Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah di Kota Medan

(1)

PERANAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PASAR

SUKARAMAI TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KOTA MEDAN

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

OLEH

MICLAEL SANJANI PASARIBU 120921022

Departemen Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan


(2)

ABSTRAK

Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota Medan

NAMA : MICLAEL SANJANI PASARIBU

NIM : 120921022

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di kantor PD Pasar Sukaramai Kota Medan, dan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Kepala PD Pasar Sukaramai, pedagang, dan masyarakat di sekitar Pasar Sukaramai dijadikan sebagai informan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui metode wawancara. Kemudian hasilnya di analisis secara kualitatif.

Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa peranan kebijakan pengembangan pasar yang dibuat oleh PD Pasar itu sendiri sangat penting terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan karena PD Pasar adalah satu-satunya koordinator badan perusahaam daerah yang bertanggung jawab terhadap kebijakan di dalam pengembangan pasar dimana PD Pasar menjalankan fungsinya sebagai perusahaan daerah dibawah naungan pemerintah yang diberi mandat dalam membuat kebijakan untuk mengembangkan pasar di Kota Medan. Ternyata peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan kurang berhasil karena masih adanya masalah-masalah di


(3)

dalam kebijakan pengembangan pasar di Kota Medan yang dihadapi oleh PD Pasar.

               

Kata kunci : PD Pasar, Kebijakan pengembangan pasar dan kebijakan pengembagan wilayah.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Esa atas kasih karunia, kekuatan, penuntunan, serta perlindunganNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kesehatan, kekuatan mental, waktu, kesabaran, rejeki, dan segala faktor lain yang membuat penulis mampu menjalani dan melewati semuanya mulai dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini semua karena kuasa dan kekuatan dari Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberi kekuatan dalam setiap proses yang penulis alami. Dan juga orang tua penulis yang selalu mendukung, mendoakan dan memberi semangat.

Penulisan skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis pertama sekali ingin mengucapkan kepada yang teristimewa kedua orang tua saya, Benyamin Pasaribu dan ibunda Esmerika br Pakpahan yang selalu memberi pesan dan selalu mendoakan serta memberi dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu, mendorong, dan memberikan motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Erlita Dewi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran dan kritik kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Hatta Ridho, S.sos. Msp selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran yang membangun dan bimbingan singkatnya yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh Staf Pengajar Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

7. Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak membantu segala urusan administrasi sejak awal perkuliahan.


(6)

8. Kepada Bapak Benny Harianto Sihotang selaku kepala PD Pasar Kota Medan yang telah memberikan surat izin disposisi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

9. Bapak Juster Simarmata selaku kepala PD Pasar Sukaramai Kota Medan yang telah memberikan ijin penelitian serta seluruh staf yang ada yang telah banyak membantu memberikan keterangan dan data-data selama penelitian saya ucapkan banyak terimah kasih.

10. Saudara-saudaraku yang tercinta. Adekku Alfonsius Pasaribu yang terkadang memberikan bantuan dana. Adekku Budi Pasaribu yang suka keluyupan ntah kemana-mana. Adekku Theresia Pasaribu yang tuitnya setengah hidup. Dan adekku yang siapudan Agnesia Pasaribu yang hitam dan malas belajar namun baek membantu pekerjaan rumah. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kita semua kesehatan dan menjadikan kita sebagai anak yang berbakti kepada bapak dan mamak kita terlebih berbakti kepada-Nya. Semoga kita menjadi anak yang sukses dan membuat bangga kedua orang tua kita. Amin. Serta family-family 1000 yang ada di Parapat terutama buat opung yang ada di Rantau Parapat, semoga opung sehat-sehat selalu ya,,tetap jaga kesehatan. Buat bou yang senantiasa selalu menjaga opung tetap sabar dan semangat bou. Buat mak tua dan pak tua juga yang di Rantau tetap semangat dalam menjalankan hidup. Sehat- sehat selalu. Adek nova, Sahat, dan Evi tetap semangat dalam menjalankan hidup. Dan juga buat tulang yang ada di Bonan Dolok yang selalu sabar dan tulus dalam merawat opung. Tetap semangat tulang dan opung di kampung. Buat


(7)

saudara-saudara yang berada di Rantau Parapat dan di Bonan Dolok yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan begitu juga dengan saudara yang berada di Medan mulai dari itok Darwin, amangboru dst tetap semangat dalam menjalankan hidup. Kak Romasi juga tetap semangat dan semoga sehat-sehat selalu dalam perlindunganNya. Dan mohon maaf juga yang sebesar-besarnya buat saudara-saudara yang ada di Medan yang tidak bisa disebutkan namanya. Semoga Tuhan selalu senantiasa menyertai kita. Amin

11. Kepada teman-teman Ekstensi Administrasi Negara angkatan 2012 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan mata kuliah dan bersama-sama memberikan semangat untuk mencapai kesuksesan.

12. Kepada sahabat- sahabatku Reza alias gay, abangda Yahya, abangda Fauzi, saudara Ovi, Devan dan Arif yang udah duluan sukses dan Baong ayok siapkan kuliah mu.

13. Kepada Nying-nying, kak Fatimah yang selalu bersama saya untuk menjumpai pak Marlon. Perjuangan kita sangat keras.

14. Kepada anak-anak IPS Parkiran Bang tepu, Azwin, Arif dan Fajar yang jauh di negeri sakura, Ruth, Reza, Roy, Fredy, dan seluruh lapisan masyarakat IPS. Salam perjuangan pelajar.

15. Kepada seluruh keluarga besar Hinode Fakultas Ilmu Budaya yang selalu memberikan inspirasi dan suka cita kepada penulis


(8)

16. Kepada seluruh keluargaku stambuk 08 Hinode, ada janji dan cita-cita yang selalu kita perjuangkan untuk masa depan kita. Suatu saat kita pasti berkumpul bersama lagi.

17. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini termasuk para responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Demikian ucapan terima kasih yang penulis sampaikan dan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan yang lebih baik kedepannya.

Medan, Juli 2014

Penulis,

Miclael Sanjani Pasaribu


(9)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2.Perumusan Masalah ………... 9

1.3.Tujuan Penelitian ………... 10

1.4.Manfaat Penelitian ………... 10

1.5.Kerangka Teori ……… 11

1.5.1. Kebijakan Pengembangan ……… 11

1.5.2. Pengembangan Wilayah ………... 20

1.5.3. Perencanaan ……… 22

1.5.4. Perencanaan Pembangunan Daerah ……….. 27

1.6. Defenisi Konsep ………. 34

1.7. Sistematika Penulisan ………... 36

BAB II METODE PENELITIAN ………... 37

2.1. Bentuk Penelitian ……….. 37

2.2. Lokasi Penelitian ……… 37

2.3. Informan penelitian ………... 38


(10)

2.5. Teknik Analisa Data ……….. 40

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……… .……... 41

3.1. Gambaran Umum Kota Medan ………. 41

3.2. Gambaran Umum PD Pasar Kota Medan ………. 45

3.3. Gambaran Umum PD Pasar Sukaramai ……… 49

BAB IV PENYAJIAN DATA ……….. 54

BAB V ANALISA DATA ………... 70

BAB VI PENUTUP ……… 78

DAFTAR PUSTAKA ………... 81


(11)

ABSTRAK

Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota Medan

NAMA : MICLAEL SANJANI PASARIBU

NIM : 120921022

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di kantor PD Pasar Sukaramai Kota Medan, dan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Kepala PD Pasar Sukaramai, pedagang, dan masyarakat di sekitar Pasar Sukaramai dijadikan sebagai informan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui metode wawancara. Kemudian hasilnya di analisis secara kualitatif.

Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa peranan kebijakan pengembangan pasar yang dibuat oleh PD Pasar itu sendiri sangat penting terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan karena PD Pasar adalah satu-satunya koordinator badan perusahaam daerah yang bertanggung jawab terhadap kebijakan di dalam pengembangan pasar dimana PD Pasar menjalankan fungsinya sebagai perusahaan daerah dibawah naungan pemerintah yang diberi mandat dalam membuat kebijakan untuk mengembangkan pasar di Kota Medan. Ternyata peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan kurang berhasil karena masih adanya masalah-masalah di


(12)

dalam kebijakan pengembangan pasar di Kota Medan yang dihadapi oleh PD Pasar.

               

Kata kunci : PD Pasar, Kebijakan pengembangan pasar dan kebijakan pengembagan wilayah.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan, manusia selalu berhubungan erat dengan berbagai aktivitas ekonomi. Aktivitas ekonomi adalah semua aspek atau kajian yang berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan serta roda pergerakan secara material. Namun demikian dalam kajian yang lebih luas, aktivitas ekonomi ini lantas memberikan relevansi yang kuat terhadap pola interaksi individu yang ada didalamnya. Sehingga secara singkat dalam implikasinya ekonomi membawa pada suatu kajian yang berhubungan dengan aktivitas manusia dalam upaya memenuhi dan mengorganisir berbagai kebutuhan hidupnya.

Salah satu aktivitas ekonomi yang erat dengan kehidupan manusia adalah keberadaan pasar. Sejarah terbentuknya pasar melalui evolusi yang panjang, hal ini bermula dari upaya seseorang untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pada awalnya kebutuhan manusia masih terbatas pada masalah pangan saja, sehingga masih dapat dipenuhi sendiri dimana pertukaran barang hanya terbatas pada lingkungan disekitarnya. Pada tahap berikutnya, kebutuhan mulai berkembang, manusia mulai mengadakan pertukaran barang yang lebih luas lingkungannya dengan mencari atau menemui pihak-pihak yang saling membutuhkan. Selanjutnya tahapan tersebut mulai berkembang sejalan dengan intensitas kebutuhan manusia yang semakin kompleks,


(14)

hal ini ditandai dengan bertemunya manusia yang saling membutuhkan barang disuatu tempat. Tempat yang disepakati untuk bertemu tersebut kemudian disebut pasar.

Seiring dengan perkembangan zaman, peranan pasar menjadi sangat penting karena melalui pasar kebutuhan seseoarang bisa terpenuhi dengan cepat. Perkembangan pasar akan selalu sejalan dengan perkembangan masyarakat. Perkembangan masyarakat yang didukung oleh perkembangan teknologi memunculkan adanya pasar modern dan pasar tradisional. Ditengah laju perkembangan- perkembangan pasar-pasar modern dalam bentuk mall-mall, supermarket, pasar tradisional sepertinya memiliki posisi strategis. Sekalipun disebagian tempat, pasar tradisional memang cenderung kalah bersaing dengan pasar modern seperti terjadi dibeberapa daerah, pasar tradisional relative sepi mengisyaratkan sebagai pasar yang terpinggirkan. Akan tetapi dibanyak daerah lainnya pasar tradisional menunjukan kesemarakan dan geliat ekonomi yang cukup mengembirakan. Pada beberapa pasar tradisional masyarakat dari berbagai lapisan tumpah ruah. Ini artinya pusat pusat ekonomi yang relative lebih banyak digulirkan oleh masyarakat menengah kebawah tersebut harus diperhitungkan. Disisi lain keberadaan pasar tidak dapat dipisahkan dari suatu tradisi yang sudah meluhur dimana pasar dijadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat seperti yang terjadi di pasar sukaramai. Kebijakan pengembangan pasar sukaramai memiliki peranan penting dalam kerangka pembangunan nasional seperti


(15)

pengembangan wilayah yang multi dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem social, ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional, akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan pemberantasan kemiskinan (Todaro, 1977). Pengertian tersebut menyiratkan bahwa pengembangan wilayah berarti proses menuju perubahan-perubahan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Sebelum adanya insiden kebakaran yang terjadi di pasar sukaramai yang merugikan para pedagang, pasar sukaramai merupakan tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi yang pesat. Kegiatan ekonomi tersebut seolah menurun akibat kejadian tersebut ditambah lagi dengan kebijakan pemko yang lambat dalam menanggapi masalah yang terjadi di pasar sukaramai seperti penyediaan kios baru bagi para PKL, perparkiran yang layak sehingga tidak sampai memakan setengah jalan yang menjadi alur lalu lintas kendaraan yang menyebabkan kemacetan terjadi di pasar sukaramai tersebut akibat dari pembangunan kios dan perparkiran yang memakan badan jalan. Pembangunan pasar sukaramai saat ini belum juga relevan seperti yang saya kutip dari “Medan Bisnis”- Medan. Proses pembangunan kembali pasar sukaramai yang terbakar oktober 2010 silam telah mencapai 13%. Rencananya, proses pembangunan pasar tersebut selesai dan beroperasi pada awal tahun depan. Dirut PD pasar kota Medan, Benny Sihotang mengatakan, pembangunan kembali pasar itu telah dimulai sejak awal Juni lalu. “tetapi, sebelumnya kami masih


(16)

membangun lebih dari 400 kios penampungan bagi pedagang yang berjualan di pasar itu,”katanya kepada Medan Bisnis, baru-baru ini.

Pembangunan pasar ini sendiri menelan biaya sedikitnya Rp.30 miliar. Pihak PD pasar, menggandeng PT Kasama Ganda sebagai investor yang membiayai dan membangun kembali pasar itu.

“Setelah mereka membangun pasar Sukaramai, selanjutnya sebanyak 732 kios yang sudah dibangun akan disewa ke pedagang dan pengelolaannya diserah terimakan kepadaPemko Medan,”jelasnya.

Pasar sukaramai merupakan pasar tradisional yang menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melangsungkan terjadinya kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Pasar tradisional, jika dikaji rasional, jika dikaji secara jernih, memang memiliki beberapa fungsi penting yang tak dapat digantikan begitu saja oleh pasar modern. Setidaknya, ada empat fungsi ekonomi yang sejauh ini bisa diperankan oleh pasar tradisional:

Pertama, pasar tradisional merupakan tempat dimana masyarakat berbagai lapisan memperoleh barang-barang kebutuhan harian dengan harga yang relative terjangkau,


(17)

karena memang seringkali harga di pasar tradisional lebih murah dibandingkan harga harga yang ditawarkan pasar modern. Dengan kata lain pasar

tradisional merupakan pilar penyangga ekonomi masyarak kecil.

Kedua, pasar tradisional tradisional merupakan tempat yang relative lebih bisa bisa dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah yang menempati posisi mayoritas dari sisi sisi jumlah. Pasar tradisional jelas jauh lebih bisa diakses oleh sebagian besar pedagang-pedagang terutama yang bermodal kecil ketimbang pasar modern.

Ketiga, pasar merupakan merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) lewat retribusi yang ditarik dari para pedagang.

Keempat, akumulasi aktivitas jual beli di pasar merupakan factor penting dalam perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi, baik pada skala local, regional maupun nasional. Permasalahan terkait terkait pengelolaan pasar tradisional antara lain: (1) permasalahan dan citra negatif pasar tradisional umumnya terjadi akibat kurang disiplinnya pedagang, pengelola pasar yang tidak profesional, dan tidak tegas dalam menerapkan kebijakan kebijakan atau aturan terkait pengelolaan operasional pasar; (2) pasar tradisional umumnya memiliki desain yang kurang baik, termasuk minimnya fasilitas penunjang, banyaknya pungutan liar dan berkeliarannya "preman--preman" pasar serta sistem operasional dan prosedur pengelolaannya kurang jelas; jelas; (3) masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim, pasar tradisional sebagai sapi perah untuk


(18)

penerima retribusi, menjamurnya Pedagang Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional. Revitalisasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun maupun daerah, baru sebatas fisik bangungan pasar, revitalisasi terhadap pengelolaan pasar belum banyak dilakukan. Padahal perbaikan terhadap manajemen pasar menjadi bagian penting untuk mendorong profesionalisasi pengelolaan pasar dan meningkatkan pelayanan bagi pedagang maupuan pengunjung pasar. Pengelolaan pasar yang baik dan professional diharapkan dapat meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern, meningkatkan keuntungan keuntungan serta dapat menjamin kelangsungan dari pasar itu sendiri.

Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 150, dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu bentuk kesatuan system perencanaan nasional. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional pasal 33 yaitu ;

1. Kepala daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan daerah disekitarnya.

2. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, kepala daerah dibantu oleh kepala Bappeda.

3. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.


(19)

4. Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, singkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan antar kota/kabupaten.

Menurut UU No. 25 tahun 2004, Bappeda mempunyai peranan yang penting didalam melaksanakan perencanaan daerah. Perencanaan daerah yang direncanakan oleh Bappeda dimulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota hingga tingkat provinsi melalui Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Dalam perencanaan pembangunan daerah ini diperlukan adanya partisipasi masyarakat lokal dalam implementasi pembangunan didaerahnya.

Untuk mendukung pelaksanaan amanat UU No. 25 tahun 2004 ini, maka pemerintah atas nama Menterin Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ kepala Bappenas sudah mengeluarkan surat edaran tentang system perencanaan pembanguna daerah. Dalam surat edaran ini pemerintah daerah wajib menyusun rencana pembangunan jangka menengah/ daerah (RPJP/D), rencana pembangunan jangka menengah/ daerah (RPJM/D), dan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) sebagai rencana tahunan. Setiap proses penyusunan harus mempunyai koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui suatu forum yang disebut sebagai musyawarah perencanaan pembangunan atau yang disebut dengan Musrenbang.

Dalam rangka untuk mendorong profesionaliasi pengelolaan asset pasar khususnya pasar sukaramai, perlu disusun sebuah pedoman pengelolaan pasar serta


(20)

pensosialisasian pengembangan pasar sukaramai tersebut. Kita bisa melihat dan melakukan bagaimana program dari Gubernur DKI Jakarta yaitu Jokowi dalam mengelola dan membangun pasar tradisional yang ada di ibu kota. Dimana Jokowi melakukan suatu tindakan yang efektif dalam mengelola pasar seperti membangun pasar tradisional yang bersih sehingga para pengunjung senang datang ke pasar tradisional tersebut. Jokowi juga mampu dan berhasil mengajak para pedagang yang berjualan dikaki lima untuk berdagang ke bangunan yang telah disediakan oleh pemko DKI Jakarta. Tidak kebanyakan seperti para pemimpin lainnya yang melakukan tindakan paksa seperti menggerakan satpol pp untuk mengusir para Pedagang Kaki Lima (PKL), namun Jokowi justru melakukannya sendiri seperti mengadakan sosialisasi kepada para PKL dan lebih mengutamakan menggerakan para pns perempuan yang memakai kebaya dibandingkan satpol pp yang membantunya untuk mengajak para PKL supaya berjualan ditempat yang telah disediakan. Bahkan Jokowi juga memberi bantuan kepada para PKL dengan bunga sewa yang murah dan memberi hadiah seperti kupon undian kepada para pengunjung yang datang kepasar tersebut. Jokowi juga mampu menkondisionalkan pasar tradisional tersebut menjadi pasar yang aman tanpa adanya tindakan kriminal sehingga para pengunjung merasa aman. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi sebuah pijakan bagi pengelola pasar dan masyarakat mengetahui kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan pasar Sukaramai tersebut dari sosialisasi yang dilakukan pengelola pasar kepada masyarakat, dalam mendorong pengelolaan aset pasar yang professional dan transparan. Secara keseluruhan kebijakan pengembangan pasar memiliki peranan


(21)

terhadap pengembangan wilayah. Pengembangan pasar begitu berpengaruh terhadap pengembangan wilayah khususnya wilayah di kota Medan. Dimana pengembangan pasar berperan dalam meningkatkan pengembangan wilayah seperti dari segi ekonomi, tata ruang lingkup kota, dan tata tertib lalu lintas. Kebijakan baru yang dilakukan Pemko Medan memiliki peran yang penting. Jika kebijakan dilakukan dengan baik maka proses implementasi kebijakan-kebijakan tersebut akan efektif sehingga tujuan dan fungsi dari kebijakan tersebut akan tercapai dan sebaliknya. Berdasarkan uraiaan tersebut maka penulis memilih judul “Peranan kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Setiap penelitian lazimnya memiliki permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitiannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah Di Kota Medan?”.


(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang diajukan oleh peneliti maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di kota Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dapat memperkaya bahan refrensi penelitian di bidang Ilmu social dan Ilmu politik, terkhusus bagi Program Studi Ilmu Administrasi Negara dapat menjadi acuan atau bahan pertimbangan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis berguna sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan metodologis serta memiliki kemampuan dalam menganalisis gejala dan permasalahan yang ada di lapangan.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam mengelolah kinerja birokrasi pemerintah dan dapat diterapkan di dalam masyarakat.


(23)

1.5 Kerangka Teori

Teori adalah hulu atau sumber suatu proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah melalui prosedur penelitian dengan asumsi atau hipotesis-hipotesis kemudian diuji atau dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan (Tamburaka, H.Rustam E; 1999).

Menurut Jonathan H.Turner, teori adalah sebuah proses yang mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi.

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Kebijakan Pengembangan

1.5.1.1 Pengertian Kebijakan

Secara harafiah ilmu kebijaksanaan adalah terjemahan langsung dari kata policy science (Dror, 1968:6-8). Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn, Charles Jones, Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public policy dan public policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai wewenang


(24)

atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggungjawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum.

Dengan demikian perbedaan makna antara perkataan kebijaksanaan dan kebijakan tidak menjadi persoalan, selama kedua istilah itu diartikan sebagai keputusan pemerintah yang relative yang bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat umum. Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani (Greek), yang berarti Negara-kota. Dalam bahasa latin kita ini berubah menjadi politia, artinya Negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama (Middle English), kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan pemerintah atau administrasi pemerintah (Dunn, 1981:7). Dalam pengertian umum kata ini seterusnya diartikan sebagai,”. . . a course of action intended to accomplish some end” (Jones, 1977:4)” atau sebagai “. . . whatever government choses to do or not to do” (Dye, 1975:1). Thomas dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sementara Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktek. H.Huglo menyebutkan kebijakann sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. (Dalam buku Said Zainal Abidin,phd., 2002 dan 2004 :17).


(25)

1.5.1.2 Manfaat Penelitian Kebijakan

Studi Kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yakni:

1. Pengembangan ilmu pengetahuaan.

Dalam konteks ini ilmuwan dapat menempatkan kebijakan public sebagai variabel terpengaruh (dependent variabel), sehingga berusaha menentukan variabel pengaruhnya (independent variabel ).

2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik.

Dengan mempelajari kebijakan public para praktisi akan memiliki dasar teoretis tentang bagaimana membuat kebijakan public yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan public. Sehingga kedepan akan lahir kebijakan public yang berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.

3. Berguna untuk tujuan politik.

Suatu kebijakan public yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan teori yang kuat, memiliki posisi yang kuat kritik dari lawan-lawan politik. Dapat juga menyakinkan lawan politik yang tadinya kurang setuju. (Dalam buku DRS.AG.Subarsono,M.Si.,MA)

Dalam penyusunan agenda kebijakan ada 3 kegiatan yang perlu dilakukan yakni :

1. Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar- benar dianggap sebagai masalah.


(26)

2. Membuat batasan masalah.

3. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah.

Memobilisasi dukungan ini dapat dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok- kelompok yang ada dalam masyarakat, dan kekuatan-kekuatan politik, publikasi melalui media masa, dan lain-lain.

1.5.1.3Tipe-tipe Model Kebijakan

Model kebijakan (policy models) adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Model kebijakan bermanfaat dan bahkan harus ada. Model kebijakan merupakan penyederhanaan sistem masalah dengan membantu mengurangi kompleksitas dan menjadikannya dapat dikelola oleh para analisis kebijakan.

Model-model kebijakan juga dapat memainkan peran kreatif dan kritis didalam analisis kebijakan dengan mendorong para analisis untuk membuat asumsi-asumsi eksplisit mereka sendiri dan untuk menantang ide-ide konvensional maupun metode-metode analisis. Dengan menyederhanakan situasi masalah, model tak terelakan menyumbang distorsi selektif atas realitas. Sementara itu, model dapat membantu kita untuk melakukan tugas-tugas analitis, kata kuncinya ada pada “kita”, untuk itu kita dan bukan model yang menyediakan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk menginterpretasikan gambaran realitas yang diterapkan oleh suatu model.


(27)

Adapun tipe-tipe dari model kebijakan tersebut adalah :

A. Model Deskriptif, model-model kebijakan dapat dibandingkan dan dikontraskan dari berbagai dimensi, yang paling penting diantaranya adalah membantu membedakan tujuan, bentuk ekspresi, dan fungsi metodelogis dari model. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan/atau memprediksikan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan.

B. Model Normatif, sebaliknya, tujuan dari model normatif bukan hanya untuk menjelaskan dan/atau memprediksi tetapi juga memberikan dalil danrekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaiaan beberapa utilitas (nilai). Salah satu model normatif yang paling sederhana dan paling biasa adalah melipatgandakan bunga. Seringkali dalam kehidupannya orang menggunakan beberapa variabel dari model ini untuk mencari manfaat dari variabel-variabel kebijakan.

C. Model Verbal, diekspresikan dalam bahasa sehari-hari, bukannya bahasa logika simbolis dan matematika, dan mirip dengan yang kita terangkan sebelumnya sebagai masalah-masalah substantif. Dalam menggunakan model verbal, analisis bersandar pada penilaiaan nalar untuk membuat prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaiaan nalar menghasilakan argument kebijakan, bukannya dalam bentuk nilai angka-angka pasti. Keterbatasan model verbal adalah bahwa masalah-masalah yang dipakai


(28)

untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implicit atau tersembunyi sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis argument tersebut sebagai keseluruhan.

D. Model Simbolis, menggunakan simbol-simbol matematis untuk menerangkan hubungan diantara variabel-variabel kunci yang dipercaya mebcirii suatu masalah. Model-model simbolis sulit untuk dikomunikasikan diantara orang awam, termasuk para pembuat kebijakan, dan bahkan diantara para ahli pembuat model sering terjadi kesalahpahaman tentang elemen-elemen dasar dari model.

E. Model Prosedural, menampilkan hubungan yang dinamis diantara variabel-variabel yang diyakini menjadi cirri suatu masalah kebijakan. Biaya model prosedural relatif tinggi jika dibanding dengan model-model verbal dan simbolis, sebagian besar karena waktu yang diperlukan untuk mengembangkan dan menjalankan program-program komputer. Bersamaan dengan itu, model prosedural dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang terpahami, sehingga memperlancar komunikasi di antara orang-orang awam. (Dalam buku William N.Dunn, Gadjah Mada University Press 2012).

1.5.1.4 Proses Kebijakan Publik

Menurut James Anderson (1974:23-24) sebagai pakar kebijakan public menetapkan proses kebijakan public sebagai berikut:


(29)

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan?

2) Formulasi kebijakan (formulation).

Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan suatu masalah.

3) Penentuan kebijakan (adoption).

Bagaimana alternatif dilakukan? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? 4) Implementasi (implementation).

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? 5) Evaluasi (evaluation).

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan?

Sedangkan Michael Howlet dan M.Ramesh (1995:11) menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan sebagai berikut:

1) Penyusunan agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah bias mendapat perhatian dari pemerintah.

2) Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah.

3) Pembuatan kebijakan (decision making), proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan.


(30)

4) Implementasi kebijakan (policy implementation), yakni proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

5) Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan menilai hasil atau kinerja kebijakan.

1.5.1.5 Lingkungan Kebijakan Publik

Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan kebijakan publik tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan. Tuntutan terhadap kebijakan dapat dilahirkan karena pengaruh lingkungan, dan kemudian ditransformasi kedalam suatu system politik. Dalam waktu bersamaan ada keterbatasan dan konstrain dari lingkungan yang akan mempengarui policy maker. Faktor lingkungan tersebut antara lain: karateristik geografi, seperti: SDA, iklim, dan topografi; variabel demografi seperti: banyaknya penduduk, distribusi umur penduduk, lokasi spasial; kebudayaan politik; struktur social; dan system ekonomi. Dalam kasus tertentu lingkungan internasional dan kebijakan internasional menjadi penting untuk dipertimbangkan (Anderson, 1979).

1.5.1.6 Kategori Kebijakan Publik

Secara tradisional pakar ilmu politik mengategorikan kebijakan publik kedalam kategori:

1. Kebijakan subtantif (misalnya, kebijakan perburuhan, kesejahteraan sosial, hak-hak sipil masalah luar negeri, dan sebagainya).


(31)

2. Kelembagaan (misalnya, kebijakan legislatif, kebijakan judikatif, dan kebijakan department).

3. Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya, kebijakan masa reformasi, kebijkan masa orde baru, dan kebijakan masa orde lama).

Kategori lain tentang kebijakan dibuat oleh James Anderson (1979:126-132) sebagai berikut:

1. Kebijakan substantif vs kebijakan prosedural.

Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan oleh pemerintah seperti kebijakan subsidi BBM. Sedangkan Kebijakan procedural adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan, misalnya, kebijakan criteria orang yang disebut miskin dan bagaimana prosedur untuk memperoleh raskin.

2. Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan re-distributif.

Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat atau segmen masyarakat tertentu atau individu. Sebagai contoh: kebijakan subsidi BBM dan kebijakan obat generic. Kebijakan regulatori adalah kebijakan yang berupa pembatasan atau peralangan terhadap perilaku individu atau kelompok masyarakat, misalnya: kebijakan ijin mendirikan bangunan (IMB), kebijakan pemakaiaan helm bagi pengendara sepeda motor. Sedangkan kebijakan re-distributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pemilikan atau


(32)

hak-hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Sebagai contoh: kebijakan pajak progresif, kebijakan asuransi kesehatan bagi orang miskin.

3. Kebijakan material vs kebijakan simbolis.

Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkrit pada kelompok sasaran, misalnya: kebijakan raskin. Sedangkan kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran, misalnya: kebijakan libur hari natal dan libur hari idul fitri.

4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang privat (privat goods).

Kebijakan publik goods adalah kebijakan yang bertujuan mengatur pemberian barang atau pelayanan publik, misalnya kebijakan membangun jalan raya. Sedangkan kebijakan yang berhubungan dengan privat goods adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untukn pasar bebas, misalnya pelayanan pos, parkir umum, dan perumahan.(Dalam buku Drs.AG Subarsono Msi, MA., 2005 dan 2009:4).

1.5.2 Pengembangan Wilayah

1.5.2.1 Pengertian Pengembangan Wilayah

Dalam banyak kepustakaan tentang pembangunan, terdapat beberapa pendekatan dan teori. Menyebut beberapa diantaranya adalah growth theory, rural development theory, agro first theory, basic needs theory, dan lain sebagainya.


(33)

Teori-teori pembangunan itu memuat berbagai pendekatan ilmu sosial yang berusaha menangani masalah keterbelakangan. Teori pembangunan benar-benar lepasa landas hanya setelah diketahui bahwa persoalan pembangunan di Dunia Ketiga bersifat khusus dan secara kualitatif berbeda dari “transisi orisinil”. Sepanjang evolusinya, teori pembangunan menjadi semakin kompleks dan nondisipliner. Dengan demikian, tidak akan ada definisi baku dan final mengenai pembangunan, yang ada hanyalah usulan mengenai apa yang seharusnya diimplikasikan oleh pembangunan dalam konteks tertentu (Hettne, 2001).

Salah satu teori pembangunan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang (unbalanced growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah.

Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi. Pengertian permukaan bumi menunjuk pada suatu tempat atau lokasi yang dilihat secara horizontal dan vertikal. Wilayah sering dibedakan artinya dengan kata daerah atau kawasan. Wilayah dapat diartikan sebagai satu kesatuan ruang yang mempunyai tempat tertentu tanpa terlalu memperhatikan soal batas dan kondisinya. Atau juga wilayah dapat diartikan, suatu areal yang memiliki


(34)

karateristik areal bisa sangat kecil maupun sangat besar, suatu wilayah diklasifikasikanberdasarkan satu atau beberapa karateristik, misalnya berdasarkan iklim, relief di pebatuan, pola pertanian, tumbuhan alami, kegiatan ekonomi dan sebagainya.

Purnomo Sidi (1981) mengatakan bahwa wilayah adalah sebutan untuk lingkungan permukaan bumi yang jelas batasannya. Menurut Chaprin, perencanaan wilayah (regional planning) adalah upaya intervensi terhadap kekuatan-kekuatan pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah yang memiliki tiga tujuan pokok yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan sektoral dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan. Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan social ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. (Awanpwk09.blogspot.com/2011/04).

Dalam melakukan pengembangan wilayah perlu dilakukan perencanaan untuk pencapaiaan tujuan yang efektif dalam melakukan pengembangan wilayah tersebut.

1.5.3 Perencanaan

1.5.3.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan umumnya dan perencanaan wilayah dan kota khususnya merupakan suatu produk dari suatu tinjauan yang menyangkut suatu lingkup wawasan yang luas baik secara substantive maupun secara territorial. Pada


(35)

perencanaan kota misalnya, akan terkait berbagai faset permasalahan yang kompleks. Kompleks dalam arti menyangkut berbagai aspek yang satu sama lain berkaitan, saling bergantungan serta saling pengaruh mempengaruhi.

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian yang sederhana ini dapat diuraikan komponen penting, yakni tujuan (apa yang hendak dicapai), kegiatan (tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan), dan waktu (kapan, dan bilamana kegiatan itu hendak dilakukan). Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi) terhadap masa depan (Abe, 2005, dalam skripsi Nuning Rohaini, 2007).

Menurut Abe (2005) proses membuat rencana akan bermakna sebagai proses menentukan kearah mana sumber daya yang ada hendak dialokasikan. Ketepatan dalam menentukan alokasi sangat ditentukan oleh :

1. Pembacaan atas kualitas dan kuantitas atas sumber daya yang ada. 2. Pembacaan atas situasi eksternal.

Menurut Arsyad (1999) ada empat elemen dasar perencanaan yaitu : 1. Merencanakan berarti memilih.

2. Perencanaan merupakan alat untuk mengalokasikan sumber daya. 3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.


(36)

Perencanaan adalah merupakan suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling prioritas karena pembangunan tersebut menentukan arah prioritas, dan strategi pembangunan (Nugroho, 2003).

1.5.3.2 Pendekatan Perencanaan

Pendekatan perencanaan telah mengalami perkembangan. Hal ini terjadi sehubungan dengan pengalaman mengenai tingkat keefektifan rencana tersebut. Berdasarkan tipologinya maka pendekatan perencanaan wilayah dan kota umumnya dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :

A.Pendekatan perencanaan rasional menyeluruh

Perencanaan rasional menyeluruh secara konsepsual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas. Pertimbangan ini termasuk pula hal-hal yang berkaitan dengan seluruh rangkaiaan tindakan pelaksanaan serta berbagai pengaruhnya terhadap usaha pengembangan. Produk perencanaan rasional menyeluruh ini dikenal antara lain sebagai ‘Rencana Induk’ – Masterplan; ‘Rencana Umum’ – General Plan; atau ‘Rencana Pembangunan’ – Development Plan (Melville C. Branch, 1983).

B.Pendekatan perencanaan terpilah

Pada hakekatnya pendekatan ini mengutamakan unsur atau subsistem tertentu sebagai yang perlu diprioritaskan tanpa perlu melihatnya dalam wawasan yang;


(37)

1. Rencana terpilah tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif rencana secara menyeluruh.

2. Hanya mempertimbangkan bagian-bagian dari kebijaksanaan umum (kalau sudah ada) yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem yang diprioritaskan.

3. Dengan terbatasnya lengkap perencanaan yaitu pada unsur atau subsistem tertentu saja maka ada anggapan bahwa pelaksana dan pelaksanaannya lebih mudah dan realistik.

C.Perencanaan terpilah berdasarkan pertimbangan menyeluruh

Pada hakekatnya pendekatan ini mengkombinasikan pendekatan rasional menyeluruh dan pendekatan terpilah masing-masing dalam kadar lingkup tertentu yaitu menyederhanakan tinjauan menyeluruh dalam lingkup ‘wawasan sekilas’ (scanning) dan memperdalam tinjauan atas unsur atau subsistem yang strategis atau urgen dalam kedudukan system terhadap permasalahan menyeluruh.

Cirri-ciri utama pendekatan wilayah ini adalah:

1. Perencanaan mengacu kepada garis kebijaksanaan umum yang ditentukan pada tingkat tinggi atau wawasan makro.

2. Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta memfokuskan pendalaman penelaahan pada unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang diutamakan.


(38)

3. Ramalan mendalam tentang unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang diprioritaskan dilandasi oleh ramalan sekilas tentang lingkup menyeluruh serta didasarkan kepada wawasan sistem.

4. Perumusan rencana dengan pendekatan ini dinilai sebagai usaha penghematan waktu dan dana dalam lingkup penelaahan, analisis dan proses teknik penyusunan rencana karena adanya penyederhanaan dalam penelaahan dan analisis makronya.

5. Untuk menunjang hasil ramalan dan analisis sekilas maka proses pemantauaan, pengumpulan pendapat, komunikasi serta konsultasi dengan masyarakat yang berkepentingan serta dengan pengelola (pemerintah) telah dilakukan secara terus-menerus sejak penyusunan perumusan sasaran dan tujuan rencana pembangunan. (Dalam buku Djoko Sujarto, 2001:1).

1.5.3.3 Hakekat Perencanaan

Dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun menuju masyarakat yang adil dan makmur, pencapaian tujuan pembangunan tidak dapat dilepaskan dari perancangan, yaitu program tindakan yang menuju ke kesejahteraan masyarakat.

Ukuran kesejahteraan masyarakat merupakan ukuran relatif dan sangat sukar didefenisikan. Kesejahteraan itu sendiri dibentuk oleh berbagai faktor yang kait mengait yang dapat diterjemahkan kedalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam membentuk satu sistem. Perencanaan berusaha mengubah salah satu atau


(39)

beberapa faktor dalam sistem itu, yang diharapkan atau diyakini dapat menimbulkan suatu rangkaian akibat yang merubah factor lainnya dalam system itu secara positif.

Perencanaan merupakan projeksi untuk masa depan. Segala tindakan untuk tujuan masa depan jelas mempunyai hubungan erat dengan apa yang dimiliki sekarang. Perencanaan mendasari pembangunan, karena pembangunan berarti perencanaan dan pelaksanaan. Dengan demikian, perencanaan dan kemudian perancangan merupakan proses yang mendahului pelaksanaan. Pembangunan dapat pula diartikan sebagai usaha merubah nilai suatu keadaan ke keadaan lain yang mempunyai mutu yang lebih baik. (Suwardjoko Warpani, 1980: 9).

1.5.4 Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan dapat dikaitkan dengan pembangunan dimana dalam pembangunan terdapat suatu perencanaan agar sasaran pembangunan tercapai sehingga dikenal perencanaan pembangunan. Menurut Kuncoro (2004), “Perencanaan pembangunan merupakan upaya yang bertujuan untuk memperbaiki sumber daya publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan public dalam menciptakan nilai sumber daya swasta dan publik yang bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan masyarakat yang menyeluruh”.

Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan Giarratani (dalam Nugroho dan Dahuri, 2004), menyimpulkan tiga pilar penting


(40)

dalam proses pembangunan wilayah, yaitu:

1. Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam, antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha sektor primer lainnya.

2. Aglomerasi (imperfect divisibility). Pilar aglomerasi merupakan fenomena eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan ekonomi secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk.

3. Biaya transpor (imperfect mobility of good and service). Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.

Pendapat lain yang mendefenisikan perencanaan pembangunan dikemukakan oleh Soedjono Adipraja (2002), “Perencanaan pembangunan adalah suatu teknik atau


(41)

cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan tingkat pusat dan daerah”.

Setiap perencanaan pembangunan harus mengandung unsur-unsur pokok tertentu, dimana yang menjadi unsur pokok utamanya adalah sebagai berikut:

I. Kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsure ini merupakan dasar pokok dari seluruh rencana yang kemudian dituangkan kedalam unsur pokok perencanaan pembangunan lainnya. II. Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka ini dianalisis dan

dihubungkan berbagai variabel-variabel dari pembangunan serta dinyatakan implikasi hubungan tersebut.

III. Perkiraan sumber daya pembangunan serta khususnya mengenai sumber pembiayaan pembangunan. Sumber-sumber pembiayaan pembangunan merupakan keterbatasan yang strategis sehingga perlu diperkirakan dan diatur penggunaannya dengan seksama serta dengan penentuan skala prioritas.

IV. Urutan tentang kerangka kebijakan yang konsisten misalnya kebijakan fiscal, pengukuran moneter harga serta kebijakan sektoral lainnya. Berbagai kebijakan itu perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan secara tertib dan konsisten.


(42)

V. Perencanaan pembangunan meliputi program investasi yang dilaksanakan secara sektoral. Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan secara bersama-sama dengan menyusun rencana-rencana menurut sasarannya.

VI. Perencanaan pembangunan mencakup pula administrasi pembangunan yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. (Dalam skripsi Charles Nadeak 2007:17-18)

Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2004 Perencanaan pembangunan terdiri atas 4 tahap, yaitu :

a. Tahap penyusunan rencana.

Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang sudah siap untuk ditetapkan terdiri dari 4 langkah:

1. Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh dan terukur.

2. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan.

3. Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrembang).

4. Langkah terakhir adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.


(43)

b. Tahap penetapan rencana.

Tahap ini dimana penetapan rencana tersebut menjadi produk hukum yang mengikat semua pihak yang melaksanakan.

c. Tahap pengendalian pelaksana rencana.

Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapai tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaiaan selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan kementerian/ lembaga/ satuan perangkat daerah.

d. Evaluasi dan pelaksanaan.

Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaiaan tujuan sasaran dan kinerja pembangunan.

Proses perencanaan pembangunan nasional dalam hal perencanaan menurut jangka waktu dibagi 3, yaitu:

- Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat dengan RPJP dan dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun.

- Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJM dan dokumen perencanaan untuk lima tahun. RPJM ini disebut dengan rencana strategis kementerian (Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan kementerian atau lembaga untuk periode lima tahun. Untuk perangkat satuan


(44)

daerah disebut dengan Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode lima tahun.

- Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode satu tahun. Rencana pembangunan daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode satu tahun. Rencana pembangunan tahunan kementerian atau lembaga yang selanjutnya disebut rencana kerja kementerian/ lembaga (Renja-KL) adalah dokumen perencanaan kementerian atau lembaga untuk periode satu tahun. Rencana pembangunan satuan kerja perangkat daerah yang disebut dengan rencana kerja satuan perangkat daerah (Renja-SKPD) adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode satu tahun (Dalam skripsi Charles Nadeak, 2007).

1.5.4.1Urgensi Perencanaan Dalam Pembangunan Daerah

Dalam perencanaan pembangunan pada umumnya harus memperhatikan sumber daya yang tersedia atau potensi wilayah yang menyangkut potensi sumber daya alam, potensi sumber daya aparatur yang mengelola, serta memperhatikan kemampuan anggaran untuk membiayai proses berlangsungnya perencanaan pembangunan daerah. Kemudian dengan memperhatikan fisik wilayah, potensi, dan


(45)

kemungkinan pengembangannya, pola dan gaya hidup masyarakat serta kegiatan dan arus lalu lintas ekonomi masyarakat yang berbeda di masing-masing wilayah.

Mengingat bahwa UU No.32 tahun 2004 memberikan dimensi baru dalam perencanaan pembangunan daerah, sehingga jelas bahwa sebenarnya pembangunan daerah menjadi prasyarat utama untuk mampu mendorong pertumbuhan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan daerah harus terkait dengan masyarakat dan pengusaha/ swasta.

Pembangunan sebagai proses yang memungkinkan anggota masyarakat meningkatkan kapasitas nasional dan institusional dalam memobilisasi dan mengelola sumber daya untuk menghasilkan perbaikan kualitas yang sesuai dengan aspirasi mereka sendiri, berkelanjutan, adil dan merata. Pembangunan daerah seharusnya merupakan proses yang terkait antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik.

Melalui UU No.32 tahun 2004, telah diberikan otonomi yang sangat luasn kepada daerah. Hal ini dilakukan dalam rangka pengembalian harkat dan martabat di daerah, memberikan ruang berpendidikan politik dalam rangka meningkatkan kualitas demokrasi di daerah, peningkatan efisiensi pelayanan public di daerah dan pada akhirnya diharapkan mampu menciptakan good governance (Dalam skripsi Nuning Rohaini, 2007).


(46)

1.6 Defenisi Konsep

Dalam rangka memberikan gambaran yang abstrak terhadap penelitian, maka diperlukan suatu konsep yang jelas mengenai batasan-batasan dari wilayah yang akan diteliti, sehingga konsep tersebut dapat mencerminkan suatu defenisi yang jelas terhadap objek dari sasaran yang akan diteliti.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:32-34) dalam Suharso (2009:31), Marlina Deliana (2013:31) menyatakan konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas dan juga untuk menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakan konsep yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :

1. Peranan

Peranan adalah fungsi, wewenang, hak-hak, dan kewajiban yang dilakukan seseorang, kelompok, ataupun lembaga-lembaga sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini adalah peranan kebijakan pengembangan pasar yang dilakukan pemko medan.

2. Kebijakan

Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktek. Kebijakan merupakan pilihan


(47)

para pembuat kebijakan (pemerintah) untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

3. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

4. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling prioritas karena pembangunan tersebut menentukan arah prioritas, dan strategi pembangunan.

5. Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan Pembangunan Daerah suatu teknik atau cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan tingkat pusat dan daerah.


(48)

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisi analisis dan pembahasan dari data-data yang disajikan dan diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran kepada pihak-pihak terkait.


(49)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif dengan analisa kualitatif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini merupakan suatu tempat yang akan diteliti dalam mencari dan mengumpulkan data yang berguna dalam penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di kantor PD Pasar Sukaramai yang berlokasi di kota Medan, Sumatera Utara.


(50)

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Bagong Suyanto, 2005:171) subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dan memahami persoalan atau permasalahan tersebut.

Menurut Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu :

1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu kepala administrasi di kantor PD Pasar Sukaramai kota Medan.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu para pedagang di Pasar Sukaramai kota Medan.


(51)

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu masyarakat atau pengunjung lokasi Pasar Sukaramai kota Medan.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua cara, yaitu :

1. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung kelokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dilakukan melalui :

a. observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian di lokasi penelitian dan

b. wawancara yaitu dengan memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak yang terkait.

2. Pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang diperlukan atau diperoleh melalui catatan-catatan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

a. Studi Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, tulisan, dan karya ilmiah yang memiliki relevansi dan ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.


(52)

b. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik yang digunakan dengan mengambil catatan tertulis, dokumen, arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait dari kantor PD Pasar Sukaramai kota Medan sehubungan dengan masalah Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota Medan.

2.5 Teknik Analisa Data

Sesusai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik kualitatif. Menurut Farid (1997:152), analisa kualitatif terkonotasi suatu pengertian analisis yang didasarkan pada argumentasi logika. Namun materi argumentasi didasarkan pada yang diperoleh melalui kegiatan teknik perolehan data. Jika data yang diperoleh secara empiris atau diperoleh melalui studi lapangan, maka data yang dianalisis adalah hubungan antara data yang memungkinkan lahirnya kategori, hubungan antara kategori yang memungkinkan lahirnya hipotesis dan hubungan antar hipotesis yang memungkinkan lahirnya suatu teori atau model.

Baik studi lapangan maupun studi pustaka, di dalam penganalisisannya tidak mendasarkan pada perhitungan kuantitatif, tetapi pada kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data, dan informasi hingga lahirnya suatu model atau suatu teori (Ali, 1997:151).


(53)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan provinsi Sumatera Utara, dulunya adalah merupakan sebuah kampung kecil yang berada di satu tanah datar atau Medan diantara sugai Babura dengan sungai Deli, yang pada waktu itu dikenal dengan nama “Medan Putri”, yang sekarang kita kenal dengan jalan Putri Hijau. Menurut Tengku Lukman, SH, dalam bukunya yang berjudul “Riwayat Hamparan Perak”(1971), yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak (Dua belas Kuta) dan Datuk Suka Piring yaitu dua dari empat kepala suku Kesultanan Deli.

John Anderson, seorang pegawai Pemerintah Inggeris yang berkedudukan di Penang, pernah berkunjung ke Medan tahun 1823. Dalam bukunya bernama “Mission to the Eastcoast of Sumatera”, edisi Edinburg tahun 1826, Medan masih merupakan satu kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Dalam masa kurang dari 80 tahun berkembang menjadi sebuah kota yang sekarang kita kenal dengan nama kota Medan. Sesuai dengan keputusan DPRD tingkat II Kota Madya Medan No.4/DPRD/1975 tanggal 26 Maret1975, Juli ditetapkan menjadi hari jadi Kota Medan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah RI No.35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara termasuk dua kecamatan


(54)

pemekaran di Kota Medan maka kecamatan di Kota Medan menjadi 21 kecamatan, yaitu:

No Nama Kecamatan Luas Kec.(km²) Jumlah Kelurahan 1 Medan Tuntungan 20,68 9

2 Medan Johor 12,81 6

3 Medan Amplas 14,58 7

4 Medan Denai 11,59 6

5 Medan Area 9,05 12

6 Medan Kota 7,99 12

7 Medan Maimun 5,27 6

8 Medan Polonia 5,25 5

9 Medan Baru 5,84 6

10 Medan Selayang 9,01 6

11 Medan Sunggal 2,98 6

12 Medan Helvetia 15,44 7

13 Medan Petisah 13,16 7

14 Medan Barat 6,82 6

15 Medan Timur 5,33 11

16 Medan Perjuangan 7,76 9

17 Medan Tembung 4,09 7

18 Medan Deli 20,84 6

19 Medan Labuhan 36,67 6

20 Medan Marelan 23,82 5

21 Medan Belawan 26,25 6

TOTAL 265,10 151


(55)

3.1.1 Letak Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deliserdang di sebelah Barat, Timur, dan Selatan. Sedangkan di sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

3.1.2 Demografi

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan Sensus


(56)

Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.

3.1.3 Kondisi Perdagangan Di Kota Medan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa Kota Medan menjadi strategis karena salah satu fungsi utama Kota Medan adalah pusat perdagangan. Kegiatan pada sektor perdagangan di Kota Medan diantaranya terdiri dari kegiatan di pasar, plaza/mall, toko, restoran, Pedagang Kaki Lima dan warung. Kegiatan perdagangan tersebut umumnya tergolong dalam kegiatan pada sektor perdagangan formal maupun sektor perdagangan informal. Kegiatan yang termasuk sektor informal bersifat heterogen. Secara umum sektor informasi di daerah perkotaan dipandang sekedar melakukan peran dalam kehidupan kota dan terdiri dari beraneka ragam kegiatan usaha yang berkaitan dengan bidang pelayanan dan jasa pada tingkat bawah, seperti warung kopi, tukang sampah, pengamen jalanan, penyemir sepatu, Pedagang Kaki Lima, dan pengencer barang. Kegiatan informal dapat dibedakan menjadi lima sub sektor yaitu perdagangan, jasa, angkutan, bangunan, dan industri kecil.

Adanya dorongan untuk masuk pada sektor informal karena tidak adanya hubungan kerja kontrak jangka panjang pada sektor informal, sehingga mobilitas angkatan kerja dalam sektor informal menjadi relatif tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang mempermudah tenaga kerja memasuki sektor ini. Jadi, diharapkan dapat bertindak sebagai suatu kekuatan penyangga antara kesempatan


(57)

kerja dan pengangguran. Beberapa pencari kerja yang memperoleh pekerjaan tetap di sektor formal, bisa bekerja dalam sektor informal sementara atau waktu lama daripada menganggur sama sekali.

3.1.4 Kondisi Pembangunan Di Kota Medan

Secara kasat mata pembangunan Kota Medan secara keseluruhan sangat berkembang pesat, terutama dalam pembangunan fisik (infrastruktur). Hal ini dapat kita lihat dengan berbagai sarana yang tersedia diseluruh penjuru Kota Medan. Namun demikian jika kita melihat masih banyak masalah yang perlu mendapat perhatian pemerintah Kota Medan diantaranya mengenai pengembangan pasar tradisional.

3.2 Gambaran Umum PD Pasar Kota Medan

Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan adalah salah satu Badan Usaha milik daerah (BUMD) yang merupakan peralihan dari Dinas Pasar kotamadya Tk.II Medan yang ditetapkan berdasarkan keputusan Walikota No. 188/ 784/ SK/ 1993. Dan pada awalnya dikelola berdasarkan Peraturan Daerah no. 15 Tahun 1992 Tentang pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan, kemudian diubah dengan Peraturan Daerah Kota Medan No.08 tahun 2001 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan. Selanjutnya untuk melaksanakan Peraaturan daerah


(58)

tersebut, diterbitkan keputusan Walikota nomor 28 Tahun 2001 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

Sementara sebagai landasan manajemen didasari kepada Peraturan daerah Nomor 5 tahun 1997 tentang Status Badan Pengawas , Direksi, dan Kepegawaian Perusahaan Daerah dan Surat keputusan walikota Medan nomor 188.342/SK/1998 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah no.05 tahun 1997 Jo, Surat keputusan Walikota Medan Nomor 14 Tahun 2004 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar kota Medan . Sebagai landasan operasional didasari kepada Peraturan Daerah no. 31 tahun 1993 tentang pemakaian tempat berjualan dan Surat Walikota Medan Nomor 188.342/834/SK/1994 tentang pelaksanaan Perda No. 31 Tahun 1993 dan Surat keputusan Direksi PD. Pasar Kota Medan No 974/1332/PDPKM/20043 tanggal 05 Maret 2003 tentang klasifikasi dan Besarnya tarif kontribusi pada pasar – pasar di wilayah tingkat II Medan yang di syahkan Badan Pengawas PD. Pasar Kota Medan dengan Surat Keputusan Badan Pengawas PD. Pasar Kota Medan No. 36/04/BP/ PD/20003 tanggal 13 maret 2003.

3.2.1 Visi Misi PD Pasar Kota Medan

A. Visi PD Pasar Kota Medan

Adapun yang menjadi visi PD Pasar Kota Medan adalah: "Menyediakan pasar tradisional dan modern yang bersih, nyaman,


(59)

aman dan berwawasan lingkunan serta memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang lengkap, segar, murah dan bersaing". Visi tersebut adalah merupakan suatu gambaran masa depan yang diinginkan oleh PD Pasar Kota Medan sebagai lembaga daerah dilingkungan Kota Medan. PD Pasar berkewajiban untuk menyusun rencana pengembangan pasar guna mengwujudkan visi Kota Medan.

B. Misi PD Pasar Kota Medan

Adapun yang menjadi misi dari PD Pasar Kota Medan adalah: "Menjadikan pasar tradisional dan modern sebagai sarana unggulan dalam penggerak perekonomian daerah Propinsi Sumatera Utara".

3.2.2 Fungsi PD Pasar Kota Medan

Tugas Pokok PD Pasar Kota Medan adalah melaksanakan pelayanan umum dalam bidang pengelolaan area pasar, membina pedagang pasar, ikut membantu stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan Jasa. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut PD Pasar Kota Medan mempunyai fungsi :

1. Perencanaan, pembangunan, pemeliharaan dan perawatan area pasar

2. Penyediaan, pemeliharaan dan perawatan sarana dan kelengkapan area pasar 3. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan area pasar


(60)

5. Pembinaan pedagang dalam rangka pemanfaatan area pasar 6. Bantuan terhadap stabilitas harga barang

7. Bantuan terhadap ketersediaan dan kelancaran distribusi barang dan jasa 8. Pelaksanaan dan pengembangan kerjasama, dan

9. Pengendalian keamanan dan ketertiban dalam area pasar.

Pembinaan pedagang pasar antara lain meliputi :

1. Memfasilitasi kerjasama wadah para pedagang dalam kemitraan dengan pihak lain

2. Memfasilitasi peningkatan kualitas pelayanan kepada konsumen oleh pedagang

3. Memfasilitasi peningkatan kualitas sumberdaya manusia pedagang

4. Memberikan hak prioritas kepada pedagang untuk memperoleh tempat usaha yang baru hasil pembangunan

5. Memfasilitasi pemberian kredit bagi pedagang bekerjasama dengan lembaga keuangan.


(61)

3.3 Gambaran Umum PD Pasar Sukaramai

Pasar tradisional Sukaramai berdiri pada tahun 1968. Pasar Sukaramai pada saat ini masih dalam proses pembangunan. Selama dalam proses pembangunan, untuk sementara pemerintah telah mengalokasikan para pedagang di pinggiran jalan dengan membangun kios-kios kecil. Luas wilayah pasar tradisional Sukaramai mencapai 2.630 m² dan terletak di kelurahan Sukaramai II kecamatan Medan Area Kota Medan. Pada saat ini pasar tradisional Sukaramai memiliki jumlah pedagang sebanyak 565 pedagang. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Tegal Sari I

Sebelah Selatan : Kelurahan Sukaramai II

Sebelah Barat : Kelurahan Sukaramai I

Sebelah Timur : Kelurahan Sukaramai II

3.3.1 Visi Misi PD Pasar Sukaramai

A.Visi PD Pasar Sukaramai

Adapun yang menjadi visi PD Pasar Sukaramai adalah: "Menyediakan pasar tradisional dan modern yang bersih, nyaman, aman dan berwawasan


(62)

lingkunan serta memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang lengkap, segar, murah dan bersaing". Visi tersebut adalah merupakan suatu gambaran masa depan yang diinginkan oleh PD Pasar Sukaramai sebagai lembaga daerah dilingkungan Kota Medan. PD Pasar Sukaramai berkewajiban untuk menyusun rencana pengembangan pasar guna mengwujudkan visi Kota Medan.

B.Misi PD Pasar Sukaramai

Adapun yang menjadi misi dari PD Pasar Sukaramai adalah: "Menjadikan pasar tradisional dan modern sebagai sarana unggulan dalam penggerak perekonomian daerah Kota Medan serta berupaya menciptakan penertiban pedagang untuk kelancaran lalu lintas diperempatan lampu merah yang berdekatan dengan Pasar Sukaramai".

3.3.2 Struktur dan Susunan Organisasi PD Pasar Sukaramai

Struktur dan susunan PD Pasar Sukaramai adalah sebagai berikut:

a) Kepala Pasar, b) Pengutip c) Staf d) Penertiban


(63)

Gambar 1. Bagan Organisasi PD Pasar Sukaramai Kota Medan Tahun 2014.

3.3.3 Tugas Pokok PD Pasar Sukaramai

A.Kepala Pasar

1. Mengkoordinir pelaksanaan tugas-tugas penyelesaiaan administrasi di pasar yang menyangkut surat menyurat tentang data-data pedagang, jumlah realisasi pendapatan harian, bulanan, dan tahunan, data jumlah tempat berjualan, status tempat berjualan ( buka, tutup, aktif, dicabut, dan sebagainya).

2. Mengkoordinir pelaksanaan pengutipan semua jenis kontribusi yang dibebankan kepada pedagang dan berupaya untuk menggali potensi yang ada di pasar dalam rangka meningkatkan realisasi pendapatan.

Penertiban

STAF

KEPALA

 

PASAR


(64)

3. Mengkoordinir pelaksanaan penertiban dan penataan pedagang, menjaga kebersihan pasar agar pedagang merasa aman berjualan, dan konsumen merasa nyaman dalam berbelanja

4. Berupaya senantiasa menciptakan suasana kondusif di dalam pasar.

B.Pengutip

1. Melaksanakan pengutipan atau menagih uang kontribusi kepada para pedagang sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2. Bertanggung jawab atas uang hasil kutipan kontribusi dimaksud untuk disetor ke kas PD Pasar Kota Medan.

C.Staf

1. Melaksanakan pembukuan pasar dan menyelesaikan surat menyurat secara administrasi seperti:

2. Mengisi buku tabelaris

3. Membuat buku kas pendapatan

4. Perhitungan karcis dan kendali kwitansi 5. Membuat lampiran.


(65)

D.Penertiban

1. Menertibkan dan menata pedagang agar teratur dan tertata dengan baik, barang dagangannya tidak melebihi batas yang ditentukan

2. Menjaga keamanan pasar di waktu siang hari agar pedagang dan konsumen merasa nyaman dalam bertransaksi.


(66)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi dari data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan dan melalui metode-metode pengumpulan data yang disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya, permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah Bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan.

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu:

pertama,penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen PD Pasar Kota Medan, dan PD Pasar Sukaramai seperti garis besar program dan rencana kerja PD Pasar Sukaramai, kebijakan PD Pasar Sukaramai yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara, dan yang menjadi informannya adalah :

1. Kepala administrasi di kantor PD Pasar Sukaramai kota Medan 2. Para pedagang di Pasar Sukaramai kota Medan

3. Masyarakat atau pengunjung lokasi Pasar Sukaramai kota Medan

Data-data tersebut berupa pernyataan dari para informan mengenai permasalahan penelitian skripsi ini. Sedangkan data-data sekunder didapatkan dari studi kepustakaan dan karya-karya ilmiah yang ada serta dokumen-dokumen yang


(67)

didapat dari lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih satu bulan di lokasi penelitian tepatnya di kantor PD Pasar Sukaramai kota Medan.

Berikut ini akan disajikan hasil pengumpulan data yang dilakukan di kantor PD Pasar Sukaramai Kota Medan.

Untuk mengetahui tentang pengembangan Pasar Sukaramai saat ini, maka penulis mengajukan pertanyaan kepada informan dalam penelitian ini. Adapun pertanyaannya yaitu, mengenai pengembangan Pasar Sukaramai saat ini.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala administrasi PD Pasar Sukaramai, beliau mengatakan bahwa :

“Bicara tentang pengembangan Pasar Sukaramai saat ini, bahwa kondisi Pasar masih dalam tahap proses pembangunan. Diperkakan 2-3 bulan akan rampung, dan pedagang yang berjualan di tempat penampungan akan dipindahkan untuk menempati gedung baru yang telah disediakan oleh PEMKO Medan.”

Dalam menentukan strategi pengembangan pasar perlu melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah mengidentifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

Dari jawaban informan didapat bahwa pengertian pengembangan pasar yaitu : 1. Pengembanga pasar harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan daerah

nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang.

2. Berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata perkapita dalam waktu jangka panjang.


(68)

3. Pengembangan pasar dipandang sebagai suatu proses dimana pendapatan daerah nyata perkapita naik diikuti dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar antara lain : 1. Sistem tawar-menawar

2. Sebagai sarana pendukung ekonomi rakyat kecil 3. Adanya gotong-royong dalam pasar tradisional 4. Harga barang yang murah di pasar tradisional 5. Adanya pedagang kaki lima

6. Fasilitas-fasilitas yang dibangun pemerintah dalam pasar tradisional 7. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional

8. Kondisi dan keadaan pasar tradisional

9. Adanya konsumen tetap yang berbelanja di pasar tradisional 10.Kenyamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 11.Jumlah modal yang dimiliki pedagang pasar tradisional 12.Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 13.Waktu buka pasar tradisional

14.Promosi yang dilakukan pedagang pasar tradisional terhadap barang dagangan 15.Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang

16.Kualitas barang yang rendah


(69)

18.Kelalaian pemerintah dalam mengelola pasar tradisional 19.Keragaman barang yang lengkap

20.Jam operasional pasar yang terbatas

Selanjutnya penulis menanyakan tentang bagaimana peranan pemerintah terhadap peningkatan pengembangan Pasar Sukaramai. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan, maka diketahui tentang bagaimana peranan pemerintah terhadap peningkatan pengembangan Pasar Sukaramai adalah “Bahwa PD Pasar Sukaramai merupakan perpanjangan dari pemerintah yang merupakan public service dimana pemerintah telah berupaya memberikan pelayanan yang maksimal demi pengembangan Pasar Sukaramai.”

Program pengembangan pasar merupakan upaya mendayagunakan pasar yang sebagaimana dituangkan dalam UU No.32 Tahun 2004. Program pasar dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai sarana bagi masyarakat untuk berproduksi dan mengolah hasilnya, menciptakan lapangan kerja, mendorong kehidupan perekonomian daerah termasuk lembaga sosial ekonomi dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Pemerintah dalam hal ini Badan Pemberdayaan Masyarakat, telah melakukan hal sebagai berikut :

1. Fasilitasi pembentukan pasar

2. Pelatihan peningkatan SDM dalam pengelolaan manajemen pasar 3. Pembinaa teknis


(70)

4. Bantuan stimulan untuk pembangunan/ rehabilitasi/ renovasi sarana dan prasarana pasar, adapun sasaran lokasi program sesuai dengan kriteria, antara lain:

a. Telah ada kelembagaannya

b. Status tanah tidak bermasalah (milik pemerintah) c. Adanya partisipasi masyarakat

Untuk mengetahui pelayanan yang dilakukan oleh PD Pasar Sukaramai terhadap kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai, maka penulis menanyakan kepada informan bagaimana pelayanan yang dilakukan oleh PD Pasar Sukaramai terhadap kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala Administrasi PD Pasar Sukaramai, maka diketahui penjelasan sebagai berikut :

“Pelayanan yang dilakukan sudah semaksimal mungkin. PD Pasar Sukaramai telah menyediakan tempat berjualan yang sangat memadai dengan membangun kembali Pasar Sukaramai yang sudah terbakar.”

Selanjutnya penulis menanyakan tentang apakah pelayanan yang dilakukan cukup memuaskan.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pedagang, beliau mengatakan

“bahwa pelayanan yang dilakukan belum sepadan dengan yang diterima pedagang, hal itu dikarenakan lamanya proses pembangunan Pasar Sukaramai yang baru.”

Kemudian selanjutnya ditanyakan kembali kepada para pedagang tentang bagaimana penyediaan layanan tersebut.


(1)

masih kurang memuaskan. Salah satunya disampaikan oleh Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Ngadiran yang menilai pengelolaanpasar tradisional masih semrawut. Akibatnya, pasar tradisional kehilangan daya saingnya.


(2)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah hasil penelitian diinterpretasikan dan dianalisis maka dalam bab ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang menjadi inti dari penelitian yang telah dilakukan mengenai peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan antara lain:

1. Masalah yang dihadapi oleh PD Pasar Sukaramai di dalam pengembangan Pasar Sukaramai adalah masalah kurangnya sarana dan prasarana perencanaan pembangunan yang modern, dan masih kurangnya kualitas dan kuantitas produk-produk perencanaan. Hal itu terlihat dari penampungan sementara diletakan di badan jalan yang dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas, pemilik ruko yang di depan rumahnya terdapat kios penampungan terganggu untuk akses masuk kerumahnya/ rukonya, serta tampak kurang tertata dan kebersihannya kurang terjaga. Dan itu menjadi tanggungjawab kami sebagai pengelola pasar Sukaramai.

2. Mekanisme kerja yang dilakukan oleh PD Pasar Sukaramai di dalam kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai adalah mensosialisasikan kepada pedagang tentang pembangunan kembali Pasar Sukaramai, memasarkan


(3)

3. Partisipasi pemerintah di dalam pengembangan Pasar Sukaramai sangatlah penting karena pemerintah merupakan satu-satunya koordinator PD Pasar, dimana PD Pasar merupakan perpanjangan dari pemerintah menjalankan fungsinya untuk mengwujudkan apa yang menjadi visi dan misi dari PD Pasar tersebut.

4. Peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan daerah di sekitar Pasar Sukaramai sangatlah berdampak positif. Dengan pembangunan kembali Pasar Sukaramai, penataan ruang kota di Pasar Sukaramai akan menjadi teratur, dan mengurangi kesembrautan di Pasar Sukaramai serta, menciptakan lapangan pekerjaan serta mengurangi kemacetan di persimpangan Pasar Sukaramai yang nantinya menjadikan Pasar Sukaramai menjadi pasar yang aman, nyaman, asri, dan bersih.


(4)

6.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan oleh penulis sebagai bahan masukan untuk lebih memperhatikan Peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kerjasama yang baik antara penyusun kebijakan dengan para pelaksananya agar tercipta kebijakan pengembangan pasar yang baik.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana kebijakan pengembangan pasar yang modern untuk mendukung kualitas kebijakan pengembangan pasar yang handal.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur yang profesional dengan penempatan yang sesuai dengan kompetensinya yang didukung oleh program kerja dan kebijakan yang jelas.

4. Pemanfaatan data yang valid, akurat, dan up to date serta dokumentasi dan informasi hasil-hasil penelitian dalam bidang kebijakan pengembangan pasar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. Kebijakan publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2002.

Anderson, James E. (1979), Public Policy Making, holt, Rinehart and Winston, New York, Chapter 1-2 dan 5.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin, 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Dunn, William N. (1994), Public Policy Analysis: An Introduction, Prentice-Hall

International, Englewood Cliffs, New Jersey, Chapter 1-3.

Dunn, William N. 1994. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.

Dye,Thomas R. (1981), Understanding Public Policy, Prentice-hall, New Jersey, Chapter 1.

Howlet, Michael dan Ramesh, M (1995), Studying Public policy: Policy Cycles and

Policy Subsystems, Oxford University Press, Toronto, Chapter 1.

Hughes, Owen E. (1994), Public Management and Administration: An Introduction, St.Martin’s Press, New York.

Subarsono. Analisis Kebijakan Publik. Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sujarto, Djoko. 2001. Pilihan Strategis: Suatu Teknik Pengambilan Keputusan

Dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Bandung: ITB Press

Tarigan, Robinson. 2002. Perecanaan pembangunan wilayah: Pendekatan ekonomi

dan ruang. Departemen Pendidikan Nasional, Medan.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1994. Perencanaan pembangunan. C.V. Haji Mas Agug, Jakarta.

Undang-udang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Sumber Internet

http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/03/pengertian-sosialisasi-menurut-para-ahli.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi.