54
BAB IV GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang Parfum
Kata “parfum” berasal dari bahasa Latin “per fumum” yang berarti melalui
asap. Sejarah hanya mencatat sekitar 5000 tahun yang lalu, para penganut
animisme dan pemeluk berbagai kepercayaan kuno lainnya, biasa menyajikan korban persembahan kepada para dewa melalui pembakaran. Ini dapat
dimengerti karena para dewa yang tidak berwujud, tentu lebih mudah menerima korban persembahan dalam bentuknya yang tidak berwujud pula.
Melalui pembakaran, korban persembahan akan berubah menjadi asap. Dan melalui asap itulah, persembahan dapat langsung melambung tinggi menuju
sasaran. Seiring dengan berkembangnya
rasa estetika, manusia juga mulai berusaha agar asap persembahan berbau harum. Hal itu, dirasakan akan lebih
sesuai dengan kedudukan para dewa pujaannya. Maka bahan bakar yang digunakan dari kayu-kayuan dan bunga-bungaan yang menimbulkan aroma
harum, mulai banyak digunakan. Mungkin pada saat yang sama, mulai dilakukan usaha untuk membuat parfum, sehingga dapat menghasilkan parfum
seperti adanya sekarang.
Di Mesir, pembuatan parfum ditangani para pendeta istana Pharaoh yang juga bertugas selaku dokter raja. Dalam usaha menemukan ramuan obat-obatan
pengawet mumi raja, para pendeta berhasil membuat parfum. Parfum digunakan untuk membasahi kain pembalut mumi. Pada tahun 1922 ketika
Lord Carnarvon dari Inggris menggali makam Raja Tuthankhamon di “Lembah para Raja”, ditemukan parfum yang diperkirakan dibuat pada tahun 1350
sebelum Masehi dimana parfum tersebut sudah berusia sekitar 33 abad ternyata masih dalam keadaan baik dan berbau harum.
Di Inggris, parfum mulai digunakan secara meluas, setelah berakhirnya Perang Salib. Para kesatria dalam Perang Salib membawa kembali aneka
kosmetika ke negaranya, termasuk parfum, yang diperoleh dari istana para sultan Timur Tengah, dimana sudah mengalami kemajuan dalam pembuatan
kosmetika termasuk parfum. Di Perancis, parfum banyak digunakan sejak zaman Louis ke XIII. Setelah
Revolusi Perancis penggunaan parfum menurun. Kemudian muncul kembali pada zaman Napoleon, yang merupakan masa dimana kosmetika termasuk
parfum, memperoleh peran penting dalam kehidupan sosial. Misalnya, Permaisuri Joshepine tercatat sebagai tokoh yang sangat menaruh perhatian
terhadap parfum. Di Indonesia sendiri, sejak dahulu para wanita mempunyai kebiasaan memberikan asap “ratus” pada pakaiannya, guna menimbulkan
aroma harum anggun sewaktu dipakainya nanti. Dalam cerita pewayangan juga disebutkan, keberhasilan Arjuna sebagai tokoh pujaan para wanita bukan saja
karena ketampanan dan kesaktiannya, melainkan juga karena keharuman badannya.
http:www.sariwangiparfum.compagedetail6-asal-mula-parfum.html
B. Profil Perusahaan