Peranan Dan Dampak Pengembangan Sektor Industri Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota Medan

PERANAN DAN DAMPAK PENGEMBANGAN SEKTOR
INDUSTRI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI
KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

IDA SUSWATI
992103010 / PWD

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2002

Ida Suswati : Peranan Dan Dampak Pengembangan Sektor Industri Terhadap Pengembangan…, 2002
USU Repository © 2007

RINGKASAN
Perkembangan sektor industri yang pesat beberapa tahun terakhir telah

menggeser peranan sektor pertanian dalam struktur perekonomian nasional maupun
regional. Berkembangnya kegiatan industri pada suatu wilayah selain akan
memberikan pengaruh terhadap sektor yang bersangkutan dan terhadap sektor
lainnya juga akan menimbulkan berbagai dampak terhadap wilayah. Oleh karena itu
dalam rangka pengembangan wilayah Kota Medan, maka perlu dilakukan studi umuk
mengkaji apakah sektor industri dapat.dijadikan sebagai sektor basis wilayah Kota Medan
serta melihat peranan sektor industri terhadap kesempatan kerja dan peningkatan
pendapatan wilayah dan mengkaji dampak sektor industri terhadap pengembangan
wilayah dan keterkaitannya dengan sektor lainnya.
Dengan menggunakan pendekatan model ekonomi basis, hasil analisis LQ Kota
Medan terhadap wilayah acuan Propinsi Sumatera Utara, berdasarkan indikator
pendapatan tahun 1993-1999, menunjukkan bahwa sektor industri adalah sektor non
basis yang ditunjukkan dengan nilai LQ berkisar 0,5925-0,6872. Sedangkan
berdasarkan indikator tenaga kerja tahun 1993-1999 sektor industri adalah sektor basis
dengan nilai LQ berkisar antara 0,9577-1,4405.
Berdasarkan klasifikasi industri, dalam kurun waktu 1993-1999 nilai LQ pada
seluruh klasifikasi industri sangat berfluktuasi, hanya industri tekstil, pakaian jadi dan
kulit (klasifikasi 32) yang menunjukkan nilai LQ > 1 hampir setiap tahunnya yaitu
berkisar antara 0,9766-2,3304. Industri kertas dan barang-barang dan kertas,
percetakan dan penerbitan (klasifikasi 34), pada periode 1993-1997 memiliki nilai

LQ < 1 namun pada tahun 1998-1999 mengalami peningkatan nilai LQ cukup tinggi
sehingga memiliki nilai LQ > 1 yaitu mencapai 1,4083 dan 2,0755. Sebaliknya, industri
yang mengalami penurunan nilai LQ secara mencolok adalah industri barang-barang
dan logam, mesin dan perlengkapannya (klasifikasi 38) dimana selama tahun 1993 1994 memiliki nilai LQ > 1, tetapi selama tahun 1995-1999 nilai LQ < 1.
Berdasarkan perhitungan surplus pendapatan diketahui bahwa nilai impor sektor
industri Kota Medan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor industri Kota Medan belum dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri
terutama untuk kebutuhan bahan baku dan bahan modal. Demikian pula halnya
dengan industri besar dan sedang. Menurut klasifikasi industri, pada tahun 1993
terdapat industri yang mampu mengekspor produknya, yaitu kelompok industri tekstil,
pakaian jadi dan kulit (klasifikasi 32), industri log am d asar (k lasifik asi 37 ),
indu stri b arang-b arang d an lo gam, mesin dan perlengkapannya (klasifikasi 38) dan
industri pengolahan lainnya (klasifikasi 39). Sedangkan pada tahun 1999 industri yang
mampu mengekspor produknya, yaitu kelompok industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
(klasifikasi 32) dan industri kertas dan barang-barang dan kertas, percetakan dan penerbitan
(klasifikasi 34).

Ida Suswati : Peranan Dan Dampak Pengembangan Sektor Industri Terhadap Pengembangan…, 2002
USU Repository © 2007


Hasil perhitungan shift-share berdasarkan indikator pendapatan dan tenaga kerja
rnenunjukkan bahwa nilai differential shift sektor industri Kota Medan adalah negatif, berarti Kota
Medan secara lokasional tidak menauntun2kan.
Berdasarkan klasifikasi industri golongan besar dan sedang, industri yang
menghasilkan nilai differential shill (D) positif yaitu industri makanan, minuman dan
tembakau (klasifikasi 31), industri kayu dan barang-barang dari kayu tennasuk alat-alat
rumah tangga kayu (klasifikasi 33), dan industri kertas dan barang dari kertas, percetakan
dan penerbitan (klasifikasi 34). Sedangkan berdasarkan indikator tenaga kerja menunjukkan
bahwa semua klasifikasi industri memiliki
differential shift positif kecuali industri tekstii, pakaian jadi dan kulit (klasifikasi 32).
Dampak pembangunan sektor industri terhadap pertumbuhan pendapatan wilayah
relatif tinggi yaitu berkisar antara 3,96-6.40 untuk sektor industri dan 5,526.91 untuk
industri besar dan sedang. Demikian pula terhadap penyerapan tenaga kerja Kota Medan
yang mencapai6,05-9,01 untuk sektor industri dan10,72-15,76 untuk industri besar dan
sedang (berdasarkan analisis dampak pengganda) sehingga mampu memacu pertumbuhan
perekonomian secara keseluruhan.
Berdasarkan elastisitas pertumbuhan, dampak pembangunan sektor industri terhadap
pertumbuhan pendapatan wilayah selama periode tahun 1993-1997 adalah sebesar
1,131 dan untuk industri besar dan sedang sebesar 1,213. Nilai ini relatif besar ( > 1)
sehingga mempunyai pengaruh yang relatif besar terhadap perubahan total PDRB.

Sedangkan pada periode tahun 1997– 1999 rata-rata elastisitas pertumbuhan
pendapatan yang dihasilkan lebih rendah dan periode sebelumnya yaitu hanya sebesar
0,581 untuk sektor industri dan 0,606 untuk industri besar dan sedang.
Berdasarkan indikator tenaga kerja, elastisitas pertumbuhan tenaga kerja pada
tahun 1993-1997 di Kota Medan sebesar –2,351untuk sektor industri dan 2.85 luntuk
industri besar dan sedang. Sebaliknya pada periode 1997 - 1999 rata-rata elastisitas
pertumbuhan tenaga kerja yang dihasilkan lebih besar dari periode sebelumnya dan bernilai
positip yaitu sebesar 0.223 untuk sektor industri dan – 0.547 untuk industri besar dan sedang.
Berdasarkan hasil analisis maka kebijakan pengembangan sektor industri
hendaknya mengutamakan industri yang mampu meningkatkan pendapatan wilayah dan
banyak menyerap tenaga kerja yaitu industri yang memiliki nilai LQ > 1, dan nilai
differential shift positif berdasarkan indikator pendapatan dan tenaga kerja yaitu industri
kertas dan barang-barang dan kertas (klasifikasi 34) sehingga akan meningkatkan pendapatan
wilayah. Selain itu dapat juga dikembangkan industri kayu dan barang-barang dan kayu
termasuk alat-alat rumah tangga kayu (klasifikasi 33), dan industri makanan, minuman dan
tembakau (klasifikasi 31) karena memiliki nilai differential shift positif berdasarkan indikator
pendapatan dan tenaga kerja.

Ida Suswati : Peranan Dan Dampak Pengembangan Sektor Industri Terhadap Pengembangan…, 2002
USU Repository © 2007