Majalah GATRA Tetap tenang, sabar dan memiliki selera humor yang baik

www.kak2012.wordpress.com 229 dalam berita. Penutup : Pada bagian penutup, TEMPO menempatkan statement Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membenarkan adanya perintah kepada BIN untuk mengawasi pergerakan Yusril Ihza Mahendra. Dapat dimaknai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganggap pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald tidak seluruhnya salah, ada benarnya juga. Pilihan menempatkan statement Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di bagian penutup bisa diartikan, TEMPO ingin menyampaikan pesan kepada pembaca, bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui adanya kebenaran bocoran kawat WikiLeaks meski porsinya kecil. Kesimpulan : TEMPO tidak hanya mengutip pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald, namun berusaha mendalami informasi bocoran kawat WikiLeaks itu dengan mencari sumber lain yang kompeten sebagai pembanding. Independensi yang dimiliki TEMPO, menjadikan ia bebas mengungkap dan memberitakan pihak mana saja yang dianggap memiliki pengaruh terhadap khalayak.

b. Majalah GATRA

Skema berita yang digunakan pada Laporan Utama : ”MENEPIS SERANGAN WIKILEAKS” menggunakan teknik yang sama dengan Majalah TEMPO. Bentuk piramida terbalik pada bagian pertama adalah judul headline : ”MEREKA DISENGAT BOCORAN WIKILEAKS”. Pada bagian ini Majalah GATRA hendak membawa pembaca agar tidak terpengaruh bocoran dari WikiLeaks, dan kalangan Istana yang menjadi obyeknya hanya menjadi korban. Pada bagian teras berita lead intro digambarkan bahwa informasi yang bersumber dari bocoran WikiLeaks itu merugikan kalangan Istana. Hal ini tampak pada kalimat: ”Bocoran kawat diplomat versi WikiLeaks yang dimuat dua koran di Australia, yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyalahgunakan kekuasaan, dinilai sebagai kawat sampah. Indonesia terbukti menjadi objek spionase diplomat Amerika. Pers Australia dinilai cenderung menyerang Indonesia. Perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing?” www.kak2012.wordpress.com 230 Penggunaan kalimat : ”dinilai sebagai kawat sampah, dan perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing?” menunjukkan sikap Majalah GATRA yang memihak kalangan Istana dan menggiring opini pembaca agar tidak mudah percaya dengan dua berita di Australia tersebut. Latar informasi dari pemberitaan ini berasal dari Dugaan kasus korupsi, antara lain, terkait proyek Jakarta Outer Ring Road senilai US 2,3 milyar dan proyek rel ganda kereta api Merak-Banyuwangi senilai US 2,5 milyar. Juga proyek pembangunan jalan Trans-Kalimantan dan Trans-Papua, masing-masing senilai US 2,3 milyar dan US 1,7 milyar melibatkan Taufiq Kiemas yang dibocorkan WikiLeaks. Namun GATRA terkesan mengemas berita yang pro Istana. Hal ini tertera pada kalimat sebagai berikut : ”Seperti biasa, Presiden Yudhoyono bicara dengan tenang. Tidak perlu kita terus-menerus ikut dalam kegaduhan soal ini, karena banyak yang lebih penting yang harus kita lakukan, katanya, mengingatkan. Nanti publik akan tahu siapa sesungguhnya yang demokratis dan siapa yang tidak. Yang main lapor, main tuduh, main hakim di media massa, kata Presiden Yudhoyono.” Cuplikan berita tersebut terkesan menampilkan sosok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada posisi yang tidak bersalah dan mencoba menenangkan rakyatnya agar tidak terpengaruh oleh bocoran WikiLeaks yang tidak bertanggungjawab. Pada bagian Kutipan dari berita ini terlihat jelas pihak istana mencoba menepisnya. Kutipan ini ada pada kalimat : ”Ia juga menilai pemberitaan dua koran itu sebagai character assasination. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono “Apa yang dituduhkan itu secuil pun tidak ada. Ibu Negara terus terang menangis. Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Negara ”Semua yang dimuat dalam berita koran Australia itu tidak ada nilai kebenarannya, sehingga perlu dibantah. Presiden menolak keras tulisan dua koran itu. Teuku Faizasyah, juru bicara presiden bidang luar negeri Kawatnya sampah T.B. Silalahi, Staf Ahli Presiden ”Tudingan WikiLeaks itu salah besar. Karena pada waktu itu saya masih menjadi Asisten Jamwas Jaksa Agung Muda Pengawasan, Hendarman Supandji, Mantan Jaksa Agung Saya tak mau menanggapi sumber spekulatif, Taufiq Kiemas, Ketua MPR www.kak2012.wordpress.com 231 Ah, tidak sebesar itu. Ya, jumlahnya tidak lebih dari 10 seperti yang ditulis WikiLeaks, Jusuf Kalla, Mantan Ketua Umum Partai Golkar Ini merupakan perang asimetris. Efek merusaknya lebih besar daripada perang konvensional. Ini harus mengetuk awareness kita, awareness bangsa ini, Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pertahanan Judul : ”Mereka Disengat Bocoran WikiLeaks” Kata Mereka Disengat bisa dimaknai sebagai korban dari pihak yang menyengat, dalam hal ini WikiLeaks. GATRA mencoba menggiring opini pembaca, bahwa pihak Istana dalam pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald adalah korban. Dan pihak yang dianggap teraniaya patut dibela. Teras Berita : ”Bocoran kawat diplomat versi WikiLeaks yang dimuat dua koran di Australia, yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyalahgunakan kekuasaan, dinilai sebagai kawat sampah. Indonesia terbukti menjadi objek spionase diplomat Amerika. Pers Australia dinilai cenderung menyerang Indonesia. Perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing?” GATRA beranggapan bocoran dari WikiLeaks sebagai kawat sampah yang tidak perlu dipercaya kebenarannya dan menuding Pers Australia memiliki agenda untuk menyerang Indonesia dengan pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald. Isi : Memaparkan semua data dari dua koran Australia lalu GATRA mengonfirmasi kepada sejumlah nama terkait dan memuat kutipan tersebut dalam berita tanpa berusaha mencari sumber lain sebagai pembanding. Penutup : Pada bagian penutup, GATRA menempatkan statement Sjafrie Sjamsoeddin Wakil Menteri Pertahanan yang turut memperkuat bantahan berita dari The Age dan Sydney Morning Herald yang menuding adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat Istana. Bisa dimaknai, GATRA hendak menggiring opini pembaca bahwa, semua bocoran kawat WikiLeaks tidak benar adanya. Kesimpulan : GATRA mengemas berita yang bersumber dari The Age dan Sydney Morning Herald dengan kecenderungan memihak kepada kalangan Istana. Kutipan narasumber lebih banyak diberikan kepada yang pro Istana dan tidak berusaha mencari sumber lain yang dianggap kontra sebagai pembanding. Ada penekanan citra negatif terhadap WikiLeaks, The Age, www.kak2012.wordpress.com 232 dan Sydney Morning Herald dengan menganggap sebagai kawat sampah dan pers Australia memiliki agenda untuk menyerang Indonesia. Kesimpulan 1. Pemberitaan TEMPO TEMPO berusaha mendalami bocoran kawat diplomatik dari Kedutaan Besar Amerika di Indonesia yang diberitakan dua Koran Australia, The Age dan Sydney Morning Herald. Dalam pemberitaannya TEMPO cenderung mengakui kebenaran informasi dari bocoran WikiLeaks, hal ini terlihat dari usaha TEMPO untuk mendapatkan tanggapan dari sumber lain di kalangan Istana yag dianggap tidak memiliki kepentingan, jadi informasi yang didapat diharapkan faktual. 2. Pemberitaan GATRA Dilihat dari isi pemberitaannya, ada kecenderungan menganggap bocoran kawat dari WikiLeaks sebagai sampah yang tidak perlu dipercaya informasinya. Hal ini terlihat, dalam pemberitaannya GATRA hanya mengulas berita dari yang sudah dilansir dua Koran Australia, The Age dan Sydney Morning Herald. GATRA hanya memberitakan sanggahan bantahan dari pihak Istana, tidak berusaha mencari sumber lain yang kompeten sebagai pembanding. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, dkk, 2007. Komunikasi Massa, Simbiosa Rekatama Media, Bandung. Barus Willing Sedia, 1996. Jurnalistik Praktis, Cv. Mini Jaya Abadi, Jakarta. Basrowi dan Sukidin, 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Surabaya: Insan Cendekia. Birowo, M. Antonius, 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Gitanyali. Yogyakarta. Devito, A. Joseph, 1997. Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar, Edisi Kelima. Jakarta, Professional Books. www.kak2012.wordpress.com 233 Eriyanto, 2001. Analisis Wacana, pengantar Analisis Teks Media. Lkis. Yogyakarta. Eriyanto, 2002. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta, LKiS. Jefkins, Frank, 2004. Public Relations, Jakarta, Erlangga. Kuswarno, Engkus, 2007. Perubahan Paradigma Penelitian Komunikasi, dalam Metode Penelitian Komunikasi, Deddy Mulyana dan Solatun eds, Rosda Bandung. Littlejohn, Stephen W, 1999. Theories of Human Communication; Sixth Edition, United States of America: Wadsworth Publishing Company. Mulyana, Deddy, 2008. Komunikasi Massa; Kontroversi, Teori dan Aplikasi, Bandung: Widya Padjajaran. Nasution, 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito Bandung, cetakan kedua. Nasution, Zulkarmein, 2004. Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas Terbuka. Pito, Toni Andrianus et. Al., 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Bandung: Penerbit Nuansa. Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Shoemaker, Pamela J. Dan Reese, Stephen D, 1996. Mediating The Message; Theories of Influences on Mass Media Content, Second Edition. News York: Longman Publisher USA. Sobur, Alex, 2001. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka. Sumber lain: “Tergelitik WikiLeaks”, Majalah TEMPO, Edisi 21-27 Maret 2011. “Menepis Serangan WikiLeaks”, Majalah GATRA, Edisi 17-23 Maret 2011. “Menelusuri Yayasan Si Gurita Cikeas 4 Kantor di Gedung Bob Hasan”, www.inilah.com , http:nasional.inilah.comreaddetail255562kantor- di-gedung-bob-hasan , 2 Januari 2010 Wikipedia.org, http:id.wikipedia.orgwikiWikiLeaks http:id.wikipedia.orgwikiTelegraf www.kak2012.wordpress.com 234 INVESTIGASI MEDIA MASSA : MENGUNGKAP DAN MENCEGAH KORUPSI Ira Dwi Mayangsari Institut Manajemen Telkom e-mail: iradwi0603yahoo.com.sg ABSTRAK Korupsi di Indonesia makin marak. Tiadanya sanksi berat dari sisi hukum dan sosial menjadikan Indonesia surga bagi koruptor. Andai pun pelaku korupsi dipenjara, dipastikan hukumannya hanya sebentar, bisa membeli sel tahanan mewah dan ketika keluar dari penjara pun tetap menjadi orang kaya. Media massa memiliki peran strategis dalam pemberantasan korupsi. Peran sebagai jembatan informasi masyarakat idealnya dapat menjadi kekuatan untuk mengungkap dan mencegah korupsi. Namun sampai saat ini ternyata masih sulit bagi media massa untuk menjalankan fungsi idealnya. Terdapat masalah internal media massa, misalnya wartawan amplop, dependensi finansial pada penguasa, subyektivitas isi berita akibat kepentingan politik di redaksi, konglomerasi media, hingga lemahnya kemampuan investigasi wartawan. Sedangkan masalah eksternal seperti sulitnya menginvestigasi tanpa dukungan UU, keengganan whistle blower dan juctice collaborator untuk diungkap media karena faktor keamanan, adanya intervensi kepentingan politik seperti sensor media, corruption fight back dan lain-lain. Makalah ini akan membahas Teori Korupsi, Watchdog, Kebebasan Pers, dan UU, Kasus Media dan Korupsi, Investigasi media massa, Program Investigasi Korupsi di Media Massa TV, Radio, Koran, Media Online dan Film serta Model Baru Investigasi Media Massa. Penulis juga mewacanakan investigasi media massa melalui informasi partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam mengungkap dan mencegah korupsi. kata kunci : korupsi, investigasi, media massa Pendahuluan Banalisasi korupsi tengah melanda Indonesia. Pembiasaan atau pembiaran kejahatan korupsi ini dilakukan oleh negara dan masyarakat secara sistematis. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi KPK M. Jasin mengungkapkan, berdasarkan hasil survey Political and Economic Risk Consultancy PERC 2010 Indonesia adalah negara terkorup di Asia Pasifik http:metrotvnews.comreadnews201108116096220PERC-Indonesia- Negara-Terkorup-di-Asia-Pasifik. Peringkat negara terkorup ternyata mayoritas disumbang oleh koruptor yang berasal dari birokrasi. “Selama 2010, aktor korupsi terbanyak yang ditangani KPK adalah anggota DPR,” ungkap anggota ICW, Tama S. Langkun. Indonesia www.kak2012.wordpress.com 235 Corruption Watch ICW mencatat, sepanjang tahun 2010 Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menangani kasus korupsi yang paling banyak dilakukan oleh anggota DPR, yaitu 26 orang. Kasus-kasus yang melibatkan anggota DPR, yaitu dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2004 dengan nilai mencapai Rp 24 miliar http:makassar.tribunnews.com20110307kpk-nilai-banyak-koruptor-di-dpr. Kasus lainnya di APBN 2010, sekitar 7 triliyun diindikasikan sebagai korup dengan modus studi banding ke luar negeri oleh aparat pemerintah http:www.metrotvnews.comreadnewsprograms201205191260991Birokrasi- Korupsi. Kasus korupsi memang harus diberantas. Pemberantasan dapat dilakukan dengan sinergi semua pihak terkait. Pemerintah, masyarakat, Lembaga Swadaya masyarakat LSM, dengan media massa sebagai porosnya. Peran media massa sebagai watch dog, melakukan investigasi dan menyebarkan berita kepada masyarakat seharusnya dapat menjadi alat pemberantas korupsi. Namun dalam menjalankan perannya, media massa dihadapkan pada banyak masalah baik internal ataupun eksternal. Kasus internal media massa misalnya wartawan amplop, dependensi finansial pada penguasa, subyektivitas isi berita akibat kepentingan politik di redaksi, konglomerasi media, hingga lemahnya kemampuan investigasi wartawan. Sedangkan masalah eksternal seperti sulitnya menginvestigasi tanpa dukungan UU, keengganan whistle blower dan juctice collaborator untuk diungkap media karena faktor keamanan, adanya intervensi kepentingan politik seperti sensor media, corruption fight back dan lain-lain. Walaupun halangan investigasi cukup banyak, beberapa media massa mampu mengatasinya dengan baik. Beberapa program investigasi jurnalistik yang pastinya berbiaya tinggi dan memakan waktu lama pantas dicermati. Stasiun televisi Metro TV memiliki banyak program investigasi misalnya Suara Anda dan Metro Highlight. Bahkan untuk segmen pemirsa hiburan Metro TV membawa isu korupsi dalam program komedi satir seperti Sentilan Sentilun dan Provokatif Proaktif. Di media radio, kota Bandung terwakili oleh News Radio PRFM. Radio milik harian Pikiran Rakyat ini menjadi satu-satunya news radio bertagline Andalah Reporter Kami. Berkonsep pada citizen journalism, radio ini memiliki program talkshow dengan tema yang ditentukan dari jumlah respon pendengar. www.kak2012.wordpress.com 236 Menghadirkan tokoh-tokoh terkait baik dari pemerintahan, LSM dan interaksi dengan pendengar, investigasi tentang kasus yang menimpa masyarakat menjadi terungkap. Contoh tema talkshownya seperti Kasus Korupsi Sekolah melalui Pungli di Bandung. Untuk media surat kabar, Koran Tempo termasuk Koran investigasi yang kredibel di masyarakat. Pada kasus korupsi Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Wa Ode Nurhayati, selain memberitakan kasus seperti media lain, Tempo memiliki informasi investigatif tentang pengkodean lengkap parpol dalam kasus korupsi tersebut. Media online juga berpartisipasi membongkar kejahatan korupsi. Website milik Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Indonesia Corruption Watch ICW, Transparency International Indonesia TI merupakan website-website yang menjadi sumber berita untuk investigasi media massa. KPK dengan kolom berita siaran pers menginformasikan putusan penahanan pengadilan para tersangka korupsi http:www.kpk.go.id. ICW http:www.antikorupsi.org dan TI http:www.ti.or.id sering dijadikan partner media dalam memberikan data cross check korupsi. Mereka sering dijadikan narasumber di berbagai talkshow TV dan radio, dan narasumber wawancara media cetak. Media film juga mulai menjadi pemain baru dalam pemberantasan korupsi. Di 2012, tercatat film Korupsi vs Kita yang disponsori oleh Transparency International Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Management Systems International, USAID, dan Cangkir Kopi. Film ini memberikan wacana pencegahan korupsi untuk masyarakat dengan cara yang ringan. Melihat masih terbatasnya investigasi media massa dalam mengungkap dan mencegah korupsi perlu ada inovasi dalam proses investigasi media massa. Sebuah model baru investigasi media massa, diharapkan dapat membuat proses investigasi menjadi lebih efektif dan efisien. Model ini terdiri dari komponen media society journalism, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas informasi Good Governance, Media Massa, undang-undang, dan Komisi Informasi. Makalah ini menggunakan studi literatur dari beberapa buku korupsi di Indonesia, komunikasi dan media massa. Dokumentasi dan observasi dilakukan untuk memotret program investigasi media massa melalui media online, stasiun televisi, radio dan koran. Teori Korupsi www.kak2012.wordpress.com 237 Pengertian korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi yang mengkhianati kepercayaan. Korupsi merupakan perwujudan immoral dari dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan metode pencurian dan penipuan Semma, 2008 : 81. Korupsi terjadi jika ada faktor eksternal yaitu opportunity to corrupt dan faktor internal yaitu willingness to corrupt Wijayanto, 2011:26. Sesuai Cost and Benefit Analysis dikatakan jika net benefit of corruption 0 maka seseorang melakukan korupsi. Jika nilai manfaat bersih 0 maka tidak melakukan korupsi. Yang termasuk biaya korupsi adalah hukuman penjara kalau tertangkap, malu kalau tertangkap, perasaan tidak tenang atau berdosa, kehilangan pekerjaan kalau tertangkap, dan mematahkan semangat bekerja keras dan kompetisi sehat. Sedangkan yang termasuk manfaat korupsi adalah manfaat finansial berupa pendapatan tambahan dari korupsi, manfaat non finansial berupa terima kasih dari klien, posisi sosial yang tinggi karena dianggap berhasil secara materi, perasaan solider dengan teman, dan membalas utang budi kepada klien. Diilustrasikan jika biaya korupsi adalah dosa dan manfaatnya adalah posisi tinggi karena dianggap berhasil secara sosial materi. Maka seseorang yang melakukan korupsi mengganggap biaya sosial korupsi karena takut dosa rendah, lebih bernilai manfaat korupsi yaitu memperoleh posisi sosial yang tinggi karena memiliki materi berlimpah. Upaya pemberantasan korupsi akan menjadi efektif apabila berbagai mekanisme antikorupsi mampu menekan manfaat korupsi dan pada saat yang bersamaan meningkatkan biaya bagi pelaku. Wijayanto, 2011 : 34. Watchdog, Kebebasan Pers, dan UU Media massa berperan strategis dalam pemberantasan korupsi. Apalagi dengan hukum yang belum tegak di Indonesia mengingat jumlah kasus korup penegak hukum polisi, jaksa, dan hakim sangat besar. Media perlu menjadi instrumen yang harus lepas dari intervensi pemerintah namun di kontrol oleh masyarakat sebagai subyek pencari kebenaran informasi. Wartawan adalah jembatan informasi diantara masyarakat dan informasi. Agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar maka wartawan harus memberitakan informasi yang benar. Peran pers sebagai watchdog anjing penjaga berarti pers berperan mengawasi lingkungan sekitarnya. Jika di lingkungannya ada sesuatu yang berjalan tidak pada tempatnya, pers harus memperingatkannya. Pers tidak boleh www.kak2012.wordpress.com 238 tinggal diam. Pers harus “menggonggong”. Pers yang tidak kritis berarti membiarkan kebobrokan di negeri ini berjalan terus. Nurudin, 2009 : 297. Dalam pelaksanaannya, media massa membutuhkan UU yang menjaga media untuk independen, bebas, objektif dan bertanggung jawab dalam menyebarluaskan informasi pada publik. Media massa juga harus memastikan adanya perlindungan bagi insan persnya, institusi media yang bersangkutan serta informannya. Di era reformasi, fungsi watchdog media didukung oleh UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan juga UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Namun kini kebebasan pers terganjal oleh UU No.17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara. Dalam Pasal 26 UU Intelijen disebutkan, “Setiap orang atau badan hukum dilarang membuka danatau membocorkan rahasia intelijen”. Pasal tersebut mengancam kebebasan pers yang mempublikasikan informasi atau melakukan tugas jurnalisme investigasi dan menyebarkan laporannya kepada publik. Hal ini sangat kontradiktif dengan UU Pers khususnya Pasal 4, yang berbunyi “Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pemberedelan, atau pelarangan penyiaran”. “Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi”. “Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai hak tolak”. Namun pasal 3 UU Keterbukaan Informasi menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik dan proses pengambilan keputusan publik, sera alasan pengambilan suatu keputusan publik. Kasus Media dan Korupsi Proses investigasi media menghadapi masalah baik internal maupan eksternal. Kasus internal media massa misalnya wartawan amplop, dependensi finansial pada penguasa, subyektivitas isi berita akibat kepentingan politik di redaksi, konglomerasi media, hingga lemahnya kemampuan investigasi wartawan. Kasus wartawan amplop adalah kasus wartawan yang mendapatkan imbalan uang dari lembaga yang diliput untuk tambahan gaji mereka yang tergolong kecil. Bahkan ada wartawan yang ketika selesai meliput meminta biaya transportasi dan akomodasi kepada panitia. www.kak2012.wordpress.com 239 Kasus berikutnya yaitu finansial media. Media yang tidak mandiri secara finansial tidak akan dapat memberitakan informasi secara bebas. Contoh kasusnya adalah ketika wartawan memiliki berita indikasi korupsi oleh dinas pemerintahan. Namun berita ini tidak dimuat di surat kabar karena redaksi memelihara hubungan khusus dengan pemerintahan sebagai salah satu sumber tetap penghasilan media. Ada juga pimpinan media yang malah mengalihtugaskan wartawan yang kritis. Bahkan ada redaktur yang memiliki ketergantungan terhadap oknum karena terbiasa menikmati pemberian rutin. Masalah berikutnya adalah konglomerasi media. Kepemilikan media di satu tangan penguasa sering membuat media-media yang dimiliki tidak menyiarkan berita-berita negatif tentang pemilik medianya. Media juga sering dipergunakan untuk menjelek-jelekkan pemilik media pesaing. Kemampuan investigasi wartawan juga menjadi sumber masalah. Tidak semua wartawan memiliki teknik investigasi. Padahal banyak organisasi pers dunia yang menyediakan pelatihan investigasi bagi wartawan seperti Freedom Forum, Reuters Foundation, dan Knight Ridder Foundation. Sedangkan masalah eksternal adalah sulitnya menginvestigasi tanpa dukungan UU, keengganan whistle blower dan juctice collaborator untuk diungkap media karena faktor keamanan, adanya intervensi kepentingan politik seperti sensor media, corruption fight back dan lain-lain. Undang-undang di Indonesia belum sepenuhnya mendukung kebebasan pers. Informan baik whistle blower saksi pelapor yang tidak terlibat dalam tindak pidana yang diungkapnya atau justice collaborator saksi pelaku yang bekerjasama justru termasuk dalam kelompok atau turut terlibat dalam tindak pidana tertentu, membutuhkan perlindungan mengingat adanya ancaman yang nyata atau kekhawatiran adanya ancaman. Mereka harus diberi perlindungan agar mau bekerja sama. Perlindungan yang harus diberikan kepada saksi pelaku yang bekerja sama misalnya perlindungan fisik dan psikis, perlindungan hukum, penanganan secara khusus, dan penghargaan. Sedangkan Intervensi politisi dalam corruption fight back membuat bungkamnya media melalui undang-undang dan sensor. Pejabat publik yang terkait korupsi biasanya akan berusaha mempengaruhi penyelidikan dan peyidikan kasus korupsi. Mereka sering mengatasnamakan UU dengan tuntutan pencemaran nama baik bahkan menjerat dengan UU intelijen. Mereka bisa juga mempengaruhi www.kak2012.wordpress.com 240 melalui sensor media oleh pemerintah seperti pembuatan UU tandingan, penetapan kuota impor kertas koran, membebankan pajak khusus dan pembatasan frekuensi media elektronik. Investigasi Media Massa Reportase investigatif adalah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan umum atau masyarakat. Investigasi menjadi sebuah kegiatan jurnalisme yang hendak membongkar kejahatan. Goenawan Mohamad, wartawan senior Indonesia, menyatakan bahwa ketika melihat upaya repostase investigasi yang tengah bergerak mengikuti naluri penciuman untuk membuka upaya pihak-pihak yang menutup-nutupi suatu kejahatan. Mereka terus melakukan penelusuran berbagai dokumen, yang terkait dngan kejaran dan mencoba mempelaharinya untuk menemukan adanya tindakan kejahatan dilakukan di balik sebuah peristiwa Santana, 2004 : 136. Pekerjaan reportase investigasi terkait dengan kegiatan mencari informasi yang tersembunyi untuk dilaporkan kepada masyarakat. Ciri peliputannya meliputi kegiatan pengujian berbagai pengujian berbagai dokumen dan rekaman, pemakaian informan, keseriusan dan perluasan riset. Reportase investigasi berbeda dengan reportase regular. Pada regular biasanya tidak menemui banyak hambatan ketika menjelaskan perbagai kejadian umum, ketika membutuhkan narasumber yang bersedia memberikan informasi. Peliputan investigatif merupakan keluhuran jurnalisme yang hendak melakukan penggalian di bawah permukaan, yang akan membantu pembaca untuk memahami apa yang akan terjadi di kompeksitas persoalan dunia, yang semakin meningkat. Program investigasi dalam bentuk wawancara seharusnya memiliki hal-hal berikut : - Mengangkat topik yang tengah menjadi pembicaraan hangat di masyarakat karena masyarakat membutuhkan penjelasan. - Pewancara dapat menempatkan diri sebagai wakil khalayak. Ia harus dapat memberikan pertanyaan yang dapat membuat narasumber memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. - Pewawancara dan narasumber harus mengusai topik, lebih baik sudah menyiapkan pointer-pointer. - Pewawancara dapat mengembangkan pertanyaan dari jawaban yang diberikan narasumber - Pewawancara dapat memberikan kesimpulan dari pendapat para narasumber www.kak2012.wordpress.com 241 Santana,2004 :85 Untuk investigasi yang akurat, pertanyaan wartawan haruslah berkualitas. Syaratnya adalah sebagai berikut : 1. Hindari kata-kata dengan makna ganda 2. Hindari pertanyaan yang panjang 3. Sebutkan waktu tempat dan konteks yang anda maksud untuk dipahami responden 4. Jelaskan secara ekspilist semua alternatif yang harus ada di benak responden ketika menjawabpertayaan atau sama sekali tidak membuatnya eksplisit. Jangan menuntun sumber dengan menyatakan jawaba yang dikehendaki dan tidak menyebut alternatif lain 5. Seringkali membantu untuk mengajukan pertanyaan dalam pengertian pengalaman responden sendiri, ketimbang secara umum. Wahyudi,1996 :276 Jenis Wawancara investigasi perlu disesuaikan agar memperoleh hasil yang diinginkan. Menurut Itule dan Anderson wawancara investigasi dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Interviews from the outside in. Menunjuk pada suatu lingkaran dari area narasumber yang akan diinvestigasi, yang melibatkan keseluruhan subjek- subjek wawancara dari yang paling tiak penting sampai pada pemain yang paling penting. Reporter memulai dari lingkaran paling luar, dimana orang cenderung lebih terbuka dlam hal memberikan informasi pada mereka mengenai orang-orang di dalam lingkaran. Upaya mengetahui segala keterangan dari narasumber merupakan hal penting yang mesti disiapkan sebelum menandatangani narasumber. Persiapan tersebut memberikan daya amatan yang lebih baik di dalam proses wawancara. Sebyek wawancara menjadi tidak akan mencoba-coba mengalihkan, memanipulasi atau menyebalkan segala jawaban-jawaban mereka. Arah pertanyaan pun menjadi terfokus kepada topik yang hendak diinvestigasi. Wartawan investigatif akan menanyakan hal-hal yang sudah diketahui jawabannya, menginformasi segala apa yang telah dikumpulkan perbagai datanya. 2. Smoking-gun interviews atau shotgun interview Wawancara dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan general. Reporter langsung maju dengan bukti-bukti atau rekaman video mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang diwawancara, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan langsung tentang sebuah insiden yang spesifik. Dan ketika narasumber menyangkalnya, para reporter kemudian menyerang dengan memperlihatkan berbagai bukti. Dari situ, mereka berharap narasumber tersebut kemudian akan mengkonfirmasikannya, di depan kamera, bahwa ia betul-betul salah satudari penjahat-penjahat itu. 3. Double checks dan Triple-checks Reporter investigative biasanya memiliki waktu yang lebih panjang. Untuk itu para wartawan seharusnya melakukan upaya double-cheks an triple- www.kak2012.wordpress.com 242 chek pada segala sesuatu yang dikatakan oleh sumber-sumber mereka. Aturan umum yang mereka ikuti adalah bahwa dua sumber biasanya cukup, namun lebih baiklagi mendapatkan lebih banyak sumber. Santana, 2004:180 Contoh Program Investigasi Korupsi di Media Massa

1. Radio PRFM Bandung, 107.5FM prfmnews.com “Bincang Malam”