Tinjauan Atas Prosedur Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Besar Tekstil Departemen Perindustrian Bandung

(1)

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dunia bisnis di zaman era globalisasi menuntut seluruh perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai diperlukan suatu manajemen yang dapat mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan agar lebih baik. Salah satu keputusan yang harus di ambil oleh manajemen adalah tentang pengelolaan kas.

Kas adalah salah satu unsur aktiva yang paling penting karena kas merupakan alat pertukaran dan pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaaan. Suatu perusahaan bertanggung jawab bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam hal penerimaan kas, terdapat sumber penerimaaan yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Sedangkan untuk pengeluaran kas dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menggunakan cek dan uang tunai. Setiap transaksi perusahaan dengan pihak luar selalau menggunakan kas. Oleh karena itu kas mempunyai sifat mudah dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan pemiliknya.

Melihat kondisi yang demikian, maka sangat penting untuk dibuatkan suatu perlindungan tehadap kas dalam aktivitas perusahaan. Perlindungan ini berkaitan


(3)

dengan sistem pengendalian internal perusahaan, yaitu berupa prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang baik. Dengan adanya prosedur penerimaan dan pengeluaran kas ini dapat diketahui bagaimana pergerakan keluar masuknya uang kas, sehingga kontrol terhadap uang kas dapat berlangsung dengan baik.

Balai Besar Tekstil yang merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah yang berbentuk lembaga yang bergerak di bidang pembuatan kain, pengelolaan alat dan pelatihan kerja, memerlukan adanya suatu sistem akuntansi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja sehingga dapat memperlancar proses pengelolaan kas.

Berdasarkan uraian diatas, mengingat betapa pentingnya suatu prosedur penerimaan dan pengeluaran kas, maka permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah bagaimana pelaksanaan prosedur dan pemeriksaan dokumen maupun bukti transaksi yang rapi dan sistematis terhadap posisis keuangan, khususnya kas. Maka penulis tertarik untuk menulis laporan mengenai Balai Besar Tekstil (BBT), dengan judul : ” TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA BALAI BESAR TEKSTIL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN BANDUNG“.

1.2. Maksud Dan Tujuan Kerja Praktek 1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Maksud penulis melakukan kerja praktek ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi sebagai materi dalam melakukan penyusunan laporan kerja


(4)

praktek serta menambah wawasan pengetahuan mengenai prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT).

1.2.1. Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan kerja praktek yang dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung.

2. Untuk mengetahui kendala dan upaya dalam prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung.

1.3. Kegunaan Kerja Praktek

Ada pun kegunaan yang dapat di peroleh dengan adanya kerja praktek ini, yaitu :

a. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya mengenai prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung.

b. Bagi instansi /Perusahaan

Membantu dalam berbagai aktifitas perusahaan dan memperoleh masukan guna memperbaiki keselahan-kesalahan yang terjadi dalam melaksanakan kegiatan di Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung selama ini.


(5)

c. Bagi pihak lain

Sebagai bahan referensi dan acuan untuk penulis selanjutnya atau peneliti lainnya.

1.4. Metode Kerja Praktek

Metode penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktek adalah metode Block Release yaitu penulis melakukan kerja praktek pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada hitungan bulan atau semester tertentu. Dalam arti proses belajar diperkuliahan dilakukan beberapa bulan secara terus-menerus, kemudian pada waktu tertentu dilakukan diperusahaan.

1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Lokasi Balai Besat Tekstil terletak di Jalan Jendral A. Yani NO. 390 Bandung 40272, telepon (022) 7206214.

Penulis melakukan Kerja Praktek pada Tanggal 19 Juli sampai dengan tanggal 19 Agustus 2010.


(6)

Table 1.1 Waktu Kerja Praktek

Keterangan Juli Agst sept okt nov des 2010

I.Persiapan

1. Mengambil surat izin kerja praktek 2. Survei kerja praktek

3. Mengajukan kerja praktek ke perusahaan II.Pelaksanaan

1. Mengajukan surat izin kerja praktek 2. Meminta surat pengantar perusahaan 3. Kerja praktek

III. III.Pelaporan

1. Bimbingan dan Penyusunan 2. Penyerahan Laporan


(7)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Balai Besar Tekstil yang selanjutnya dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 778/MPP/Kep/11/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Tekstil disebut BBT adalah unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan uang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan.

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada tahun 1922 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Balai Percobaan Pertenunan yang di kenal dengan nama “Textiel Intriching Bandoeng (TIB)” bernaung dibawah Departemen van Landbouw, Nijverheid en Handel. Pendirian lembaga ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan kepada industri tekstil, terutama kepada pertenunan rakyat dengan memperkenalkan teknologi tekstil yang lebih maju.

Selama pendudukan Jepang sampai kemerdekaan Indonesia, lembaga ini mengalami beberapa kali penggantian nama pada tahun 1966 lembaga ini diberi nama Institute Teknologi Tekstil. Tugas utama Institute Teknologi Tekstil adalah menyelenggarakan penelitian, pengembanhgan dan pendididikan. Kegiatan pendidikan mencakup program pendidikan tinggi tekstil untuk tingkat sarjana muda dan sarjana, baik dalam bidang teknik tekstil maupun kimia tekstil.


(8)

Pada tahun 1979 Institut Teknologi Tekstil mengalami pembagian struktur menjadi dua lembaga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil serta Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Pada tahun 2002 Balai Besar Penelitian dan Pengembanagan Industri Tekstil yang bernaung dibawah Badan Penelitian dan Pengembanagan Industri dan Perdagangan Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengalami perubahan nama dan stuktur menjadi Balai Besar Tekstil atau di singkat BBT.

Sejak didirikannnya, lembaga ini telah banyak memberikan sumbanagn dalam rangka pengembangan Industri Tekstil di Indonesia dengan memberikan pelayanan informasi,konsultasi, pengadaan kursus-kursus, penerbitan sertikat moto produk serta melakukan penelitian dan pengembanagan.

 Visi Balai Besar Tekstil (BBT)

Sejak berdiri tahun 1922 Balai Besar Tekstil hingga kini terus-menerus berupaya meningkatkan kualitas layanan pada pelanggannya (customer service quality) yang berorientasi pada kebutuhan dan selalu berinisiatif untuk melayani pelanggan. Berbagai pembenahan terus-menerus diupayakan antara lain seperti peningkatan kompetensi SDM sesuai bidang keahliannya, membangun budaya korporasi yaitu disiplin, efisien, produktif dan pemasar yang baik, mengakreditasi Laboratorium Pengujian Tekstil, Laboratorium Pengujian Lingkungan dan Laboratorium Kalibrasi, Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) dan Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) TPT oleh KAN, melengkapi dan memperbarui peralatan uji TPT dan mesin/ peralatan proses tekstil, merenovasi prasarana seperti gedung dan fasilitas pendukung lainnya dan yang sangat penting lainnya


(9)

yaitu komitmen dari seluruh stockholder untuk mengembangkan Balai Besar Tekstil sebagai lembaga penyedia jasa pelayanan teknis bidang tekstil yang unggul dan terpercaya.

Sejalan dengan perkembangannya, dengan sumber daya yang ada saat ini dan pengembangannya di masa mendatang serta fokus terhadap litbang dan jasa pelayanan teknis bidang tekstil, Balai Besar Tekstil akan mampu memberikan respon terhadap kebutuhan pelanggan dan menindaklanjuti kebutuhan tersebut sehingga akan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Kegiatan litbang diupayakan akan teraplikasi di industri TPT sehingga akan memberikan nilai tambah maupun meningkatkan daya saing produk TPT dengan dukungan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan profesional serta sarana dan prasarana yang lengkap dan modern. Atas dasar hal-hal penting tersebut, maka visi Balai Besar Tekstil dirumuskan sebagai berikut:

“Menjadi lembaga yang unggul dan terpercaya dengan reputasi nasional dalam bidang tekstil”.

Pengertian lembaga yang “unggul” dipersepsikan sebagai suatu lembaga penyedia jasa yang relatif lebih siap karena berdaya saing tinggi dibandingkan dengan pesaing yang ada saat ini maupun mendatang dengan dukungan sumberdaya yang dimiliki Balai Besar Tekstil dan sekaligus menjadi referensi bagi industri TPT, lembaga litbang sejenis, perguruan tinggi, asosiasi profesi dan lembaga lainnya dalam memberikan jasa pelayanan teknis bidang tekstil. Demikian pula dengan pengertian lembaga “terpercaya” dapat diartikan sebagai suatu lembaga yang menjadi tumpuan bagi pelanggannya untuk mendapatkan


(10)

solusi terhadap masalah yang dihadapi dengan kualitas layanan yang prima dan memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan pelanggan karena jasa pelayanan teknis Balai Besar Tekstil memiliki kemampuan telusur yang tinggi, ketepatan, kecepatan dan tepat waktu dengan dukungan Lab uji terakreditasi dan SDM yang profesional dan kompeten.

 Misi Balai Besar Tekstil (BBT)

Dalam rangka mencapai visi tersebut di atas, dengan mengacu pada Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Tekstil dan memperhatikan harapan stockeholder, selanjutnya dirumuskan misi Balai Besar Tekstil sebagai berikut:

1. Mengembangkan litbang terapan bidang tekstil berbasis sumber daya alam dan keunggulan desain sesuai dengan kebutuhan industri TPT

2. Mengembangkan jasa dalam bidang pengujian, kalibrasi dan sertifikasi yang berorientasi pada pelanggan

3. Meningkatkan kemampuan industri TPT melalui pengembangan kompetensi dan alih teknologi.

4. Meningkatkan jasa pelayanan teknis melalui kerjasama kemitraan dengan industri TPT, organisasi sejenis, organisasi profesi dan lembaga lainnya. 5. Meningkatkan kemampuan organisasi dan SDM profesional

Balai Besar Tekstil sebagai penyedia jasa pelayanan teknis bidang tekstil bagi industri TPT tetap berupaya memelihara dan bahkan meningkatkan reputasi sebagai brand dalam bentuk nama ”Balai Besar Tekstil” yang sudah lama dikenal luas oleh masyarakat industri TPT melalui promosi yang terarah pada pasar sasaran yang dituju.


(11)

2.2. Struktur Organisasi BBT

Struktur adalah gambaran yang memperlihatkan suatu susunan yang logis, tertib dan memperlihatkan hubungan yang serasi dalam sebuah organisasi. Kita akan mendapat gambaran mengenai unit-unit perusahaan secara keseluruhan maupun antara hubungan yang satu dengan yang lain mengenai kekuasaan maupun batasan-batasan tanggung jawabnya.

Struktur organisasi juga akan memudahkan pimpinan perusahaan dalam mengatur dan mengkoordinasikan unit kerja atau bagian-bagian yang terlibat di dalam organisasi dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetepkan. Struktur organisasi diperlukan bagi perusahaan agar tercipta situasi kerja yang teratur dan lancar tanpa terjadi tumpang tindih tugas, wewenang dan tanggung jawab.

Adapun struktur organisasi Balai Besar Tekstil ( BBT) terdiri dari : 1. Balai Besar Tekstil

2. Bagian Tata Usaha, terdiri dari : 1. Subbagian Program dan Pelaporan 2. Subbagian Keuangan

3. Subbagian Kepegawaian 4. Subbagian Umum


(12)

3. Bidang Pengembangan Jasa Teknis, terdiri dari : 1. Seksi Pemasaran

2. Seksi Kerjasama 3. Seksi Informasi

4. Bidang Sarana Riset dan Standardisasi, terdiri dari : 1. Seksi Sarana Riset Teknik Tekstil

2. Seksi Sarana Riset Kimia Tekstil 3. Seksi Standardisasi

5. Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi, terdiri dari : 1. Seksi Pengujian

2. Seksi Sertifikasi 3. Seksi Kalibrasi

6. Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi, terdiri dari : 1. Seksi Konsultasi

2. Seksi Pelatihan Teknis 3. Seksi Alih Teknologi 7. Kelompok Jabatan Fungsional


(13)

2.3. Uraian Tugas atau Jabatan

Balai Besar Tekstil (BBT) di dalam melaksanakan kegiatan operasional, didasarkan kepada tugas dan wewenang yang disesuaikan dengan susunan struktur organisasi. Adapun tugas dan wewenang tersebut adalah sebagai berikut :

2.3.1. Balai Besar Tekstil

BBT mempunyai tugas, melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri tekstil sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, BBT menyelenggarakan fungsi :

a. Penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan dan pelaksanaan pelayanan dalam bidang pelatihan teknis, konsultansi/penyuluhan, alih teknologi serta rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran industri.

b. Pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi.

c. Pelaksanakan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri tekstil, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan.

d. Pelaksanaan perencanaan, pengelolaan, dan koordinasi sarana dan prasarana kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan BBT, serta penyusunan dan penerapan standarisasi industri tekstil.


(14)

2.3.2. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan BBT. Adapun yang mencakup bagian tata usaha yaitu :

1. Subbagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan urusan program, monitoring, evaluasi, dan laporan.

2. Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan inventarisasi barang milik negara.

3. Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan perencanaan dan pengembangan serta pelaksanaan urusan kepegawaian dan kesejahteraan pegawai.

4. Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan, perjalanan dinas, rumah tangga, keamanan, perlengkapan, pemeliharaan dan perawatan gedung, peralatan kantor dan laboratorium.

2.3.3. Bidang Pengembangan Jasa Teknik

Bidang Pengembangan Jasa Teknik mempunyai tugas melaksanakan pemasaran, kerjasama, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi. Dalam melaksanakan tugas di atas, Bidang Pengembangan Jasa Teknik menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan dan pelaksanaan pemasaran, desiminasi hasil kegiatan, kontrak kerjasama usaha, pelayanan pelanggan dan pengembangan pasar.


(15)

c. Pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan perpustakaan.

Bagian Pengembangan Jasa Teknis terdiri dari :

1. Seksi Pemasaran mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemasaran, desiminasi hasil kegiatan, kontrak kerjasama usaha, pelayanan pelanggan dan pengembangan pasar.

2. Seksi Kerjasama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerjasama dan negosiasi kerjasama usaha.

3. Seksi Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan perpustakaan.

2.3.4. Bidang Sarana Riset dan Standardisasi

Bidang Sarana Riset dan Standardisasi mempunyai tugas melakukan kegiatan perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian penggunaan sarana dan prasarana kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan BBT, serta penyusunan dan penerapan standar produk industri tekstil dan produk tekstil. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud berikut, Bidang Sarana Riset dan Standardisasi menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan teknik tekstil.


(16)

c. Perencanaan, pengkajian, penelitian, pengembangan, perancangan, penerapan, dan revisi standar di bidang industri tekstil.

Tugas pokok dari subbagian sarana riset dan standardisasi yaitu :

1. Seksi Sarana Riset Teknik Tekstil mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan teknik tekstil.

2. Seksi Sarana Riset Kimia Tekstil mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan kimia tekstil.

3. Seksi Standardisasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengkajian, pengembangan, perancangan, penerapan, dan revisi standar di bidang industri tekstil.

2.3.5. Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi

Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi mempunyai tugas melakukan kegiatan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri tekstil, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan dan pelaksanaan pengujian bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri tekstil, melakukan evaluasi hasil pengujian, menerbitkan laporan hasil uji, dan menyusun serta melaporkan kegiatan pengujian produk industri tekstil.


(17)

b. Perencanaan dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, produk, keamanan, keselamatan, pengambilan contoh, memberikan jasa. pelayanan sertifikasi, penyusunan dan penerbitan sertifikat, serta memelihara sistem sertifikasi. c. Perencanaan dan pelaksanaan kalibrasi internal dan eksternal untuk mesin dan

peralatan, mengevaluasi hasil kalibrasi, menerbitkan sertifikat kalibrasi, melaksanakan sertifikasi ulang, dan menyusun serta melaporkan kegiatan kalibrasi.

Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi terdiri dari:

1. Seksi Pengujian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengujian bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri tekstil, melakukan evaluasi hasil pengujian, menerbitkan laporan hasil uji, dan menyusun serta melaporkan kegiatan pengujian produk industri tekstil.

2. Seksi Sertifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan sertifikasi atas sistem mutu produk, keamanan, keselamatan, pengambilan contoh, memberikan jasa pelayanan sertifikasi, dan memelihara sistem sertifikasi supaya tetap dapat diterapkan secara konsisten.

3. Seksi Kalibrasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kalibrasi internal dan eksternal untuk mesin dan peralatan, mengevaluasi hasil kalibrasi, menerbitkan sertifikat kalibrasi, melaksanakan sertifikasi ulang, dan menyusun serta melaporkan kegiatan kalibrasi.


(18)

2.3.6. Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi

Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi mempunyai tugas melakukan kegiatan pelayanan dalam bidang pelatihan teknis, konsultansi, alih teknologi, rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran industri.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan dan pelaksanaan konsultansi kepada masyarakat industri tekstil. b. Perencanaan dan pelaksanaan program pelatihan teknis tenaga industri tekstil. c. Perencanaan dan pelaksanaan alih teknologi, rancang bangun dan

perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran industri. Bidang ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu :

1. Seksi Konsultansi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan konsultansi kepada masyarakat industri tekstil.

2. Seksi Pelatihan Teknis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan program pelatihan teknis tenaga industri tekstil.

3. Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan alih teknologi, rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran industri.


(19)

2.3.7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatansesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan

Balai Besar Tekstil (BBT) merupakan lembaga pemerintah yang bergerak di sektor Departemen Perindustrian dan Perdagangan. BBT menyesuaikan misi organisasi dengan kebutuhan nyata masyarakat industri dibidang teknologi industri tekstil. Unit pelaksanaan Balai Besar Tekstil (BBT) bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.

Kebijakan Departemen Perindustrian pada Balai Besar Tekstil (BBT) meliputi kewenangan untuk mengatur, membina, mengawasi, mengendalikan, dan mengembangkan usaha industri.

Adapun kegiatan yang dilakukan di Balai Besar Tekstil (BBT) adalah : 1. Meneliti pengembangan industri

2. Membuat kerjasama, dan standardisasi

3. Melakukan pengujian, sertifikasi dan kalibrasi 4. Mengembangkan kompetensi industri kecil

BBT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan jasa, yaitu jasa pengujian kualitas barang tekstil. Bentuk output dari pengujian kualitas barang tersebut adalah dalam bentuk sertifikat uji.


(20)

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Berdasarkan pelaksanaan kerja praktek di Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung. Penulis di tempatkan di bagian keuangan khususnya pada bagian Pengeluaran Kas. Tugas dibagian pengeluaran kas yaitu melakukan input transaksi pengeluaran perusahaan serta menyetorkan pajak kepada Negara.

3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Bagian pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil memiliki beberapa tugas penting yaitu, malakukan input transaksi kuitansi berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang telah disetujui sebelumnya oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Dalam hal ini apabila KPPN belum menyetujui SPM yang telah diajukan, maka tidak akan dibuatkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang digunakan untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu bagian pengeluaran kas juga mempunyai tugas memungut dan menyetorkan pajak kepada Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta melakukan pembukuan terhadap semua jenis belanja perusahaan.

Selama penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Tekstil (BBT), penulis diberi tugas yang sekiranya dapat dikuasai oleh penulis. Adapun tugas


(21)

yang dilakukan penulis selama melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Tekstil Departemen Perindustrian Bandung adalah sebagai berikut :

 Menginput data transaksi SPM yang telah dikelompokan sebelumya ke dalam program komputerisasi.

 Menginput daftar gaji setiap pegawai yang sudah dikelompokan kedalam komputer.

3.2.1. Pengertian Prosedur

Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh karean itu, setiap perusahaan baik itu swasta ataupun pemerintah hendaknya memiliki prosedur dasar pelaksanaan kerja untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan.

Dengan adanya prosedur yang memadai maka pengendalian dan tujuan yang akan di capai dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2006:466) dinyatakan bahwa

“Prosedur merupakan (a) tahap-tahap kegiatan di dalam malaksanakan suatu kegiatan dan, (b) metode langkah dini, langkah secara nyata dalam

memecahkan suatu masalah”.

Mulyadi (2001:5) menyatakan :

”Prosedur adalah suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan sacara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.


(22)

Selain itu, definisi prosedur menurut Ardiyos (2006:457), yaitu :

“Prosedur adalah suatu kegiatan sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam”. Sedangkan menurut Sumadji (2006:527) menyatakan :

“Prosedur adalah tahapan kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas, prosedur merupakan metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk memecahkan suatu permasalahan”.

Berdasarkan beberapa uraian mengenai definisi prosedur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah bagian dari suatu sistem yang merupakan rangkaian dari beberapa tahapan suatu tindakan secara sistematis dana jelas dimana melibatkan beberapa orang yaitu antara satu dengan orang lain yang bertanggungjawab pada setiap bagiannya untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan

3.2.2. Pengertian Kas

Setiap perusahaan memerlukan kas dalam menjalankan aktivitas usahanya baik sebagai alat tukar dalam memperoleh barang atau jasa maupun sebagai investasi dalam perusahaan tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian kas, Standar Akuntansi Keuangan (2002:85) memberikan pengertian

“Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk


(23)

Menurut Soemarso S.R (2004:54) dalam bukunya Akuntansi Suatu Pengantar “Kas adalah uang dalam bentuk tunai maupun rekening bank yang dimiliki oleh suatu perusahaan”.

Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2004:83) menyatakan “Kas merupakan alat

pertukaran dan juga sebagai ukuran dalam akuntansi”.

Dalam neraca kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah.

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kas merupakan alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang dan dapat diterima sebagai setoran ke bank dengan jumlah sebesar nilai nominalnya. Kas merupakan simpanan dalam bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Kas sangat penting artinya karena, menggambarkan daya beli dan dapat ditransfer segera dalam perekonomian pasar kepada setiap individu dan organisasi dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Kas juga menjadi begitu penting karena setiap perusahaan dan bahkan pemerintah harus mempertahankan posisi keuangan yang memadai, yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas bersangkutan dapat beroperasi.

Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam arti istilah kas sehari-hari dapat disamakan dengan uang tunai yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah. Persediaan kas yang cukup maka perusahaan akan beroperasi dengan


(24)

lancar terutama dalam kegiatan pengeluaran kas yang meliputi pembelian barang dan jasa, membayar hutang, membiayai operasi serta kegiatan-kegiatan lainnya.

Dalam aktiva perusahaan, kas digunakan sebagai alat pembayaran baik secara langsung maupun tidak langsung serta merupakan dasar pengukuran dan pencatatan semua data transaksi. Dalam penyajian neraca maka kas biasanya dicantumkan pada urutan pertama dari perkiraan yang merupakan aktiva lancar karena kas dapat digunakan tanpa memerlukan waktu lama. Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting dalam neraca. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita, kas terlihat secara langsung dalam hampir semua transaksi usaha.

Karena kas merupakan alat pembayara yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan maka merupakan alat pertukaran yang paling disenangi dan paling mudah diterima, baik untuk setoran uang ke bank, untuk pelunasan utang maupun untuk membayar semua transaksi yang berkaitan dengan kegiatan (operasional) perusahaan dengan jumlah yang sesuai dengan nilai nominal.Hal ini sesuai dengan sifat-sifat kas yaitu :

a. Kas terlalu terlibat dalam hampir semua transaksi perusahaan.

b. Kas merupakan harta yang siap dan muda untuk digunakan dalam transaksi serta ditukarkan dengan harta lain, mudah dipindahkan dan beragam tanpa tanda pemilik.

c. Jumlah uang kas yang dimiliki oleh perusahaan harus di jaga sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak dan tidak kurang.


(25)

Pengolahan kas dapat dikriteriakan sebagai berikut :

a. Diakui secara umum sebagai alat pembayaran yang sah b. Dapat digunakan setiap saat bila dikehendaki

c. Penggunaannya secara bebas

d. Diterima sesuai nilai nominalnya pada saat kas tersebut diuangkan.

Karena sifatnya yang sangat mudah untuk dipindah tangankan dan tidak dapat dibuktikan pemiliknya, maka kas mudah digelapkan. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan yang ketat terhadap kas. Pada umumya suatu sistem pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan. Tanpa adanya pemisahan fungsi seperti diatas, akan mudah menggelapkan uang kas.

Karena bentuk kas dan jenis perusahaan bermacam-macam, maka sistem pengawasan intern suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lain. Tetapi ada dasar-dasar tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan pengawasan terhadap kas, sebagai berikut :

1. Penerimaaan Uang

Penerimaan uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber antara lain dari panjualan tunai, pelunasan piutang atau pinjaman. Prosedur-prosedur pengawasan yang dapat digunakan antara lain :

a. Harus ditunjukan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas harus segera dicatar dan setor ke bank.

b. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurus kas dengan fungsi pencatatan kas.


(26)

c. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas, selain itu juga harus dibuat laporan kas.

2. Pengeluaran Uang

Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar segala macam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalnkan dengan ketat, seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selishnya digelapkan. Beberapa prosedur pengawasan yang penting adalah sebagai berikut :

a. Semua pengeluaran uang menggunakn cek, kecuali untuk pengeluaran-pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.

b. Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat.

c. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dengan kata lain digunakan sistem voucher.

d. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek, dan yang mencatat pengeluaran cek.

e. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu. f. Diharusakan membuat laporan kas harian.

Dengan diterapkannya prinsip-prinsip pengawasan intern terhadap kas seperti yang telah disebutkan diatas, timbul beberapa masalah yaitu mengenai pembentukan kas kecil dan karena adanya rekening giro bank maka setiap periode perlu diadakan rekonsiliasi antara saldo kas dengan saldo menurut laporan bank.


(27)

3.2.3. Pengertian Penerimaan Kas

Menurut Mulyadi (2001:456) dalam bukunya Sistem akuntansi menggolongkan penerimaan kas berasal dari dua sumber utama, yaitu “penerimaan kas dari penjulan tunai dan penerimaan kas dari piutang, dimana penerimaan kas dari penjualan tunai dikelompokan dalam tiga prosedur”, yaitu :

1. Penerimaan kas dari Over The Counter Sales

Dalam penjualan tunai ini pembeli datang ke perusahaan melakukan pemilihan barang yang akan dibeli. Penerimaan kas dari over the counter sales dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut :

a. Pembeli memesan barang secara langsung kepada nirawiaga di perusahaan.

b. Bagain kassa menerima pembayaran dari pembeli yang dapat berupa uang, cek atau kartu kredit.

c. Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk menyerahkan barang kepada pembeli.

d. Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli. e. Bagian kassa menyetor kas yang diterima ke bank.

f. Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan. g. Bagian akuntamsi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam


(28)

2. Penerimaan Cash On Delivery Sales (COD sales)

COD adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan umum atau angkutan sendiri dalam penyerahan dari penerimaan kas dari hasil penjualan COD sales melalui pos dilaksanakn dengan prosedur sebagai berikut :

a. Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui kantor pos. b. Penjual mengirim barang melalui kantor pos pengirim barang dengan cara

mengisi formulir COD sales di kantor pos.

c. Kantor pos mengirim formulir COD sales sesuai instruksi penjual pada kantor pos penerima.

d. Kantor pos menerima pada saat diterimanya barang dan formulir COD sales memberitahukan kepada pembeli barang tentang diterimanya kiriman barang COD sales.

e. Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima dan melakukan pembayaran sejumlah yang tercantum dalm formulir COD sales, kantor pos penerima menyerahkan barang kepada pembeli.

f. Kantor pos penerima memberitahukan kepada kantor pos pengirim bahwa COD sales telah dilaksanakan.

g. Kantor pos pengirim memberitahukan penjual bahwa COD sales telah selesai dilaksanakan, sehingga penjual dapat mengambil kas yang diterima dari pembeli.


(29)

3. Penerimaan dari Credit Card Sales

Sebenarnya credit card bukan merupakan suatu tipe penjualan namun merupakan salah satu cara pembayaran bagi pembeli dan sarana penagihan bagi penjual.

Katru kredit dapat digolongkan menjadi tiga kelompok : a. Kartu kredit bank (bank cards)

b. Kartu kredit perusahaan (company cards)

c. Kartu kredit berpergian dan hiburan (travel end entertainment cards) Penerimaan kas dari penjualan tunai dapat berupa uang tunai, credit card, atau cek pribadi.

Penerimaan kas dari piutang dapat melalui berbagai cara, yaitu : 1. Melalui penagihan perusahaan

2. Melalui pos

3. Melalui lock-box collection plan

Diantara berbagi cara penagihan piutang tersebut, penerimaan kas dari piutang seharusnya mewajibkan debitur melakukan pembayaran dengan menggunakan cek atas nama, yang secara jelas mencantumkan nama perusahaan yang berhak menerima pembayaran diatas cek. Dengan cek atas nama ini, perusahaan akan terjamin menerima kas dari debitur, sehingga kecil kemungkinan orang tidak dapat berhak menguangkan cek yang diterima dari debitur untuk kepentingan pribadinya. Penerimaan kas dari piutang dapat berupa cek atau giro bilyet.


(30)

3.2.4.Dokumen-dokumen Penerimaan Kas

Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penerimaan kas dari penjualan tunai, antara lain :

1. Faktur penjualan tunai, dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai.

2. Pita register kas, merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.

3. Credir card sales slip, dokumen ini berfungsi sebahai alat untuk menagih uang tunai dari bank ynag mengeluarkan kartu kredit, untuk tansaksi penjualan yang telah dilakukan oleh pemegang kartu kredit.

4. Bill of leading, dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan kepada perusahaa angkutann umum.

5. Faktur penjualan Cash On delivery, dokumen ini digunakan untuk merekam transaksi Cash On Delivery.

6. Bukti setoran bank, dolumen ini dibuat oleh fungsi bendahara sebagai bukti penyetoran kas ke bank.

7. Rekapitulasi harga pokok penjualan, dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok prosuksi yang dijual selama satu periode.


(31)

3.2.5. Pengertian Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai biaya operasional suatu perusahan atau instansi pemerintah. Menurut Mulyadi (2001:455) “Secara garis besar pengeluaran kas perusahaan dilakukan dengan dua cara yaitu, pengeluaran kas dengan uang tunai (dengan melalaui dana kas kecil) dan pengeluaran kas dengan cek”. Pengeluaran kas dengan cek dinilai lebih aman dibandingkan dengan pengeluaran kas secara tunai. Adapun kebaikan pengeluaran kas melalui cek ditinjau dari pengendalian internnya, sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan cek atas nama berwenang, pengeluaran cek akan diterima oleh pihak yang namanya tertulis dalam formulir cek.

2. Dengan menggunakan cek, pencatatan transaksi pengeluaran kas juga akan direkam oleh pihak bank.

3.3. Pembahasan Kerja Praktek

3.3.1. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung

Penerimaan kas di Balai Besar Tekstil sebagian besar berasal dari anggaran Negara yang disebut Rupiah Murni (RM), karena BBT merupakan lembaga milik pemerintah. Namun selain penerimaan RM Balai Besar Tekstil juga mendapatkan penerimaan kas dari usaha penjualan jasa dari hasil uji kalibrasi yang disebut PNBP (Penghasilan Negara Bukan Pajak).


(32)

Penerimaan dari penjualan jasa tersebut dapat digunakan untuk biaya opersional perusahaan yang tercantum pada daftar anggaran yang telah ditetapkan. Penerimaan dari penjualan jasa uji kalibrasi di Balai Besar Tekstik (BBT) dapat dilakukan melalui prosedur sebagai berikut :

a. Pelanggan menyerahkan contoh uji kalibrasi kepada seksi kerjasama..

b. Penerimaan contoh uji kalibrasi disahkan dan dibuatkan bon oleh seksi kerjasama.

c. Pembuatan laporan dilakukan di bagian lab uji/ kalibrasi.

d. Bagian kejasama menyerahkan laporan dan membuat rincian biaya. e. Pelanggan menerima rincian biaya dan malakukan pembayaran. f. Bagian Kassa menerima pembayaran dan menyetor kas ke bendahara.

g. Bendahara menyetor penerimaan ke kas Negara dan apabila diterima 94% dari kas yang disetor dapat digunakan melalui penerimaan PNBP.

Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perbedaharaan Nomor : PER- 66 /PB/2005, Balai Besar Tekstil menjalankan mekanisme pengeluaran anggaran sesuai ketentuan yang berlaku. Adapun prosedur pengeluran kas yang dilakukan Balai Besar Tekstil (BBT) adalah sebagai berikut :

1. Bendahara melakukan input transaksi pengeluaran.

2. Dibuat Surat Pernyataan Pertanggungjawaban (SPTJB) yang berisi rekapan kuitansi dari transaksi.

3. Transaksi yang telah dikelompokan dimasukan kedalam dokumen yang disebut SPP (Surat Perintah Pembayaran). SPP adalah suatu dokumen yang dibuat/diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan


(33)

kegiatan dan disampaikan kepada Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk selaku pemberi kerja untuk selanjutnya diteruskan kepada pejabat penerbit SPM berkenaan. Isi dari SPP adalah rekapan akun anggaran Balai Besar Tekstil.

Berikut adalah prosedur pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk penerbitan SPM, dibuat dengan menggunakan format dan kelengkapan persyaratannya diatur sebagai berikut :

1. SPP-UP (Uang Persediaan)

Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk, menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS.

2. SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan)

a. Rincian rencana penggunaan dana Tambahan Uang Persediaan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.

b. Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk bahwa :

1. Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu satu bulanterhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D

2. Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke Rekening Kas Negara.


(34)

3. Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara langsung.

c. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir. 3. SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)

a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran.

b. SPTB ( Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja)

c. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh Kuasa d. Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.

4. SPP Untuk Pengadaan Tanah

Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS). Apabila tidak mungkin dilaksanakan melalui mekanisme LS, dapat dilakukan melalui UP/ TUP. Pengaturan mekanisme pembayaran adalah sebagai berikut:

a. SPP-LS (Pembayaran Langsung)

1. Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu ) hektar di kabupaten/ kota

2. Foto copy bukti kepemilikan tanah 3. Kuitansi

4. SPPT PBB tahun transaksi 5. Surat persetujuan harga

6. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalamsengketa dan tidak sedang dalam agunanPelepasan/ penyerahan hak atas tanah/ akta jual beli dihadapan PPAT


(35)

7. SSP PPh final atas pelepasan hak

8. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan). b. SPP-UP/TUP

1. Pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 (satu) hektar dilengkapi persyaratan daftar nominatif pemilik tanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA.

2. Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukan dengan bantuan panitia pengadaan tanah di kabupaten/ kota setempat dan dilengkapi dengan daftar nominatif pemilik tanah dan besaran harga tanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA dan diketahui oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT).

3. Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui UP/ TUP harus terlebih dahulu mendapat ijin dispensasi dari Kantor Pusat Ditjen PBN / Kanwil Ditjen PBN sedangkan besaran uangnya harus mendapat dispensasi UP/ TUP sesuai ketentuan yang berlaku. 5. SPP-LS untuk pembayaran gaji, lembur dan honor/ vakasi

a. Pembayaran Gaji Induk/ Gaji Susulan/ Kekurangan Gaji/ Gaji Terusan/ Uang Duka Wafat/ Tewas, dilengkapi dengan Daftar Gaji Induk/ Gaji Susulan/ Kekurangan Gaji/ Uang Duka Wafat/Tewas, SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, SK Jabatan, Kenaikan Gaji Berkala, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Daftar Keluarga (KP4), Fotokopi Surat Nikah, Fotokopi Akte Kelahiran, SKPP, Daftar


(36)

Potongan Sewa Rumah Dinas, Surat Keterangan Masih Sekolah/Kuliah, Surat Pindah, Surat Kematian, SSP PPh Pasal 21. Kelengkapan tersebut di atas digunakan sesuai peruntukannya.

b. Pembayaran Lembur dilengkapi dengan daftar pembayaran perhitungan lembur yang ditandatangani oleh Kuasa (Pengguna Anggaran) PA/ Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran satker/ SKS yang bersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftar hadir kerja, daftar hadir lembur dan SSP PPh Pasal 21.

c. Pembayaran Honor/ Vakasi dilengkapi dengan surat keputusan tentang pemberian honor vakasi, daftar pembayaran perhitungan honor/ vakasi yang ditandatangani oleh Kuasa PA/ Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan, dan SSP PPh Pasal 21. 4. Dokumen yang telah dimasukan, selanjutnya dibuat Surat Perintah Membayar

(SPM). SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan anggaran (DIPA) atau dokumen lain yang dipersamakan.

Dalam tahap ini, dokumen-dokumen pendukung besrta SPP yang telah diterbitkan oleh pejabat pembuat SPP diterima oleh petugas penerima SPP untuk diterusakan kepada pejabat penerbit SPM. Pejabat penerbit SPM membuat SPM dengan mekanisme sebagai berikut :


(37)

1. Penerimaan dan Pengujian SPP

Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check list kelengkapan berkas SPP, mencatatanya dalam buku pengawasan penerimaan SPP dan membuat atau menandatangani tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnya petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada pejabat penerbit SPM.

2. Pejabat penerbit SPM melakukan pengujuan atas SPP sebagai berikut : a. Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

b. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak tidak melampaui batas pagu anggaran.

c. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain : 1. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/

perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank).

2. Nilai tagihan yang akan dibayar harus sesuai dengan hasil kerja yang dicapai dan spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak. 3. Jadwal waktu pembayaran.


(38)

Pemilihan SPM :

 SPM asli di cocokkan dengan daftar penguji.

 SPM asli dibubuhi dengan masing-masing daftar penguji lembaran putih yang telah disobek terlebih dahulu.

 Tembusan SPM yang terdiri dari dua lembar dipilih kembali. Lembar pertama disatukan kembali dengan daftar penguji dan lembar kedua diserahkan kepada Bagian Tata Usaha.

 Apabila ada SPM (yang ada potongannya) tidak dilampiri tanda bukti potongan (SSP), maka SPM dikembalikan lagi ke Kasubag Keuangan untuk dilengkapi.

 SPM akan dikembalikan ke bagian Perbendaharaan Keuangan apabila :  SPM tidak sama dengan daftar penguji.

 SPM tidak dilampiri tanda bukti potongan.

 Tanda bukti potongan (SSP) tidak sesuai dengan SPM.  SPM tidak jelas menunjukan peruntukan Bank/Rekening.

 Nilai nominal SPM tidak jelas atau tidak sama dengan penjelasan nilai dalam huruf.

 SPM tidak di tandatangani oleh pejabat berwenang atau tidak dibubuhi cap/ stempel.

5. Setelah SPM diterbitkan maka SPM beserta dokumen-dokumen pendukung lainnya yang telah disetujui oleh penerbit SPM untuk selanjutnya diajukan kepada KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara).


(39)

6. Apabila SPM diterima oleh KPPN, akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D. SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

7. Setelah selesai uang masuk ke kas Bank, kemudian bendahara mengambil uang dengan menggunakan cek .

8. Pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

 Proses Penyetoran Pajak

a. Tanda bukti potongan PPN/ PPH diperiksa ulang antara nominal dengan terbilang.

b. Dibuat daftar/ rekap pajak yang akan disetorkan

c. Tanda bukti potongan PPN/ PPH diserahkan pada Seksi Giro Bank Jabar Cabang Utama Bandung sebagai Bank persepsi penerima setoran pajak. d. Setelah ditandatangani, pajak atau PPN/ PPH dibubuhi cap dan tanggal

penyetoran.

e. Kemudian tanda bukti setoran pajak dipisah menurut jenis setoran (PPN/ PPH).

f. Kemudian dipilah-pilih sesuai peruntukannya yaitu lembar 1, 3 dan 5 dan masing-masing dihitung.

 Lembar 2 (dua) diserahkan kebagian penerimaan setoran pajak pada Bank Jabar cabang utama Bandung untuk di Entry.


(40)

 Lembar 4 (empat) diserahkan kebagian giro Bank Jabar cabang utama Bandung sebagai lampiran Bilyet Giro dan daftar Rekap Pajak.

 Lembar 1, 3 dan 5 di registrasi kembali untuk diserahkan kembali/ diambil oleh wajib pajak/ pihak ketiga.

g. Tanda bukti potongan pajak PPN/ PPH yang tidak diambil oleh wajib pajak/ pihak ketiga dalm jangka waktu tiga bulan, dikirim melalaui pos sesuai alamat yang tertera pada tanda bukti potongan.

h. Tanda bukti potongan PPN/ PPH yang kembali (tidak sampai ke alamat) disimpan kembali di File.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penerimaan kas BBT tidak hanya berasal dari pemerintah, penerimaan kas juga berasal dari hasil penjualan jasa dari uji kalibrasi. Prosedur pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung sudah sesuai dengan mekanisme pengeluaran kas yang telah ditetapkan oleh pemerintah khususnya Departemen Keuangan karena dokumen-dokumen yang berkenaan dengan pengeluaran kas BBT diproses sesuai dengan ketetapan pemerintah yang tercantum dalam peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan.


(41)

3.3.2. Kendala dan Upaya dalam Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung

Kendala yang di hadapi dalam penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil adalah sebagai berikut :

1. Adanya piutang sehingga mengharuskan bagian keuangan mengejar pelanggan.

2. Adanya pengajuan unsur redaksi yang sangat penting yang sebetulnya tidak signifikan.

3. Nilai tagihan yang dibayar kadang tidak sesuai dengan hasil kerja . 4. Surat kontrak tidak datang sesuai waktu yang telah dijanjikan.

Upaya yang dilakukan oleh Balai Besar Tekstil yaitu :

1. Membuat perjanjian waktu pembayaran sebelum pelanggan mengajukan surat izin uji kalibrasi kepada Balai Besar Tekstil.

2. Membatasi kegiatan dinas diluar anggaran yang telah disediakan untuk unsur redaksi, sehingga tidak terjadi kecurangan.

3. Merencanakan secara matang anggaran yang dibuat agar tidak ada lagi kesalahan pada waktu penagihan.

4. Mengantisipasi kegiatan yang telah terikat dengan kontrak sebelumnya agar penyelesaian pekerjaan selesai tepat waktu.

Dari Uraian diatas mengenai kendala dan upaya dalam prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen


(42)

Perindustrian Bandung, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kendala dalam prosedur penerimaan dan pengeluaran kas BBT masih dapat di antisipasi dengan merencanakan secara matang kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penagihan piutang, perencanaan anggaran dan penyelesaian kontrak kerja dengan pelanggan. Sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal baik bagi pelanggan maupun bagi BBT.


(43)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses Penerimaan dan Pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur Penerimaan kas pada Balai Besar Tekstil tidak hanya berasal dari Negara yaitu Rupiah Murni (RM), tetapi juga berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dalam hal ini PNBP dapat diperoleh dari Penjualan Jasa yang dilakukan melalui uji kalibrasi, dan hasil penerimaan kas tersebut masuk ke bagian kasir yang kemudian diserahkan ke bendahara yang selanjutnya masuk ke kas Negara.

Kendala yang dihadapi pelaksanaan prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Belai Besar Tekstil adalah mngenai tagihan atas piutang.

2. Dalam pelaksanaan prosedur pengeluaran kas di Balai Besar Tekstil (BBT) harus memerlukan dokumen-dokemen penting milik pemerintah, yaitu : 1. Transaksi yang telah dikelompokan dimasukan kedalam dokumen SPP

yang isinya merupakan rekapan akun anggaran.

2. Setelah itu diterbitkan bukti SPM yang selanjutnya untuk diproses sehingga terbit SP2D yang diterbitkan oleh KPPN, dalam hal ini Bendahara Umum Negara. SP2D dibuat untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.


(44)

3. SPM baru dapat dibayar setelah diuji perihal kebenaran/ keabsahannya dengan daftar penguji.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Tekstil (BBT) , maka ada beberapa hal yang dapat penulis sarankan yang diharapkan dapat menjadi suatu masukan, yaitu :

1. Menambah tempat untuk menyimpan dokumen-dokumen berdasarkan susunan tahun.

2. Menyiapkan tenaga kerja cadangan dalam menginput data transaksi ke dalam program komputerisasi.


(45)

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENERIMAAN DAN

PENGELUARAN KAS PADA BALAI BESAR TEKSTIL

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN BANDUNG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Mata Kuliah Kerja Praktek

Jenjang Studi Diploma III Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : IRNES SEPTIANI NIM : 21308005

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(46)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR LAMPIRAN………. v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja Praktek ………... 1

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek……….. 2

1.2.1. Maksud Kerja Praktek………. 2

1.2.2. Tujuan Kerja praktek………... 3

1.3. Kegunaaan Kerja Praktek………. 3

1.4. Metode Kerja Praktek……….. 4

1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek………. 4

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaaan……… 6

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan……… 10

2.3. Uraian Tugas dan Jabatan……… 12

2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan………. 18

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek………. 19

3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek………. 19


(47)

3.2.2. Pengertian Kas………. 21

3.2.3. Pengertian Penerimaan Kas………. 26

3.2.4. Dokumen-dokumen Penerimaan Kas……….. 29

3.2.5. Pengertian Pengeluaran Kas……… 30

3.3. Pembahasan Kerja Praktek……….. 30

3.3.1. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung………. 30

3.3.2. Kendala dan Upaya dalam Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung………. 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.Kesimpulan……… 42

4.2.Saran………. 43

DAFTAR PUSTAKA……… 44

LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 45


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyos, 2004. Kamus Besar Akuntansi, Citra Harta Prima, Jakarta.

http://Intranet.kemenperin.go.id

http://www.bbt.go.id

Martin, Andre, 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Karina, Surabaya. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta.

Nurdiawan Deddi, 2007. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta. Samiaji Sarosa, 2009. Sistem Informasi Akuntansi, Grasindo, Jakarta.

Soemarso S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5 (Revisi) Salemba Empat, Jakarta.

Sumadji, 2006. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta .

Zaki Baridwan Prof, Dr. M.Sc. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8 BEFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.


(49)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan atas rahmat dan hidayah Allah S.W.T, akhirnya Laporan Kerja Praktek yang dilaksanakan pada tanggal 19 juli sampai dengan 19 Agustus, 2010 yang diajukan sebagai syarat dalam menempuh Program D-3 jurusan AKUNTANSI di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) Bandung penulisannya selesai tepat waktu.

Berbagai cara dan usaha telah penulis lakukan untuk penyelesaian laporan Kerja Praktek ini sesuai dengan yang telah diperoleh selama mengikuti Kerja Praktek pada “Balai Besar Tekstil” Departemen Perindustrian Bandung, tetapi karena ketebatasan kemampuan penulis masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna menjadi pedoman di masa yang akan datang.

Selama penulisan laporan ini, penulis menemukan berbagai kesulitan- kesulitan. Namun dengan adanya bimbingan dan pemeriksaan yang berlanjut dari pembimbing kerja praktek dari Ely Suhayati SE.M.Si.,Ak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof.Dr.Umi Narimawati, Dra. SE. M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi. 3. Siti Kurnia Rahayu.SE. M. Si.,Ak selaku Dosen Wali AK-5.


(50)

4. Seluruh staff dan Dosen Universitas Komputer Indonesia. 5. Bapak Ade Mulyana selaku Pemimpin Sub bag Pengeluaran 6. Bapak Mamat selaku Bendahara Pengeluaran.

7. A Anggi. SE yang membantu memberikan data-data perusahaan yang diperlukan selama penulis melakukan kerja praktek.

8. Pak Maman, Bu Tita, Bu Syekh, Mba Ditha, Pak Dede, Pak Sudarto, Pak Djalil, Pak Arif yang telah memberikan gambaran Balai Besar Tekstil dan memberikan pengalaman praktik.

9. Seluruh staff dan karyawan Balai Besar Tekstil

10.Ayah dan Mama serta Abang yang selalu memberikan doa dan restu serta perhatiannya juga dukungan yang penuh kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat ku khususnya, Riska, Lisda, Desti, Elisya, Ingwie, Rani, Akbar dan teman-teman AK-5 yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Atas semangat dan bantuan, serta petunjuk-petunjuk yang telah diberikan oleh semua pihak, penulis mendoakan semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT, Amin.

Akhir kata,Penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, 11 Des 2010


(51)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Irnes Septiani

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 25 september 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Komp. Bumi Panyileukan Blok M6 No.8

Riwayat Pendidikan Penulis :

1. SDN 1 Bumi Panyileukan : Tahun 1996-2002 2. SLTP Karya Pembangunan 10 Bandung : Tahun 2002-2005 3. SMA Karika Siliwangi 1 Bandung : Tahun 2005-2008

4. Tahun 2008 tercatat sebagai mahasiswa Program Studi D-III jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

Bandung, 11 Des 2010


(1)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR LAMPIRAN………. v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja Praktek ………... 1

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek……….. 2

1.2.1. Maksud Kerja Praktek………. 2

1.2.2. Tujuan Kerja praktek………... 3

1.3. Kegunaaan Kerja Praktek………. 3

1.4. Metode Kerja Praktek……….. 4

1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek………. 4

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaaan……… 6

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan……… 10

2.3. Uraian Tugas dan Jabatan……… 12

2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan………. 18

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek………. 19

3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek………. 19


(2)

iv

3.2.2. Pengertian Kas………. 21

3.2.3. Pengertian Penerimaan Kas………. 26

3.2.4. Dokumen-dokumen Penerimaan Kas……….. 29

3.2.5. Pengertian Pengeluaran Kas……… 30

3.3. Pembahasan Kerja Praktek……….. 30

3.3.1. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung………. 30

3.3.2. Kendala dan Upaya dalam Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung………. 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.Kesimpulan……… 42

4.2.Saran………. 43

DAFTAR PUSTAKA……… 44

LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 45


(3)

44

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyos, 2004. Kamus Besar Akuntansi, Citra Harta Prima, Jakarta.

http://Intranet.kemenperin.go.id

http://www.bbt.go.id

Martin, Andre, 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Karina, Surabaya. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta.

Nurdiawan Deddi, 2007. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta. Samiaji Sarosa, 2009. Sistem Informasi Akuntansi, Grasindo, Jakarta.

Soemarso S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5 (Revisi)

Salemba Empat, Jakarta.

Sumadji, 2006. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta .

Zaki Baridwan Prof, Dr. M.Sc. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8


(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan atas rahmat dan hidayah Allah S.W.T, akhirnya Laporan Kerja Praktek yang dilaksanakan pada tanggal 19 juli sampai dengan 19 Agustus, 2010 yang diajukan sebagai syarat dalam menempuh Program D-3 jurusan AKUNTANSI di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) Bandung penulisannya selesai tepat waktu.

Berbagai cara dan usaha telah penulis lakukan untuk penyelesaian laporan Kerja Praktek ini sesuai dengan yang telah diperoleh selama mengikuti Kerja Praktek pada “Balai Besar Tekstil” Departemen Perindustrian Bandung, tetapi karena ketebatasan kemampuan penulis masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna menjadi pedoman di masa yang akan datang.

Selama penulisan laporan ini, penulis menemukan berbagai kesulitan- kesulitan. Namun dengan adanya bimbingan dan pemeriksaan yang berlanjut dari pembimbing kerja praktek dari Ely Suhayati SE.M.Si.,Ak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof.Dr.Umi Narimawati, Dra. SE. M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi. 3. Siti Kurnia Rahayu.SE. M. Si.,Ak selaku Dosen Wali AK-5.


(5)

ii

4. Seluruh staff dan Dosen Universitas Komputer Indonesia. 5. Bapak Ade Mulyana selaku Pemimpin Sub bag Pengeluaran 6. Bapak Mamat selaku Bendahara Pengeluaran.

7. A Anggi. SE yang membantu memberikan data-data perusahaan yang diperlukan selama penulis melakukan kerja praktek.

8. Pak Maman, Bu Tita, Bu Syekh, Mba Ditha, Pak Dede, Pak Sudarto, Pak Djalil, Pak Arif yang telah memberikan gambaran Balai Besar Tekstil dan memberikan pengalaman praktik.

9. Seluruh staff dan karyawan Balai Besar Tekstil

10.Ayah dan Mama serta Abang yang selalu memberikan doa dan restu serta perhatiannya juga dukungan yang penuh kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat ku khususnya, Riska, Lisda, Desti, Elisya, Ingwie, Rani, Akbar dan teman-teman AK-5 yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Atas semangat dan bantuan, serta petunjuk-petunjuk yang telah diberikan oleh semua pihak, penulis mendoakan semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT, Amin.

Akhir kata,Penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, 11 Des 2010


(6)

60

RIWAYAT HIDUP

Nama : Irnes Septiani

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 25 september 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Komp. Bumi Panyileukan Blok M6 No.8

Riwayat Pendidikan Penulis :

1. SDN 1 Bumi Panyileukan : Tahun 1996-2002 2. SLTP Karya Pembangunan 10 Bandung : Tahun 2002-2005 3. SMA Karika Siliwangi 1 Bandung : Tahun 2005-2008

4. Tahun 2008 tercatat sebagai mahasiswa Program Studi D-III jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

Bandung, 11 Des 2010