PERANCANGAN BUKU VISUAL FOTOGRAFI TANAH TORAJA UNTUK MENGENALKAN BUDAYA TORAJA DENGAN JUDUL” ETNOFOTOGRAFI OF TO RIAJA”.

(1)

PERANCANGAN BUKU VISUAL FOTOGRAFI

TANAH TORAJA UNTUK MENGENALKAN BUDAYA

TORAJA DENGAN JUDUL” ETNOFOTOGRAFI OF

TO RIAJA”

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Diajukan oleh :

De ri I ndra La nt ik a

0751010044

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2013


(2)

PERANCANGAN BUKU VISUAL FOTOGRAFI

TANAH TORAJA UNTUK MENGENALKAN BUDAYA

TORAJA DENGAN JUDUL

” ETNOFOTOGRAFI OF TO RIAJA”

DISUSUN OLEH :

De ri I ndra La nt ik a

(0751010044)

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNKASI VISUAL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

TUGAS AKHIR

PERAN CAN GAN BU K U V I SU AL FOT OGRAFI T AN AH

T ORAJ A U N T U K M EN GEN ALK AN K EBU DAY AAN

T AN AH T ORAJ A DEN GAN J U DU L

“ET N OFOT OGRAFI OF T O RI AJ A”

Dipersiapkandandisusunoleh

DERI I N DRA LAN T I K A

0751010044

Telahdipertahankandidepan Tim Penguji Padatanggal : 27 Mei 2013

Pembimbing I Penguji I

Aryo Bayu W, ST.,M. Med. Kom Kadek Primayudi, S.Sn.,M.Sn

NPTY. 3 8312 10 0304 1 NPTY.3 8106 13 0361 1

Pembimbing II Penguji II

Artika Racmi F, ST Septi Asri Finanda, S.Pd., M.Sn

NPTY. 3 8709 13 0363 1

KetuaJurusan Koordinator

Heru Subiyantoro ST., MT Aditya Rahman Y, ST.,M. Med. Kom

NPTY .3 7102 96 0061 1 NPTY. 381091003031

TugasAkhirinitelahditerimasebagaisalahsatupersyaratan UntukmemperolehgelarSarjana (S1)

Tanggal :... DekanFakultasteknilSipildanPerencanaan

Ir. Nanik Ratni Jar., M.Kes. NIP. 19590729 198603 2001


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Surabaya, ...2013


(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu ya Allah, atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga atas izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul Perancangan Komunikasi Bagaimanakah merancang buku Visual Fotografi Tanah Toraja untuk mengenalkan kebudayaan Tanah Toraja dengan judul “Etnofotografi of To Riaja”

Merancang buku Visual Fotografi dengan desain album dekumentasi baru yang menarik dari segi kemasan dan juga berisi budaya-budaya Tana Toraja. Bertujuan untuk memberikan wawasan terhadap masyarakat Indonesia lebih mengenal dan tertarik akan budaya daerah khususnya di Tanah Toraja untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam penyusunan perancangan sebuah solusi didapat dengan sebuah perancanganpromosi dengan pendekatan ke target audiens melalui Kusioner AIO (Activity, Interest, Opinion). Sehingga promosi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

1. Allah SWT yang mempertemukanku dengan dunia Desain Komunikasi Visual serta Nabi Besar Muhammad SAW.

2. Ibu Ir. Naniek Ratni Jar., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Heru Subiyantoro, ST, MT., selaku KaProgdi Desain Komunikasi Visual UPN “Veteran”.

4. STAryoBayuWibisono, ST.,M. Med. Kom selaku dosen pembimbing saya. 5. Aditya Rahman Yani, ST., M.Med.Kom, selaku kordiator Tugas Akhir 6. Kedua Orang tua saya yang memotivasi saya untuk melanjutkan kuliah. 7. Keluarga Besar Om Endy Alarontte dan Keluarga Besar UKMF Hasanusin 8. Untuk seluruh Dosen DKV UPN “VETERAN” dan staff pengajar yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di UPN “VETERAN” JATIM.


(6)

ii

10.Teman angkatan 2007 yang mengawali masuk di DKV UPN dan sampai saat ini saya masih mengenal kalian.

11.Komunitas Fotografi Mahasiswa Indonesia

12.Sodara Toraja, Om Endy, om shancai, om abun, om lolo, Om akbar, Sodara besar UKMF Hasanudin Makasar, Mbak Hanna, DKV 07, DKV 08, DKV 09, Rahman Suprayogo, Arco Pradipta, Septian Black, Handy Budi, Wahyu Lhemet, Umar, Mas Adit Glewow, Ryandito, Warga FTSP, Para Alumni FTSP, Warga Arsitektur 05,06,07, Warga sipil 07, Warga Lingkungan 07, Edi gudel, Anton, Andik, Riki Tamso, Keluarga besar Kobra, Caesar Brintik, Ajiz Maryanto, Satria, Wisnu boo, Odi, Angga, Ahmad Fitroni, Dian, Yudha Delon, Erwin, Nanik, Radit, Icha, Dimas Jemblunk, Tothak, peyek, Reggae, Haris Ichun, Mas Ryan kuntul, Mas Grow, Mas Alan, Leak judhit, sumber wawancara saya, Drs. FREDERIK BATTI SORRING, S.Sos. MM (Wakil Bupati Toraja Utara), Don Hasman fotografer Etnofotografi,

Kang Arbain Rambey, Om Kristupa Saragih, Teman-teman perjuangan SMA, Rickiy ambon, Etika, Deni, Bimo Rombeng, Lehman Hitam, yang tidak bisa saya tulis satu persatu...

Dengan sadar atau tidak, begitu banyaknya kekurangan penulisan dalam perancangan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan perancangan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 04 Juni 2013


(7)

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Gambar ... iv

Daftar Tabel ... v

ABSTRAK ... ix

Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Rumusan Masalah ... 6

1.4. Batasan Maslah ... 6

1.5. Ruang Lingkup ... 6

1.6. Tujuan Perancangan ... 7

1.7. Manfaat Perancangan ... 7

1.7.1 Bagi Penulis ... 7

1.7.2 Bagi Bangsa Indonesia ... 7

1.7.3 Bagi Akademis Dan Desain Komunikasi Visual... 7

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebudayaan daerah di Indonesia ... 8

2.2. Kebudayaan Toraja ... 9

2.2.1 Rumah adat Toraja ... 9

2.2.2 Tarian Adat Torja ... 9

2.3. Studi Media Buku ... 12

2.3.1 Jenis-jenis Media Buku ... 12

2.3.2 Tiori Tipografi ... 15

2.3.3 Teori Warna ... 16

2.3.4 Tiori Layout ... 20


(8)

iv

2.3.6 Komposisi ... 25

2.3.7 Simiotika... 29

2.3.8 Strategi Pemasaran ... 32

2.4. Teknik Etnofotografi ... 33

2.4.1 Sejarah Fotografi ... 33

2.4.2 Etnofotograi ... 33

2.5. Studi Eksisting ... 38

2.5.1 Studi Buku Kebudayaan Toraja ... 38

2.5.2 Studi Buku Nasional Geographic ... 40

2.6. Studi Komparator ... 41

2.6.1 Studi Buku Kebudayaan Toraja ... 41

2.6.2 Studi Buku Nasional Geographic ... 42

Bab III METODE PENELITIAN 3.1. Defenisi Judul dan Sub Judul ... 43

3.1.1 Definisi Judul ... 43

3.1.2 Definisi Buku Etnofotografi ... 43

3.1.3 Etnofotografi Of To Riaja ... 44

3.1.4 Kebudayaan Daerah ... 44

3.2. Teknik Sampling ... 45

3.2.1. Strategi Pemasaran ... 45

3.2.2. Target Audiens ... 46

3.2.3. Analisis Target Segmen ... 48

3.3. Sample ... 50

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 50

3.4.1. Sumber Data ... 51

3.5. Metode Penelitian ... 52

3.6. Kerangka Berpikir ... 53

3.7. Kerangka Berfikir ... 55

Bab IV ANALISA DAN KONSEP DESAIN 4.1. Hasil Analisa Riset ... 56


(9)

v

4.1.1. Analisa Wawancara ... 57

4.2. Target Audiens ... 58

4.3. Kusioner AIO (Activity, Interes, Opinion) ... 60

4.4. Unique Selling Point ... 61

4.5. Definisi Konsep Keyword ... 61

4.6. Visualisasi Konsep ... 62

4.6.1. Desain Buku dan Isi Buku ... 62

4.6.2. Point-point isi Buku ... 63

4.7. Konsep Visual ... 67

4.8. Konsep Warna ... 69

4.9. Ornamen ... 71

4.10. Gried ... 74

4.11. Tyiphografi ... 74

4.12. Layout ... 77

4.13. Analisa Visual ... 80

Bab V IMPLEMENTASI DESAIN 5.1 Isi Buku ... 87

5.1.1 Cover ... 87

5.1.1 Kata Penantar ... 88

5.2 Inti Buku ... 89

5.3 Pembatas Buku ... 93

5.4 Kaos ... 94

5.5 Poster ... 94

5.6 Banner Promosi ... 95

5.7 Post Kard ... 95

5.2 Rincian biaya Produksi Dan Pasca Produksi ... 96

Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN 61. Kesimpulan ... 97

6.2. Saran ... 112


(10)

vi LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumah adat toraja ... 10

Gambar 2.2. Tarian toraja “Pangngan Ma’” ... 11

Gambar 2.3. Typograpy... 16

Gambar 2.4. Lingkaran warna ... 17

Gambar 2.5. Warna Sekunder ... 18

Gambar 2.6. Layot Danang, Koskow, Natalia ... 21

Gambar 2.7. Lokalisasi 27 propinsi fotografer Yuyung abdi ... 23

Gambar 2.8. Teknik Dasar Komposisi dalam Fotografi golden section ... 26

Gambar 2.9. Teknik Dasar Komposisi dalam Fotografi Garis diagonal ... 27

Gambar 2.10. Teknik Dasar Komposisi dalam Fotografi rule of thred ... 28

Gambar 2.11. Teknik Dasar Komposisi dalam Fotografi Break the rule ... 28

Gambar 2.12. Diagram segitiga tanda ... 30

Gambar 2.13. Diagram teori Pierce ... 31

Gambar 2.14. Etnofotografi dari Nasional giographic ... 36

Gambar 2.15. Analisi buku toraja ... 38

Gambar 2.16. Cover Traveler 50 Tours ... 40

Gambar 3.1. Tabel Metode Penelitian... 52

Gambar 3.2. Flowchart Metologi Penelitian ... 55

Gambar 4.1. Komposisi Golden Section ... 68

Gambar 4.2. Komposisi Rule of third ... 68

Gambar 4.3. Komposisi Break the rule ... 68

Gambar 4.4. Dasar Sumber Warna ... 70

Gambar 4.5. Ukiran Pa’Barre Allo ... 71

Gambar 4.6. Tongkonan ... 71

Gambar 4.7. Tabel Ukiran ... 73

Gambar 4.8. Cover Depan dan Belakang ... 79

Gambar 4.9. Layout isi buku ... 79


(11)

vii

Gambar 4.11. Pa’ batang Lau ... 82

Gambar 4.12. Cover ... 82

Gambar 5.1. Cover depan ... 87

Gambar 5.2. Caver depan dan belakang ... 87

Gambar 5.3. Kata Pembuka ... 88

Gambar 5.4. Kata sambutan Rektorat ... 88

Gambar 5.5. Kata sambutan Budayawan ... 88

Gambar 5.6. Awal halan ... 90

Gambar 5.7. Inti isi buku ... 93

Gambar 5.8. Pembatas buku ... 94

Gambar 5.9. Kaos Etnofotografi of toraja ... 95

Gambar 510. Poster A3 ... 95

Gambar 5.11. X-banner ... 96


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Bagan 1-1 Skema Perancangan ... 7

Tabel 3-1 TOWS Matrik ... 39

Tabel 3-2 Skema Pola Pikir ... 50


(13)

ix

PERANCANGAN BUKU VISUAL FOTOGRAFI TANAH TORAJA UNTUK MENGENALKAN KEBUDAYAAN TANAH TORAJA DENGAN JUDUL

“ETNOFOTOGRAFI OF TO RIAJA” Deri Indra Lantika

0751010044

ABSTRAK

Budaya merupakan peninggalan yang diberikan dari nenek moyang atau pendahulu kita, yang mempunyai arti tersendiri untuk menentukan warna dan perbedaan. Dimana kebudayaan ini menjadi warisan turun temurun. Bahkan saat ini budaya telah jadi satu aset kekayaan yang orang lain bisa rasakan, kelestarian dari budaya ini untuk menjadi idetintas daerah tertentu. Ditujukan sebagai dokumentasi untuk membuka wawasan tentang budaya yang ada di sekita, khususnya budaya Toraja. Dibantu dengan visual gambar yang bisa di nikmati oleh masyarakat umum untuk menambah wawasan akan kekayaan budaya dengn media buku Etnofotografi. Menggunakan bentuk buku visual dari berbagai acara budaya yang telah diadakan di Tanah toraja dengan format berukuran 20 x 30 cm dijilid soft cover dengan ketentuan lembar cover lebih tebal ketimbang lembar isi buku. Keseluruhan dengan jumlah halaman buku ini yaitu 100 halaman. Diharapkan, kepada masyarakat akan Buku Visual fotografi ini bisa memberikan wawasan budaya Tanah Toraja dengan gaya gambar yang natural. karena gambar ini berdiri dari kesederhanaan dan mempunyai capsen yang akurat.


(14)

x

VISUAL DESIGN PHOTOGRAPHY BOOK LAND TORAJA TO INTRODUCE TORAJA CULTURE WITH LAND TITLE

"ETNOFOTOGRAFI OF TO RIAJA” Deri Indra Lantika

0751010044

ABSTRACT

A given cultural heritage of our ancestors or predecessors, that have a special meaning to determine the color and difference. Where culture is a legacy from generation to generation. Even today the culture has become a wealth of assets that other people can feel, preservation of the cultural identity of the area to be certain. Intended as documentation for opening insight into the culture that exists around, especially Toraja culture. Assisted with visual images that can be enjoyed by the general public to broaden the cultural richness with less media will Etnofotografi book. Using visual book form of various cultural events that have been held in the Land of Toraja with the format 20 x 30 cm sized soft cover with stapled cover sheet provisions thicker than sheets of the book. Overall the number of pages of this book is 100 pages. Hopefully, the public will book Visual photography can provide insight into the culture of Toraja Land with a natural drawing style. because this image of simplicity and have stood capsen accurate.


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan atau Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata

Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani (Koentjaraningrat, 2011:73). Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran dari budi dan daya. Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu bangsa atau umat. Budaya tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan pemikiran yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan berasaskan peradaban (Koentjaraningrat, 2011:73). Budaya asing tetap menjadi perhatian kita dalam kapasitasnya sebagai pembanding demi pengembangan budaya kita sendiri.

Tanpa dunia luar kita tidak ada pengalaman batin, kita tidak dapat berbicara mengenai makna dunia secara global. Saat ini kita perlu mereposisi secara proporsional keberadaan budaya daerah yang beranekaragam itu dalam konteks budaya - budaya asing (Putera Manuaba, 1999, 57-66.) . Terlebih lagi dalam rangka memasuki diberlakukannya otonomi daerah dan bergulirnya era globalisasi, budaya daerah hendaknya menjadi akar dan sumber bagi pembentukan jati diri bangsa dan proses regenerasi bangsa. Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas yang terdapat pada suatu wilayah.

Kebudayaan daerah di Indonesia sangatlah beragam, menurut Koentjaraningrat kebudayaan daerah sama dengan konsep suku bangsa, suatu kebudayaan tidak terlepas dari pola kegiatan masyarakat, keragaman budaya daerah bergantung pada faktor geografis (Koentjaraningrat, 2011:74).


(16)

2

Kebudayaan bisa di defenisikan secara sederhana ialah penanda satu bangsa (nasion) sekaligus suatu masyarakat yang membedakan dari masyarakat lain\ (Edi Sedyawati. 2008). Sebagai masyarakat berbangsa dan bernegara seharusnya turut mendukung adanya pelestarian dan perlindungan budaya daerah untuk memberikan pengetahuan tentang budaya.

Sebagian besar Indonesia mempunyai beraneka ragam kebudayaan daerah khususnya budaya Toraja. Toraja merupakan bagian kecil dari budaya Indonesia, bahwa generasi muda yang seharusnya menjadi penerus untuk menjaga melestarikan kebudayaan mulai meninggalkan bahkan tidak peduli terhadap keberadaan budaya tradisional Toraja, sehingga ritual atau simbol yang terdapat dalam prosesi Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’ hanya sekedar tontonan sebagai pelengkap dari upacara adat yang mereka lakukan tanpa mengetahui proses dan makna dibalik ritual tersebut (Sevianto Pakiding_jurnal online). Upacara adat selalu dipandang sebagai sesuatu yang sakral, yang sarat akan makna budaya yang mencerminkan akan kekayaaan budaya di Toraja.

Terkikisnya budaya Toraja diakibatkan adanya perkembangan jaman yang tepengaruh adanya era globalisasi mengkibatkan lunturnya tradisi daerah. Perlu suatu media yang dapat mencakup materi - materi yang terkait dalam permasalahan di atas. Agar masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari kebudayaan yang ada di suatu daerah terkait, maka melalui buku panduan tentang budaya Toraja yang dikemas secara detail melalui bahasa foto dan tulis, sebagai bentuk ilmu pengetahuan. Peneliti menyarankan agar adanya buku ini bisa menunjang untuk pengetahuan tentang kebudayaan.

Terkait dengan ilmu budaya dasar sebagai alternatif pemecahan masalah, pendekatan biasa di lakukan dengan menggunakan pendekatan struktural ataupun fungsional (Elly M. Setiadi, 2007:12). Maka pendekatannya adalah pendekatan dengan disiplin ilmu sosial atau ilmu budaya digunakan sebagai bentuk kajian permasalahan, dalam aspek-aspek fotografi dengan dominan sebagai inti analisanya, karena masalah yang di kaji sangat erat dan banyak kaitannya dengan budaya.


(17)

3

Serta dengan cara fungsional pembelajaran yang bertitik tolak dari masalah yang terdapat dalam masyarakat atau lingkungan, sebagai masyarakat yang terlibat secara langsung di dalam kebudyaan itu sendiri (Suratman, 2012:15). Permasalahan budaya ini akan dikemas dengan bentuk format foto yang akan dilaksanakan dengan cara fungsional, berarti pembelajaran yang bertitik tolak dari masalah yang terdapat dalam masyarakat atau lingkungan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buku mempunyai arti yaitu lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum, buku informasi adalah buku dengan topik tertentu yang memberikan sebuah informasi tentang peristiwa penting seperti sejarah ataupun suatu budaya yang valuable (berharga) untuk diketahui oleh masyarakat dan juga difungsikan sebagai buku untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama (Ragil Sadewa_jurnal online). Hasil dari wawancara dengan Bapak Drs Frederik Bati Sorring,S.Sos selaku wakil bubati saat ini mengutarakan bahwa perlunya media informasi yang jitu untuk memperkenalkan kepada masyarakat. Bapak Drs Frederik Bati Sorring,S.Sos sebagai narasumber memberikan penjelasan bahwa pentingnya wawasan budaya bagi generasi baru.

Untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang kebudayaan toraja, media yang digunakan berupa buku sebagai media informasi serta berupa etnofotografi dan bahasa tulis sebagai cara menyampaikan informasi kepada para pembaca, maka tidak heran banyak media cetak maupun media online yang menampilkan etnofotografi sebagai pendukung fotografi budaya. Dalam proses penyampaian informasi pada masyarakat, media cetak maupun media online yang membuat jenuh para pembacanya karena terlalu banyak tulisan tanpa dukungungan sebuah informasi yang berbentuk visual yang bisa di cerna dengan baik.

Perancangan buku ini ditujukan kepada masyarakat umum, yang diharapkan melalui perancangan buku tersebut dapat ditanamkan nilai-nilai yang dapat menambah sebuah informasi melalui sebuah ilmu pengetahuan untuk mengenal sejarah kebudayaan Toraja sebagai salah satu budaya yang


(18)

4

ada di Indonesia. Diharapkan, melalui cara tersebut akan timbul rasa memiliki di dalam diri masyarakat terhadap budaya, serta wawasan tentang tradisi daerah.

Bentuk dari aplikasi perancangan buku berbentuk Buku Fotografi yang bermanfaat bagi masyarakat. Pada dasarnya referensi buku berisi tentang budaya jarang kita jumpai secara detail, baik secara visual foto dan bahasa tulis. Perancangan buku ini bertujuan untuk memberi informasi melalui ilmu Etnofotografi untuk mengenalkan budaya suatu daerah melalui ilmu fotografi.

Di Indonesia ada pakar fotografer etnobudaya Yaitu bapak Don Hasman Lahir di Jakarta, 7 Oktober 1940, Tempat tertinggi yang pernah ditaklukkan Don Hasman adalah Nuptse, kawasan Himalaya, Everest base camp 6.150 meter tahun 1978, masuk wilayah geografis Nepal. Baru 9 tahun kemudian rekor tersebut bisa diperbaharui oleh orang Indonesia lain. Don Hasman juga pernah menaklukkan Gunung Kilimanjaro 5.985 meter di Tanzania tahun 1985. Ia berangkat, antara lain, bersama mendiang Norman Edwin, wartawan Kompas, yang legendaris ito (70 Tahun Don Hasman _ Kristupa-ism.htm). Hasil dari wawancara dengan bapak Don Hasman sebagai pakar Etnofotografi sepakat untuk mengenalkan budaya Toraja melalu ilmu fotografi.

Dalam seminar di aula Student Center Unair Don hasman menyatakan bahwa Etnofotografi “memberi untuk mata juru foto sebagai instrumen utama memotret dan mengasah kepekaan juru foto terhadap segi-segi budaya dalam kenyataan sosial” (www.radartasikmalaya.com/ Rabu, 04 April 2012 15:49_ jurnal online).Etnofotografi merupakan salah satu dari kagian Budaya Visual yang khusus mempelajari foto sebagai bukti sejarah, memori sosial ataupun realita yang tersurat melalui foto (Wawancara Dn Hasman). Etnofotografi bukanlah ilmu untuk mengambil foto, melainkan analisis foto, bagaimana tujuan dan maksud dari foto yang dihasilkan.

Kebudayaan Toraja sendiri merupakan satu budaya yang belum banyak diekplorasi, didokumenterkan oleh para fotografer yang di publikasikan secara global melalui Buku fotografi. Menurut Bapak Drs


(19)

5

Frederik Bati Sorring,S.Sos sebagai Wakil bupati sekaligus tokoh pemangku adat Kebudayaan Toraja menyatakan kebudayaan itu salah satu kekayaan bangsa atau daerah tertentu. Serta Toraja mempunyai ciri khas dari budaya daerah salah satunya adalah upacara pemakaman, bentuk rumah adat tongkonan merupakan ciri khas adat di toraja, dan memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Toraja. Bahkan sampai saat ini rumah adat tongkonan masih terjaga keasliannya hingga saat ini.

Berdasarkan permasalahan yang saat ini kurangnya pengetahuan ilmu tentang budaya daerah khususnya di Toraja. Peneliti berupaya untuk merancang buku fotografi yang akhirnya di publikasikan kepada masyarakat untuk menambah wawasan tentang budaya Toraja dengan judul buku Etnofotografi Of To Riaja”. Konsep analisa, dari budaya Toraja mengambil dari keunikan dalam budaya daerah tersebut yang mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan budaya-budaya lain. Maka kesimpulan dari konsep yang di ambil untuk Tugas Akhir adalah buku fotografi yang menceritakan Tanah Toraja dari sisi budaya, Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’ sebagai tradisi dari kegiatan masyarakat Toraja.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Setiap suku mempunyai adat istiadat masing-masing, seperti suku Toraja memiliki cirikhas dan keunikan dalam tradisi upacara pemakaman.

2. Buku informasi dengan topik tertentu sebagai sebuah peristiwa penting seperti sejarah ataupun suatu budaya yang valuable untuk diketahui oleh masyarakat dan juga difungsikan sebagai buku untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama (RagilSadewa_jurnal online).

3. Berdasarkan hasil quisioner, diketahui bahwa:

1. 74 dari 100 orang menjawab tertarik pada budaya toraja (buku

Etnofotografi ).

2. 100 dari 100 orang menjawab bangga terhadap kebudayaan daerah Indonesia.

3. 88 dari 100 orang menjawab setuju bila kebudayaan toraja dibadikan dalam bentuk Etnofotografi.


(20)

6

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah merancang buku Visual Fotografi Tanah Toraja untuk mengenalkan kebudayaan Tanah Toraja dengan judul “Etnofotografi of To Riaja”?

1.4 Batasan Masalah

1. Perancangan buku Visual Fotografi hanya meliputi proses perencanaan buku fotografi beserta promosi dan mulai dari perancangan dan perwujudannya mengenai output dari buku

Etnofotografi Tana Toraja.

2. Studi penelitian ini dalam lingkup Kota Toraja dan Surabaya.

3. Yang dimaksud dengan buku Etnofotografi adalah pemanfaatan buku sebagai media informasi dengan topik budaya Toraja sebagai peristiwa penting seperti sejarah ataupun suatu budaya (Ragil Sadewa_jurnal online).

4. Batasan budaya toraja hanya mengenalkan tradisi dari Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Studi

1. Studi data dalam penelitian ini, dilakukan Daerah Tanah Toraja. 2. Studi tentang buku foto etnofotografi.

3. Riset target segmentasi.

4. Studi tentang Gaya buku etnofotografi ( Gaya Bahasa, studi warna , komposisi).

5. Studi eksisting dan komparator. 1.5.2. Output

1. Buku Essay Fotografi Tanah Toraja dengan judul “Etnofotografi of To Riaja” sebagai output utama.

2. Banner promosi yang diletakkan di toko – toko buku.

3. Media promosi berupa pameran Buku “Etnofotografi of To Riaja”, T-Shirt, poster


(21)

7

1.6 Tujuan Perancangan

1. Merancang buku Visual Fotografi dengan desain album dekumentasi baru yang menarik dari segi kemasan dan juga berisi budaya-budaya Tana Toraja. Bertujuan untuk memberikan wawasan terhadap masyarakat Indonesia lebih mengenal dan tertarik akan budaya daerah khususnya di Tanah Toraja.

2. Berusaha melestarikan dan mengenalkan warisan nenekmoyang. 3. Mampu berinteraksi terhadap budaya asing.

4. Diharapkan dapat menaikkan wisatawan

1.7 Manfaat Perancangan 1. Bagi Penulis

a) Mampu menganalisis serta mengumpulkan data-data tentang budaya Tanah Toraja maupun tentang perkembangan budaya serta memberikan berbagai pemecahan solusi dalam bentuk konsep dan mewujudkannya dalam suatu perancangan komunikasi visual.

b) Menambah wawasan dalam bentuk praktek dan teori yang diterima selama perkuliahan untuk mempersiapkan diri menjadi desainer komunikasi visual.

c) Eksistensi terhadap Ilmu Fotografi 2. Bagi Bangsa Indonesia

a) Memperkaya wawasan masyarakat tentang budaya Tanah Toraja. b) Mampu memberikan imformasi atau ilmu kususnya dengan media

buku Etnofotografi.

3. Bagi Akademis dan Desain Komunikasi Visual

a) Merupakan pembelajaran aplikatif mengenai perancangan komunikasi

visual.

b) Sebagai wacana alternative dalam pembelajaran studi perancangan komunikasi visual.


(22)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebudayaan Daerah di Indonesia

Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran daripada budi dan daya. Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu bangsa atau umat, (Koentjaraningrat, 2011:74). Budaya tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan pemikiran yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan beradaskan peradaban.

Kebudayaan adalah asal kata dari budaya yang dapat kita artikan sebagai hasil rasa, cipta, dan karsa manusia. Mengingat kebudayaan adalah tumpahan ekspresi hidup manusia maka budaya itu harus dilestarikan keberadaannya dengan baik di tengah masyarakatnya Yang dimana harus terjaga kelestariannya sampai saat ini (Putera Manuaba, 1999, 57-66). Yang saat ini budaya luar menjadi momok bagi bangsa kita sendiri.

Dari deskripsi yang di berikan seperti perubahan dilihat bahwa ada para pemegang peran tradisional tertentu dalam Masyarakat Suku Anak Budaya yang dapat berfungsi “agents of Change”, yang efektif apabila di harapkan ada perubahan-perubahan tertentu di masyarakat. Dua peran yang tampak sentral karena di jadikan panutan dan tumpunan kepercayaan adalah yang pertama kepala adat dan perantara yang di sebut dengan istilah jenang sebutan atau pangkat kepala daerah di bawah penghulu adat(Edi sudyawati, 2008:26). Dan kita sebagai generasi penerus berupaya mempertahankan akan kentalnya dan kayanya budaya daerah untuk mempertahankan warisan nenek moyang.

Kebudayaan Toraja sendiri merupakan satu budaya yang belum banyak diekplorasi atau didokumenterkan oleh para generasi muda. Kebudayaan Toraja mempunyai ciri khas salah satunya adalah upacara pemakaman, bentuk rumah adat tongkonan merupakan ciri khas dari rumah


(23)

9

adat di toraja, dan memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan mereka, bahkan rumah adat tongkonan masih terjaga sampai saat ini .

2.2 Kebudayaan Toraja

Kepercayaan Aluk Todolo sangat berpengaruh, bahkan menjadi faktor penentu dalam arsitektur Toraja. Jean Koubi dalam bukunya berjudul Rambu Solo (1982), menguraikan banyak sekali aspek antropologis yang juga mengungkap pandangan makro kosmos masarakat Toraja, yang sangat menentukan dalam pemunculan arsitektural sebagai wadah fisik dalam kehidupan dari pemeluknya (Koubi Jeannie, 1982). Tana Toraja sebuah nama daerah dengan status Daerah Tingkat II di awasan Provinsi Sulawesi Selatan, terbentang mulai dari Kilometer 280 ampai dengan Kilometer 355 dari sebelah utara ibukota Provinsi Sulawesi elatan (Makassar.) Tepatnya pada 2° - 3° LS dan 199° - 120° BT, dengan uas sekitar 3.205,77 Km2 atau sekitar 5% dari luas Provinsi Sulawesi Selatan.

Mayoritas penduduk terdiri dari etnis Toraja, walaupun ada juga etnis lain yang berada didaerah ini karena berbagai alasan baik karena hubungan pernikahan, pekerjaan, kegiatan perdagangan dan lain-lain. Populasi etnis Toraja sendiri diperkirakan mencapai satu juta jiwa, namun yang bermukim di daerah ini hanya sekitar 450.000 jiwa, sedangkan sebagian besar lainnya tersebar diseluruh Nusantara maupun belahan dunia lain.

Tana Toraja yang mempunyai satu kepercayaan Aluk Todolo, setelah melalui proses akulturasi maupun asimilasi budaya, di Tana Toraja dapat dijumpai beberapa agama, antara lain: Kristen Protestan 276.342 jiwa (69,15%), Katolik 67.817 jiwa (16,97 %), Islam 31.570 jiwa (5,986 %) dan Hindu Toraja 23.898 Jiwa ( 5.986 %) (L. I. Tangdilintin, 2007. 50-55). Yang saat ini masih di dominasi oleh nasrani sebagai peleluk agama terbesar di Toraja.

2.2.1 Rumah adat Toraja

Rumah Adat Toraja biasa disebut Baruang Tongkonan, tongkonan sendiri mempunyai arti tongkon “duduk“, tempat “an” bisa dikatakan tempat duduk, tetapi bukan tempat duduk arti yang sebenarnya melainkan, tempat orang di


(24)

10

desa untuk berkumpul, bermusyawarah, dan menyelesaikan masalah-masalah adat. Hampir semua rumah orang Toraja menghadap ke arah utara, menghadap ke arah Puang Matua sebetuan orang toraja bagi tuhan yang maha Esa ( Dr Bararuallo Frans, 2010:55). Selain itu untuk menghormati leluhur mereka dan dipercaya akan mendapatkan keberkahan di dunia ini.

Daerah Tana Toraja umumnya merupakan tanah pegunungan kapur dan batu alam dengan ladang dan hutan yang masih luas, dilembahnya terdapat hamparan persawahan. Tongkonan sendiri bentuknya adalah rumah panggung yang dibangun dari kombinasi batang kayu dan lembaran papan. Kalau diamati, denahnya berbentuk persegi panjang mengikuti bentuk praktis dari material kayu. Material kayu dari kayu uru, sejenis kayu lokal yang berasal dari Sulawesi. Kualltas kayunya cukup baik dan banyak ditemui di hutan-hutan di daerah Toraja. Kayu di biarkan asli tanpa di pelitur atau pernis.

Gambar 2.1 rumah adat toraja (google tumah tongkonan)

Rumah Toraja / Tongkonan ini dibagi menjadi 3 bagian: yang pertama kolong (Sulluk Banua), kedua ruangan rumah (Kale Banua) dan ketiga atap (Ratiang Banua). Pada bagian atap, bentuknya melengkung mirip tanduk kerbau. Di sisi barat dan timur bangunan terdapat jendela kecil, tempat masuknya sinar matahari dan aliran angin. Menurut Arsitektur Yulianto Sumalyobahwa menilik latar belakang rumah tradisional Toraja menyangkut falsafah kehidupan yang merupakan landasan dari kebudayaan orang Toraja itu sendiri. Rumutnya pembangunan tongkonanpun bukan jadi satu alasan


(25)

11

untuk tidak membikin sebuah rumah atau peistirahatan tapi arti dari kerumitan ini menjadikan filosofi tersendiri bagi warga toraja.

2.2.2 Tarian Adat Toraja

Dalam sebuah tarian antara tubuh, gerak komposisi tari tidak dapat dipisahkan. Dalam sebuah tarian terdapat unsur-unsur yang membangunnya yakni unsur gerak, tenaga dan waktu

Gambar 2.2 tarian toraja “Pangngan Ma’” (data pribadi 14.12.12 )

Tarian ini dilakukan oleh gadis-gadis cantik memakai baju hitam atau gelap dan, tentu saja, ornamen khas Toraja seperti kandaure tersebut. Pangngan Ma 'adalah menari saat menerima tamu-tamu terhormat yang menyambut dengan kata-kata. Kata-kata dan penawaran sirih menunjukkan nilai ditempatkan pada kunjungan dan menegaskan bahwa para tamu telah diterima dan sekarang dianggap sebagai bagian dari masyarakat Toraja.

Penawaran ini secara simbolis diungkapkan oleh masing-masing penari memegang sirih yang didalam perjalanan tarian, dengan menempatkan dalam kantong di depan mereka. Kantong tersebut dikenakan oleh wanita lansia kebanyakan mengunyah sirih pinang, yang akan meninggalkan noda pada gigi dan bibir yang berwarna jingga sampai warna merah tua ( Dr Bararuallo Frans, 2010:175). Serta sampai saat ini tas ini lebih populer hingga kalangan mudapun ikut memakainya.


(26)

12

2.3. Studi Media Buku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buku mempunyai arti yaitu lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong kamus jurnal online). Pada dasarnya buku mempunyai arti sebagai hasil karya yang ditulis atau dicetak dengan halaman-halaman yang dijilid pada satu sisi ataupun juga merupakan suatu hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan. Apa bila dirumuskan lagi , buku buku ada-lah kumpulan dari suatu tulisan yang kemudian dicetak atau berupa halaman-halaman kosong yang dijilid, pada satu sisi dilindungi oleh kertas yang tebal yang melindungi sebagai kover.

Selain itu buku juga mempunyai fungsi menyampaikan informasi berupa cerita, pengetahuan, laporan, dan lain lain (Rustan Surianto, 2009:123). Dengan semakin banyaknya penerbit-penerbit baru, maka jumlah buku yang di produksi pun makin banyak juga.

Dalam hal ini, maka desain untuk menarik minat para konsumen/pembeli pun sangat penting, pada awalnya para konsumen pasti akan tertuju pada bentuk promosi, cover dan packaging dari buku yang akan dijual tersebut, karena para konsumen akan lebih tertarik melihat suatu buku dengan cover dan packaging yang menarik, baru setelah itu mereka akan tertuju kepada isi dan informasi yang akan diberikan oleh isi dari buku tersebut.

2.3.1. Jenis-Jenis Media Buku

Media yang menunjangnya itu adalah. Contohnya seperti media berita atau majalah, novel dan lain-lainnya yang bisa digunakan untuk memvisualisasikan sekaligus memberi wawasan serta isi pesan dan informasi tersebut disampaikan terhadap bembaca majalah atau buku tersebut.

Dalam buku New Book Design karya Roger-Fawcett Tang faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan desain buku adalah :

a) Navigation

Dalam suatu buku, merupakan hal yang penting agar informasi-informasi yang ingin disampaikan diletakkan dalam komposisi yang baik sehingga tidak membingungkan dan menyesatkan para pembaca.


(27)

13

b) Structure

Isi suatu buku dibentuk oleh tiga elemen desain yaitu tipografi, grid

dan image. Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum.

Sehingga ada banyak jenis-jenis buku. Jenis buku yang digunakan dalam proses tugas akhir penulis menurut The Andy Williams dalam Christmas Album adalah :

1) Buku Fiksi

Jenis buku ini merupakan salah satu jenis buku yang paling banyak diterbit-kan di dunia. Adapun kisah dibalik cerita adalah fiksi / tidak berdasarkan ke-hidupan nyata. Yakni bagaimana menerjemahkan imajinasi menjadi kata-kata dan kalimat yang menarik. Dan di situlah letak keunikan sebuah cerita fiksi. Selain kemampuan menerjemahkan imajinasi menjadi kata-kata, Anda juga perlu keahlian khusus untuk merangkainya menjadi sebuah cerita yang menarik.

a) Novel

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel diambil dari bahasa Italia adalah novella yang artinya sebuah kisah atau sepotong berita. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.

b) Komik

Kata komik sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “comic” yang berarti segala sesuatu yang lucu serta bersifat menghibur. Adalah tatanan atau rangkaian gambar yang disusun untuk menggambarkan suatu cerita (Andi Kusrianto, 2007:164). Saat pertama kali komik muncul, ceritanya biasanya bertema superhero yang menyelamatkan orang-orang tanpa balas budi, namun


(28)

14

sekarang komik telah berkembang menjadi berbagai macam pilihan tema. komik di masa kini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan komik-komik pendahulunya.

2) Buku Non Fiksi

Nonfiksi adalah karya sastra yang dibuat berdasarkan data – data yang otentik saja, tapi bisa juga data itu dikembangkan menurut imajinasi penulis, berawal dari data yang otentik.Adapun jenis-jenis karangan non fiksi adalah sebagai berikut:

a) Artikel Jurnalistik

Membaca artikel di surat kabar (kecuali dalam rubrik seperti seni atau kehidupan). Anda akan menemukan kesamaan informasi disusun secara hati-hati dalam struktur sedemikian sehingga pembaca mendapatkan fakta-fakta utama sesaat setelah membaca: yakni tentang siapa, apa, kapan, dan dimana; biasanya pada kalimat pertama. Setelah itu, artikel jurnalistik meluas secara bertahap, menambahkan unsur-unsur mengapa dan sesuatu terjadi. Tentu saja ada beberapa jenis jurnalisme disamping berita koran. Cerita feature dan artikel majalah cenderung tidak tersrtruktur secara kaku, dan memberikan ruang bagi kreativitas. Artinya dan tumpang-tindih antara jurnalisme dan nonfiksi kretif.

b) Artikel Ilmiah

Seperti artikel jurnalistik, artikel ilmiah disusun untuk secara efektif menyajikan informasi. Mirip seperti esai, artikel ilmiah umumnya dibuka dengan ringkasan tentang apa yang hendak disampaikan, kemudian menyertakan bukti dan argumentasi atau informasi yang mendukung, yang diakhiri dengan ringkasan dan kesimpulan.Artikel ilmiah biasanya ditemukan dalam jurnal ilmiah, yang dipublikasikan untuk kalangan terbatas maupun masyarakat umum. Contohnya, Medika, jurnal kedokteran di Indonesia. Jurnal seperti ini umumnya diterbitkan.

Karena artikel-artikelnya ditujukan untuk pembaca dari kalangan terbatas dan ditujukan untuk menyampaikan informasi secara spesifik, hanya


(29)

15

ada sedikit ruang untuk kreativitas (meskipun masih memberikan kesempatan untuk tulisan yang baik). Seperti halnya artikel koran dan breaking news, artikel ilmiah yang kreatif hanya digunakan untuk mengkomunikasikanisi artikel.

c) Biografi

Biografi adalah karya tulis tentang kehidupan orang lain bukan kehidupan Anda sendiri, yang dikenal sebagai otobiografi . Umumnya biografi berisi kisah tentang orang terkenal, bintang film, tokoh sejarah penting, serta ilmuan yang merubah dunia. Otobiografi lebih gampang dibuat dalam bentuk nonfiksi kreatif dibandingkan biografi.. Sebuah novel biografi sebenarnya sebuah fiksi yang berdasarkan materi nonfiksi, bukan sebuah karya nonfiksi yang menggunakan tehnik penulisan fiksi.

Etnofotografi menjadi bentuk tulisan non-fiksi yang luar biasa kreatif. Jika kita lihat di Buku fotografi, Koran,atau majalah, Etnofotografi

dalam tulisan-tulisan opini menjadikan media informasi khususnya di bidang kebudayaan.

2.3.2 Teori Tipografi

Dalam buku Tipografi Dalam Desain Grafis, Hanny Kardinata menulis bahwa tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Lewat kandungan nilai fungsional dan estetikanya, huruf memiliki potensi untuk menerjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual (Rustan Suryanto, 2011 : 73).

Di dalam buku karangan Suryanto Ruslan memberikan inspirasi bagi disaineri-disainer muda yang di mana dalam buku ini memberikan panduan dan fungsional yang sangat bermanfaat. Salah satu teori Suryanto Ruslan dalam bukunya memberi penjelasan sebagai landasan teori (Rustan Suryanto, 2011:73) ialah:


(30)

16

1.Legibility

Dalam desain tipografi, legibility memiliki pengertian sebagai kualitas huruf atau naskah dalam tingkat kemudahannya untuk dibaca. Tingkat keterbacaan ini tergantung kepada tampilan bentuk fisik huruf itu sendiri, ukuran, serta penataannya dalam sebuah naskah.

Eksekusi terhadap desain tipografi dalam sebuah rancangan grafis, khususnya yang menyangkut kepada perihal legibility, akan mencapai hasil yang baik apabila melampaui proses investigasi terhadap makna dari sebuah naskah, alasan-alasan mengapa naskah tersebut harus dibaca, kapan dan dimana akan dibaca, serta siapa yang membacany

Gambar.2.3 typograpy

(http://designspiration.net/AlvinKwan/)

2. Sintaktis Tipografi

Dalam ilmu bahasa dikenal istilah sintaktis, yang berarti penyusunan kata-kata dalam bentuk dan urutan yang tepat. Aturan dalam tata bahasa sudah dibakukan, seperti : huruf membentuk kata, kemudian kata membentuk kalimat yang terdiri dari komponen-komponen seperti subjek, predikat, objek. Sintaktis dalam tipografi memiliki pengertian sebagai sebuah proses penataan elemen-elemen visual kedalam kesatuan bentuk yang kohesif. Studi terhadap sintaktis tipografi dimulai dari elemen komposisi terkecil yaitu, huruf, kata, garis, kolom, dan margin.

2.3.3 Teori Warna

Warna mempunyai kekuatan dann karakter untuk menciptakan emosi, mengekspresikan kepribadian, serta memacu ingatan untuk memberikan


(31)

17

sensasi. (M. Whelan,1997). Menggunakan wana yang tepat dalam bidang desain grafis meerupakan sesuatu yang cukup rumit, hal ini disebabkan warna mempunyai konotasi yang berbeda disetiap kebuadayaan dan masyrakat yang berbeda. Dalam teori warna merupakan suatu panduan yang dapat dipergunakan untuk meciptakan keharmonisan dalam membuat kombinasi warna (Adam Morioka, 2006). Ide-ide dapat direpresentasikan pada diagram warna, segitiga warna, dan beberpa chart yang dapat membantu seorang desainer untuk dapat mengerti tentang interaksi warna, pemilihan dan kombinasi, serta efektifitas warna tersebut. Dalam warna ada beberapa macam warna dapat dibedakan menjadi (Menurut Albert H. Munsell, 1858) : 1. Additive Color : Adalah warna yang dihasilkan oleh cahaya, yaitu red, green,

dan blue

2. Subtractive Color : Adalah pikmen warna yaitu, yellow, magenta cyan Warna juga dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu terang, sedang, gelap dan sebagai pertimbangan dari daya lihat target audience, maka daya pantul cahaya dapat dinilai sebagai berikut :

Warna terang adalah warna yang disukai muda-mudi, yang dapat membuat produk menjadi lebih besar dan lebih dekat ke mata Warna keras/hangat seperti merah, orange, kuning, warna-warna ini dapat menjadi daya tarik dan dampak sangat besar, dan sangat tepat diaplikasikan pada media Warna lembut/dingin seperti hijau dan biru, warna ini sangat dinamis dan cocok untuk produk-proguk tertentu Warna tua, seperti coklat dan hitam, warna ini harus dikomposisikan dengan warna yang tingkat pantulnya tinggi derta jika disusun pada rak penjualan buku, latar belakang yang harus diletakkan adalah dengan warna yang lebih kontras.

Gambar 2.4 Lingkaran warna


(32)

18

Berikut adalah definisi dari masing-masing kelompok warna: a) Warna Primer

Disebut juga warna pokok karena tidak dapat dibentuk dari warna lain dan merupakan warna awal dari terbentuknya warna

lain. warna tersebut yaitu merah (magenta), kuning (yellow) dan biru (cyan). b) Warna Sekunder

Disebut juga warna kedua, merupakan warna yang terbentuk akibat campuran warna primer. Terdiri dari jingga/ nila, ungu/ violet dan hijau akibat campuran warna primer. Terdiri dari jingga/ nila, ungu/ violet dan hijau

Gambar 2.5 Warna Sekunder ( http://www.ideanusantara.co.cc/2008/11/ )

Warna dibagi dalam 3 kategori, yaitu terang (muda), sedang, gelap (tua), dan sebagai pertimbangan keterlihatan konsumen, maka daya pantul cahaya dapat dinilai sebagai berikut (Ebdi Sanyoto, 2005:20):

• Terang, nilai daya pantulnya 50% sampai 70%

• Sedang, nilai daya pantulnya 25% sampai 50%

• Gelap, nilai daya pantul 5% sampai 25%

Warna dengan daya pantul tinggi akan lebih terlihat dari jarak jauh dan direkomendasikan bagi sebagian besar kemasan, karena memiliki daya tarik dan dampak yang lebih besar ke konsumen. Selain warna yang telah disebutkan diatas, warna juga dibagi / dikategorikan menjadi warna keras (hangat), lembut (dingin), dan muda (pucat).


(33)

19

Warna kemasan Partea menggunakan sebagian besar warna – warna dengan daya pantul yang tinggi, yaitu agar kemasan tersebut mampu dilihat dari jarak jauh dan lebih menonjol dibandingkan dengan kemasan – kemasan lainnya.

Karakteristik Warna:

a) Warna terang (disukai oleh muda – mudi, membuat kemasan menjadi lebih besar dan lebih dekat ke mata, sehingga sangat disukai pada aplikasi pengemasan)

b) Warna keras / hangat (termasuk di dalamnya adalah warna merah, oranye, kuning, warna – warna ini memiliki daya tarik dan dampak yang sangat besar, terutama warna merah dan oranye, sehinggga sangat tepat diaplikasikan pada media yang menuntut perhatian lebih)

c) Warna lembut / dingin (termasuk di dalamnya adalah warna hijau dan biru, warna ini kurang dinamis bila dibandingkan dengan warna keras, namun cocok digunakan untuk produk – produk tertentu)

d) Warna muda / pucat (tampak ringan dan kurang berdaya bagi muda – mudi, jarang direkomendasikan untuk kemasan, kecuali untuk kondisi tertentu) e) Warna medium (sifatnya umum, dan sangat serasi bila dikomposisikan

dengan warna yang memiliki nilai pantul lebih tinggi)

f) Warna tua (memiliki nilai pantul paling rendah, dan harus dikomposisikan dengan warna yang nilai pantulnya tinggi, serta bila dipajang pada rak penjualan harus dengan latar belakang yang kontras dan penerangan yang cukup agar mudah terlihat).

Dalam buku mengenai Toraja Essay Photography ini, warna mood yang ingin ditampilkan lebih membawa mood aura tenang, bersih, dan simple yang dibalut dalam desain modern berkesan ekspresif. Dan di padukan dengan warna yang dominan di daerah toraja itu sendiri yang biasa mempunyai arti-arti tersendi, seperti Warna Merah, Kuning, dan Hitam (Ebdi Sanyoto, 2005 : 38-41).


(34)

20

1.Kunning

Asosiasi pada sinar matahari, bahkan pada matahari itu sendiri. Memiliki karakter terang, gembira, ramah, supel, riang, cerah. Kuning simbol dari kecerahan, kehidupan, kemenangan, kegembiraan, kemeriahan, kecermelangan. Jika kuning tua atau kehijauan maka mengasosiasikan sakit, penakut, iri, cemburu, bohong, luka. Jika kuning keemasan melambangkan keagungan, kemewahan, kejayaan, kemegahan, kemuliaan, kekuatan.

2.Merah

Asosiasi pada darah, dan juga api. Memiliki karakter yang kuat, enerjik, marah, bahaya, positif, agresif, merangsang, panas. Warna ini paling popular pada wanita. Jika merah sebagai api melambangkan keberanian, kekuatan, kemarahan. Jika merah sebagai darah berarti peperangan, kekejaman, sadisme. Jika merah berubah menajadi muda (rose) memiliki arti kesehatan, kebugaran, keharuman.

3.Hitam

Asosiasi pada kegelapan malam, kesengsaraan, bencana, perkabungan, kebodohan, misteri, ketiadaan, keputusasaan. Memiliki karakter menekan, tegas, dalam, “depressive”. Melambangkan kesedihan, kesedihan, malapetaka, kesuraman, kegelapan, bahkan kematian, terror, kejahatan, keburukan ilmu sihir, kesalahan, kekejaman, kedurjanaan, dll.

2.3.4 Teori Layout

Menurut kamus istilah advertising, definisi layout adalah penalataletakan, pengorganisasian atau strukturisasi dari berbagai unsur desain agar teratur dan tercipta hirarki yang baik guna mendapatkan dampak yang kuat dari yang melihat (Rustan Suryanto, 2011). Dalam buku Layout dan Penerapannya, prinsip-prinsip sebuah layout adalah :

Sequence/urutan

Kita membuat prioritas dan mengurutkan dari yang harus dibaca pertama kali sampai yang paling terkahir dibaca. Dengan adanya sequence akan membuat para pembaca secara otomatis mengurutkan pandangan matanya sesuai yang diinginkan.


(35)

21

Emphasis/penekanan

Dalam rangka menarik perhatian pembaca, setiap pesan dan layout harus memiliki daya tarik / penekanan yang tinggi agar audience dapat merespons lebih cepat

Balance/keseimbangan

Merupakan pembagian yang berat dan merata pada sebuah layout. Pembagian ini dimaksudkan agar menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen-elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang tepat.

Unity/kesatuan

Semua elemen harus saling berkaitan dan disusun secara tepat. Kesatuan disini juga mencakupselarasnya elemen-elemen yang terlihat secara fisik dan pesan yang ingin disampaikan pada konsepnya.

Gambar 2. 6 contoh layot (dgi-indonesia.com/wp-content/.../07

Danang, Koskow, Natalia, WorkshopLayout, 2 Juni 2009, UGM, Yogyakarta.)

Keterangan : Faktor disiplin konstanta sangat diperhatikan pada layout halaman jurnal Perempuan. Konstanta tersebut meliputi pembagian kolom,


(36)

22

ilustrasi pembuka tulisan, drop caps, penempatan headline dan subheadline, penempatan nama penulis, serta penempatan isi tulisan (body text) (Danang, Koskow dan Natalia_omline). Siapapun desainer yang melayout tak memiliki kesulitan dalam pelaksanaan layout karena rumus layout sudah baku. Disiplin layoutmenjadi salah satu cara dalam mempertahankan identitas penerbitan melalui gaya selingkung layout halaman.

Buku Toraja Etnofotografi ini juga akan mengacu kepada jenis layout seperti ini, karena mempermudah pembaca untuk menyimak isi dari buku dan memberikan keleluasaan pada mata pembaca. Grid yang rapih juga mempermudah alur pembacaan (Sequence).

2.3.5 Pengertian Fotografi

Fotografi (Photography, Yunani) berasal dari 2 kata yaitu Photos yang berarti cahaya dan Graphos yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya (Edi S.Mulyana, 2007:7). Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya

Sejarah fotografi Dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi (Andreas Preanger, The Comlite Photografer,Pahara Prize 1999). Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara terbalik lewat lubang tadi.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).


(37)

23

Dalam prosesnya fotografi menghasilkan sebuah foto yang di bentuk oleh dua unsur, yaitu objekfitas dan subjekfitas (Hendra Aditiya, 2011). Objekfitas di dalam foto di pandang sebagai reprentasi sempurna dan objeknya atau reprensinya realitas dari kehidupan sehari – hari. Subjektifitas sendiri merupakan bagai mana sebuah realitas dekontrusikan kembalikan di persentasikan dalam seni fotografi yang berupa foto (visual).

Gambar 2.7 lokalisasi 27 propinsi ( http://yuyungabdi.com)

Dimana halnya dalam karya foto karya Yuyung Abdi “Sex For Sale Potret Faktual Prostitusi 27 Kota di Indonesia” merupakan karya foto Objektifitas dimana pengambilan dalam sebuah foto ini diangkat dari karakter-karakter tempat protitusi. Keorijinalan foto ini diangkat dari kisah nyata dalam satu habitat masyarakat yang mempunyai perbedaan sosial. Di balik perbedaan ini mungkin kita bisa mendefinisikan bahwa semuanya pasti ada nilai positif dari perbedaan yang ada.

Sebuah Foto akan terlihat baik apabila foto tersebut dapat mengungkapkan atau menceritakan banyak hal kepada audience tentang sesuatu yang ada dalam foto tersebut. Berdasarkan istilah dituliskan bahwa pencahayaan alami maupun buatan bisa memberikan efek yang bervariasi


(38)

24

(Dini Yozardi, Itta Wijono, 2003). Hal ini bergantung pada arah datangnya sumber cahaya sehingga memberikan kesan yang berbeda – beda. Cahaya samping dapat mebuat foto menjadi berdimensi dan dramatis. Efek cahaya dari belakang menginformasikan mengenai bentuk objek atau yang kita kenal dengan nama siluet. Foto siluet mengesankan efek dramatis.

Dalam sebuah artikel di, Rahmat Wahyudi mengatakan ada 4 kunci rahasia membuat foto terlihat eye-catching, yaitu:

1. Kesederhanaan : Kesederhanaan dalam seni juga dikenal dengan sebutan

visual economy , yakni mengeliminasi semua elemen atau detail yang tidak perlu yang tidak ada kontribusinya pada semangat komposisi secara keseluruhan.

Kesederhanaan dapat dicapai dengan beberapa cara:

a) kurangilah jumlah dan tipe objek yang akan dibidik

b) memotret lebih dekat pada subjek, atau zooming bila lensanya bisa di-zoom

c) anda bisa juga menghilangkan elemen-elemen yang tidak perlu melalui jalur photoshop

2. Warna

Untuk menciptakan dampak pada foto adalah dengan mencari corak warna yang menonjol. Merahnya bunga, birunya langit, kuningnya senja, atau hijaunya dedaunan. Sekali lagi, kesederhanaan adalah kunci, cobalah untuk mengurangi jumlah dan tipe warna dalam bidikan agar lebih memberikan dampak. Secara umum, sebuah foto sebaiknya hanya memiliki satu subjek utama dan satu warna utama. Konsentrasikan hanya pada satu dari tiga warna primer: merah, biru atau kuning. Tiga warna dominan ini sangat baik diseimbangkan dengan warna-warna

Disebut juga warna kedua, merupakan warna yang terbentuk akibat campuran warna primer. Terdiri dari jingga/ nila, ungu/

a). violet dan hijau : komplemennya, yaitu: merah dengan hijau, biru dengan oranye, dan kuning dengan ungu.

Ada beberapa cara untuk menonjolkan warna, pertama adalah dengan menggunakan filter polarizer. Cara yang kedua dengan membatasi range


(39)

25

gelap ke terang. Singkirkan area yang terlalu gelap atau terlalu terang dibandingkan dengan subjek utama. Cara ketiga dengan menggunakan slide film Velvia. Cara keempat pilih waktu terbaik sesuai dengan maksud foto anda.

3. Cahaya : Pencahayaan yang baik seringkali menjadi kunci foto-foto juara. Penggunaan cahaya siang hari secara efektif dapat juga memperbaiki foto anda. Untuk mencapai foto seindah di National Geographic, fotolah ketika cahaya berwarna keemasan muncul sesudah matahari terbit dan sebelum matahari terbenamsering disebut magic hours di kalanganfotografer.

4. Komposisi : merupakan salah satu tekhnel peletakan atau komposisi pengambilan gambar dalm satu freme. Dan banyak macam dari komposisi. 2.3.5 Komposisi

1. Komposisi

Dalam etnofotografi foto ini saya juga akan menggunakan jenis komposisi

the golden section dalam penkomposisian foto yang akan digunakan di publikasikan. Di bidang seni grafis, proporsi golden section menjadi dasar pembuatan ukuran kertas dan prinsip tersebut dapat digunakan untuk menyusun keseimbangan sebuah desain.

Proporsi agung sudah ditemukan sejak jaman kuno untuk menghadirkan proporsi yang sangat sempurna dan indah.Membagi sebuah garis dengan perbandingan mendekati rasio 8 : 13 berarti bahwa jika garis yang lebih panjang dibagi dengan garis yang lebih pendek hasilnya akan sama dengan pembagian panjang garis utuh sebelum dipotong dengan garis yang lebih panjang tadi.

Proporsi golden section juga dikenal dalam istilah deret bilangan

fibonacci yaitu deret bilangan yang setiap bilangannya adalah hasil jumlah dari dua bilangan sebelumnya dan di mulai dari nol. Deret bilangan ini memiliki rasio 8 : 13 yaitu rasio proporsi agung. Bilangan ini sering dipakai dalam pengukuran bangunan, arsitektur, karya seni, huruf hingga layout sebuah halaman karena proporsinya yang harmonis. 0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55 89 144 233 377.Sebuah obyek yang mempunyai proporsi golden section


(40)

26

Ujung daun pakis dan spiral dalam rumah keong adalah contoh yang paling popular

Gambar 2.8 Teknik Dasar-Komposisi-dalam-Fotografi-1 ( Data pribadi materi Aditiya S.Sos. 04/06/10)

1) Garis dan bentuk Garis

• vertikal pada umumnyamenampilkan unsur kuat dandinamis,

kombinasikan dengangaris-garis horizontal untuk menciptakan foto yang baik. Pada format lanskap kita dapat menjadikan garis-garis vertikal seakan-akan mendobrak keluar gambar. Pada format portrait kita akan mendapatkan kesan tinggi dan kuat.

• Garis diagonal merupakan garis yang sangat menarik secara visual, dalam frame garis-garis ini sangat menyedot perhatian dan seringkali menjadi pusat perhatian.


(41)

27

Gambar 2.9 Teknik Dasar-Komposisi-dalam-Fotografi-1 ( Data pribadi materi Aditiya S.Sos 04/06/10)

2) Rule of Third

a) Dalam fotografi tidak ada larangan menempatkan subyek foto di bagian tengah frame. Tetapi, pada dasarnya kita dapat membuat komposisi yang lebih menarik, dan optimal dengan tidak menempatkan subyek di tengah frame sehingga akan menarik mata menjelajahi foto anda. Meletakkan subyek di tengah akan memusatkan perhatian di tengah gambar sehingga foto tampak datar, kecuali penempatannya dimaksudkan untuk menciptakan representasi dari realitas


(42)

28

Gambar 2.10 Teknik Dasar-Komposisi-dalam-Fotografi-1 ( Data pribadi Aditiya S.Sos 04/06/10)

3) Break The Rule

a) Tidak semua hasil jepretan harus disesuaikan dengan rumus pertigaan, kadang-kadang kita perlu keluar dari rumus ini agar menghasilkan karya yang berbeda.

b) Bahkan terkadang kita menemui kondisi dimana tidak ada pilihan

Gambar 2.11 Teknik Dasar-Komposisi-dalam-Fotografi-1 ( Data pribadi Aditiya S.Sos 04/06/10)

4) CAPTION

Caption merupakan jembatan untuk menginformasikan ide fotografer kepada pembaca (penikmat foto), selain itu juga untuk mendapatkan keseimbangan atara tulisan dan gambar . Secara umum gunakanlah metode 5 W (Who, What, Where, When, Why)


(43)

29

Beberapa metode penulisan Caption secara spesifik (Hendra Aditiya S.Sos. .2011):

1. Pelajari fotonya, adakah detail untuk pembaca yang sambil lalu dan sekilas luput.

2. Jangan menjelaskan yang sudah terlihat di gambar, seperti seorang perempuan tersenyum.

3. Jelaskan semua hal yang bagi pembaca, ketika pertama kali melihat akan salah menginterpretasikan, misalnya ada dua orang subyek yang berpelukan atau sedang gulat.

4. Gunakan kalimat sekarang (present tense) bukan lampau

5. Gunakan kalimat lampau (past tense) ketika memberikan tambahan penjelasan yang tidak diperlihatkan secara action di foto.

6. Jangan mencampur aduk kalimat past dan present dalam satu kalimat.

7. Jangan menggunakan kata-kata yang nggak perlu, seperti “tampak di sini seorang ibu menyeberangi bambu di Sungai Opak…”

8. Sampaikan kepada pembaca “apa” foto tersebut. Jangan ragu-ragu menulis binatang itu anjing, bukan tampaknya seperti anjing.

9. Buatlah caption untuk foto spot news berdasar pada fakta. Kecuali untuk foto feature, penambahan kata-kata sebagai bumbu kadang diperlukan untuk menggiring pembaca agar lebih tertarik

10.Untuk penulisan caption single foto, jawablah pertanyaan dasar yang kemungkinan muncul pada benak pembaca. Masukkan kata menjelaskan peristiwa untuk kalimat pertama, dan background berita untuk kalimat kedua 11.Apabila sebuah foto itu mengiringi sebuah cerita, buatlah satu baris untuk

mengidentifikasikan peristiwa yang ada di situ. Jangan pernah mengulang informasi apapun yang sudah terkandung dalam tulisan.

12.Di dalam foto yang peristiwanya sangat jelas, jangan menuliskan peristiwa tersebut. Seperti misalnya orang bersalaman, sebaiknya nggak usah disebutkan salamannya tetapi tuliskan saja nama dari dua orang itu.

2.3.6 Semiotika

Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dan segala hal yang berhubungan dengan tanda. Kata ‘semiotik” sendiri


(44)

30

berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” atau seme, yang berarti penafsir” tanda (Budiman,kris. 2007). Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Indeks adalah tanda yang menunjukanadanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atauhubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tandanya api.

1. Semiotika menurut Carles S.Pierce

Pierce mengemukakan bahwa semiosis merupakan “tripple conection of sign, signified, cognition produced in the mind”. Pada halaman yang sama Nöth mengutip lagi Pierce, ‘nothing is a sign unless it is interpreted as a sign” (Budiman,kris. 2007 : 4).Kata sign memang berarti tanda, tetapi yang dimaksud adalah representamen. Namun, sebenarnya yang menjadi fokus dalam kajian semiotik adalah semiosis itulah dan bukan sekadar tanda. Sebenarnya, seluruh proses semiosis adalah proses kognisi karena semiosis terjadi hanya jika ada proses kognisi itu

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.

Gambar 2.12 Diagram segitiga tanda

(http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19)

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh

panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk


(45)

31

terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek Pierce T. Christommy, 2004: 127.

Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

Contoh: Saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira muncul di film Coklat Strowberi dengan akting dan penampilan fisiknya yang memikat, para penonton bisa saja memaknainya sebagai icon wanita muda cantik dan menggairahkan.

Gambar 2.13 contoh teori Pierce

(http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19)

Proses semiosis sebenarnya tidak ada hentinya. Demikian pula proseskognisi, yaitu interpretasi, pada dasarnya dapat berjalan terus selama sebuah tanda yang ditangkap dan diperhatikan.


(46)

32

2.3.7 Strategi Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertaruhkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Philip Kolter, 2002). Agar buku dapat menjadi lebih optimal pemasaran berdasarkan pemikiran strategis yang dituangkan ke dalam rencana menyeluruh dengan memperhatikan variabel – variabel pemasaran yang membentuk bauran pemasaran, dan menggambarkan semua aktivitas pemasaran yang akan dilakukan, ditentukan berdasarkan ukuran waktu tertentu, seperti proyeksi produksi, harga, target, promosi, penjualan, dan anggaran pengeluaran untuk membiayai aktivitas pemasaran guna mencapai sasaran dan tujuan pemasaran yang diinginkan.

Proses pemasaran yang berhasil dari serangkayan langkah yang berkesinambungan terdiri dari segmentasi, targeting dan positioning (Philip Kolter, 2002). Kesimpulan kesimpulan peneliti untuk menerbitkan Buku

Etnofotografi of To Rija di butuhkan beberapa cara untuk sampai ke konsumen.

Segmentasi pasar merupakan konsep yang sangat penting dalam pemasaran, definisi dari segmentasi memiliki kebutuhan yang sama dan memberikan respons yang sama terhadap suatu tindakan pemasaran (Morissan, 2010:57). Oleh karena itu dipilih segmentasiyang memiliki ciri-ciri yang sama dan cocok dengan karakter buku Etnofotografi of To Rija dengan selera konsumen yang suka akan ilmu Fotografi.

Brend adalah sebuah nama istilah, tanda, simbol atau desain, atau sebuah kombinasi diantaranya, yang bertujuanuntuk meidentifikasikan sebuah barang atau atau jasa yang di hasilkan oleh produsen dan berfungsi sebagai pembela dari kometitornya. (Kolter,P., Kolter L.K. 2006). Brend

atau merek mempresantasikan presepsi dan perasaan konsumen terhadap sebuah produk dan kinerja kerja dari produk srta apa saja yang berarti bagi konsumen. Merek yang ada dalam pikiran konsumen dan nilai sebenarnya dari merek yang kuat adalah kemampuan untuk menangkap keinginan dan sesetiaan dari konsumen (Kolter. Dan Amstrong.G., 2006)


(47)

33

Dalam dunia bisnis, brending lebih efektif, kuat dan berkelanjutan dari pada penjualna dan pemasaran dan cara yang efektif untuk menghilangkan pesaing, dengan menciptakan identitas brand yang mengingatkan presepsi dan perasaan tertentu dengan identitas. Perkembangan di duni bisnis bukan hanya lagi yang di kenal dengan bred bisnis, tetapi saat ini disebut personal brend. Sukses personal brend memerlukan proses secara efektif dan mengendalikan dan mempengaruhi bagai mana orang lain memandang kita dan memikirkan kita terhadap apa yang di pasarkan maupun di pamerkan.

Memiliki personal brending yang kuat tampaknya menjadi aset bagi kita. Hal ini menjadi dangat penting dan merupakan kunci sukses

2.4 Teknik Etnofotografi

2.4.1 Sejarah Fotografi

Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara terbalik lewat lubang tadi (Edi S.Mulyana, 2007:7). Disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi Selang beberapa abad kemu (Alma Davenport, 1991). Bahkan pada abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba menjabarkan fenomena pinhole tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu memperkenalkannya kepada kyalayak ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk menangkap bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun dibuat terperangah.

Dengan seiringnya jaman kita di mudahkan karena ada tekhnologi yang sangat pesat di mana kita bisa merasakan kamera yang sangat mudah untuk di gunakan.

1. Etnofotografi

Etnofotografi adalah sebuah kajian dalam antropologi dan dunia fotografi yang menekankan pada sisi keluarbiasaan dari hal-hal yang bersifat konvensional (etnofotografiub.wordpress.com/2012/09/09/). Etnofotografi


(48)

34

tidak melihat sebuah foto dari hasil asal jepret, namun merupakan suatu metode penggalian data yang mendalam dalam kurun waktu tertentu sebagai pelengkap dari data lapangan yang umumnya berupa wawancara dan observasi.

Pendekatan dengan subyek foto yang berkesinambungan dan kepekaan dalam melakukan pengamatan yang menjadi kunci berhasil tidaknya karya etnofotografi. Bicara soal etnofotografi sebetulnya bicara soal sudut pandang. Melihat karya fotografi sama halnya dengan menyaksikan pengalaman melihat si fotografer. Khusus pada kasus etnofotografi, yang terjadi lebih dari sekedar itu. Melalui karya etnofotografi kita diajak menyaksikan pengalaman melihat dari si subyek foto. Etnofotografi adalah suatu pendekatan ini mencoba menggabungkan relevansi antara etnografi dan fotografi dalam melakukan studi Antropologi.

Etnografi adalah berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphein yang berarti tulisan atau uraian. Jadi berdasarkan asal katanya, etnografi berarti tulisan tentang/ mengenai bangsa. Namun pengertian tentang etnografi tidak hanya sampai sebatas itu (Burhan Bungin 2008:220) mengatakan etnografi merupakan embrio dari antropologi. Artinya etnografi lahir dari antropologi di mana jika kita berbicara etnografi maka kita tidak lepas dari antropologi setidaknya kita sudah mempelajari dasar dari antropologi. Etnografi merupakan ciri khas antropologi artinya etnografi merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi (Marzali 2005:42).

Etnofotografi adalah suatu pendekatan ini mencoba menggabungkan relevansi antara etnografi dan fotografi dalam melakukan studi Antropologi

(Burhan Bungin 2008:220). Kajian etnofotografi menitikberatkan pada studi makna budaya yang terekam dalam foto. Foto memiliki kemampuan merekam realitas secara tepat, sehingga citra foto yang terekam melalui kamera mampu menyajikan aneka ragam informasi. Anggapan tentang satu gambar berbicara seribu bahasa atau foto itu berbicara sendiri, akan membuat kita salah langkah dalam memperlakukan sebuah foto. Seolah-olah dengan


(49)

35

kita memotret dan melihat foto otomatis kita mendapat seribu informasi dan fakta tanpa harus ada penafsiran.

Biasanya buku atau majalah menyadari yang kadang-kadang pembaca jenuh dengan tulisan (Alma Davenport “The History of Photography”., 1991) Elemen Foto etnofotografi :

1. Establishing Shot: Biasanya dipakai sebagai pembuka cerita, sehingga perlu gambar yang eye catching (menghentak), bisa Landscape, atau moment lain. Pembaca biasanya akan penasaran ketika melihat foto tersebut sehingga tergiring untuk melihat foto yang lain.

2. Relationships : Dua subyek dalam satu bingkai yang saling berhubungan, berhubungan bisa negatif atau positif. Relationship bisa juga antara manuasia dengan alam, maupun budaya sekelilingnya.

3. Man at work : terlihat di dalam foto usaha yang keras untuk tujuan sesuatu, dengan kesulitan dan resiko dalam pekerjaannya

4. Portrait : Foto Subyek dengan frame medium, yang nantinya diharapkan menggambarkan ekspresi subyek, marah, bahagia, sedih dan sebgainya

5. Close up and Detail : Foto close up dari subyek, bisa mata, tangan, atau sisi lain dari pekerjaannya. Foto ini bisa menjadi symbol pekerjaannya

Tidak sembarang foto bisa menjadi data yang bisa merepresentasikan kenyataan. Foto-foto dalam karya etnofotografi haruslah memunculkan ikon- ikon atas peristiwa penting yang dilakukan oleh manusia. Supaya foto bisa menjadi data, suatu peristiwa dan konteks dari peristiwa tersebut harus bisa kita rekam dalam satu bingkai sehingga ketika foto tersebut dibaca oleh orang lain, orang tersebut tidak kehilangan konteks dan dia bisa menangkap ke arah mana foto tersebut berbicara. Sebuah foto dalam penelitian etnofotografi berfungsi seperti rangkaian paragraph yang mendeskripsikan suatu topik dengan kuat.

• Contoh karya etnofotografi dalam Film Jungle People Of The Trees dan Deserts – Life in the Furnace, sebagai berikut


(50)

36

Gambar 2.13etnografi

(http://travel.nationalgeographic.com)

Perbedaan Lingkungan dan Implikasinya Terhadap Masyarakat dalam Film Jungle People Of The Trees dan Deserts – Life in the Furnace Oleh Achmad Migy Pratama Wicaksono. Dalam kedua film ini “Jungle People Of The Trees dan Deserts – Life in the Furnace” diperlihatkan dua linkungan yang berbeda, juga iklim yang berbeda pula. Dalam film Jungle People Of The Trees di perlihatkan lingkungan hutan yang dipenuhi berbagai SDA (Sumber Daya Alam) yang sangat melimpah, seperti hewan, tumbuhan dan yang lain sebagainya. Disana dapat kita lihat bagaimana orang di dalam hutan harus bisa survive menghdapi kerasnya alam hutan.

Gambar 2.14 Ethiopian Boy (http://travel.nationalgeographic.com)

“Most rural Ethiopians are farmers and herders. But in the past few decades, deforestation, drought, and soil degradation have


(51)

37

caused crop failures and famine. Millions have faced starvation. Here a young herder outside the Ethiopian capital, Addis Ababa, seeks shade in a tree while his cattle graze nearby”.” Etiopia Kebanyakan pedesaan adalah petani dan penggembala. Namun dalam beberapa dekade terakhir, deforestasi, kekeringan, dan degradasi tanah telah menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan. Jutaan orang menghadapi kelaparan. Berikut gembala muda di luar ibukota Ethiopia, Addis Ababa, mencari naungan di pohon sementara ternaknya merumput di dekatnya”.

Etnofotografi merupakan salah satu dari kajian Budaya Visual yang khusus mempelajari foto sebagai bukti sejarah, memori sosial ataupun realita yang tersurat melalui foto. Etnofotografi bukanlah ilmu untuk mengambil foto, melainkan analisis foto, bagaimana tujuan dan maksud dari foto yang dihasilkan. Termasuk aplikasi foto terhadap pihak yang lain (Persepsi dan apreasiasi) "WHAT YOU SEE IS WHAT YOU GET" (Erwin Polofsky)( http://ethno-fotografi.blogspot.com/).


(52)

38

2.5 Studi Eksisting 2.5.1 Studi Karya

2.5.2 Buku kebudayaan toraja

Gambar2.15. Analisis buku toraja (Sumber data pribadi)

Buku kebudayaan Toraja karya Frans Barruallo merupakan buku studi Eksistig yang merupakan buku ini sebagai panduan dan banding agar bisa memberikan penilayan terhadap kelelenihan dan kekurangan agar selanjutnya bisa di perbahurui atau bisa menjadikan referensi bagi pengarang-pengarang buku yang lainnya.


(53)

39

Buku Budaya toraja terdiri dari 286 lembar atau isi dalam buku ini. Buku kebudayaan toraja memberikan wawasan tentang kebudayaan toraja itu sendiri, namu dalam buku ini masih ada kekurangan diman adari segi Lay out maupun isinya. Isi berupa foto-foto yang ada di dalam buku ini kurang menarik, buku sebagai media informasi sudah sangat umum, buku dengan topik tertentu yang memberikan sebuah informasi tentang peristiwa penting seperti sejarah ataupun suatu budaya yang valuable (berharga) untuk diketahui oleh masyarakat.

Serta fungsi sebagai buku untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama disisi tidak berwarna dan kurang untuk di nikmati. Serta adaya tinjawean masala ini peneliti mencoba untuk membenahi dari segi kekurangan dan bisa menjadikan buku yang lebih baik dan bermaanfaat.

Kekuatan / Strenght :

1. Buku ini memberikan info nyata kehidupan dari suku toraja 2. Data isi buku ini benar kumplit

3. Pengarang dari buku ini merupakan anak asli toraja

4. Tujuan dari buku budaya toraja ini benar umtuk mempertahankan budaya nenek moyang

Kelemahan / Weakness

1. Kurang memaksimalkan latar atau Background pada beberapa halaman 2. Belom bisa memaksimalkan hasil dari gambar “foto”


(54)

40

2.5.3 National Geographic

Gambar 2.16 Cofer dan isi buku National Geografik

Buku National Geographic, Traveker 50 Tours edisi Mey 2012. Merupakan majalah yang mempunya kelebihan di media Fotografi, Sapa yang tidak mengenal National Geographic merupakan majalah faporit bagi penikmat fotografi disamping dari isinya yang bisa memberikan kesan imajinasih. Di dalam majalah yang terdiri 128 halaman ini memberikan dari berbagai tempat di dunia salah satunya dalam majalah ini memberikan edisi-edisi khusus untuk tempat-tempat tertentu. Berkaitan dengan majalah ini yang sangat global dan kurang fokus untuk meeksplor satu tempat. Maka keunggulan dari seni fotografi di dalam majalah National Geographic memberikan ilmu dan wawasan fotografi bagi peneliti.

Kekuatan / Strenght :


(55)

41

2. Tema dan desain halaman ini cukup menarik 3. Info yang di berikan sangat akurat

4. Lay out setiap halaman berpareasi Kelemahan / Weakness

1. Materi yang di berikan blom terfokus dalam satu tujuan 2. Info dari budaya kurang mendetail

3. Blom ada edisi khusus mengenai budaya toraja 2.6 Data Komperator

2.6.1 Buku Kebudayaan Toraja

Pengarang : Frans Barruallo, Dr.,Drs.,MM Penerbit : Universitas Atmajaya, Jogja Bahasa : Indonesia

Sampul : Soft Cover

Ukuran: : 15x23 cm, berat 0.20 kg, 286 halaman

1. Analisa SWOT buku budaya Toraja a) Streng

Buku yang berisi tentang kebudayaan ini sangat berguna untuk mengetahui lebih jauh akan kebudayaan Toraja. Isi buku ini banyak memberikan kesan wawasan akan budaya daerah toraja yang memberikan kesan penasaran bagi Pembaca.

b) Weknes

Visual Cover ini memberikan kesan serasi dengan ilustrasi dari isi buku ini. Kesan ilustrasi yang di berikan cukup menarik karena di dukung dari bobot isi materi buku.

c) Opportunity

Animo dari masyarakat ini cukup menarik perhatian mungkin bisa di jadikan reteratur atau buku koleksi bagi penikmat buku Budaya. Disamping itu Buku yang bertemakan tentang budaya Toraja masih jarang di temui.


(56)

42

d) Thret

Kurangnya rasa kepedulian terhadap Budaya daerah yang semakin lama semakin luntur.

2.6.2 Data Kompetitor

Buku National Geographic

Judul : Traveler 50 tours Penerbit : National Geographic Bahasa : Indonesia dan inggris Sampul : Soft Cover

Ukuran : 21 x 27 cm, berat 0.10 kg, 128halaman

1. Analisa SWOT Buku National Geographic a) Streng

Buku yang berisi tentang National Geographic merupakan buku yang memberikan wawasan dengan agenda wisata di Indonesia maupun luar negri. Isi buku ini banyak memberikan kesan wawasan akan budaya nasional dengan fotografi yang mempesona.

b) Weknes

Visual Cover ini memberikan kesan serasi dengan ilustrasi dari isi buku ini. Kesan ilustrasi yang di berikan cukup menarik karena di dukung seni fotografi.

c) Opportunity

Animo dari masyarakat ini cukup menarik perhatian mungkin bisa di jadikan reteratur atau buku koleksi bagi penikmat buku National Geographic. Disamping itu Buku yang bertemakan tentang budaya nasional maupun internasional sangat berpengaruh dari gaya fotografi. d) Thret


(57)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Judul dan Sub Judul 3.1.1. Definisi Judul

Dalam perancangan ini judul yang diangkat adalah Perancangan buku

Visual fotografi tanah toraja untuk mengenalkan kebudayaan tanah toraja denagan judul “Etnofotografi of To Riaja” sebagai media informasi yang Mengenalkan Kebudayaan Daerah di Toraja. Aspek–aspek yang ditelusuri adalah media yang dapat menjadi wacana dan pengetahuan bagi masyarakat akan budaya bangsa yang terlupakan sehingga dapat menjadi upaya pengenalan dan pelestarian budaya.

Media yang terpilih adalah media buku visual fotografi yang merupakan kombinasi antara komunikasi dengan menggunakan etnofotografi, karena buku adalah salah satu media yang lebih mudah diserap dan diterima oleh masyarakat. Seperti etnofotografi adalah visual gambar yang di kelompokan dengan tulisan pendukung untuk menceritakan suatu cerita budaya, kesenian budaya yang biasanya dipublikasikan dalam bentuk buku atau fitur dari majalah dan surat kabar. Diharapkan dengan adanya pendekatan melalui media buku etnofotografi ini dapat menjadi media alternatif untuk melestarikan budaya Indonesia.

3.1.2. Definisi Buku Etnofotografi

Buku profil dalam bentuk etnofotografi adalah buku berisi tentang kebudayaan, seni tarian, kebiasaan masyarakat, acara-acara adat di Tanah Toraja dan masih banyak lagi, dimana disertai rangkaian foto-foto yang dikemas sedemikian rupa untuk memberikan informasi bagi orang yang membacanya. Dengan semakin banyaknya penerbit-penerbit baru, maka jumlah buku yang di produksi pun makin banyak juga. Dalam hal ini, maka desain untuk menarik minat para konsumen/pembeli pun sangat penting, pada awalnya para konsumen pasti akan tertuju pada bentuk promosi, cover dan


(1)

98 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Indonesia lahir dari berbagai ragam suku daeah, lebih dari 100 suku bangsa tersebar di negri Indonesia. Keaneka ragaman bahasa budaya menjadikan warna Indonesia semakin kaya akan hasil daerah lokal. Bangga kita sebagai generasi penerus lahir di Indonesia yang mempunyai keanekaragaman suku dan budaya.

Beberapa suku yang ada di Indonesia Pulau Sumatra, ada suku aceh, batak, gayo, komering, mentawai, dan masih banyak lagi. Pulau jawa ada beberapa suku jawa, badui, betawi, tengger, sunda, dan lain-lain. Pulau Kalimantan terdiri dari suku dayak, Pontianak, limbai, bawa , kutai, tunjung, bakang dan lain-lain. Pulau Sulawesi memiliki suku budaya Suku gorontalo, sangir, minahasa, bajau, makasar, toraja dan banyak lainnya masih banyak suku budaya yang adi di pulau-pulau besar yang ada di Indonesia.

Beraneka ragam suku budaya yang memiliki perbedaan bahasa rumah adat kerajinan bahkan dari fisiknyapun berbeda. Keragaman suku budaya ini harus di lestarikan. Bebean penerus bangsa semakin berat adalah gimana cara memerangi era globalisasi ini untuk memper tahankan tradisi tradisonal yang di anggap tidak jamannya lagi. Sudah saatnya kita sebagai warga negara Indonesia turut melestarikan kebudayaan indonesia yang ada.

Kebudayaan Indonesia semakin terkikis, masyarakat indonesia semakin terpengaruh dengan adanya perkembangan moderenisasi dari sisi tekhnologi serta budaya asing yang mempengaruhi kebudayaan sendiri. Memang perkembangan zaman dapat mengubah segalanya bahkan dari budaya yang sudah lama di pertahankanpun ikut terkikis. Akan tetapi, perubahan tersebut harus di barengi dengan norma-norma dan kebudayaan yang berlaku di negri atau lingkunangn.

Kebudayaan bisa di defenisikan secara sederhana ialah penanda satu bangsa (nasion) sekaligus suatu masyarakat yang membedakan dari masyarakat lain\ (Edi Sedyawati. 2008). Sebagai masyarakat berbangsa dan bernegara


(2)

99 seharusnya turut mendukung adanya pelestarian dan perlindungan budaya daerah untuk memberikan pengetahuan tentang budaya.

Untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang kebudayaan toraja, media yang digunakan berupa buku sebagai media informasi serta berupa

etnofotografi dan bahasa tulis sebagai cara menyampaikan informasi kepada

para pembaca, maka tidak heran banyak media cetak maupun media online yang menampilkan etnofotografi sebagai pendukung fotografi budaya. Dalam proses penyampaian informasi pada masyarakat, media cetak maupun media online yang membuat jenuh para pembacanya karena terlalu banyak tulisan tanpa dukungungan sebuah informasi yang berbentuk visual yang bisa di cerna dengan baik.

6.2 Saran

Perancangan buku ini ditujukan kepada masyarakat umum, yang diharapkan melalui perancangan buku tersebut dapat ditanamkan nilai-nilai yang dapat menambah sebuah informasi melalui sebuah ilmu pengetahuan untuk mengenal sejarah kebudayaan Toraja sebagai salah satu budaya yang ada di Indonesia. Diharapkan, melalui cara tersebut akan timbul rasa memiliki di dalam diri masyarakat terhadap budaya, serta wawasan tentang tradisi daerah.

Bentuk dari aplikasi perancangan buku berbentuk Buku Fotografi yang bermanfaat bagi masyarakat. Pada dasarnya referensi buku berisi tentang budaya jarang kita jumpai secara detail, baik secara visual foto dan bahasa tulis. Perancangan buku ini bertujuan untuk memberi informasi melalui ilmu


(3)

(4)

101 Daftar Pustaka

Ardjaka. Sugiyono, Drs. M.Sc. 2004 “Mctodologi Desain Hagian I”. Malang: Universitas Negeri Malang.

Bararuallo.Dr Frans,Drs,.MM, 2010 “Kebudayaan Toraja” penerbit Universitas Atmajaya,

Budiman, kris. Simiotika Visual 2007

Edi Sedyawati, 2008.” Keindonesiaan dalam Budaya”.

Hendra Aditiya S.Sos. .2011 Representasi Jurnal Tugas Akhir Kehidupan Sosial Protitusi dalam Karya foto Hitam Putih

Koubi Jeannie. 1982. “Rambu Solo” . Edition du CNRS, Paris

Kusrianto, Andi, 2007 Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta Morissan,M.A ,2010 Komunikasi Pemasaran terpadu.Prenada Media Grup

Prof. Dr. Koentjaraningrat, 2011 pengantar “antarpologi I”, penerbit Renekacipta Suratman,SH.M.hum. Drs. MBM munir, MH. Umi Salamah, S.Pd.

Intimedia(Kelompok In-Trans Publising) ,2010

Rustan, Surianto, Ssn, , Layout – Dasar & Penerapannya, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2009

Yusuf LN, Syamsu, H., Dr., M.pd. 2006. “Psikologi perkembangan anak dan


(5)

102 www.mail-archive.com/forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com

Forum-Pembaca KOMPAS] Catatan terbuka untuk ARBAIN RAMBEY/KOMPAS: Photo Story di dalam Jurnalisme Kita

digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate, Putra, Sadewa Ragil Oxford Advanced Learnerss Dictionary. 2000

Atyaariyono.wordpress.com

Aryanto Wijaya, 2012, Kompasiana.com Perkembangan Kebudayaan dalam Wacana Sejarah” , Haraian Umum Pelita , 2007

Yulianto Sumalyo, Arsitektur Modern, GAMA-PRESS, Yogyakarta. 1997

www. media.kompasiana.com/buku/2012/11/16/menulis-buku-fiksi-atau-non-fiksi. Menurut Albert H. Munsell,etherealroutes.blogspot.com/2012/11/


(6)

103 Lampiran