Pecinan Studi masyarakat Tionghoa

19 tersebut dapat dilihat dari bentuk bangunan dan masih juga terdapat tempat- tempat ibadah yang masih dipergunakan sampai saat ini.

2.1.10 Pecinan

Kata pecinan berasal dari bahasa Jawa yang berarti suatu wilayah tempat tinggal yang dihuni oleh masyarakat Tionghoa atau warga keturunan Cina pecinan.net , 250413. Selain sebagai tempat singgah atau tempat tinggal, kawasan pecinan biasanya juga digunakan sebagai area kawasan bisnis dan perdagangan. Hampir di setiap kota besar memiliki kawasan pecinan, karena tidak dipungkiri bahwa daerah tersebut ikut membantu roda perekonomian daerah di sekitarnya. Pecinan di Surabaya sendiri terletak di kawasan Kembang Jepun Kya- kya, Kapasan, jalan Tembakan. Di daerah tersebut selain digunakan sebagai tempat tinggal juga digunakan sebagai kawasan perdagangan, mulai dari pakaian, obat-obatan, jajanan, hingga kebutuhan sehari-hari lainnya. Beberapa ciri-ciri kawasan pecinan di suatu kota dapat dilihat dari karakterisitik bangunannya. Ciri- ciri bangunannya adalah sebagai berikut :  Courtyard Ruang terbuka pada rumah warga Tionghoa. Ruang terbuka ini sifatnya lebih privat dan umumnya digabung dengan kebuntaman. Rumah-rumah warga Tionghoa di Indonesia yang ada di daerah Pecinan jarang mempunyai courtyard. Bereapa rumah masih menggunakan courtyard sebagai alat untuk memasukkan cahaya alami siang hari atau untuk ventilasi saja. Courtyard pada arsitektur Tionghoa di Indonesia biasanya diganti dengan teras-teras yang cukup lebar.  Penekanan pada bentuk atap bangunannya yang khas Diantara semua bentuk atap, hanya ada beberapa yang paling banyak di pakai di Indonesia. Diantaranya jenis atap pelana dengan ujung yang melengkung ke atas yang disebut sebagai model Ngang Shan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 20 Gambar 2.5 : Atap bangunan kawasan pecinan Sumber : http:www.pecinan.net, 25 April 2013  Elemen struktural yang terbuka Keahlian orang Tionghoa terhadap kerajinan ragam hias dan konstruksi kayu, tidak perlu diragukan lagi. Ukiran serta konstruksi kayu sebagai bagian dari struktur bangunan pada arsitektur Tionghoa, dapat dilihat sebagai ciri khas pada bangunan Tionghoa. Detail-detail konstruktif seperti penyangga atap tou kung, atau pertemuan antara kolom dan balok, bahkan rangka atapnya dibuat sedemikian indah, sehingga tidak perlu ditutupi. Bahkan rangka ini diperlihatkan polos, sebagai bagian dari keahlian pertukangan kayu yang piawai.  Penggunaan warna yang khas Warna pada arsitektur Tionghoa mempunyai makna simbolik. Warna tertentu pada umumnya diberikan pada elemen yang spesifik pada sebuah bangunan. Meskipun banyak warna-warna yang digunakan, tapi warna merah dan kuning keemasan paling banyak dipakai dalam arsitektur Tionghoa di Indonesia. Warna merah banyak dipakai pada dekorasi interior, dan umumnya dipakai untuk warna pilar. Merah menyimbolkan warna api dan darah, yang dihubungkan dengan kemakmuran dan keberuntungan,selain itu merah juga simbol dari kebajikan, kebenaran dan ketulusan, serta sesuatu yang positif. Itulah mengapa, warna merah sering dipakai dalam arsitektur Tionghoa pecinan.net, 25 April 2013.

2.2 Studi Etnofotografi