Agama dan Kepercayaan Studi masyarakat Tionghoa
14
Perbedaan yang sangat mendasar dan sangat terlihat dari kaum totok dan kaum peranakan adalah dari cara pemakaian bahasa yang mereka gunakan.
Meskipun kaum totok sudah tidak menggunakan keseluruhan bahasa asli mereka dalam berinteraksi dengan masyarakat setempat, tetapi mereka masih
menggunakan bahasa asli tersebut dalam keluarga dan kerabat mereka. Penggunaan bahasa tersebut berdampak pada dialek atau logat yang mereka
gunakan masih jelas terlihat bahwa mereka masih menggunakan bahasa asli sebagai bahasa utama di lingkungan keluarga dan kerabat mereka yang satu suku.
Kaum Tionghoa totok sangat memperhatikan budaya dari para leluhur mereka. Mereka juga tidak pernah lupa untuk memberikan atau menurunkan ilmu-ilmu
budaya yang diwariskan oleh para leluhur kepada anak-anak mereka. Menurut kaum totok, hal tersebut akan sangat mempengaruhi perkembangan dan
kelangsungan pewarisan nilai-nilai budaya yang sudah ditanamkan oleh leluhur mereka.
Berbeda dengan kaum Tionghoa totok yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya yang
ada, kaum
peranakan yang
tidak terlalu
mempermasalahkan dengan adanya pembagian bahasa, karena sebagian besar dari mereka sudah jarang bahkan tidak menggunakan bahasa asli dalam berinteraksi
dengan masyarakat sekitar. Kaum Tionghoa peranakan biasa menyebut Kaum Tionghoa totok dengan sebutan singkeh atau yang biasa kita kenal dengan sebutan
singkek, sebutan ini memiliki arti tamu baru. Golongan Tionghoa peranakan lebih dapat terbuka dalam menerima pengaruh kebudayaan, agama, dan kepercayaan
masyarakat setempat. Hal ini mengakibatkan banyaknya pembauran baru dari kebiasaan masyarakat Tionghoa dengan masyarakat di sekitar tempat mereka
bermukim. Tanpa disadari pula, mereka secara perlahan tapi pasti mulai melupakan budaya-budaya asli mereka.