Pengujian korosi Cara Kerja

selanjutnya pilih insert pada menu bar, scatter, scatter with smooth lines and markers , kemudian klik kanan pada grafik, pilih move chart untuk memindahkan grafik pada sheet baru. Untuk laju selusur anoda, Ln|J| sebagai absis dan η sebagai ordinat, sedangkan untuk katoda nilai Ln|J| pada pemindaian anoda sebagai absis dan η pada pemindaian katoda sebagai ordinat. Kemudian ditentukan titik potong Ln |J| kedua grafik tersebut pada nilai ɳ = 0. Nilai Ln |J| tersebut selanjutnya dieksponensialkan sehingga diperoleh nilai kerapatan arus korosi J corr . Nilai kerapatan arus korosi selanjutnya dikalikan dengan luas permukaan elektroda kerja terukur untuk menentukan besarnya arus korosi I corr sesuai dengan persamaan 3. Dari nilai tersebut selanjutnya dapat ditentukan besarnya laju korosi dan efisiensi inhibisi menurut Persamaan 1 dan 2.

8. Analisis kualitatif permukaan baja

Setelah mengetahui inhibitor dengan aktivitas terbaik, maka selanjutnya larutan inhibitor pada konsentrasi terbaik tersebut diinteraksikan dengan baja yang telah dibersihkan selama 24 jam. Kemudian baja yang telah diinteraksikan dipisahkan dari larutan uji dan dikeringkan. Baja tersebut selanjutnya diamati permukaannya dengan mikroskop dan dibandingkan dengan baja yang diinteraksikan dengan medium korosif tanpa inhibitor sehingga dapat diperoleh perbandingan kondisi permukaan dari masing-masing baja.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Hasil sintesis difeniltimahIV di-3-aminobenzoat berupa padatan putih kekuningan dengan rendemen 95,2 dan trifeniltimahIV 3-aminobenzoat berupa padatan cokelat kemerahan dengan rendemen 80,85 . 2. Hasil karakterisasi UV menunjukkan adanya transisi elektronik π – π pada puncak λ max 206 nm untuk difeniltimahIV di-3-aminobenzoat dan puncak λ max 209 nm trifeniltimahIV 3-aminobenzoat. Sedangkan, transisi elektronik n – π pada λ max 307 dan 306 nm untuk masing-masing senyawa hasil sintesis yang berasal dari ligan asam 3-aminobenzoat. 3. Hasil karakterisasi IR senyawa difeniltimahIV di-3-aminobenzoat dan trifeniltimahIV 3-aminobenzoat menunjukkan adanya pita serapan C=O pada daerah 1623,85 dan 1622,21 cm -1 . Selain itu, serapan C-N aromatik amina pada daerah 1268,00 dan 1265,10 cm -1 menunjukkan adanya gugus amina pada kedua senyawa tersebut. 4. Hasil karakterisasi NMR menunjukkan adanya pergeseran kimia 13 C yang khas yaitu karbon pada karbonil 165,48 ppm untuk difeniltimahIV di-3- aminobenzoat dan 165,31 ppm trifeniltimahIV 3-aminobenzoat.