18
masyarakat Tionghoa dan masyarakat Surabaya telah mengalami akulturasi budaya dalam banyak sektor.
2.1.9 Lokasi
Kawasan atau wilayah masyarakat Tionghoa di Surabaya secara umum tersebar di daerah pinggiran pantai, yaitu daerah Kembang Jepun atau biasa kita
sebut denga Kya–kya, Kapasan, tembakan, dan sekitar daerah pasar Atom Wawancara Raharjo, 220413, Surabaya. Lokasi-lokasi tersebut biasa
dinamakan kawasan pecinan, karena merupakan lokasi atau wilayah yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat Tionghoa. Daerah pecinan bukan
terjadi secara langsung sebagai daerah pemukiman masyarakat Tionghoa di Surabaya. Lokasi tersebut sudah menjadi tempat bermukim masyarakat Tionghoa
di Surabaya sejak awal kedatangan mereka di kota ini. Alasan mereka memilih wilayah tersebut cukup jelas. Mereka berpendapat bahwa lokasi yang berdekatan
dengan pantai akan semakin mempermudah akses mereka dengan dunia luar. Karena semua jenis pelayaran dan dari negara manapun pasti akan berlabuh di
pantai. Selain itu mereka juga memiliki anggapan bahwa daerah yang dekat dengan pantai memiliki cukup sumber air untuk kelangsungan hidup mereka.
Gambar 2.4 : Kawasan Kembang Jepun pada era kolonial Sumber : koleksi foto perpustakaan Medayu Agung Surabaya, 24 April 2013
Jaman kolonial daerah-daerah tersebut digunakan untuk tempat usaha sekaligus tempat tinggal masyarakat Tionghoa, berbeda dengan sekarang.
Masyarakat Tionghoa Surabaya banyak yang menggunakan daerah tersebut hanya untuk tempat usaha saja, tempat tinggal mereka telahberpindah ke tempat yang
lain. Sampai saat ini jika kita melewati kawasan tersebut masih sangat terasa suasana yang kental dari kehidupan masyarakat Tionghoa pada masa lalu. Kondisi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
19
tersebut dapat dilihat dari bentuk bangunan dan masih juga terdapat tempat- tempat ibadah yang masih dipergunakan sampai saat ini.
2.1.10 Pecinan