Mengatakan yang sebenarnya. Biarkan publik tahu apa yang Buktikan dengan tindakan. Persepsi dari publik mengenai Dengarkan Konsumen. Untuk melayani publik dengan baik, Persiapkan dengan matang langkah kedepan. Antisipasi reaksi Radio P

www.kak2012.wordpress.com 217 demikian, organisasi dapat mengambil manfaat dengan dipersepsi oleh publik sebagai perusahaan yang bertanggungjawab. Penutup Tuntutan perusahaan menjalankan tanggungjawab pada publik menjadikan Perusahaan harus dapat menempatkan Public Relations pada posisi yang sesungguhnya dalam organisasi, artinya, fungsi Public Relations tidak dikerdilkan dan diambilalih oleh fungsi yang lain. Karena secara etika Public Relations, PR bertanggungjawab untuk menjelaskan duduk persoalan secara jujur jika perusahaan berada dalam suatu isu atau kondisi krisis yang membutuhkan kemampuan komunikasi yang tinggi dengan publik dan para pemangku kepentingan yang ada. Salah satu hal yang penting adalah menempatkan posisi Public Relations sebagai Boundary Spanners dalam organisasi, sehingga manajemen isu dalam organisasi dapat dilakukan dengan baik, sehingga bermuara pada reputasi organisasi yang baik yang akhirnya akan berdampak positif pada perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Dalam menjalankan peran sebagai Boundary Spanner dalam organisasi, Public Relations perlu dipersiapkan menjadi spokeperson organisasi dengan memperhatikan hal-hal yang dikemukakan oleh Tokoh Public Relations Arthur W Page dalam buku This is PR : Newson dan Turk, p. 151 yang menyarankan enam prinsip manajemen yang menuju pada tindakan etis yang dapat dilakukan oleh Public Relations dalam menjalankan tugasnya:

1. Mengatakan yang sebenarnya. Biarkan publik tahu apa yang

sementara terjadi dalam organisasi dan menyiapkan tampilan karakter organisasi yang sebenarnya, PR harus menguasai dengan benar dan tepat persoalan apa yang tengah dihadapi oleh organisasi

2. Buktikan dengan tindakan. Persepsi dari publik mengenai

organisasi 90 terbentuk dari tindakan dan 10 dari pernyataanperkataan yang keluar dari organisasi

3. Dengarkan Konsumen. Untuk melayani publik dengan baik,

praktisi PR perlu memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan publik.

4. Persiapkan dengan matang langkah kedepan. Antisipasi reaksi

publik dan ciptakan goodwill. Krisis yang terjadi saat ini merupakan persoalan organisasi untuk dievaluasi agar kedepan tidak terulang hal yang sama 5. Jalani Departemen atau Unit Public Relations sebagaimana seluruh elemen dalam organisasi bergantung padanya. Hubungan korporat adalah fungsi manajemen. Tidak ada capaian implementasi strategi korporat tanpa pertimbangan dampak dari PR internal dan eksternal www.kak2012.wordpress.com 218

6. Tetap tenang, sabar dan memiliki selera humor yang baik

dalam keadaan apapun juga. Dalam hubungan dengan manajemen organisasi, Public Relations harus tetap membina hubungan yang baik dengan cara memberi layanan pada orang orang dalam manajemen organisasi dengan cara Oxley, 1987 : 12 – 13 : 1. Memberi saran pada manajemen tentang semua perkembangan internal dan eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan organisasi dengan publik-publiknya 2. Meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi, sikap- sikap publik utama pada saat ini atau antisipasi sikap publik publik utama terhadap organisasi 3. Bekerja sebagai penghubung liaison antara manajemen dan publiknya 4. Memberi laporan berkala kepada manajemen tentang semua kegiatan yang mempengaruhi hubungan publik dengan organisasi Sebagai fungsi manajemen, Public Relations memampukan organisasi untuk mencapai hubungan yang efektif dengan berbagai khalayaknya melalui pengertian sikap, nilai, opini khlayak Wells, et al.,1995 :619 Hal penting juga adalah, sebagai disiplin ilmu yang diajarkan pada jurusan ilmu komunikasi, keberadaan penerapan etika PR yang dirasa masih sangat minim ini harus lebih ditingkatkan lagi dan diajarkan dengan lebih mendalam pada mahasiswa yang akan menjadi calon caon praktisi Public Relations, disertai dengan contoh contoh kasus dan diskusi yang lebih mendalam. Sehingga kode etik dan code of conduct yang telah dibuat oleh organisasi PR dalam etika public relations harus benar-benar disampaikan dan disosialisasikan bagi para calon dan pelaku profesi ini. Dengan adanya sosialisasi mengenai hal ini diharapkan akan timbul kepekaan dan kepedulian mahasiswa pada penerapan etika profesi Public Relations. Akhir kata, harapan penulis, setiap orang yang menjalankan profesi public relations ini hendaknya tahu bagaimana menerapkan etika yang berlandaskan kejujuran, profesionalisme dan filsafat moral. Penerapan etika yang sesuai itu sendiri berpulang pada diri orang-orang yang menjalankan profesi public relations, mau dibawa seperti apa profesi yang hendak mereka jalankan, disesuaikan dengan visi misi dan budaya organisasi dimana ia bekerja. Sumber Referensi : Irawan, G. 2003. Jasa Kehumasan Kini Menjadi Ujung Tombak Perusahaan. Sinar Harapan. Diunduh pada tanggal 12 Juni 2012 dari www.kak2012.wordpress.com 219 http:www.sinarharapan.co.idekonomipromarketing20040511 prom1.html Cutlip, S. M., Center, A. H., Broom, G. M. 2009. Effective Public Relations : Edisi Kesembilan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Jefkins, F. 2002. Public Relations. Jakarta : Penerbit Erlangga Bataviase : Krisis Etika, Public Relations, dan Politik. 2002. Diunduh pada tanggal 11 Mei 2012 dari http:bataviase.co.idnode180728 Iriantara, Yosal 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia Newsom, Turk 2010 This is PR, Tenth Edition, USA, Wadsorth Cengage Learning Parsons Patricia 2007 : Etika Public Relations. Jakarta. Edisi Terjemahan. Penerbit Erlangga Prayudi 2008 Manajemen Isu : Pendekatan Public Relations Yogyakarta. Penerbit Piss Printing www.kak2012.wordpress.com 220 PEMBERITAAN KASUS KORUPSI DALAM MEDIA www.kak2012.wordpress.com 221 PETARUNGAN BERITA DI MEDIA MASSA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI Dicky Andika, M.Si Universitas Mercu Buana Jakarta ABSTRAK Berita Laporan Utama pada media cetak merupakan bagian yang paling menarik bagi pembaca, karena kedalaman beritanya indepth reporting. Penulis memilih dua majalah nasional terbesar, TEMPO dan GATRA yang menurunkan Berita Laporan Utama dengan tema bocoran kawat WikiLeaks. Teori yang digunakan adalah konstruksi realitas media massa dari Peter D. Moss yang mengatakan bahwa wacana media massa merupakan konstruksi kultural yang dihasilkan oleh ideologi. Dalam pandangan Keller mengatakan bahwa brand image merupakan refleksi khalayak yang berpegang pada ingatan khalayak. Metode yang digunakan adalah analisis framing model Pan dan Kosicki. Model ini dipilih karena mengintegrasikan secara bersama-sama konsepsi psikologis dan sosiologis. Teks media yang diteliti adalah struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Hasil penelitian pada Laporan Utama Majalah TEMPO dan Majalah GATRA, kedua majalah ini berbeda pandangan dalam menafsirkan bocoran informasi dari WikiLeaks dalam berita laporan utamanya. Laporan Utama Majalah TEMPO cenderung membenarkan informasi dari WikiLeaks yang dimuat harian The Age dan Sydney Morning Herald yang membocorkan informasi tentang penyalahgunaan kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap kasus hukum yang melibatkan M. Jusuf Kalla dan Taufik Kiemas. Hal ini menunjukkan bahwa citra politik pemerintah yang mengusung anti korupsi menjadi sebuah kampanye politik hanya sebatas slogan semata. Sedangkan pada Laporan Utama Majalah GATRA, menganggap informasi dari WikiLeaks tentang penyalahgunaan kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak berdasar, dan berita harian The Age dan Sydney Morning Herald yang memuatnya sebagai berita sampah. kata kunci: media massa, korupsi, analisis framing PENDAHULUAN Berita yang dimuat dua harian Australia, The Age dan Sydney Morning Herald itu menjadi Laporan Utama dua majalah berita mingguan politik terkemuka di Indonesia, TEMPO dan GATRA. TEMPO pada covernya memuat judul: “TERGELITIK WIKILEAKS” pada Edisi 21-27 Maret 2011, adapun GATRA Edisi 17-23 Maret 2011 berjudul: “MENEPIS SERANGAN WIKILEAKS.” www.kak2012.wordpress.com 222 Dalam Pengantar Laporan Utamanya TEMPO menulis: “Suhu politik Tanah Air meningkat setelah terbit berita utama Koran Australia, The Age dan Sydney Morning Herald, 1 Maret 2011. Memperoleh dokumen WikiLeaks secara ekslusif, dua Koran itu menulis sejumlah bocoran kawat diplomatik Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta. The Age bahkan menulis judul provokatif, menuduh penyalahgunaan kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. TEMPO menelusuri sebagian tuduhan yang termuat dalam kawat dan kemudian ditulis dua harian Australia itu. Pengakuan seorang pembagi duit di arena Musyawarah Nasional Partai Golkar 2004 memberi konfirmasi atas informasi itu. Bagaimana dengan pelbagai tuduhan lain yang juga dibocorkan?” TEMPO, 21-27 Maret 2011. Adapun GATRA menulis: “Bocoran kawat diplomat versi WikiLeaks yang dimuat dua koran di Australia, yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyalahgunakan kekuasaan, dinilai sebagai kawat sampah. Indonesia terbukti menjadi obyek spionase diplomat Amerika. Pers Australia dinilai cenderung menyerang Indonesia. Perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing? Bocoran dari situs WikiLeaks, yang dimuat dua koran Australia, The Age dan Sydney Morning Herald, edisi Jumat 11 Maret lalu, sepertinya masih membekas dibenak presiden.” GATRA, 17-23 Maret 2011. Kedua Laporan Utama itu menarik dijadikan perbandingan untuk memahami bagaimana TEMPO dan GATRA mengkonstruksi suatu berita dalam segmen Laporan Utama pada edisi, 21-27 Maret 2011 untuk Majalah TEMPO, dan Edisi, 17-23 Maret 2011, pada Majalah GATRA. Pemberitaan kedua majalah tersebut dapat mengganggu citra politik pemerintah yang mengusung brand politik anti korupsi. Citra politik bagi politisi sangat penting bagi pengembangan karier politisi tersebut. Citra politisi merupakan suatu penilaian atau image dari politisi itu sendiri dengan kesan atau impresi yang positif dimata khalayak luas. Pencitraan politik ini juga berkaitan dengan fungsi-fungs komunikasi massa. Menurut Alex Sobur, “Analisis framing dipakai untuk membedah cara- cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita Sobur, 2001:162.Realitas pemberitaan dalam Laporan Utama dengan judul www.kak2012.wordpress.com 223 “TERGELITIK WIKILEAKS” oleh TEMPO, dan “MENEPIS SERANGAN WIKILEAKS”, oleh GATRA? Konstruksi ini akan sangat menentukan bagaimana masyarakat memahami isi berita tersebut dalam perspektif berita di media massa. Konstruksi Realitas Media Massa Peter D. Moss sebagaimana dikutip Dedy Mulyana mengatakan bahwa wacana media massa merupakan konstruksi kultural yang dihasilkan oleh ideologi. Media melakukan seleksi atas realitas, mana realitas yang akan diambil dan realitas mana yang ditinggalkan. Media kerap memilih nara sumber mana yang akan diwawancarai dan nara sumber mana yang tidak diwawancarai. Karena itu, berita dalam media massa menggunakan frame atau kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial. Lewat narasinya, media massa menawarkan definisi-definisi tertentu mengenai kehidupan manusia: siapa pahlawan dan siapa penjahat, apa yang baik dan apa yang buruk bagi rakyat, apa yang patut dan apa yang tidak patut dilakukan seorang elit, pemimpin, atau penguasa; tindakan apa yang disebut perjuangan, pemberontakan, terorisme, pengkhianat; isu apa yang relevan atau tidak; solusi apa yang harus diambil dan ditinggalkan. Mulyana, 2008 : 11. Pandangan konstruksionis mendefinisikan, media massa bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subyek yang mengkontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan kontruksionis menolak argumen yang menyatakan bahwa media adalah saluran yang bebas. Apa yang tersaji dalam berita adalah produk dari pembentukan realitas oleh media. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak Eriyanto, 2002:23. Menurut Eriyanto, peran media dalam membentuk realitas dapat dilihat dalam berbagai tingkatan. Pertama, media membingkai peristiwa dalam bingkai tertentu. Peristiwa-peristiwa yang kompleks disederhanakan sehingga membentuk pengertian dan gagasan tertentu. Media juga agen, bukan hanya bagaimana peristiwa itu dipahami tetapi juga bagaimana peristiwa itu disetujui atau tidak. Apakah peristiwa itu disetujui atau disangkal, yang kesemuanya dapat dilihat www.kak2012.wordpress.com 224 bagaimana peristiwa itu didefinisikan, bagaimana peristiwa itu disajikan, siapa aktor yang diwawancarai, dan sebagainya. Kedua, media memberikan simbol-simbol tertentu pada peristiwa dan aktor yang terlibat dalam berita. Pemberian simbol akan menentukan bagaimana peristiwa itu dipahami, siapa yang dilihat sebagai pahlawan dan siapa yang dilihat sebagai musuh. Media bukan hanya mengutip apa adanya yang dikatakan oleh sumber berita, ia juga akan memakai dan menseleksi ucapan dan menambah dengan berbagai ungkapan atau kata-kata yang ditampilkan. Semua ungkapan, kata itu bisa memberkan citra tertentu ketika diterima oleh khalayak. Ketiga, media juga menentukan apakah peristiwa ditempatkan sebagai hal yang penting atau tidak; apakah peristiwa hendak ditulis secara panjang atau pendek; apakah hendak ditempatkan di halaman pertama atau tidak; apakah peristiwa ditulis secara bersambung atau tidak. Semua pilihan tersebut adalah kemungkinan yang dapat diambil oleh media Eriyanto, 2002:24. Sebagai sebuah produk dari media, paradigma konstruksionis memandang berita sebagai: Pertama, berita bukanlah refleksi dari realitas, ia hanyalah konstruksi dari realitas. Berita itu ibaratnya seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tapi potret dari pertarungan berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Menurut kaum konstruksionis, berita adalah hasil dari konstruksi sosial di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadkan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Kedua, berita bersifat subyektif konstruksi atas realitas. Berita dipandang sebagai produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan realitas yang berbeda pula. Kalau ada perbedaan antara berita dengan realitas yang sebenarnya, maka itu tidak dianggap sebagai kesalahan, tapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas. Eriyanto, 2002:26-27. Berita harus peka terhadap wacana politik, ekonomi, budaya dan lain- lain. Hal ini di sebabkan fungsinya sebagai media massa yang terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan lain. Menurut Donald Shaw, Maxwell McCombs dan rekan-rekan: “Ada bukti besar yang telah dikumpulkan bahwa penyunting dan penyiar memainkan bagian yang penting dalam membentuk realitas sosial kita ketika mereka menjalankan tugas keseharian mereka dalam memilih dan www.kak2012.wordpress.com 225 menampilkan berita. Pengaruh media massa ini–kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif antarindividu untuk menyusun pemikiran mereka–telah diberi nama fungsi penyusunan agenda dari komunikasi massa. Di sini terletak pengaruh paling penting dari komunikasi massa, kemampuan untuk menata mental, dan mengatur dunia kita bagi kita sendiri. Singkatnya, media massa mungkin tidak berhasil dalam memberitahu kita apa yang harus kita pikirkan, tetapi mereka secara mengejutkan berhasil memberitahu kita tentang apa yang harus kita pikirkan.” Littlejohn dan Foss, 2009: 415. Gambar 1. Organisasi Media Dalam Suatu Bidang Kekuatan Sosial Sumber: Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication; Sixth Edition, United States of America: Wadsworth Publishing Company, 1999: 334 Dennis Mcquail menggambarkan posisi media dalam berinteraksi dengan berbagai organisasi ekonomi, sosial dan politik, peristiwa-peristiwa dan kejadian- kejadian yang berlangsung dalam masyarakat dan para audiens. Bagan diatas menggambarkan bagaimana media massa mendapat tekanan dari beragam kepentingan terutama dari sisi sosial, politik dan ekonomi. Di Indonesia, tekanan sosial dan politik biasanya adalah dari institusi yang mengendalikan aturan hukum politik seperti Departemen Komunikasi dan Informatika, Komisi Penyiaran Indonesia KPI, Anggota Parlemen DPR dan lain-lain. Sedangkan dari institusi sosial yang lain bisa dari Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, Organisasi TEKANAN EKONOMI Pesaing TEKANAN SOSIAL DAN POLITIS Agensi Berita Pengiklan Serikat Buruh Pemilik Kepentingan Permintaan Audiens Kendali Hukum Institusi Sosial www.kak2012.wordpress.com 226 Masyarakat Ormas dan sebagainya. Secara ekonomi, tekanan terhadap media bisa datang dari sesama media massa yang saling bersaing menyajikan berita terbaik dan tercepat, para pengiklan atau perusahaan sponsor yang menghidupi industri media, pemilik media yang mengharapkan keuntungan bisnis dan serikat pekerja sebagai organisasi yang menaungi para pekerja media. Disamping itu, tekanan juga muncul terkait peristiwa yang terjadi pada masyarakat dan opini publik atau audiens-nya. Dalam mengkonstruksi realitas menjadi berita, media massa dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, ada lima kategori utama pengaruh isi media: 1. Pengaruh individu-individu pekerja media. 2. Pengaruh rutinitas media. 3. Pengaruh organisasional. 4. Pengaruh dari luar organisasi media. 5. Pengaruh ideologi. Korupsi Korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan dan adminstrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan atau pribadi lainnya Pito, et. Al, 2006: 405. Adapun ciri-ciri korupsi menurut Syed Hussein Alatas Pito, et. Al, 2006: 405, yaitu: 1. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan 2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umum 3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus 4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang- orang yang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu 5. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak www.kak2012.wordpress.com 227 6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain 7. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan mereka dapat mempengaruhinya 8. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk- bentuk pengesahan hukum 9. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi Pembahasan a. Majalah TEMPO. Skema berita yang digunakan pada Laporan Utama : ”TERGELITIK WIKILEAKS”, adalah teknik piramida terbalik, di mana susunannya memudahkan pembaca secara cepat mengetahui apa yang diberitakan. Bentuk piramida terbalik pada bagian pertama adalah judul headline : ”PUKULAN PERTAMA 3.059 KAWAT”. Pada bagian ini Majalah TEMPO hendak membawa pembaca mengetahui angka secara jelas dan efek yang akan diterima oleh subyek dalam berita, dalam hal ini kalangan istana. Pada bagian teras berita lead intro digambarkan bahwa informasi yang bersumber dari WikiLeaks berpotensi mendelegitimasi kalangan Istana. Hal ini tampak pada kalimat: ”Sebanyak 3.059 kawat diplomatik Kedutaan Amerika di Jakarta mulai dibuka WikiLeaks. Melalui dua koran Australia, bocoran ini langsung menghantam Istana. TEMPO menelusuri sebagian isu yang dilaporkan.” Penggunaan kalimat : ”bocoran ini langsung menghantam Istana” menunjukkan sikap Majalah TEMPO yang cenderung mendalami kebenaran informasi yang dibocorkan WikiLeaks terhadap penyalahgunaan kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Latar informasi dari pemberitaan ini antara lain berasal dari Bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta dari WikiLeaks yang menyatakan, pada Desember 2004 ketika itu duta besar-nya B Lynn Pascoe, Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Hendarman Supandji, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, menghentikan penyelidikan perkara korupsi yang melibatkan Taufiq Kiemas. www.kak2012.wordpress.com 228 Cuplikan berita di atas itulah yang menjadi alasan 2 koran Australia itu menjadikannya sebagai berita. Bocoran dari WikiLeaks itu dianggap kalangan Istana turut terlibat. Dugaan ini diperkuat pada cuplikan berita : ”Dalam bocoran kawat, diplomat Amerika dikutip mengatakan memperoleh informasi dari Tiopan Bernhard Silalahi, kini anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Ia disebutkan memberi informasi bahwa permintaan penghentian kasus yang melibatkan Taufiq langsung datang dari Yudhoyono.” dalam kalimat ditulis: ”Disitu tertulis Tommy Winata mencoba mendekati Ani Yudhoyono dengan menggunakan bantuan seorang pejabat senior. Diplomat Amerika mengatakan memperoleh informasi itu dari seseorang bernama Yahya Asagaf, intel senior di Badan Intelijen Negara.” Dari kelima cuplikan berita tersebut yang menyebut nama Taufiq Kiemas, Susilo Bambang Yudhoyono, TB. Silalahi, Tommy Winata, dan Ani Yudhoyono tergambar jelas bahwa ada kasus besar yang melibatkan kalangan istana. Pada bagian Kutipan dari berita ini terlihat jelas pihak istana gusar dan mencoba menepisnya. Kutipan ini ada pada kalimat : ”Saya sudah membantah informasi WikiLeaks, tolong jangan diperpanjang lagi” TB.Silalahi ”Presiden tidak senang dengan berita penuh kebohongan yang dimuat Sydney Morning Herald dan The Age,” Daniel Sparingga - anggota staf khusus Presiden.” ”Saya hanya anak bangsa biasa.” Tommy Winata - Pengusaha. ”Saya pandang sudah cukup, tidak perlu lagi terus-menerus ikut dalam kegaduhan ini.” Susilo Bambang Yudhoyono – Presiden RI. ”Saya tidak terkejut, Telepon selular saya juga pernah disadap dan diperdengarkan dalam rapat sebuah lembaga negara.” Yusril Ihza Mahendra -mantan Menteri Sekretaris Negara Judul : ”PUKULAN PERTAMA 3.059 KAWAT” Makna 3.059 kawat adalah mengacu pada jumlah informasi yang dirilis oleh wikileaks terkait informasi surat menyurat di Istana. Judul diatas bisa dimaknai bahwa isi kawat berita WikiLeaks berisi informasi yang berpotensi menjatuhkan pejabat di Istana yaitu presiden dan stafnya, jika terbukti informasi tersebut benar. Teras Berita : Dengan mengutip sumber dari dua koran Australia yang memuat angka 3.059 kawat, TEMPO menggambarkan kalangan Istana gusar. Isi : Memaparkan semua data dari dua koran Australia lalu TEMPO mengonfirmasi kepada sejumlah nama terkait dan mencari sumber lain yang menguatkan lalu memuat kutipan tersebut www.kak2012.wordpress.com 229 dalam berita. Penutup : Pada bagian penutup, TEMPO menempatkan statement Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membenarkan adanya perintah kepada BIN untuk mengawasi pergerakan Yusril Ihza Mahendra. Dapat dimaknai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganggap pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald tidak seluruhnya salah, ada benarnya juga. Pilihan menempatkan statement Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di bagian penutup bisa diartikan, TEMPO ingin menyampaikan pesan kepada pembaca, bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui adanya kebenaran bocoran kawat WikiLeaks meski porsinya kecil. Kesimpulan : TEMPO tidak hanya mengutip pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald, namun berusaha mendalami informasi bocoran kawat WikiLeaks itu dengan mencari sumber lain yang kompeten sebagai pembanding. Independensi yang dimiliki TEMPO, menjadikan ia bebas mengungkap dan memberitakan pihak mana saja yang dianggap memiliki pengaruh terhadap khalayak.

b. Majalah GATRA

Skema berita yang digunakan pada Laporan Utama : ”MENEPIS SERANGAN WIKILEAKS” menggunakan teknik yang sama dengan Majalah TEMPO. Bentuk piramida terbalik pada bagian pertama adalah judul headline : ”MEREKA DISENGAT BOCORAN WIKILEAKS”. Pada bagian ini Majalah GATRA hendak membawa pembaca agar tidak terpengaruh bocoran dari WikiLeaks, dan kalangan Istana yang menjadi obyeknya hanya menjadi korban. Pada bagian teras berita lead intro digambarkan bahwa informasi yang bersumber dari bocoran WikiLeaks itu merugikan kalangan Istana. Hal ini tampak pada kalimat: ”Bocoran kawat diplomat versi WikiLeaks yang dimuat dua koran di Australia, yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyalahgunakan kekuasaan, dinilai sebagai kawat sampah. Indonesia terbukti menjadi objek spionase diplomat Amerika. Pers Australia dinilai cenderung menyerang Indonesia. Perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing?” www.kak2012.wordpress.com 230 Penggunaan kalimat : ”dinilai sebagai kawat sampah, dan perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing?” menunjukkan sikap Majalah GATRA yang memihak kalangan Istana dan menggiring opini pembaca agar tidak mudah percaya dengan dua berita di Australia tersebut. Latar informasi dari pemberitaan ini berasal dari Dugaan kasus korupsi, antara lain, terkait proyek Jakarta Outer Ring Road senilai US 2,3 milyar dan proyek rel ganda kereta api Merak-Banyuwangi senilai US 2,5 milyar. Juga proyek pembangunan jalan Trans-Kalimantan dan Trans-Papua, masing-masing senilai US 2,3 milyar dan US 1,7 milyar melibatkan Taufiq Kiemas yang dibocorkan WikiLeaks. Namun GATRA terkesan mengemas berita yang pro Istana. Hal ini tertera pada kalimat sebagai berikut : ”Seperti biasa, Presiden Yudhoyono bicara dengan tenang. Tidak perlu kita terus-menerus ikut dalam kegaduhan soal ini, karena banyak yang lebih penting yang harus kita lakukan, katanya, mengingatkan. Nanti publik akan tahu siapa sesungguhnya yang demokratis dan siapa yang tidak. Yang main lapor, main tuduh, main hakim di media massa, kata Presiden Yudhoyono.” Cuplikan berita tersebut terkesan menampilkan sosok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada posisi yang tidak bersalah dan mencoba menenangkan rakyatnya agar tidak terpengaruh oleh bocoran WikiLeaks yang tidak bertanggungjawab. Pada bagian Kutipan dari berita ini terlihat jelas pihak istana mencoba menepisnya. Kutipan ini ada pada kalimat : ”Ia juga menilai pemberitaan dua koran itu sebagai character assasination. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono “Apa yang dituduhkan itu secuil pun tidak ada. Ibu Negara terus terang menangis. Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Negara ”Semua yang dimuat dalam berita koran Australia itu tidak ada nilai kebenarannya, sehingga perlu dibantah. Presiden menolak keras tulisan dua koran itu. Teuku Faizasyah, juru bicara presiden bidang luar negeri Kawatnya sampah T.B. Silalahi, Staf Ahli Presiden ”Tudingan WikiLeaks itu salah besar. Karena pada waktu itu saya masih menjadi Asisten Jamwas Jaksa Agung Muda Pengawasan, Hendarman Supandji, Mantan Jaksa Agung Saya tak mau menanggapi sumber spekulatif, Taufiq Kiemas, Ketua MPR www.kak2012.wordpress.com 231 Ah, tidak sebesar itu. Ya, jumlahnya tidak lebih dari 10 seperti yang ditulis WikiLeaks, Jusuf Kalla, Mantan Ketua Umum Partai Golkar Ini merupakan perang asimetris. Efek merusaknya lebih besar daripada perang konvensional. Ini harus mengetuk awareness kita, awareness bangsa ini, Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pertahanan Judul : ”Mereka Disengat Bocoran WikiLeaks” Kata Mereka Disengat bisa dimaknai sebagai korban dari pihak yang menyengat, dalam hal ini WikiLeaks. GATRA mencoba menggiring opini pembaca, bahwa pihak Istana dalam pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald adalah korban. Dan pihak yang dianggap teraniaya patut dibela. Teras Berita : ”Bocoran kawat diplomat versi WikiLeaks yang dimuat dua koran di Australia, yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyalahgunakan kekuasaan, dinilai sebagai kawat sampah. Indonesia terbukti menjadi objek spionase diplomat Amerika. Pers Australia dinilai cenderung menyerang Indonesia. Perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing?” GATRA beranggapan bocoran dari WikiLeaks sebagai kawat sampah yang tidak perlu dipercaya kebenarannya dan menuding Pers Australia memiliki agenda untuk menyerang Indonesia dengan pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald. Isi : Memaparkan semua data dari dua koran Australia lalu GATRA mengonfirmasi kepada sejumlah nama terkait dan memuat kutipan tersebut dalam berita tanpa berusaha mencari sumber lain sebagai pembanding. Penutup : Pada bagian penutup, GATRA menempatkan statement Sjafrie Sjamsoeddin Wakil Menteri Pertahanan yang turut memperkuat bantahan berita dari The Age dan Sydney Morning Herald yang menuding adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat Istana. Bisa dimaknai, GATRA hendak menggiring opini pembaca bahwa, semua bocoran kawat WikiLeaks tidak benar adanya. Kesimpulan : GATRA mengemas berita yang bersumber dari The Age dan Sydney Morning Herald dengan kecenderungan memihak kepada kalangan Istana. Kutipan narasumber lebih banyak diberikan kepada yang pro Istana dan tidak berusaha mencari sumber lain yang dianggap kontra sebagai pembanding. Ada penekanan citra negatif terhadap WikiLeaks, The Age, www.kak2012.wordpress.com 232 dan Sydney Morning Herald dengan menganggap sebagai kawat sampah dan pers Australia memiliki agenda untuk menyerang Indonesia. Kesimpulan 1. Pemberitaan TEMPO TEMPO berusaha mendalami bocoran kawat diplomatik dari Kedutaan Besar Amerika di Indonesia yang diberitakan dua Koran Australia, The Age dan Sydney Morning Herald. Dalam pemberitaannya TEMPO cenderung mengakui kebenaran informasi dari bocoran WikiLeaks, hal ini terlihat dari usaha TEMPO untuk mendapatkan tanggapan dari sumber lain di kalangan Istana yag dianggap tidak memiliki kepentingan, jadi informasi yang didapat diharapkan faktual. 2. Pemberitaan GATRA Dilihat dari isi pemberitaannya, ada kecenderungan menganggap bocoran kawat dari WikiLeaks sebagai sampah yang tidak perlu dipercaya informasinya. Hal ini terlihat, dalam pemberitaannya GATRA hanya mengulas berita dari yang sudah dilansir dua Koran Australia, The Age dan Sydney Morning Herald. GATRA hanya memberitakan sanggahan bantahan dari pihak Istana, tidak berusaha mencari sumber lain yang kompeten sebagai pembanding. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, dkk, 2007. Komunikasi Massa, Simbiosa Rekatama Media, Bandung. Barus Willing Sedia, 1996. Jurnalistik Praktis, Cv. Mini Jaya Abadi, Jakarta. Basrowi dan Sukidin, 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Surabaya: Insan Cendekia. Birowo, M. Antonius, 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Gitanyali. Yogyakarta. Devito, A. Joseph, 1997. Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar, Edisi Kelima. Jakarta, Professional Books. www.kak2012.wordpress.com 233 Eriyanto, 2001. Analisis Wacana, pengantar Analisis Teks Media. Lkis. Yogyakarta. Eriyanto, 2002. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta, LKiS. Jefkins, Frank, 2004. Public Relations, Jakarta, Erlangga. Kuswarno, Engkus, 2007. Perubahan Paradigma Penelitian Komunikasi, dalam Metode Penelitian Komunikasi, Deddy Mulyana dan Solatun eds, Rosda Bandung. Littlejohn, Stephen W, 1999. Theories of Human Communication; Sixth Edition, United States of America: Wadsworth Publishing Company. Mulyana, Deddy, 2008. Komunikasi Massa; Kontroversi, Teori dan Aplikasi, Bandung: Widya Padjajaran. Nasution, 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito Bandung, cetakan kedua. Nasution, Zulkarmein, 2004. Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas Terbuka. Pito, Toni Andrianus et. Al., 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Bandung: Penerbit Nuansa. Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Shoemaker, Pamela J. Dan Reese, Stephen D, 1996. Mediating The Message; Theories of Influences on Mass Media Content, Second Edition. News York: Longman Publisher USA. Sobur, Alex, 2001. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka. Sumber lain: “Tergelitik WikiLeaks”, Majalah TEMPO, Edisi 21-27 Maret 2011. “Menepis Serangan WikiLeaks”, Majalah GATRA, Edisi 17-23 Maret 2011. “Menelusuri Yayasan Si Gurita Cikeas 4 Kantor di Gedung Bob Hasan”, www.inilah.com , http:nasional.inilah.comreaddetail255562kantor- di-gedung-bob-hasan , 2 Januari 2010 Wikipedia.org, http:id.wikipedia.orgwikiWikiLeaks http:id.wikipedia.orgwikiTelegraf www.kak2012.wordpress.com 234 INVESTIGASI MEDIA MASSA : MENGUNGKAP DAN MENCEGAH KORUPSI Ira Dwi Mayangsari Institut Manajemen Telkom e-mail: iradwi0603yahoo.com.sg ABSTRAK Korupsi di Indonesia makin marak. Tiadanya sanksi berat dari sisi hukum dan sosial menjadikan Indonesia surga bagi koruptor. Andai pun pelaku korupsi dipenjara, dipastikan hukumannya hanya sebentar, bisa membeli sel tahanan mewah dan ketika keluar dari penjara pun tetap menjadi orang kaya. Media massa memiliki peran strategis dalam pemberantasan korupsi. Peran sebagai jembatan informasi masyarakat idealnya dapat menjadi kekuatan untuk mengungkap dan mencegah korupsi. Namun sampai saat ini ternyata masih sulit bagi media massa untuk menjalankan fungsi idealnya. Terdapat masalah internal media massa, misalnya wartawan amplop, dependensi finansial pada penguasa, subyektivitas isi berita akibat kepentingan politik di redaksi, konglomerasi media, hingga lemahnya kemampuan investigasi wartawan. Sedangkan masalah eksternal seperti sulitnya menginvestigasi tanpa dukungan UU, keengganan whistle blower dan juctice collaborator untuk diungkap media karena faktor keamanan, adanya intervensi kepentingan politik seperti sensor media, corruption fight back dan lain-lain. Makalah ini akan membahas Teori Korupsi, Watchdog, Kebebasan Pers, dan UU, Kasus Media dan Korupsi, Investigasi media massa, Program Investigasi Korupsi di Media Massa TV, Radio, Koran, Media Online dan Film serta Model Baru Investigasi Media Massa. Penulis juga mewacanakan investigasi media massa melalui informasi partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam mengungkap dan mencegah korupsi. kata kunci : korupsi, investigasi, media massa Pendahuluan Banalisasi korupsi tengah melanda Indonesia. Pembiasaan atau pembiaran kejahatan korupsi ini dilakukan oleh negara dan masyarakat secara sistematis. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi KPK M. Jasin mengungkapkan, berdasarkan hasil survey Political and Economic Risk Consultancy PERC 2010 Indonesia adalah negara terkorup di Asia Pasifik http:metrotvnews.comreadnews201108116096220PERC-Indonesia- Negara-Terkorup-di-Asia-Pasifik. Peringkat negara terkorup ternyata mayoritas disumbang oleh koruptor yang berasal dari birokrasi. “Selama 2010, aktor korupsi terbanyak yang ditangani KPK adalah anggota DPR,” ungkap anggota ICW, Tama S. Langkun. Indonesia www.kak2012.wordpress.com 235 Corruption Watch ICW mencatat, sepanjang tahun 2010 Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menangani kasus korupsi yang paling banyak dilakukan oleh anggota DPR, yaitu 26 orang. Kasus-kasus yang melibatkan anggota DPR, yaitu dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2004 dengan nilai mencapai Rp 24 miliar http:makassar.tribunnews.com20110307kpk-nilai-banyak-koruptor-di-dpr. Kasus lainnya di APBN 2010, sekitar 7 triliyun diindikasikan sebagai korup dengan modus studi banding ke luar negeri oleh aparat pemerintah http:www.metrotvnews.comreadnewsprograms201205191260991Birokrasi- Korupsi. Kasus korupsi memang harus diberantas. Pemberantasan dapat dilakukan dengan sinergi semua pihak terkait. Pemerintah, masyarakat, Lembaga Swadaya masyarakat LSM, dengan media massa sebagai porosnya. Peran media massa sebagai watch dog, melakukan investigasi dan menyebarkan berita kepada masyarakat seharusnya dapat menjadi alat pemberantas korupsi. Namun dalam menjalankan perannya, media massa dihadapkan pada banyak masalah baik internal ataupun eksternal. Kasus internal media massa misalnya wartawan amplop, dependensi finansial pada penguasa, subyektivitas isi berita akibat kepentingan politik di redaksi, konglomerasi media, hingga lemahnya kemampuan investigasi wartawan. Sedangkan masalah eksternal seperti sulitnya menginvestigasi tanpa dukungan UU, keengganan whistle blower dan juctice collaborator untuk diungkap media karena faktor keamanan, adanya intervensi kepentingan politik seperti sensor media, corruption fight back dan lain-lain. Walaupun halangan investigasi cukup banyak, beberapa media massa mampu mengatasinya dengan baik. Beberapa program investigasi jurnalistik yang pastinya berbiaya tinggi dan memakan waktu lama pantas dicermati. Stasiun televisi Metro TV memiliki banyak program investigasi misalnya Suara Anda dan Metro Highlight. Bahkan untuk segmen pemirsa hiburan Metro TV membawa isu korupsi dalam program komedi satir seperti Sentilan Sentilun dan Provokatif Proaktif. Di media radio, kota Bandung terwakili oleh News Radio PRFM. Radio milik harian Pikiran Rakyat ini menjadi satu-satunya news radio bertagline Andalah Reporter Kami. Berkonsep pada citizen journalism, radio ini memiliki program talkshow dengan tema yang ditentukan dari jumlah respon pendengar. www.kak2012.wordpress.com 236 Menghadirkan tokoh-tokoh terkait baik dari pemerintahan, LSM dan interaksi dengan pendengar, investigasi tentang kasus yang menimpa masyarakat menjadi terungkap. Contoh tema talkshownya seperti Kasus Korupsi Sekolah melalui Pungli di Bandung. Untuk media surat kabar, Koran Tempo termasuk Koran investigasi yang kredibel di masyarakat. Pada kasus korupsi Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Wa Ode Nurhayati, selain memberitakan kasus seperti media lain, Tempo memiliki informasi investigatif tentang pengkodean lengkap parpol dalam kasus korupsi tersebut. Media online juga berpartisipasi membongkar kejahatan korupsi. Website milik Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Indonesia Corruption Watch ICW, Transparency International Indonesia TI merupakan website-website yang menjadi sumber berita untuk investigasi media massa. KPK dengan kolom berita siaran pers menginformasikan putusan penahanan pengadilan para tersangka korupsi http:www.kpk.go.id. ICW http:www.antikorupsi.org dan TI http:www.ti.or.id sering dijadikan partner media dalam memberikan data cross check korupsi. Mereka sering dijadikan narasumber di berbagai talkshow TV dan radio, dan narasumber wawancara media cetak. Media film juga mulai menjadi pemain baru dalam pemberantasan korupsi. Di 2012, tercatat film Korupsi vs Kita yang disponsori oleh Transparency International Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Management Systems International, USAID, dan Cangkir Kopi. Film ini memberikan wacana pencegahan korupsi untuk masyarakat dengan cara yang ringan. Melihat masih terbatasnya investigasi media massa dalam mengungkap dan mencegah korupsi perlu ada inovasi dalam proses investigasi media massa. Sebuah model baru investigasi media massa, diharapkan dapat membuat proses investigasi menjadi lebih efektif dan efisien. Model ini terdiri dari komponen media society journalism, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas informasi Good Governance, Media Massa, undang-undang, dan Komisi Informasi. Makalah ini menggunakan studi literatur dari beberapa buku korupsi di Indonesia, komunikasi dan media massa. Dokumentasi dan observasi dilakukan untuk memotret program investigasi media massa melalui media online, stasiun televisi, radio dan koran. Teori Korupsi www.kak2012.wordpress.com 237 Pengertian korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi yang mengkhianati kepercayaan. Korupsi merupakan perwujudan immoral dari dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan metode pencurian dan penipuan Semma, 2008 : 81. Korupsi terjadi jika ada faktor eksternal yaitu opportunity to corrupt dan faktor internal yaitu willingness to corrupt Wijayanto, 2011:26. Sesuai Cost and Benefit Analysis dikatakan jika net benefit of corruption 0 maka seseorang melakukan korupsi. Jika nilai manfaat bersih 0 maka tidak melakukan korupsi. Yang termasuk biaya korupsi adalah hukuman penjara kalau tertangkap, malu kalau tertangkap, perasaan tidak tenang atau berdosa, kehilangan pekerjaan kalau tertangkap, dan mematahkan semangat bekerja keras dan kompetisi sehat. Sedangkan yang termasuk manfaat korupsi adalah manfaat finansial berupa pendapatan tambahan dari korupsi, manfaat non finansial berupa terima kasih dari klien, posisi sosial yang tinggi karena dianggap berhasil secara materi, perasaan solider dengan teman, dan membalas utang budi kepada klien. Diilustrasikan jika biaya korupsi adalah dosa dan manfaatnya adalah posisi tinggi karena dianggap berhasil secara sosial materi. Maka seseorang yang melakukan korupsi mengganggap biaya sosial korupsi karena takut dosa rendah, lebih bernilai manfaat korupsi yaitu memperoleh posisi sosial yang tinggi karena memiliki materi berlimpah. Upaya pemberantasan korupsi akan menjadi efektif apabila berbagai mekanisme antikorupsi mampu menekan manfaat korupsi dan pada saat yang bersamaan meningkatkan biaya bagi pelaku. Wijayanto, 2011 : 34. Watchdog, Kebebasan Pers, dan UU Media massa berperan strategis dalam pemberantasan korupsi. Apalagi dengan hukum yang belum tegak di Indonesia mengingat jumlah kasus korup penegak hukum polisi, jaksa, dan hakim sangat besar. Media perlu menjadi instrumen yang harus lepas dari intervensi pemerintah namun di kontrol oleh masyarakat sebagai subyek pencari kebenaran informasi. Wartawan adalah jembatan informasi diantara masyarakat dan informasi. Agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar maka wartawan harus memberitakan informasi yang benar. Peran pers sebagai watchdog anjing penjaga berarti pers berperan mengawasi lingkungan sekitarnya. Jika di lingkungannya ada sesuatu yang berjalan tidak pada tempatnya, pers harus memperingatkannya. Pers tidak boleh www.kak2012.wordpress.com 238 tinggal diam. Pers harus “menggonggong”. Pers yang tidak kritis berarti membiarkan kebobrokan di negeri ini berjalan terus. Nurudin, 2009 : 297. Dalam pelaksanaannya, media massa membutuhkan UU yang menjaga media untuk independen, bebas, objektif dan bertanggung jawab dalam menyebarluaskan informasi pada publik. Media massa juga harus memastikan adanya perlindungan bagi insan persnya, institusi media yang bersangkutan serta informannya. Di era reformasi, fungsi watchdog media didukung oleh UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan juga UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Namun kini kebebasan pers terganjal oleh UU No.17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara. Dalam Pasal 26 UU Intelijen disebutkan, “Setiap orang atau badan hukum dilarang membuka danatau membocorkan rahasia intelijen”. Pasal tersebut mengancam kebebasan pers yang mempublikasikan informasi atau melakukan tugas jurnalisme investigasi dan menyebarkan laporannya kepada publik. Hal ini sangat kontradiktif dengan UU Pers khususnya Pasal 4, yang berbunyi “Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pemberedelan, atau pelarangan penyiaran”. “Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi”. “Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai hak tolak”. Namun pasal 3 UU Keterbukaan Informasi menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik dan proses pengambilan keputusan publik, sera alasan pengambilan suatu keputusan publik. Kasus Media dan Korupsi Proses investigasi media menghadapi masalah baik internal maupan eksternal. Kasus internal media massa misalnya wartawan amplop, dependensi finansial pada penguasa, subyektivitas isi berita akibat kepentingan politik di redaksi, konglomerasi media, hingga lemahnya kemampuan investigasi wartawan. Kasus wartawan amplop adalah kasus wartawan yang mendapatkan imbalan uang dari lembaga yang diliput untuk tambahan gaji mereka yang tergolong kecil. Bahkan ada wartawan yang ketika selesai meliput meminta biaya transportasi dan akomodasi kepada panitia. www.kak2012.wordpress.com 239 Kasus berikutnya yaitu finansial media. Media yang tidak mandiri secara finansial tidak akan dapat memberitakan informasi secara bebas. Contoh kasusnya adalah ketika wartawan memiliki berita indikasi korupsi oleh dinas pemerintahan. Namun berita ini tidak dimuat di surat kabar karena redaksi memelihara hubungan khusus dengan pemerintahan sebagai salah satu sumber tetap penghasilan media. Ada juga pimpinan media yang malah mengalihtugaskan wartawan yang kritis. Bahkan ada redaktur yang memiliki ketergantungan terhadap oknum karena terbiasa menikmati pemberian rutin. Masalah berikutnya adalah konglomerasi media. Kepemilikan media di satu tangan penguasa sering membuat media-media yang dimiliki tidak menyiarkan berita-berita negatif tentang pemilik medianya. Media juga sering dipergunakan untuk menjelek-jelekkan pemilik media pesaing. Kemampuan investigasi wartawan juga menjadi sumber masalah. Tidak semua wartawan memiliki teknik investigasi. Padahal banyak organisasi pers dunia yang menyediakan pelatihan investigasi bagi wartawan seperti Freedom Forum, Reuters Foundation, dan Knight Ridder Foundation. Sedangkan masalah eksternal adalah sulitnya menginvestigasi tanpa dukungan UU, keengganan whistle blower dan juctice collaborator untuk diungkap media karena faktor keamanan, adanya intervensi kepentingan politik seperti sensor media, corruption fight back dan lain-lain. Undang-undang di Indonesia belum sepenuhnya mendukung kebebasan pers. Informan baik whistle blower saksi pelapor yang tidak terlibat dalam tindak pidana yang diungkapnya atau justice collaborator saksi pelaku yang bekerjasama justru termasuk dalam kelompok atau turut terlibat dalam tindak pidana tertentu, membutuhkan perlindungan mengingat adanya ancaman yang nyata atau kekhawatiran adanya ancaman. Mereka harus diberi perlindungan agar mau bekerja sama. Perlindungan yang harus diberikan kepada saksi pelaku yang bekerja sama misalnya perlindungan fisik dan psikis, perlindungan hukum, penanganan secara khusus, dan penghargaan. Sedangkan Intervensi politisi dalam corruption fight back membuat bungkamnya media melalui undang-undang dan sensor. Pejabat publik yang terkait korupsi biasanya akan berusaha mempengaruhi penyelidikan dan peyidikan kasus korupsi. Mereka sering mengatasnamakan UU dengan tuntutan pencemaran nama baik bahkan menjerat dengan UU intelijen. Mereka bisa juga mempengaruhi www.kak2012.wordpress.com 240 melalui sensor media oleh pemerintah seperti pembuatan UU tandingan, penetapan kuota impor kertas koran, membebankan pajak khusus dan pembatasan frekuensi media elektronik. Investigasi Media Massa Reportase investigatif adalah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan umum atau masyarakat. Investigasi menjadi sebuah kegiatan jurnalisme yang hendak membongkar kejahatan. Goenawan Mohamad, wartawan senior Indonesia, menyatakan bahwa ketika melihat upaya repostase investigasi yang tengah bergerak mengikuti naluri penciuman untuk membuka upaya pihak-pihak yang menutup-nutupi suatu kejahatan. Mereka terus melakukan penelusuran berbagai dokumen, yang terkait dngan kejaran dan mencoba mempelaharinya untuk menemukan adanya tindakan kejahatan dilakukan di balik sebuah peristiwa Santana, 2004 : 136. Pekerjaan reportase investigasi terkait dengan kegiatan mencari informasi yang tersembunyi untuk dilaporkan kepada masyarakat. Ciri peliputannya meliputi kegiatan pengujian berbagai pengujian berbagai dokumen dan rekaman, pemakaian informan, keseriusan dan perluasan riset. Reportase investigasi berbeda dengan reportase regular. Pada regular biasanya tidak menemui banyak hambatan ketika menjelaskan perbagai kejadian umum, ketika membutuhkan narasumber yang bersedia memberikan informasi. Peliputan investigatif merupakan keluhuran jurnalisme yang hendak melakukan penggalian di bawah permukaan, yang akan membantu pembaca untuk memahami apa yang akan terjadi di kompeksitas persoalan dunia, yang semakin meningkat. Program investigasi dalam bentuk wawancara seharusnya memiliki hal-hal berikut : - Mengangkat topik yang tengah menjadi pembicaraan hangat di masyarakat karena masyarakat membutuhkan penjelasan. - Pewancara dapat menempatkan diri sebagai wakil khalayak. Ia harus dapat memberikan pertanyaan yang dapat membuat narasumber memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. - Pewawancara dan narasumber harus mengusai topik, lebih baik sudah menyiapkan pointer-pointer. - Pewawancara dapat mengembangkan pertanyaan dari jawaban yang diberikan narasumber - Pewawancara dapat memberikan kesimpulan dari pendapat para narasumber www.kak2012.wordpress.com 241 Santana,2004 :85 Untuk investigasi yang akurat, pertanyaan wartawan haruslah berkualitas. Syaratnya adalah sebagai berikut : 1. Hindari kata-kata dengan makna ganda 2. Hindari pertanyaan yang panjang 3. Sebutkan waktu tempat dan konteks yang anda maksud untuk dipahami responden 4. Jelaskan secara ekspilist semua alternatif yang harus ada di benak responden ketika menjawabpertayaan atau sama sekali tidak membuatnya eksplisit. Jangan menuntun sumber dengan menyatakan jawaba yang dikehendaki dan tidak menyebut alternatif lain 5. Seringkali membantu untuk mengajukan pertanyaan dalam pengertian pengalaman responden sendiri, ketimbang secara umum. Wahyudi,1996 :276 Jenis Wawancara investigasi perlu disesuaikan agar memperoleh hasil yang diinginkan. Menurut Itule dan Anderson wawancara investigasi dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Interviews from the outside in. Menunjuk pada suatu lingkaran dari area narasumber yang akan diinvestigasi, yang melibatkan keseluruhan subjek- subjek wawancara dari yang paling tiak penting sampai pada pemain yang paling penting. Reporter memulai dari lingkaran paling luar, dimana orang cenderung lebih terbuka dlam hal memberikan informasi pada mereka mengenai orang-orang di dalam lingkaran. Upaya mengetahui segala keterangan dari narasumber merupakan hal penting yang mesti disiapkan sebelum menandatangani narasumber. Persiapan tersebut memberikan daya amatan yang lebih baik di dalam proses wawancara. Sebyek wawancara menjadi tidak akan mencoba-coba mengalihkan, memanipulasi atau menyebalkan segala jawaban-jawaban mereka. Arah pertanyaan pun menjadi terfokus kepada topik yang hendak diinvestigasi. Wartawan investigatif akan menanyakan hal-hal yang sudah diketahui jawabannya, menginformasi segala apa yang telah dikumpulkan perbagai datanya. 2. Smoking-gun interviews atau shotgun interview Wawancara dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan general. Reporter langsung maju dengan bukti-bukti atau rekaman video mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang diwawancara, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan langsung tentang sebuah insiden yang spesifik. Dan ketika narasumber menyangkalnya, para reporter kemudian menyerang dengan memperlihatkan berbagai bukti. Dari situ, mereka berharap narasumber tersebut kemudian akan mengkonfirmasikannya, di depan kamera, bahwa ia betul-betul salah satudari penjahat-penjahat itu. 3. Double checks dan Triple-checks Reporter investigative biasanya memiliki waktu yang lebih panjang. Untuk itu para wartawan seharusnya melakukan upaya double-cheks an triple- www.kak2012.wordpress.com 242 chek pada segala sesuatu yang dikatakan oleh sumber-sumber mereka. Aturan umum yang mereka ikuti adalah bahwa dua sumber biasanya cukup, namun lebih baiklagi mendapatkan lebih banyak sumber. Santana, 2004:180 Contoh Program Investigasi Korupsi di Media Massa

1. Radio PRFM Bandung, 107.5FM prfmnews.com “Bincang Malam”

Nama Program Talkshow Bincang Malam Waktu Kamis 12 Juni 2012, pukul 19.00-21.00 Durasi 120 menit Topik “Masih Adakah Pungli di Dunia Pendidikan di Kota Bandung?” Narasumber Tedi Rusmawan Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung Dadang Iradi Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bandung Ben Satriatna Koordinator Riset dari Koalisi Pendidikan Kota Bandung Host Bastin Patria a. Topik Ketepatan pemilihan tema sesuai dengan masa penerimaan siswa baru b. Keseimbangan sumber berita Pemilihan narasumber sudah sesuai karena mewakili kepentingan wakil rakyat DPRD, kepentingan pemerintah Diknas dan pengawas kebijakan dan operasional LSM c. Jenis Pelanggaran Laporan pelanggaran oleh pendengar di tahun sebelumnya berupa pungutan liar, penolakan siswa miskin berprestasi, uang perpisahan, uang rapor ijazah, sekolah RSBI, SBI, uang mutasi d. Kesan menutupi kesalahan Jawaban DPRD tentang kasus yang diterima DPRD hanya satu dua pertanyaan yang sampai di komisi yaitu masalah tidak diterimanya siswa miskin dan adanya permintaan uang di masa pendaftaran. Jika fungsi DPRD benar-benar menjadi suara rakyat, seharusnya pelaporan kasus pungli sekolah yang diterima sama banyaknya dengan laporan yang diterima radio PRFM dan LSM Koalisi Pendidikan. e. Pertanyaan mewakili khalayak Host radio cukup baik dalam membuat pertanyaan dan memberi kesempatan pada semua narasumber sehingga bisa menyampaikan hal-hal penting yang berhubungan dengan kasus. Contoh pertanyaan dari Host : “Sistem penyeleksian jalur khusus prestasi diserahkan kepada pihak sekolah berarti jalur ini rawan penyelewengan. Bagaimana cara Bapak memastikan tidak ada penyelewengan? Contoh pertanyaan dari LSM : “Kami selalu menerima laporan masalah PPDB, BOS yang selalu berulang tiap tahunnya. Tampaknya masalahnya selalu berulang-ulang. Masalahnya jarang yang memberikan identitas pelapor. Sehingga sulit ditindak. Berarti ada masalah dengan sistem. Harus ada perbaikan sistem dengan memberi perlindungan. Bagaimana sistem pengawasan diknas? Kenapa pelanggaran selalu ditemukan oleh masyarakat? f. Penguasaan topik Host memiliki banyak informasi terkait yang berasal dari laporan dan keluhan para pendengar. Pihak LSM juga memiliki data-data laporan keluhan masyarakat. Radio www.kak2012.wordpress.com 243 PRFM ini juga didukung dengan program interaktif langsung dengan pendengar terkait dengan pelaporan kasus. g. Interview from the outside in dan Double triple crosscheck Interview yang dari lingkar yang paling luar ini dilakukan PRFM melalui kontak dengan pendengarnya sebelum acara talkshow. Kemudian dilanjutkan informal dengan LSM dan DPRD. Double and triple crosscheck juga dilakukan melalui pertanyaan verifikasi dari pihak radio dan LSM kepada narasumber DPRD dan Diknas

2. Metro TV “Suara Anda”