c. Attitude
Attitude merupakan asosiasi merek yang paling abstrak dan merupakan asosiasi tingkat tinggi. Asosiasi ini terbentuk dari
gabungan asosiasi atribut dan manfaat yang diciptakan.
Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat citra yang dimiliki oleh merek tersebut menurut Kotler dan Keller 2003.
Pada umumnya asosiasi merek, terutama yang membentuk citra merek, menjadi pijakan konsumen dalam pembelian produk tertentu.
Gambar 2.1 Sumber Sekunder Pengenalan Merek
Sumber Kotler dan Armstrong 2009
F. Pengertian Minat Beli
Minat intention merupakan pernyataan sikap mengenai bagaimana seseorang akan berperilaku di masa yang akan datang Suderlund dan Ohman,
Negara Asal
Merek Lain
Merek Tempat
Konsumen
Saluran Barang
2003. Minat beli ulang repurchase intention merupakan suatu komitmen konsumen yang terbentuk setelah konsumen melakukan pembelian suatu
produk atau jasa. Komitmen ini timbul karena kesan positif konsumen terhadap suatu merek, dan konsumen merasa puas terhadap pembelian tersebut Hicks et
al, 2005. Butcher 2005 berpendapat bahwa minat konsumen untuk membeli adalah salah satu ukuran dari keberhasilan dari suatu perusahaan, terutama
perusahaan jasa. Menurut Hellier et al, 2003 minat beli merupakan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali suatu produk atau jasa
berdasarkan apa yang telah diperoleh dari perusahaan pengeluaran untuk memperoleh barang dan jasa tersebut dan ada kecenderungan dilakukan secara
berkala. Akumulasi dari pengalaman dan pengetahuan konsumen terhadap suatu merek merupakan faktor yang dapat mempengaruhi konsumen untuk
melakukan pembelian kembali merek yang sama. Konsumen beranggapan bahwa hal ini lebih ekonomis dan efisien daripada konsumen harus kembali
mencari tahu tentang brand yang lain Youne dan Suna, 2004. Perusahaan ekuitas merek tidak hanya memberi keuntungan langsung, tetapi juga
keuntungan jangka panjang dengan memelihara konsumen untuk tetap melakukan pembelian ulang terhadap produk mereka. Dengan pengalaman
yang konsumen peroleh dari suatu produk dengan merek tertentu akan menimbulkan kesan positif terhadap produk tersebut dan konsumen akan
melakukan pembelian Hellier et al, 2003. Ferdinand 2002 mengemukakan bahwa terdapat empat indikator untuk mengukur minat beli, yaitu :
1. Minat eksploratif
Minat eksploratif menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk
mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut minat preferensial. 2.
Minat transaksional Minat transaksional merupakan kecenderungan seseorang untuk membeli
produk. 3.
Minat preferensi Merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki
preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
Preferensi konsumen menurut Simamora 2001 adalah konsep abstrak yang menggambarkan peta peningkatan kepuasan yang diperoleh dari
kombinasi barang dan jasa sebagai cerminan dari selera pribadinya. Dengan kata lain preferensi konsumen adalah merupakan gambaran
tentang kombinasi barang dan jasa yang lebih disukai konsumen apabila ia memiliki kesempatan untuk memperolehnya. Pengamat lainnya
mendefinisikan preferensi adalah suatu sikap konsumen dalam memilih suatu produk yang akan dikonsumsi berdasarkan tingkat kepuasan relatif,
yang sesuai dengan keberadaan merek atau stimuli. Data tersebut diperoleh rank preference. Responden diminta untuk merangking
merekmerek yang paling disenangi sampai yang tidak disenangi sebagai
alternatif respon dan mungkin ingin membuat perbandingan berpasangan dan mengidentifikasi merek mana dalam pasangan tersebut yang paling
disukai Maholtra, 2005. Dalam teori preferensi konsumen, seorang konsumen diasumsikan mampu
membedakan semua jenis komoditi yang ada, komoditi mana yang dia pilih, komoditi mana yang sama saja bisa dipilih dengan komoditi lain atau
dengan kata lain setiap konsumen mampu membuat daftar urutan atau rank preference atas komoditi yang dihadapinya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa preferensi konsumen merupakan kecenderungan untuk memilih kombinasi produk
yang lebih disukainya dan sesuai dengan keinginan, kepentingan dan seleranya. Dalam hal ini, seorang konsumen diasumsikan mampu
membedakan setiap produk yang akan dihadapinya, serta mampu membuat daftar preferensinya rank preference atas seluruh produk tersebut.
Preferensi konsumen bersifat subyektif, dimana preferensi antara konsumen satu dengan konsumen lainya akan berbeda. Perbedaan ini
disebabkan karena oleh perbedaan kepentingan dikarenakan banyak faktor. Terdapat beberapa langkah yang harus dilalui oleh konsumen hingga
membentuk preferensi, yaitu: a.
Konsumen diasumsikan untuk melihat produk sebagai sekumpulan atribut. Terdiri dari rasa, harga, kemasan, volume, promosi, aroma,
dan ketersediaan produk distribusi. Tiap-tiap konsumen memiliki
persepsi yang berbeda tentang atribut yang relevan dengan kepentingan masing-masing.
b. Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut yang memiliki tingkat
kepentingan tertinggi. c.
Konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. Sejumlah kepercayaan mengenai merek
tertentu disebut brand image. Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut.
d. Konsumen selanjutnya sampai pada sikap terhadap merek yang
berbeda melalui prosedur evaluasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa perusahaan yang
sukses dalam menguasai pasar atau dalam persaingan adalah perusahaan yang mampu secara berkesinambungan membangun tingkat kesadaran
dan preferensi dari para pelanggan sepanjang waktu.
G. Pengaruh Efek Country of Origin Pada Persepsi Akan Kualitas dan Minat Beli.