kondom, tapi menggunakan pencegah kehamilan 21. Petting tanpa kondom 22. Berhub ungan seks tanpa kondom, tapi menggunakan pencegah kehamilan 23. Berhubungan seks tanpa kondom 2. Pemberian Skor Skor yang diberikan atas bentuk-bentuk perilaku seksual beresiko berentang dari nol sampai 33 yang diperoleh berdasarkan skor total tiap aitemnya. Skor nol untuk respon jawaban tidak pernah. Skor jawaban pernah bergantung pada bobot resiko untuk melakukan tahap perilaku seksual selanjutnya, penularan penyakit menular seksual ataupun HIV 55 AIDS, dan terjadinya kehamilan. Skor respon jawaban pernah berentang satu sampai tiga puluh tiga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Skor respon jawaban ”Pernah” Bentuk Perilaku Resiko melakukan tahap selanjutnya Resiko tertular HIV AIDS dan PMS Resiko terjadinya kehamilan Skor jml resiko Berfantasi seksual 1 1 Masturbasi pada diri sendiri 2 2 Berpegangan tangan 3 3 Cium kering dicium kering 4 4 Cium basah frech kiss 5 + 1 6 Berpelukan 6 6 Meraba diraba tubuh bagian atas yang sensitif di luar pakaian 7 7 Meraba diraba tubuh bagian bawah yang sensitif di luar pakaian 8 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Meraba diraba tubuh bagian atas yang sensitif di dalam pakaian 9 9 Meraba diraba tubuh bagian bawah yang sensitif di dalam pakaian 10 10 Meraba diraba alat kelamin di luar pakaian 11 11 Meraba diraba alat kelamin di dalam pakaian 12 12 Petting dengan masih berpakaian lengkap 13 13 Memasturbasi merasakan dimasturbasi dengan pasangannya tanpa oral 14 14 Melakukan merasakan seks oral dengan kondom 15 15 Melakukan merasakan seks oral tanpa kondom 16 + 2 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Petting dengan masih berpakaian dalam 17 + 3 + 1 21 Petting tanpa pakaian menggunakan kondom 18 18 Berhubungan seks menggunakan kondom 19 + 4 23 Petting tanpa pakaian dan tanpa kondom, tapi menggunakan pencegah kehamilan 20 + 5 + 2 27 Petting tanpa kondom 21 21 Berhubungan seks tanpa kondom, tapi menggunakan pencegah kehamilan 22 + 6 28 Berhubungan seks tanpa kondom 23 + 7 +3 33 Tabel 2. Pemberian Skor Respon Jawaban ”Pernah” Pada Skala Perilaku Seksual beresiko. Skor total untuk perilaku seksual beresiko adalah penj umlahan dari total skor jumlah resiko. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi resiko terhadap dilakukannya hubungan seksual pranikah, penularan HIV AIDS dan PMS serta terjadinya kehamilan. Akan tetapi jika semakin rendah skor total subjek, maka menunjukkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 bahwa tingkat perilaku seksual beresiko subjek rendah terhadap dilakukannya hubungan seksual pranikah, penularan HIV AIDS dan PMS serta terjadinya kehamilan. 3. Validitas dan Reliabilitas Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa validitas adalah sejauh mana skala tersebut mampu mengungkap apa yang hendak diungkapkan Azwar, 2000. Validitas skala perilaku seksual beresiko ini didasarkan pada validitas isi content validity yang disusun dan dikembangkan berdasarkan definisi operasional perilaku seksual beresiko. Validitas isi ini dilakukan dengan cara Profesional Judgement, yaitu penilaian dari orang yang dianggap memahami tentang hal itu. Validitas ini dilakukan dengan bantuan dosen pembimbing dan kepala divisi pendamping Pendidik Sebaya. Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi atau kepercayaan hasil ukur. Pengukuran yang reliabel akan menghasilkan skor yang dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor perbedaan yang sesungguhnya daripada faktor kesalahan eror Azwar, 2001. Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas alpha Azwar, 2001. Dari 23 aitem Skala Perilaku Seksual Beresiko diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,801. Hal ini berarti bahwa pengukuran dengan menggunakan Skala Perilaku Seksual Beresiko memiliki konsistensi atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 kepercayaan sebesar 80,1. Hal ini menyatakan bahwa Skala Perilaku Seksual Beresiko reliabel 0,801 0,60. Dari hasil uji reliabilitas didapat beberapa item tidak memenuhi syarat uji beda item yaitu pada aitem 1, 2, 3, 4, 8, 19, 20, dan 22, akan tetapi aitem-aitem ini tetap dipakai dalam penelitian karena mengingat tujuan penelitian yang akan mengetahui perilaku beresiko pada remaja.

F. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data hasil penelitian yang masih berupa data kasar menjadi data yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode yang digunakan adalah uji-t dengan menggunakan program Independent Sample t-test dari SPSS 11 for windows. Uji-t digunakan agar dapat melihat apakah tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya lebih rendah dari pada tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya dengan melihat perbedaan mean antara kedua sampel tersebut pada variabel tergantungnya.

G. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam Sekolah Menengah Kejuruan. Sekolah ini dipilih berdasarkan rekomendasi dari divisi Pendamping Pendidik Sebaya PKBI DIY dengan mempertimbangkan kriteria 60 subjek dan kemudahan dalam pemillihan sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya. Untuk memilih sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya, peneliti meminta rekomendasi dari divisi Pendamping Pendidik Sebaya PKBI DIY serta dari kepala SMK Marsudi Luhur I dan SMK Marsudi Luhur II untuk memperhitungkan keseimbangan prestasi dan karakteristik sekolah. Pelaksanaan observasi dan wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru pengampu mata pelajaran Bimbingan Konseling dilakukan untuk melihat kondisi sekolah berkaitan dengan materi seksualitas. Dari hasil wawancara didapat bahwa padatnya materi, membuat sekolah-sekolah ini belum mempunyai mata pelajaran khusus tentang seksualitas. Materi Bimbingan Konseling pun terasa sangat padat karena tidak hanya materi Bimbingan Konseling seperti halnya pada Sekolah Menengah Umum, tetapi ada tambahan materi bimbingan karier. Oleh karena itu pengetahuan tentang seksualitas diberikan secar terpisah-pisah berdasarkan kesesuaian dengan materi yang diberikan dalam kelas. Mata pelajaran yang biasanya ditambahkan pengetahuan seksualitas adalah mata pelajaran Bimbingan Konseling, Biologi, Agama, dan Pendidikan Jasmani. Proporsi murid perempuan dan laki- laki dalam sekolah menengah kejuruan tidaklah selalu seimbang seperti pada sekolah menengah umum. Hal ini dikarenakan minat terhadap jurusan yang disediakan oleh sekolah. SMK Marsudi Luhur I memiliki murid yang 61 sebagian besar adalah perempuan, sedangkan SMK Marsudi Luhur II memiliki murid yang sebagian besar adalah laki- laki. Akan tetapi kedua sekolah ini berada dalam satu kompleks sekolah. Oleh karena itu SMK Marsudi Luhur I dapat menjadi wakil subjek perempuan dan SMK Marsudi Luhur II menjadi wakil subjek laki- laki dari sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya. Lain halnya dengan SMK N 3 yang mempunyai murid perempuan yang relatif lebih banyak, sehingga kebutuhan penelitian akan keseimbangan antara jumlah subjek perempuan dan laki- laki dapat dicukupi. Berdasarkan observasi dan wawancara di sekolah-sekolah tersebut, kondisi sekolah baik itu berkaitan dengan materi seksualitas, jumlah siswa dapat memenuhi semua kriteria subjek dalam penelitian ini. Sekolah-sekolah tersebut dinyatakan sesuai untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. 2. Perijinan Penelitian Perijinan penelitian dilakukan dalam rangka mendukung kelancaran penelitian ini secara administratif. Surat permohonan ijin penelitian dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta dengan No. 290KPDPSIUSDIV2008 pada tanggal 15 April 2008 yang digunakan sebagai syarat untuk dapat melakukan pengambilan penelitian yang ditujukan kepada Badan Perencanaan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surat permohonan ijin dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Daerah Provinsi Daerah Istimewa 62 Yogyakarta dengan No. 0702186 tertanggal 16 April 2008 yang ditujukan kepada sekolah-sekolah.

H. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakuan pada tanggal dan rincian berikut: 1. SMK Marsudi Luhur I Waktu : Selasa, 27 Mei 2008 pukul 8.10 – 08.50 WIB Kelas : XI AP 20 orang dan XI AK 18 orang 2. SMK Marsudi Luhur II Waktu : Sabtu, 24 Mei 2008 pukul 8.30 WIB Kelas : XI D 30 orang 3. SMK N 3 Waktu : Senin, 26 Mei 2008 pukul 8.10 dan 08.30 WIB Kelas : XI KJ 41 orang dan MM 42 orang Penelitian dilakukan dengan prosedur yang sama pada ketiga sekolah, yaitu dengan ditemani dengan wakil kepala sekolah untuk membuka dan menyampaikan bahwa akan dilakukannya penelitan. Setelah beliau membuka dengan menyampaikan akan diadakannya penelitian pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 para siswa, beliau keluar bersama dengan guru pengampu mata pelajaran untuk menunggu di ruangannya sampai penelitian selesai. Peneliti memulai dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan penelitian dan bahwa penelitian ini tidak mempunyai hubungan dengan prestasi akademik di sekolah serta tidak ada benar salah dalam penelitian ini, lalu setelah itu peneliti menjelaskan daftar istilah beserta cara pengisian skalanya. Setelah perkenalan dan penjelasan tentang penelitian, peneliti memberikan waktu pada responden untuk membaca skala dan menyampaikan pertanyaan sebelum memulai pengisian secara bersama-sama. Terdengar tawa kecil dari para responden saat membaca item- item skala. Beberapa pertanyaan yang sering terlontar di ketiga sekolah yaitu seputar cara pengisian data. Pertanyaan yang pasti terlontar juga adalah bagaimana jika tidak pernah memiliki pacar dalam setahun ini, tetapi pernah melakukan salah satu perilaku dengan seseorang. Pertanyaan ini disampaikan dengan sedikit malu- malu dan tawa dari teman-temannya dan candaan tentang hubungan tanpa status HTS. Proses pengumpulan skala dilakukan dengan mengumpulkan skala yang telah terisi kepada peneliti secara satu persatu dan melampirkan lembar daftar istilah sulit dibelakang skala, hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan akan hasil skala. Pada sekolah SMK Marsudi Luhut I kelas XI AP, peneliti masuk kelas pada jam kedua, pukul 08.10 WIB yaitu 20 menit sebelum jam pelajaran usai, sedangkan kelas XI AK, peneliti masuk pada awal jam 64 pelajaran ketiga yaitu pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 08.50 WIB. SMK Marsudi Luhur II memiliki siswa yang relatif banyak dalam satu kelas, yaitu 30 orang, sehingga peneliti hanya melakukan penelitian pada satu kelas saja, yaitu kelas XI D. Pelaksanaan penelitian di sekolah SMK Negri 3 berjalan serupa dengan pelaksanaan penelitian di SMK Marsudi Luhur I, yaitu dua kelas XI KJ dan XI MM. Dari pelaksanaan penelitian, didapat responden perempuan sebanyak 38 orang dari SMK Marsudi Luhur I, 8 orang dari mereka tidak menyatakan perilaku sekual apapun. Responden laki- laki dari SMK Marsudi Luhur II didapat sebanyak 26 orang menyatakan melakukan perilaku seksual dan 4 orang tidak menyataka perilaku seksual. Dari SMK Negri 3 didapat responden laki- laki sebanyak 38 orang yang menyatakan perilaku seksual, sedangkan 9 orang tidak menyatakan perilaku seksual, dan sebanyak 26 orang perempuan menyatakan perilaku seksual, sedangkan 10 orang tidak menyatakan perilaku seksual. Hasil skala yang tidak terisi, akan dinyatakan gugur karena diasumsikan bahwa responden tidak berperilaku seksual aktif. Skala yang gugur dari SMK Marsudi Luhur I ada sebanyak 8 buah, SMK Marsudi Luhur II ada sebanyak 4 buah, SMK Negri 3 sebanyak 19 buah. Responden dari skala yang gugur, menyatakan tidak mempunyai pacar dalam satu tahun terakhir ini. Semua responden berumur dalam rentang 15-18 tahun, maka tidak ada skala yang gugur yang dikarenakan faktor usia. 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN