Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah Kota Binjai

(1)

DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

TESIS

Oleh

ANHAR SYAHPUTRA

097003028/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N A


(2)

DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascsarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANHAR SYAHPUTRA

097003028/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

Nama Mahasiswa : Anhar Syahputra

Nomor Pokok :

097003028

Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedasaan

Menyetujui Komisi pembimbing

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua

)

(Ir. Supriadi, MS) (Ir. Jeluddin Daud, M.Eng

Anggota Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. licrer.reg. Sirojuzilam, SE)(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Anggata : 1. Ir. Supriadi, MS

2. Ir. Jeuluddin Daud, M.Eng 3. Kasyful Mahlli, SE, M.Si


(5)

DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN-BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

ABSTRAK

Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya. Perumusan masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan, dan kelancaran transportasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai, dengan menggunakan analisis regresi berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kondisi fisik ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kelancaran transportasi pola ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

Kata Kunci : Keberadaan Ruas Jalan, Kondisi Fisik Ruas Jalan, Kelancaran Transportasi, Kesejahteraan Masyarakat.


(6)

THE IMPACT OF DEVELOPMENT ROADS SPACE MEDAN-BINJAI TO REGIONAL DEVELOPMENT IN BINJAI CITY

ABSTRACT

Construction of roads Medan-Binjai is a very vital as the main supporter of the dynamics and economic activity and regional development as well as a key supporting infrastructure for the region that it passes. The road infrastructure was also bring strategic benefits which include creating new jobs for the surrounding community, increased utilization of local resources and improve the real sector through the creation of multiplier effect for local community development. Formulation of the problem you want addressed in this study is whether there is the influence of space road existence, the physical condition of roads, and smooth transport for the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai, using multiple regression analysis

The results showed that the existence of roads space positive effect and significant on the welfare of society that are along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The physical condition of roads has positive and significant impact on the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The smooth pattern of road transport has positive and significant impact on the welfare of the community residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai.

Keyword: Space Road Existence, The Physical Condition Of Roads, Smooth Transportation, Public Welfare.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah Kota Binjai” merupakan syarat dalam memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih

yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku

Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan dan sekaligus

Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Kasyful Mahalli SE., M.Si., dan Bapak

Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Supriadi, MS dan Ir. Jeluddin Daud, M.Eng selaku Dosen

Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

3. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan

Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

4. Bapak H. Gatot Pujo Nugroho, ST selaku Pelaksana Gubernur Provinsi


(8)

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.

5. Bapak Ir. H. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.

6. Bapak Ir. Lauren Gultom, M.Eng Kepala Baidang Tata Ruang dan

Pengelolaan Lingkungan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara, yang telah memberikan kelonggaran waktu bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan Studi dan penulisan tesis ini.

7. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Angkatan 2009 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

8. Ayahanda (Alm) Harun Sirait dan Ibunda (Almh) Hj. Nurana Nasution yang

telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta Nina

Novida Lubis, BA demikian pula kepada kedua putra-putri penulis Mhd. Rizky Ananda Noviansyah dan Nur Annisa Syahputri yang selama ini dengan penuh kesabaran telah memberi dukungan dan semangat kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Anhar Syahputra lahir di Medan, 06 Desember 1965, dari pasangan (Alm) Harun Sirait dengan (Almh) Hj. Nurana Nasution, dan merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1980 di SD Perguruan Baduasin Bersubsidi Medan. Pada tahun 1983 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Swasta Persatuan Amal Bakti (PAB) Medan dan tahun 1986 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Perguruan Josua Medan. Kemudian pada tahun 1998 menyelesaikan Sarjana (S1) Jurusan Sospol di Universitas Dharmawangsa Sumatera Utara, Medan.

Pada tahun 1993 penulis menikah dengan Nina Novida Lubis, BA dan

dikarunia 2 (dua) orang putra putri: Mhd. Rizky Ananda Noviansyah, dan Annisa

Syahputri. Sejak tahun 1989 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara. Bulan September 2009 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWD).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pembangunan ... 10

2.2. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Prasarana Jalan . 12 2.3. Pengembangan Wilayah ... 15

2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal ... 22

2.5. Transportasi (Pembangunan Jalan) dalam Konteks Pengembangan Wilayah ... 25

2.6. Penelitian Terdahulu ... 27

2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29

2.8. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Bentuk Penelitian ... 32


(11)

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.4. Populasi dan Sampel ... 34

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.6. Uji Instrumen Penelitian ... 39

3.6.1. Uji Validitas Data ... 39

3.6.2. Uji Reliabilitas Data ... 40

3.6.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.7. Analisis Data ... 42

3.7.1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 42

3.7.2. Test Uji Goodness of Fit ... 43

3.8. Definisi dan Batasan Operasional ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Kota Binjai ... 46

4.1.1. Kondisi Geografis ... 46

4.1.2. Kondisi Pemerintahan ... 47

4.1.3. Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja ... 47

4.1.4. Kondisi Sosial ... 48

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

4.2.1. Keberadaan Ruas Jalan Medan-Binjai ... 49

4.2.2. Kondisi Fisik di Ruas Jalan Medan-Binjai ... 52

4.2.3. Kondisi Transportasi di Ruas Jalan Medan-Binjai .. 54

4.2.4. Kesejahteraan Masyarakat... 58

4.3. Hasil Estimasi Model Penelitian ... 61

4.3.1. Keberadaan Ruas Jalan ... 63

4.3.2. Kondisi Fisik Ruas Jalan ... 64

4.3.3. Kelancaran Transportasi ... 64


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 68


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban ... 38

3.2. Hasil Pengujian Validitas Instrumen ... 41

3.3. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 42

3.4. Operasional Variabel Penelitian dan Indikator ... 45

4.1. Tanggapan Responden terhadap Keberadaan Ruas Jalan Medan-Binjai... 50

4.2. Tanggapan Responden terhadap Kondisi Fisik Ruas Jalan Medan-Binjai... 53

4.3. Tanggapan Responden terhadap Kelancaran Transportasi Jalan Medan-Binjai... 56

4.4. Tanggapan Responden terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Ruas Jalan Medan – Binjai ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 .

2.2 .

2.3 .

3.1 .

Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Terpadu … Hubungan Fisik dan Non Fisik ………. Kerangka Pemikiran Penelitian ………. Gambaran Area Lokasi Penelitian ………

23 24 30 33


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 72

2. Data Tabulasi Ordinal Jawaban Responden ... 76

3. Data Tabulasi Interval Jawaban Responden ... 79

4. Hasil Analisis Regresi Berganda Uji Interval ... 83


(16)

DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN-BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

ABSTRAK

Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya. Perumusan masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan, dan kelancaran transportasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai, dengan menggunakan analisis regresi berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kondisi fisik ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kelancaran transportasi pola ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

Kata Kunci : Keberadaan Ruas Jalan, Kondisi Fisik Ruas Jalan, Kelancaran Transportasi, Kesejahteraan Masyarakat.


(17)

THE IMPACT OF DEVELOPMENT ROADS SPACE MEDAN-BINJAI TO REGIONAL DEVELOPMENT IN BINJAI CITY

ABSTRACT

Construction of roads Medan-Binjai is a very vital as the main supporter of the dynamics and economic activity and regional development as well as a key supporting infrastructure for the region that it passes. The road infrastructure was also bring strategic benefits which include creating new jobs for the surrounding community, increased utilization of local resources and improve the real sector through the creation of multiplier effect for local community development. Formulation of the problem you want addressed in this study is whether there is the influence of space road existence, the physical condition of roads, and smooth transport for the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai, using multiple regression analysis

The results showed that the existence of roads space positive effect and significant on the welfare of society that are along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The physical condition of roads has positive and significant impact on the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The smooth pattern of road transport has positive and significant impact on the welfare of the community residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai.

Keyword: Space Road Existence, The Physical Condition Of Roads, Smooth Transportation, Public Welfare.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infrastruktur merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung. Infrastruktur yang sering disebut sebagai prasarana dan sarana fisik dapat diartikan sebagai bangunan fisik untuk kepentingan dan keselamatan umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, transportasi termasuk jalan, irigasi, air bersih maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dapat ditunjukan dengan indikasi bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi lebih baik, mempunyai tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula.

Infrastruktur dalam konteks ekonomi dikenal sebagai Social Overhead

Capital, untuk membedakannya dari sektor produksi langsung (Directly Productive Activities), seringkali dilihat sebagai ‘perantara’ yang menghubungkan produksi dengan konsumsi akhir, atau antara wilayah produksi dengan pusat pasar. Infrastruktur yang lebih lengkap dan dapat berfungsi penuh di dalam sistem tersebut dapat menekan biaya produksi, sehingga keberadaan infrastruktur dapat memberikan gambaran tentang kemampuan berproduksi masyarakat dan sekaligus mencerminkan tingkat kesejahteraan atau standar kehidupan masyarakat.


(19)

Pertumbuhan kota Binjai yang semakin pesat akibat faktor kedekatan lokasi

dengan kota Medan (sebagai hinterland Medan) mempunyai konsekuensi

bertambahnya kebutuhan akan prasarana dan sarana perkotaan, seperti air bersih, drainase, saluran air kotor, perparkiran, listrik, persampahan, permukiman, fasilitas sosial dan umum, jalan raya, dan lain-lain. Begitu juga, dengan penetapan kota Binjai sebagai salah satu kota di kawasan Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang) dengan hirarki fungsional pusat pelayanan primer menyebabkan kota ini diarahkan sebagai pusat aktivitas sekunder dan tersier bagi provinsi Sumatera Utara (Bappedasu, 2009). Untuk itu, agar kota mempunyai hubungan yang saling menguntungkan (kota generatif) dengan daerah belakangnya maka kota tersebut harus mampu menjalankan berbagai fungsinya sebagai pusat inclustri, perdagangan dan jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk daerah belakangnya yang bersifat saling menguntungkan atau mengembangkan (Tarigan, 2005).

Pembangunan ruas jalan yang menghubungkan antara Kota Binjai dengan Kota Medan atau yang lebih dikenal dengan nama Jalan Medan-Binjai merupakan salah satu upaya pengembangan akses masyarakat di Provinsi Sumatera Utara hingga Provinsi Tetangganya seperti Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam perencanaannya. Oleh karena demikian pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai yang telah selesai beberapa tahun yang lalu tentunya akan senantiasa memberikan pelayanan yang lebih berkesinambungan seperti menghubungkan berbagai aktivitas masyarakat

menuju Kota Medan sebagai daerah core bagi Kota Binjai. Sehingga banyak


(20)

merasakan adanya perbaikan dan perubahan khususnya dalam dimensi pencaharian yang akan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat yang dalam konteks penelitian ini tersebar disepanjang ruas jalan Medan-Binjai dan masih tercakup dalam Wilayah Administratif Kota Binjai.

Namun di lain sisi, Krisis ekonomi yang disusul dengan krisis Global yang berlangsung mulai pertengahan 1997 dan awal tahun 2007 telah melemahkan produksi dan distribusi secara luas, sehingga menurunkan kemampuan pendanaan pemerintah, swasta maupun masyarakat dan menelantarkan berbagai kegiatan strategis. Meskipun telah dilakukan reformasi ekonomi, permasalahan yang dihadapi belum pulih secara penuh,sesuai kondisi ekonomi seperti sebelum krisis. Infrastruktur pendukungnya terutama jalan terpengaruh pula dampak krisis ekonomi yang ditunjukan permasalahan kinerja jalan yang belum memadai dibandingkan kebutuhan adanya infrastruktur jalan yang efisien untuk mendorong pemulihan ekonomi. Menurut Laporan Staf Ahli Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduan Pembangunan Daerah, Dep. Kimpraswil (2009) penurunan pelayanan jalan antar kota dan jalan perkotaan ditandai dengan masing-masing sekitar 15% Jalan Nasional, 28% Jalan Provinsi, dan 50% Jalan Kabupaten dan Kota dalam keadaan rusak, disamping belum sepenuhnya dapat melayani kawasan-kawasan tertinggal/terisolir termasuk kawasan perbatasan. Menghadapi permasalahan tersebut, sektor infrastruktur dituntut agar makin mampu berperan mendukung pergerakan orang, barang, dan jasa nasional demi mendukung tumbuhnya perekonomian nasional.


(21)

Fenomena ini juga terlihat melalui berbagai pemberitaan media dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Keberadaan fenomena keberadaan ruas jalan Binjai – Medan yang senantiasa diwarnai kemacetan tentunya akan membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan wilayah Kota Binjai sendiri. Terdapat banyak aktivitas perekonomian masyarakat yang senantiasa menghadapi gangguan dari segi kemacetan tersebut yang semakin diperburuk oleh adanya kegiatan masyarakat tertentu. Misalnya Fenomena ini justru lebih jelas terlihat di waktu bulan ramadhan tiba hingga beberapa hari menjelang Lebaran. Arus lalu lintas di inti Kota Binjai mulai terganggu, karena macet. Kemacetan arus lalu lintas terjadi di Jalan Sudirman (Jalan Medan Binjai), Jalan A Yani, Jalan Bangkatan dan Jalan Wahidin. Penyebab kemacetan arus lintas di ruas Jalan tersebut tepatnya di bawah akibat badan jalan dijadikan tempat menjajakan berbagai jenis makanan untuk berbuka puasa. Jalan dua arus itu menjadi macet karena sudah menyempit akibat banyaknya pedagang musiman. Penyebab lainnya seperti parkir berlapis kendaraan roda dua tepat di depan Pusat Perbelanjaan Ramayana Binjai Kota. Toserba Ramayana Binjai yang setiap hari ramai diserbu pembeli tetapi belum memiliki lokasi parkir sendiri, sehingga pengunjung terpaksa memarkirkan sepeda motornya sampai memakan separuh badan jalan umum dan belum lagi parkir betor yang menanti penumpang Februari 2011).

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas


(22)

jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Jika fenomena tersebut terus dijumpai sebagaimana warna aktivitas masyarakat sehari-hari, maka akan memberikan dampak gangguan yang signifikan bagi upaya pengembangan wilayah Kota Binjai.

Dengan demikian, dalam perekonomian global yang diwarnai liberalisasi perdagangan dan kesepakatan perdagangan regional seperti AFTA, APEC, WTO, serta makin berkembang pesatnya teknologi informasi dan telekomunikasi, menyebabkan sektor infrastruktur dihadapkan pula pada tuntutan besar akan kecepatan, keandalan, efisiensi, dan daya saing yang tinggi. Dalam dunia yang makin menyatu, jaringan fisik dan pelayanan infrastruktur nasional merupakan sub sistem dari jaringan pelayanan regional dan global.

Konsep pembangunan yang akan menjawab berbagai tuntutan dan tantangan di masa depan tersebut, tentunya telah mulai dipikirkan oleh banyak kalangan

khususnya para ahli perencanaan regional (regional planning), yang tentunya lebih

menkankan pertumbuhan yang seimbang antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai juga akan membutuhkan beberapa hal penting berkaitan dengan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pembangunan wilayah. Dengan demikian proyek pembangunan yang juga meliputi pemeliharaan jalan akses tersebut dapat bersinergi dengan tujuan membangun penghidupan masyarakat di sekitarnya yang sebenarnya justru memiliki peluang yang


(23)

lebih besar karena akses pada jalan tersebut merupakan jalur yang senantiasa padat. Sinergitas yang ada akan memperbaiki kondisi perekonomian wilayah serta beberapa aspek sosial dan kemudahan lainnya.

Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan keberadaan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya.

Lebih dari itu, pembangunan ruas jalan Medan-Binjai juga sebagai prasarana transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu. Bentuk jalan non- tol yang telah dilaksanakan benar-benar akan memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi, kemudahan mobilitas manusia, barang dan jasa yang akan berujung pada meningkatnya daya saing daerah melalui perubahan pencaharian dan pola pendapatan masyarakat di sekitar jalur jalan tersebut. Adapun motif tersebut menjadi fokus permasalahan yang akan ditelaah lebih mendalam dan eksplanatif dalam penelitian ini.

Meski demikian harapan idealnya, namun pembangunan ruas jalan Medan-Binjai tidak terlepas dari problem dan permasalahan yang senantiasa mewarnai seperti keruwetan dan kepadatan pada jam-jam tertentu. Hal ini sesuai dengan adanya


(24)

WIB) bahwa frekwensi dan kepadatan ruas jalan Medan-Binjai pada tahun 2011 masih akan terus mengalami peningkatan yang tajam seiring dengan pertumbuhan kendaraan bermotor baik pribadi maupun non pribadi. Kondisi ini dikhawatirkan akan membawa dampak yang kontradiktif khususnya dalam mencapai cita-cita memperbaiki aspek perekonomian sebagai dampak dari kekurangnyamanan yang timbul di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai tersebut.

Dengan kata lain terdapat penundaan dalam hal percepatan pembangunan di wilayah sekitar ruas jalan Medan-Binjai. Salah satu wilayah yang terkena dampaknya yakni masyarakat yang berdomisili di Kota Binjai yang dilintasi ruas jalan Medan-Binjai. Kehadiran hambatan yang disampaikan tersebut cukup memberikan penundaan akses karena harapan masyarakat yang cukup besar. Dengan demikian ide dan penjelasan yang akan dihasilkan melalui tulisan ilmiah ini juga akan memberikan kajian yang cukup baik bagi rencana dan upaya yang akan dipertimbangkan di waktu yang akan datang. Sehingga meski pembangunan ruas jalan Medan-Binjai tersebut menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, manfaat yang diharapkan masih dapat dipersiapkan mulai saat ini. Dengan kata lain pembangunan wilayah di sekitar ruas jalan Medan-Binjai tetap terjaga sustainibilitasnya.

Berdasarkan penejelasan di atas penulis ingin melakukan penelitian mengenai “Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah” dengan fokus penelitian untuk mengetahui variabel pembangunan ruas jalan yang meliputi keberadaan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan dan kelancaran transportasi


(25)

terhadap variable pengembangan wilayah yaitu kesejahteraan masyarakat di sepanjang ruas jalan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, dapat dirumuskan permasalan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat

yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai?

2. Apakah ada pengaruh kondisi fisik ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat

yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai?

3. Apakah ada pengaruh kelancaran transportasi pada ruas jalan terhadap

kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Pengaruh keberadaan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada

di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

2. Pengaruh kondisi fisik ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada

di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai dalam kerangka pengembangan wilayah di Kota Binjai.


(26)

3. Pengaruh kelancaran transportasi pada ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun kehadiran hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat sebagai berikut:

1. Secara Praktis, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi

instansi pemerintah yang memiliki keterkaitan khususnya di bidang Pembangunan Wilayah yang dilalui ruas jalan Medan-Binjai.

2. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat dikembangkan berbagai dimensi

keilmuan yang harus diperhatikan berkaitan dengan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan ruas jalam Medan Binjai dalam konteks Pembangunan Wilayah yang berkelanjutan.

3. Sebagai bahan pendukung untuk kegiatan penelitian yang sama atau penelitian


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan

Pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang berlandaskan pada suatu pilihan pandangan tertentu yang tidak bebas dari pengalaman (sejarah), realitas keadaan yang sedang dihadapi, serta kepentingan pihak-pihak yang membuat keputusan pembangunan. Pembangunan memiliki makna yang ganda. Yang pertama adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang difokuskan pada masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya. Yang kedua adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada perubahan dan pendistribusian barang – barang dan peningkatan hubungan sosial. Makna yang kedua lebih berorientasi pada pembangunan sosial yang terfokus pada pendistribusian perubahan dalam struktur dari masyarakat yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi yang seimbang dari keuntungan pembangunan pada keseluruhan komponen masyarakat (Hadi, 2000).

Adapun menurut (Supardi, 1994) pembangunan adalah suatu proses sosial yang bersifat integral dan menyeluruh, baik berupa pertumbuhan ekonomi maupun perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang lebih makmur. Dalam pelaksanaannya, proses pembangunan itu berlangsung melalui suatu siklus produksi untuk mencapai suatu konsumsi dan pemanfaatan segala macam sumber daya dan


(28)

modal, seperti sumer daya alam, sumber daya manusia, sumber keuangan, permodalan dan peralatan yang terus menerus diperlukan dan perlu ditingkatkan. Dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan, dapat timbul efek samping berupa produk-produk bekas dan lainnya yang bersifat merusak atau mencemarkan lingkungan sehingga secara langsung atau tidak langsung membahayakan tercapainya tujuan pokok pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Peningkatan pembangunan, pemeliharaan kestabilan ekonomi, sosial dan ekologi harus berjalan serasi dan bersama-sama. Artinya bahwa pembangunan hendaknya bersifat terpadu antara segi ekonomi, sosial dan ekologi dengan tujuan menggunakan ekologi dalam perencanaan pembangunan yang meliputi peningkatan mutu pencapaian pembangunan dan meramalkan sebelumnya pengaruh aktivitas pembangunan pada sumber daya dan proses-proses alam lingkungan yang lebih luas. Adapun pembangunan menurut (Tjahja, 2000) adalah perubahan yang terencana dari situasi ke situasi yang lain yang dinilai lebih baik. Terkait dengan hal itu konsep pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan pendekatan kemanusiaan merupakan suatu konsep yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena secara kodrati masyarakat mempunyai kecenderungan untuk merubah hidup dan kehidupan sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu pendekatan masyarakat dititik beratkan pada lingkungan social ekonomi yang bercirikan:

1. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok


(29)

2. Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti terwujudnya pemerataan pendapatan dan mewujudkan keadilan.

3. Pembangunan yang di orientasikan kepada masyarakat melalui pengembangan

sumber daya manusia.

2.2. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Prasarana Jalan

Pembangunan dan penataan lingkungan buatan akan berdampak pada aspek Sumber Daya Alam (SDA) baik air, udara dan tanah. Semua itu akan memberikan dampak pada aspek sosial, baik perubahan ke arah negatif maupun ke arah positif. Namun sebagian besar perubahan yang ditimbulkan dari berubahnya lingkungan alam dan buatan telah memberikan perubahan sosial ke arah negatif (Reksohadiprodjo, 1997).

Akibat dari perubahan kualitas lingkungan alam, manusia sebagai makhluk yang berada di dalamnya akan memberikan reaksi penyesuaian diri. Reaksi tersebut diawali dengan stress yang mana aspek ini diakibatkan oleh suatu keadaan dimana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Ada dua macam tindakan manusia dalam menghadapi stress ini, pertama adalah tindakan langsung dan yang kedua adalah penyesuaian mental. Migrasi atau berpindah tempat adalah contoh tindakan langsung akibat perubahan lingkungan, (www.detikcom, 27 Januari 2008).

Menurut Roucek dan Warren aspek sosial ekonomi pada suatu masyarakat umumnya dipengaruhi oleh aspek lingkungan alam dimana masyarakat tersebut


(30)

berdomisili. Aspek sosial ekonomi memberikan gambaran mengenai tingkat pendapatan masyarakat, jenis atau keragaman mata pencaharian yang ditekuni, aspek perumahan serta hubungan atau interaksi antara individu maupun kelompok masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Aspek sosial ekonomi seseorang dapat ditentukan lewat kegiatan ekonomi yang dilakukan, jumlah pendapatan yang diperoleh, jenis pekerjaan yang ditekuni, pendidikan formal, pemilikan barang dan pemilikan rumah. Berkaitan dengan kehidupan masyarakat pesisir pantai yang didominasi oleh masyarakat nelayan, Supriharyono (2000), mengemukakan bahwa permasalahan di bidang sosial ekonomi masyarakat nelayan meliputi tingkat pendapatan, aspek perumahan dan perilaku/etos kerja masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Dewasa ini kecenderungan untuk memanfaatkan kawasan pesisir sebagai daerah pengembangan yang baru tampak semakin besar. Hal ini oleh karena daerah pesisir relatif datar, harga lahannya masih rendah, dan dapat dicapai dari darat dan laut, sehingga perubahan lingkungan pantai akibat kegiatan pembangunan akan berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung menurut Supriharyono (2000). Perubahan tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat yang berakibat pada menurunnya pendapatan mereka.

Dalam proses pembangunan, aspek sosial ekonomi penduduk merupakan dasar yang sangat penting. Menurut Hagul (1985) pendekatan sosial ekonomi pembangunan terbatasi atas tiga berdasarkan manusianya, yaitu:


(31)

1. The Trickle Down Theory, yaitu suatu pendekatan program percepatan pembangunan dan hasilnya dinikmati baik secara langsung atau tidak oleh masyarakat.

2. Basic Needs Approach, yaitu pendekatan yang meliputi upaya secara langsung menanggulangi masalah kebutuhan pokok misalnya: Gizi, kesehatan, kebersihan, pendidikan, dll.

3. Development From Within, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengembangkan potensi kepercayaan dan kemampuan masyarakat itu sendiri serta membangun sesuai tujuan yang mereka kehendaki.

Selanjutnya Reksohadiprodjo (1997) mengemukakan bahwa pembangunan kota akan mempunyai dampak social ekonomi yang bernilai positif maupun negatif. Berbagai masalah kota muncul seperti kemiskinan akibat terbatasnya mata pencaharian dan tingkat pendapatan, masalah kesehatan yang akan berakibat terhadap produktivitas, masalah pendidikan yang akan berakibat terhadap sumber daya manusia, masalah lingkungan hidup yang akan berakibat terhadap daya dukung kota.

Pembangunan kota seperti reklamasi pantai yang dilakukan di kota Manado menurut Lumain (2003) memberikan dampak sosial ekonomi yang positif dan negatif masyarakat, diantaranya bahwa sebagian penduduk telah beralih pekerjaan dari nelayan menjadi buruh bangunan dan tukang. Penduduk yang bekerja sebagai nelayan pendapatannya cenderung menurun setelah adanya reklamasi pantai, harga rumah penduduk lebih tinggi dari harga lahan sebelum reklamasi dan terjadi perubahan pemanfaatan lahan dari fungsi pemukiman ke fungsi lain seperti Ruko dan lain-lain.


(32)

2.3. Pengembangan Wilayah

Wilayah adalah, daerah atau region, pada umumnya diartikan sebagai suatu ruang yang dianggap merupakan suatu kesatuan perkembangan kehidupan fisik, sosial maupun ekonomi. Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, wilayah diartikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

Secara administrasi wilayah atau daerah adalah suatu ruang yang dibatasi oleh batas administrasi tertentu seperti wilayah provinsi, kabupaten, kota dan sebagainya. Secara fungsional wilayah bermakna kawasan seperti kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan pertanian, kawasan perumahan dan lain-lain. Dalam penelitian ini pengertian wilayah pesisir menggunakan kriteria administratif dan juga sosial ekonomi. Menurut Soetomo (2002) dalam rangka perencanaan pengembangan wilayah sering digunakan kriteria administrasi, penggunaan kriteria administrasi dilakukan berdasarkan harapan akan adanya paling tidak dua keuntungan yakni; pertama, dalam melakukan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah, diperlukan tindakan beberapa lembaga pemerintah, oleh sebab itu akan lebih praktis apabila pembagian daerah didasarkan atas satuan administrasi yang ada. Kedua, analisis akan lebih mudah dilakukan karena pada umumnya data yang dibutuhkan tersedia pada tingkat satuan adminitratif ini. Dan menurut Soetomo dalam kajian pengembangan wilayah akan lebih ideal lagi jika kriteria administrasi dipadu dengan kriteria nodal (pusat kegiatan sosial ekonomi).


(33)

Upaya untuk mengembangkan dan membangun satuan ruang yang disebut daerah atau wilayah tadi kemudian disebut sebagai pembangunan daerah atau pengembangan wilayah. Pengertian pembangunan daerah ini dapat dibedakan dalam dua versi. Pertama, digunakan untuk menyatakan adanya berbagai aktivitas pembangunan yang ada dalam suatu daerah. Barangkali pengertian pertama ini lebih tepat disebut sebagai pembangunan di daerah. Pengertian kedua, pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan dari suatu Negara, yang berorientasi pada pengembangan suatu satuan ruang tertentu. Pengertian yang kedua ini lebih tepat disebut sebagai pembangunan wilayah atau pengembangan wilayah.

Pembangunan regional atau pengembangan wilayah pada dasarnya identik dengan gagasan desentralisasi pembangunan, atau pemerataan pembangunan. Bagian masyarakat yang belum cukup beruntung dapat menerima hasil-hasilnya. Dengan kata lain, gagasan ini juga berarti merupakan upaya untuk mendistribusikan pembangunan dan hasil-hasilnya kepada daerah, yang karena berbagai kesenjangan tertentu belum mampu memanfaatkan berbagai kesempatan yang terbuka dari proses yang terjadi di daerah lain atau secara nasional.

Salah satu komponen yang penting dalam upaya pembangunan itu adalah potensi dan daya dukung secara regional. Daya dukung yang ada dalam bentuk kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia boleh jadi tidak berarti tanpa pengembangan potensi tersebut secara tepat. Oleh karena itu perlu dibina dan dikembangkan daya dukung itu untuk mempercepat proses teciptanya sosok manusia dan kemanusiaan yang utuh secara melembaga.


(34)

Pembangunan wilayah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sandy (1982) menyatakan sebenarnya letak kunci dari makna pembangunan wilayah itu, yaitu membangun masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas yang terdapat di daerah yang bersangkutan.

Tarigan (2008), menyebutkan bahwa pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang ada, untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di wilayah itu khususnya dan dalam skala nasional pada umumnya.

Menurut Nachrowi (2001), dalam pengembangan wilayah ada tiga komponen wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi, yang selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Salah satu pilar yang cukup penting adalah sumberdaya manusia (SDM), karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu menggerakkan seluruh sumberdaya wilayah yang ada. Sumberdaya manusia mempunyai peran ganda dalam proses pembangunan, dapat sebagai obyek maupun subyek pembangunan.

Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan SDM berperan sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri. Dengan demikian konsep pembangunan itu sesungguhnya


(35)

berorientasi kepada manusia (people center development), dimana manusia dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan.

Perreoux (2011) menekankan bahwa pengertian kutub pertumbuhan dalam ruang ekonomi. Menurut Perreoux kutub sebagai sektor dalam ruang ekonomi, yakni: sebagai medan kekuatan, ruang ekonomi mengandung pusat dan kutub-kutub yang mempunyai kekuatan sentrifugal yang memancar ke sekeliling dan mempunyai kekuatan sentripetal yang menarik sekitarnya ke pusat-pusat tersebut. Tiap pusat merupakan pusat penarikan dan penolakan serta mempunyai medan sendiri dalam suatu gugus medan pusat-pusat yang lain.

Penjelasan dari Perreoux tersebut dapat digambarkan dalam persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis, persaingan tersebut akan menciptakan keadaan hanya perusahaan kuat saja yang dapat bertahan. Perusahaan yang menang seleksi tersebut bias dianggap sebagai perusahaan pendorong, dan bila perusahan itu meningkatkan produksinya maka akan dapat menularkan ke perusahaan-perusahaan lain. Akibat efek penularan terhadap perusahaan lain itulah, maka perusahaan pendorong ini disebut sebagai perusahaan utama.

Pengertian kutub pertumbuhan didasarkan pada teori keseimbangan. Teori keseimbangan ini menyadari bahwa seluruh produksi bukan hanya merupakan penjumlahan produksi dari tiap perusahaan dalam suatu matriks, tetapi juga merupakan fungsi pengaruh produksi perusahaan tertentu yang ditimbulkan oleh arus

masukan-keluaran (input-output) antara perusahaan ini dengan


(36)

menciptakan hubungan ketergantungan dan ini akan tumbuh terus. Dalam kerangka pemikiran ini, dia mengabaikan pengertian ruang geografis.

Myrdal (2011) mengemukakan konsep “spread-back wash effects”. Konsep

ini mengandung pengertian pemencaran (penyebaran) atau penetesan dan pengertian penarikan atau pengumpulan (polarisasi) yang terjadi di antara kutub pertumbuhan

dan wilayah pengaruhnya (hinterland). Konsep ini mengharapkan adanya imbasan ke

daerah sekitar titik pertumbuhan yang akan menanggulangi masalah-masalah di daerah terbelakang. Namun pada kenyataannya pelaksanaan konsep ini kurang

memuaskan karena “spread effects” dari kutub pertumbuhan biasanya lebih kecil dari

pada “back wash effects”. Pada akhirnya hal ini akan memberikan hasil yang negatif

bagi “hinterland-nya”.

Friedman mengemukakan padangan bahwa pembangunan harus dipandang sebagai proses inovasi yang diskontinyu –tetapi kumulatif- yang berasal dari sejumlah kecil pusat, serta perubahan yang terletak pada titik-titik interaksi yang mempunyai potensi tertinggi.

Sehubungan dengan peranan inti dalam pembangunan spasial, setidaknya terdapat lima hal yang penting untuk dijelaskan:

1) daerah inti mengatur keterhubungan dan ketergantungan daerah di sekitarnya

melalui sistem suplai, pasar, dan daerah administratif

2) daerah inti meneruskan secara sistematis dorongan inovasi ke daerah-daerah


(37)

3) sampai sutu titik tertentu cirri-ciri “self reinforcing”pertumbuhan daerah inti mempunyai pengaruh positif dalam proses pembangunan sistem spasial.

4) dalam suatu sistem spasial, hirarki daerah-daerah inti ditetapkan berdasarkan

kedudukan fungsionalnya masing-masing meliputi karakteristiknya secara terperinci.

5) kemungkinan inovasi akan ditingkatkan keseluruh daerah sistem spasial dengan

cara mengembangkan pertukaran informasi.

Friedman menganjurkan pemebntukan geografis atau kota lading. Tujuannya adalah mencegah perpindahan penduduk desa ke kota besar.

Boudeville (2011) telah menjelaskan perluasan pengertian kutub pertumbuhan terutama dalam pengertian dimensi geografis: adalah lebih baik menggambarkan kutub-kutub sebagai aglomerasi kegiatan-kegiatan secara geografis dari suatu kompleks sistem daripada berbagai sektor yang berbeda dari matriks nasional. Secara singkat kutub poertumbuhan akan tampil sebagai kota-kota yang memiliki suatu kompleks industri pendorong.

Namun yang menjadi masalah adalah ukuran bagi kota-kota tersebut yang mengalami perluasan kota, masalah harga lahan, teknologi dan fasilitas transportasi serta jaringan komunikasi, fasilitas pelayanan sosial tata guna lahan, dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan teori ambang batas (threshold theory), yaitu melalui cara menyebarkan kota-kota dengan ukuran-ukuran tertentu di dalam suatu sistem tata ruang. Contohnya antara lain peremajaan kota atau


(38)

menata kembali kota-kota lama atau pun membangun kota-kota baru, terutama di wilayah-wilayah yang kurang maju.

Hadjisaroso (2011) mengemukakan konsep simpul jasa distribusi, yaitu menekankan pentingnya peranan pusat-pusat pertumbuhan yang kemudian diidentifikasikan sebagai simpul-simpul jasa distribusi pada umumnya kota sedang- untuk pengembangan wilayah berkaitan dengan pertumbuhan modal (SDM & SDA) yang merupakan arus barang dan jasa (perdagangan) dengan alur dari bahan mentah, pabrik, produksi dan konsumen.

Kriteria untuk menyatakan tingkat pertumbuhan di daerah adalah tingkat kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan hidup maupun kebutuhan melakukan kegiatan usaha. Adapun bentuk kemudahannya berupa kemudahan-kemudahan jasa distribusi. Sedangkan kota-kota yang merupakan pusat kegiatan usaha distribusi, disebut “simpul jasa distribusi”. Jadi jasa distribusi merupakan kegiatan penting dalam kehidupan manusia dan pembangunan secara fisik, sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan perkembangan wilayah.

Berdasarkan dari uraian dan pengertian diatas maka nyata bahwa pengembangan wilayah merupakan suatu upaya menterpadukan berbagai sumberdaya dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang bertujuan pada pencapaian kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.


(39)

2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal

Undang-Undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa sebagai dasar penyelenggaraan pemerintah daerah dirasa sudah tidak sesuai dengan tuntutan era reformasi (menampung dinamika perkembangan masyarakat), sehingga diperlukan undang-undang baru yang diharapkan dapat mengakomodasikan seluruh tuntutan dan dinamika masyarakat. Akhirnya pada tahun 1999 muncul UU No.22 tahun 1999 dan UU No 25 tahun 1999 (saat ini telah direvisi kembali menjadi UU No.32 dan No. 34 Tahun 2004) mengenai prinsip pemberian otonomi pada daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah. Secara proporsional pemberian wewenang itu diwujudkan dalam pengaturan pembagian dan pemanfaatan potensi nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Seperti telah diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman potensi termasuk budaya, alam, dan lingkungan. Untuk itu jika sebuah pengambangan wilayah akan dilaksanakan maka hendaknya memperhatikan karakteristik dari masing-masing daerah tersebut. Namun sebelum itu semua dilakukan, harus dibuat terlebih dulu perencanaan yang matang dan mapan serta meikirkan dampak yang tidak diharapkan dengan adanya perkembangan tersebut. Dengan pertimbangan inilah, maka perencanaan yang dibutuhkan adalah perencanaan


(40)

Perkembangan Wilayah

(P d d k )

Perkembangan kegiatan usaha dan sosial,budaya masyarakat

Perkembangan Kebutuhan Ruang

Perubahan Pola Tata Guna Lahan : Pertambahan bangunan

Peningkatan kebutuhan sarana pelayanan fisik

yang bersifat terpadu dan menyeluruh serta terdapat keterkaitan satu sama lain dalam suatu sistem yang seimbang.

Perencanaan yang menyeluruh dan terpadu mencakup segi sosial, ekonomi, dan fisik. Di dalam segi sosial menyangkut norma-norma termasuk moral masyarakat yang terkait dengan pendidikan, sosial budaya, agama, dan lain-lain. Adapun segi ekonomi menyangkut produksi berbagai sektor, pendapatan masyarakat,dan ketenagakerjaan. Kemudian dari segi fisik berkenaan dengan segi-segi geografis daerah perencanaan. Dengan demikian antara segi fisik dan nonfisik (sosial ekonomi) terdapat suatu keterkaitan. Hal ini bisa digambarkan dalam diagram berikut :


(41)

Perencanaa n sosial budaya

Perencanaa n Ekonomi

Perencanaan Fisik dan Tata Ruang

Lingkungan yang Ideal Secara Menyeluruh dan Terpadu

Selanjutnya keterkaitan antara kedua aspek perencanaan tersebut dapat dijelaskan sebagaimana digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 2.2. Hubungan Fisik dan Non Fisik

Terjadinya pengembangan wilayah/daerah bisa jadi akibat pertambahan penduduk. Jika suatu wilayah/daerah menunjukkan adanya pemekaran maka diperlukan perencanaan pembangunan untuk mengantisipasi munculnya permasalahan utama, yaitu adanya ketimpangan. Untuk merencanakan pembangunan dan pertumbuhan wilayah, dalam tulisan ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi serta pengalaman negara lain yang menggunakan teori tersebut.

Permasalahan utama dalam suatu wilayah adalah ketimpangan, baik antarwilayah maupun intrawilayah. Ketimpangan ini dapat ditinjau dari perbandingan kemiskinan atau keterbelakangan suatu wilayah/daerah lainnya yang menunjukkan perkembangan pesat. Ketimpangan selain mengenai kondisi antar wilayah juga dapat berupa ketimpangan dari segi produksi wilayah, ketimpangan pendapatan,


(42)

kesempatan kerja, fasilitas pelayanan kebutuhan dasar, bahkan ketidakpuasan kelompok etnik atau suku, kelompok minoritas, dan lain sebagainya. Sehingga dengan begitu itu tujuan utama perencanaan pembangunan wilayah adalah bagaimana mengurangi ketimpangan-ketimpangan tersebut dan mengintegrasikan dengan tata ruang nasional, baik secara fungsional maupun secara territorial. Adapun teori-teori perencanaan pengembangan wilayah yang dikemukakan berbagai ahli adalah sebagai berikut.

2.5. Transportasi (Pembangunan Jalan) dalam Konteks Pengembangan Wilayah

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, meningkatnya angka partisipasi sekolah, dan lain sebagainya. Dilihat dari aspek ekonomi Seperti diungkapkan oleh Miraza (2005) bahwa pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah merupakan suatu aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam satu wilayah mempunyai irama yang sama dan saling mendukung. Hal ini merupakan upaya untuk mengantisipasi terpecahnya potensi ekonomi sebagai akibat dari perubahan struktur yang ada. Ini semua dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan sumber daya daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya


(43)

manusia. Demikian juga dengan lokasi kegiatan dan akses keluar masuknya barang dan jasa dari satu daerah ke daerah lainnya.

Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pemanfaatan sumber daya, yang mencakup sumber bahan baku dan bahan makanan, tenaga kerja, transportasi, telekomunikasi, energi listrik, air bersih, pusat perbelanjaan, kawasan permukiman, kawasan pendidikan, untuk daerah Transportasi (Pembangunan Jalan).

Dalam Konteks Pengembangan Wilayah, Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari isu pembangunan nasional dengan tujuan akhir yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ditandai pula secara makro dengan semakin meningkatnya tingkat pertumbuhan regional.

Peningkatan transportasi akan meningkatkan keunggulan kompetitif wilayah karena barang dan orang dapat diangkut dengan lebih cepat dan murah. Sistem transportasi yang efisien menurunkan biaya komoditi di pasar internasional sehingga. daya saing produk eksport rneningkat. Ekspor secara langsung meningkatkan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga merniliki dampak multiplier pada sektor

non ekspor.

Transportasi yang baik dapat menarik masuknya investor asing maupun nasional. Hal ini akan meningkatkan PDRB secara langsung dan juga membuka lapangan pekerjaan baru sehingga konsumsi masyarakat juga meningkat. Peningkatan ekspor, investasi, pendapatan dan konsumsi dapat berdampak pada peningkatan


(44)

pendapatan pemerintah daerah sehingga dana untuk pembangunan transportasi dan lain-lain juga meningkat.

Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan dan pertumbuhan suatu daerah (UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan). Artinya, infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah karena perannya dalam menghubungkan antar lokasi aktivitas penduduk. Keberadaan infrastruktur jalan yang lancar penting perannya untuk mengalirkan pergerakan komoditas dan orang, selanjutnya dapat menggerakkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pengadaan jalan sangat penting dilakukan untuk menunjang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dan perekonomian.

Selanjutnya pengadaan jalan diarahkan untuk memperkokoh kesatuan wilayah nasional sehingga menjangkau daerah-daerah terpencil. Pengadaan jalan tersebut dilaksanakan dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan daerah pemasaran. Selain upaya pembangunan jalan juga dilakukan penanganan jalan dengan pemeliharaan rutin dan berkala yang ketiga upaya penanganan tersebut ditujukan untuk menjaga kondisi jalan dalam keadaan lancar dan mantap.

2.6. Penelitian Terdahulu

Wahyu (2010) melakukan penelitian yang cukup relevan dengan judul penelitian yakni; Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi Terhadap Masyarakat Desa Gemahripah Kecamatan Lohjinawi Kabupaten Boyolali.


(45)

Dalam penelitiannya beliau mendasarkan pada tujuan untuk mengidentifikasikan karakteristik masyarakat Desa Gemahripah yang terkena pembangunan jalan tol, menganalisis dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani Desa Gemahripah dilihat dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek psikologis, dan menganalisis perbedaan dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani Desa Gemahripah. Melalui penelitian ini disimpulkan bahwa mayoritas umur masyarakat dalam kategori produktif (76%), pendidikan formal tergolong rendah yaitu SD (54%), jumlah anggota keluarga tergolong sedang, luas lahan tergolong sempit, mayoritas pendapatan tergolong sedang, tingkat kekayaan tergolong sedang, interaksi sosial/kekerabatan tergolong tinggi, penerimaan dan pelaksanaan adat istiadat dalam kategori tinggi, total rata-rata potensi kehilangan pendapatan Rp 1.157.076, petani menjadi bekerja di luar sektor pertanian sedangkan pekerjaan non petani tidak berubah, total luas lahan rata-rata (sawah,pekarangan,tegalan) mengalami perubahan, mayoritas masyarakat masih bingung pindah rumah/tempat tinggal, kecemasan tergolong tinggi, keresahan tergolong tinggi, stres tergolong tinggi. Dari analisis (X²) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dampak ekonomi yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap masyarakat Desa Gemahripah, ada perbedaan dampak sosial yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo Ngawi terhadap masyarakat Desa Gemahripah, tidak ada perbedaan dampak psikologis yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo – Ngawi terhadap masyarakat Desa Gemahripah.


(46)

Selanjutnya Djuri (2000) telah melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh

Pembangunan Jalan Lingkar Luar (outer ringroad) pada pengembangan Kota Medan.

Penelitian ini merupakan suatu studi kasus yang dilakukan pada lokasi jalan Ngumban Surbakti Kota Medan. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa proses pembangunan jalan lingkar luar (jalan Ngumban Surbakti) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan Kota Medan. Beberapa penjelasan hasil analisis regresi linier menyimpulkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan senantiasa berpengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat Kota Medan yang juga mencakup pendapatan perkapita masyarakat Kota Medan. Kondisi ini justru didukung oleh semakin berkembangnya skala aktivitas perekonomian masyarakat Kota Medan khususnya yang berada di sepanjang jalan lingkar luar Kota Medan.

2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian

Sesuai dengan semangat yang terkandung dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara


(47)

Dengan demikian jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.

Berdasarkan pada deskripsi dan penjelasan pada bagian sebelumnya, diperoleh penjelasan bahwa Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai akan mempengaruhi aspek pengembangan wilayah khususnya dalam dimensi perekonomian masyarakat di sekitarnya. Oleh karena demikian dapat disederhanakan kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut;


(48)

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.8. Hipotesis Penelitian

1. Diduga keberadaan ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

2. Diduga kondisi fisik ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

3. Diduga kelancaran transportasi pada ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh

terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Medan-Binjai.

Keberadaan Ruas Jalan (X1)

Kondisi Fisik Ruas Jalan (X2)

Kelancaran Transportasi (X3)

Kesejahteraan Masyarakat di Sepanjang

R J l (Y)

Pembangunan Ruas Jalan Medan Bijnai

Pengembangan Wilayah Kota BInjai


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif kuantitatif,

dengan bentuk penelitian explanatory (penelitian penjelasan) dengan cara pendekatan

dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat di mana tiap subjek penelitian hanya diukur sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel yang sama subjek penelitian diamati pada waktu yang sama guna untuk menjawab suatu permasalahan pada situasi sekarang yang hasilnya dipergunakan untuk perencanaan perbaikan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai yang masih dalam cakupan Wilayah Administratif Kota Binjai. Pemilihan lokasi berdasarkan atas pertimbangan bahwa pembangunan wilayah ini memiliki karakter yang spesifik yakni dengan peluang dan tantangan yang cukup kompleks terutama kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai yang merupakan salah satu isu strategis di Provinsi Sumatera Utara.

Ruang lingkup penelitian terkonsentrasi pada pengamatan terhadap Masyarakat yang ada di sepanjang jalan Medan Binjai. Adapun pembatasan ini disusun atas dasar menyamakan persepsi bagi semua pihak yang akan memahami kontekstual dampak pembangunan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat di


(50)

sekitarnya. Sebagai gambaran lebih rinci sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini dapat dijelaskan melalui denah lokasi penelitian di bawah ini.

Gambar 3.1. Gambaran Area Lokasi Penelitian Keterangan:

1. Jalan Medan-Binjai

2. Batas Kota Binjai dengan Kabupaten Deli Serdang

3. Tugu Kota

4. Jalan Menuju Kabupaten Langkat dan Nanggroe Aceh Darussalam


(51)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini menurut cara memperolehnya adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden masyarakat yang dijadikan sampel penelitian dengan menyebarkan kuisioner pertanyaan mengenai pengaruh pemanfaatan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan dan kelancaran transportasi terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Binjai.

Data sekunder diperoleh dari objek penelitian, yang menggambarkan situasi dan kondisi Kota Binjai, dalam hal ini infrastruktur jalan yang bersumber dari Kota Binjai Dalam Angka.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat (Kepala Keluarga) Kota Binjai yang berdomisili di sekitar ruas jalan Medan-Binjai. Secara spesifik fokus populasi ini merupakan masyarakat yang tinggal di pinggiran jalan sepanjang ruas jalan Medan-Binjai (dimulai dari Batas Kota Binjai hingga Batas Ruas jalan dengan Pusat Kota Binjai) yakni berjarak sepanjang 22 Km.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili keberadaan populasi dalam pengumpulan data serta dapat menggambarkan karakteristik populasi secara keseluruhan. Sampel penelitian ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya dalam penelitian sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 hingga 500 orang. Berdasarkan pendapat di atas, maka ditetapkan anggota sampel responden penelitian


(52)

sebanyak 100 orang masyarakat (Kepala Keluarga), dengan pertimbangan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang. Sampel responden diambil sebanyak 50 kepala keluarga yang tinggal di sebelah kanan jalan serta 50 kepala keluarga yang tinggal di sebelah kiri ruas jalan Medan-Binjai sebagaimana gambaran di atas.

Pada penelitian ini, pemilihan sampel responden dilakukan berdasarkan

metode Purposive Sampling. Penentuan sampel penelitian ini didasarkan atas

pertimbangan bahwa keluarga yang berdomisili di sepanjang ruas jalan tersebut merupakan pihak yang benar-benar memahami permasalahan yang akan diteliti dengan tetap memperhatikan aspek biaya dan waktu yang tersedia.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut:

1. Kuesioner penelitian yang mencakup daftar pertanyaan yang disusun

berdasarkan kriteria jawaban secara tertutup.

2. Studi Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data–data sekunder yang memiliki

relevasi terhadap penelitian ini.

Adapun untuk mengukur beberapa variabel yang diajukan dalam penelitian ini

digunakan teknik penentuan skor menurut skala yang digunakan oleh likert. Likert’s

Summated Ratings adalah metode pengukuran sikap yang banyak digunakan karena kesederhanaannya.


(53)

Dalam keterkaitannya dengan pelaksanaan penelitian ini, maka pengukuran jawaban responden diukur melalui langkah kerja sebagai berikut;

1. Menentukan sikap terhadap permasalahan apa yang akan diukur.

2. Menetukan dimensi yang ada dalam menyusun sikap tersebut.

Menurut Likert’s dimensi sikap adalah: a. Cognitif Domain (Tahu/Tidak tahu)

b. Affective Domain (Perasaan terhadap sesuatu) c. Conative Domain (Tendensi untuk bertingkah laku)

3. Menyusun pertanyaan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi yang

menyusun sikap dan akan diukur sesuai dengan indikator. Banyaknya item antara 3 – 40 buah, untuk suatu sikap. Item yang disusun harus terdiri dari item positif dan negatif. Item positif bila pertanyaan memberi isyarat mendukung permasalahan yang sedang diteliti. Item negatif bila pertanyaan bertentangan dengan permasalahan penelitian yang diteliti. Likert tidak mengijinkan adanya item yang bersifat netral serta item positif dan negatif dalam kuesioner harus tersebar secara acak.

Dengan demikian terdapat pula beberapa asumsi mengenai penyusunan skala ukuran jawaban responden sebagaimana telah dijelaskan yakni mencakup;

1) Asumsi utama yang mendasari LSR adanya sebuah kontinum.

2) Banyaknya alternatif jawaban untuk setiap item harus sama atau tetap dan

banyaknya pun harus sama agar mudah di jumlahkan.


(54)

Teknik penentuan skor yang digunakan berisikan skala ordinal, yaitu ukuran yang diberikan pada objek pengamatan maupun pengertian tingkatan dari yang terendah sampai yang tertinggi.

Melalui penyebaran kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan kepada responden, maka ditentukan skor dari setiap jawaban pertanyaan sebagai berikut:

1) Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5

2) Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4

3) Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3

4) Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2

5) Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1

Sehubungan pengukuran data berskala ordinal, maka untuk menguji analisis regresi berganda maka skala tersebut harus dinaikkan dulu menjadi skala interval

dengan menggunakan “Metode Succesive Interval” atau “Method of Succesive

Interval” dengan rumus sebagai berikut:

Langkah-langkahnya:

(1) Ambil data ordinal hasil kuesioner

(2) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban dan hitung proporsi

kumulatifnya.

Density of lower limit – Density at upper limit Means of Interval =


(55)

(3) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulatif.

(4) Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan

memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.

(5) Menghitung nilai skala dengan rumus metode succesive interval.

(6) Menggunakan nilai transformasi yaitu:

Y = Nilai Skala - [Nilai Skala Minimal] + 1

Sehingga Interval dari masing-masing katagori jawaban skala ordinal dapat ditentukan dengan nilai skor pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban

Interval

Jawaban Katagori Jawaban

Skor Jawaban Ordinal 4,24 – 5,00

3,43 – 4,23 2,62 – 3,42 1,81 – 2,61 0,00 – 1,80

Sangat Setuju/Baik Setuju/Baik

Ragu-ragu

Kurang Setuju/Baik Tidak Setuju/Baik

5 4 3 2 1 Sumber: Sugiyono, 2003

Berdasarkan pengkatagorian skala interval tersebut disusun kriteria penilaian berdasarkan prosentasi sebagai berikut:

4,24

x 100% = 84,8

5

3,43

x 100% = 68,8

5


(56)

x 100% = 52,3

5

1,81

x 100% = 36,2

5

Dari perolehan hasil tersebut, maka untuk menentukan pengkatagorian derajat baik atau tidak baik variabel yang diteliti melalui analisis sebagai berikut:

84,8% - 100% termasuk klasifikasi sangat setuju/baik

68,8% - 84,7% termasuk klasifikasi setuju/baik

52,4% - 68,7% termasuk klasifikasi cukup setuju/baik

36,2% - 52,3% termasuk klasifikasi kurang setuju/baik

0,00% - 36,1% termasuk klasifikasi tidak setuju/baik

3.6. Uji Instrumen Penelitian 3.6.1. Uji Validitas Data

Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan yang reliable. Hasil

penelitian yang valid bila tedapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data

yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kalau data yang terkumpul tidak

mencerminkan seperti objek yang sebenarnya maka hasil penelitian tidak valid.

Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel adalah bila terdapat kesamaan data dalam

waktu yang berbeda, artinya apabila pada masa yang lalu bagus maka sekarang dan hari esok pun harus bagus. Dalam memperoleh validitas dan reliabilitas data ini


(57)

dengan instrumen yang reliabel yang berarti instrumen yang dapat menghasilkan hasil yang sama dalam beberapa kali pegukuran (Sugiono, 2000).

Uji validitas data dapat dilakukan terhadap pengujian validitas konstruksi, validitas isi dan validitas eksternal. Validitas konstruksi adalah aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan teori tertentu. Hal ini dapat dikonsultasikan dengan para ahlinya. Setelah pengujian dilakukan kepada ahli kemudian akan dilanjutkan kepada anggota sampel sekitar 30 orang. Pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan

mengkorelasikan antar score item instrument. Apabila korelasinya rendah dan tidak

signifikan maka instrumen dianggab tidak valid. Ujivaliditas ini dapat diukur dengan

teknik korelasi product moment.

Sedangkan pengujian validitas isi adalah membandingkan antara isi instrumen dengan isi materi seperti seorang dosen memberi ujian di luar pelajaran yang

ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak valid. Pengujian ini dapat dilakukan

kepada para ahli. Sedangkan validitas eksternal adalah cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan menguji cobakan kepada sampel, kalau ditemukan perbedaan yang terlalu mencolok maka instrumen harus disesuaikan.

3.6.2. Uji Reliabilitas Data

Pengujian reliabilitas digunakan untuk menguji hasil pengukuran angket dapat dilakukan baik secara eksternal maupun internal. Secara ekternal dilakukan dengan test-retest, equivalen dan gabungannya. Test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali kepada responden, jadi dalam hal ini


(58)

instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dan yang berikutnya. Bila

koefisien positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliable.

Sedangkan dengan pendekatan equivalen adalah pernyataan yang secara bahasa

berbeda tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen untuk ini dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil data yang diperoleh dari responden yang sama, waktunya sama, tetapi instrumennya berbeda. Pengujian validitas dan reliabilitas ini akan dilakukan sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya.

3.6.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas bisa diartikan sebagai mengukur apa yg seharusnya diukur serta sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi pengukurannya tahap ini dilakukan agar data yg diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut (Alhusin, 2001)

Berdasarkan pada pengujian awal terhadap 30 orang responden, Uji

validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/item dengan skor

total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi

antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik


(59)

Tabel 3.2. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Item/ Materi yang

Diuji

Nilai Korelasi Product Moment

Keterangan

Pemanfaatan Ruas Jalan 0,525** Signifikan pada

α=1%

Kondisi Fisik Ruas Jalan

0,604** Signifikan pada

α=1%

Kelancaran Transportasi 0,433* Signifikan pada

α=5%

Kesejahteraan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah

0,829** Signifikan pada

α=1%

Sumber: Lampiran 3

Pada Tabel 3.2 dapat dijelaskan tentang masing-masing nilai korelasi product

moment dari setiap item yang diuji. Melalui hasil printout penghitungan SPSS Versi 18,0 tersebut dihasilkan bahwa tidak ada nilai korelasi item terhadap total skornya menunjukkan lebih besar daripada 0,3 atau r > 0,3. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa instrument pengukuran yang dipakai pada penelitian ini valid.

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu (Alhusin, 2001).

Dalam penelitian ini dihasilkan analisis uji reliabilitas dengan mencari nilai Alfa Cronbach dengan bantuan SPSS versi 18,0 dan dihasilkan sebagai berikut:


(60)

Tabel 3.3. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Item/ Materi yang Diuji Nilai Alfa

Cronbach

Keterangan

Pemanfaatan Ruas Jalan 0,762

Instrumen Reliabel

Kondisi Fisik Ruas Jalan 0,598

Kelancaran Transportasi 0,559

Kesejahteraan Masyarakat dalam pengembangan wilayah

0,655

Sumber: Lampiran 3

Sedangkan untuk mengetahui item tersebut reliable atau tidak, dilihat pada

nilai alpha dicocokkan dengan nilai tabel r product moment untuk n = 30 dan α =

5% adalah 0,388. Ternyata, alpha lebih besar dari r tabel, artinya

signifikan/reliable.

3.7. Analisa Data

Untuk mendapatkan jawaban dari hipotesis penelitian pertama, kedua dan ketiga, maka digunakan prosedur analisis data primer sebagai berikut:

3.7.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menganalisis data yang dihasilkan dalam penelitian ini digunakan model analisis sebagai berikut:

Y= 0+ ∅11+ ∅22+ ∅33+� ... (3.1) Di mana:

Y = Kesejahteraan Masyarakat dalam kerangka

Pembangunan Wilayah Kota Binjai (Skala Likert)


(61)

X2 = Kondisi Fisik Ruas Jalan(Skala Likert)

X3 = Kelancaran Transportasi (Skala Likert)

∅01T = Intercept/konstanta(Skala Likert)

∅1− ∅31T = Koefisien estimasi model

�1T = Error term

3.7.2. Test Uji Goodness of fit

Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan metode enter yang tersedia pada program statistik SPSS Versi 18,0, koefisien yang dihasilkan dapat

dilihat pada output SPSS berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian

diinterpretasikan serta dilihat korelasi tiap-tiap variabel yang diteliti.

Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Uji-R2 dan Uji

- F (F-test). Uji R2 dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen terhadap variabel terikat secara bersama-sama, sementara Uji-F mengetahui signifikasi untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.

3.8 Definisi Operasional

Untuk mendapatkan ukuran dari variabel-variabel yang diteliti maka perlu diberikan batasan operasional variabel yang dapat dijelaskan sebagai berikut;


(62)

1) Keberadaan ruas jalan adalah tindakan yang berkaitan dengan penggunaan ruas jalan Medan-Binjai sebagai sarana pendukung aktifitas ekonomi dan sosial. Dalam konteks penelitian ini variabel ini akan diukur berdasarkan skala likert.

2) Kondisi Fisik ruas jalan adalah hal-hal yang berkaitan dengan ketersediaan ruas

jalan yang dapat dirasakan dan diamati secara langsung. Dalam konteks penelitian ini variabel ini akan diukur berdasarkan skala likert.

3) Kelancaran transportasi yakni keadaan kelancaran lalu lintas yang melalui Jalan

Medan-Binjai di daerah pengamatan. Dalam konteks penelitian ini variabel ini akan diukur berdasarkan skala likert.

4) Pengembangan wilayah Kota Binjai dalam penelitian ini yakni peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

5) Kesejahteraan masyarakat dalam kerangka pengembangan wilayah Kota Binjai

yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai dampak pengembangan jalan Medan-Binjai. Dalam konteks penelitian ini variabel ini akan diukur berdasarkan skala likert.

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka operasionalisasi variabel sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat diperinci lagi sesuai indikatornya sebagaimana tabel berikut ini.


(63)

Tabel 3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Indikator

No. Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

Pengukuran

1. Keberadaan ruas

jalan.

adalah tindakan yang berkaitan dengan penggunaan ruas jalan Medan-Binjai sebagai sarana pendukung aktifitas ekonomi dan sosial.

Persepsi masyarakat pengguna jalan terhadap kemudahan akses dalam aktivitas masyarakat, seperti: pendidikan, kesehatan dan ekonomi

Likert

2. Kondisi Fisik

ruas jalan.

adalah hal-hal yang berkaitan dengan ketersediaan serta kualitas ruas jalan yang dapat dirasakan dan diamati secara langsung.

Persepsi pengguna jalan mengenai ketersediaan ruas jalan yang digunakan, kondisi kualitas pelayanan ruas jalan, dan persepsi pengguna jalan terhadap kondisi jalan Medan-Binjai.

Likert

3. Kelancaran

transportasi

yakni keadaan kelancaran lalu lintas yang melalui Jalan Medan-Binjai di daerah pengamatan

Persepsi Masyarakat tentang kondisi kemacetan lalu lintas, persepsi tentang kenyamanan beraktivitas, persepsi masyarakat tentang kerawanan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Likert

4. Kesejahteraan

Masyarakat dalam kerangka Pengembangan wilayah Kota Binjai yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai dampak langsung pengembangan jalan Medan-Binjai

Persepsi masyarakat mengenai pelayanan ruas jalan terhadap skala aktifitas perekonomian, Persepsi masyarakat mengenai pelayanan ruas jalan terhadap skala aktifitas sosial dan ekonomi bagi masyarakat di sekitar Jalan Medan-Binjai


(64)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Binjai

Secara umum terdapat 3 (tiga) aspek pokok yang dapat menggambarkan keberadaan Kota Binjai selama ini, yaitu; (1) Kondisi Geografis, (2) Kondisi Demografis, dan (3) Kondisi Sosial Ekonomi Daerah. Dari ketiga aspek tersebut merupakan potensi yang dimiliki Kota Binjai sehingga dapat menjadi modal dasar pembangunan Kota Binjai dan sekaligus dapat menjadi tantangan bagi keberlanjutan pembangunan Kota Binjai dimasa mendatang. Berikut ini uraian dari ketiga aspek tersebut yaitu

4.1.1. Kondisi Geografis

Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Binjai cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan sebagai salah satu wilayah yang berdekatan dengan ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Binjai sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan. Secara geografis, Kota Binjai memiliki kedudukan strategis sebab senantiasa dijadikan wilayah persinggahan bagi masyarakat dari berbagai kalangan baik dari Kabupaten Langkat maupun masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Secara geografis Kota Binjai berada pada 3°31’40’’ - 3°40’2’’ Lintang Utara dan 98°27’3’’- 98°32’32’’ Bujur Timur dan terletak 28 m di atas permukaan laut.


(65)

Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km dikelilingi oleh Kabupaten Deli Serdang. Batas area di sebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.

4.1.2. Kondisi Pemerintahan

Pemerintahan Wilayah Kota Binjai terdiri dari 5 kecamatan yaitu Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Barat yang terbagi atas 37 kelurahan dan 284 lingkungan. Pemerintahan Kota Binjai dipimpin oleh seorang Walikota. Demikian kompleksitas yang tergambar sehingga dalam upaya merencanakan pembangunan baik fisik maupun non fisik, sebagai suatu bentuk ketatapemerintahan, Kota Binjai sangat memerlukan identifikasi dan informasi tentang kebutuhan yang sangat spesifik dari setiap unit/ragam perwilayahan yang ada di sana.

4.1.3. Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja

Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Binjai berjumlah 252 652 jiwa yang terdiri dari 125 365 laki-laki dan 127 287 perempuan dengan kepadatan penduduk

2.800 jiwa/km2 dan rata-rata 4,24 jiwa per Rumah Tangga. Dari kecamatan yang


(1)

89 3 ,094 2 ,171 5, 728 3, 923 14 ,9152 3, 314 2, 097 5,4 104 4 ,217 3 ,016 2 ,702 9 ,9348 3, 823 4, 554 4, 538 3, 688 2, 799 19,4028 6296 90 3 ,094 4 ,652 5, 728 2, 816 16 ,28952 2, 277 3, 893 6,1 696 4 ,217 2 ,146 2 ,702 9 ,0646 3, 823 4, 554 4, 538 3, 688 2, 040 18,6444 7919 91 2 ,144 2 ,171 3, 388 1, 000 8, 702248 2, 277 2, 097 4,3 731 2 ,234 1 ,000 1 ,000 4 ,2338 1, 000 1, 000 4, 538 1, 000 2, 799 10,3372 0137 92 3 ,094 3 ,332 4, 443 2, 816 13 ,68419 4, 347 2, 909 7,2 557 2 ,234 2 ,146 2 ,702 7 ,0813 3, 823 3, 604 4, 538 3, 688 2, 040 17,6945 6718 93 2 ,144 2 ,171 2, 357 1, 000 7, 67205 2, 277 1, 000 3,2 766 1 ,000 1 ,000 1 ,000 3

1, 000 1, 000 3, 625 1, 000 2, 040 8,66543 2895 94 4 ,125 4 ,652 4, 443 2, 816 16 ,03561 3, 314 2, 909 6,2 226 3 ,237 3 ,016 2 ,702 8 ,9549 3, 823 3, 604 3, 625 3, 688 2, 799 17,5395 6623 95 3 ,094 3 ,332 3, 388 1, 970 11 ,783 2, 277 2, 909 5,1 854 2 ,234 2 ,146 2 ,702 7 ,0813 4, 864 2, 399 2, 515 4, 772 2, 040 16,5902 0418 96 3 ,094 3 ,332 3, 388 2, 816 12 ,62892 4, 347 2, 909 7,2 557 2 ,234 3 ,934 1 ,000 7 ,1678 3, 104 3, 142 3, 257 3, 688 2, 799 15,9890 9638 97 2 ,144 2 ,171 2, 357 1, 000 7, 67205 2, 277 1, 000 3,2 766 1 ,000 1 ,000 1 ,000 3

2, 271 2, 399 1, 000 2, 189 2, 040 9,89942 8751 98 3 ,094 3 ,332 3, 388 1, 970 11 ,783 3, 314 2, 909 6,2 226 3 ,237 3 ,016 1 ,984 8 ,2371 3, 104 2, 399 4, 538 2, 961 3, 787 16,7894 0748 99 3 ,094 3 ,332 3, 388 1, 970 11 ,783 3, 314 2, 909 6,2 226 3 ,237 2 ,146 2 ,702 8 ,0847 3, 104 2, 399 4, 538 2, 961 3, 787 16,7894 0748 100 3 ,094 2 ,171 3, 388 2, 816 11 ,46787 3, 314 2, 909 6,2 226 2 ,234 3 ,016 2 ,702 7 ,9515 3, 104 2, 399 4, 538 2, 961 3, 787 16,7894 0748


(2)

Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Berganda Uji Interval

Variables Entered/Removed(b)

M

odel Variables Entered

Variables

Removed Method

1

Kelancaran transportasi, Keberadaan ruas jalan, Kondisi fisik ruas jalan(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Kesejahteraan masyarakat

Model Summary

M

odel R

R Square

Adjust ed R Square

Std. Error of the Estimate 1 .960(a

) .921 .918 .8521563

a Predictors: (Constant), Kelancaran transportasi, Keberadaan ruas jalan, Kondisi fisik ruas jalan

ANOVA(b)

Mo

del

Sum

of Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regressi on

811.2

05 3 270.402

372.3 67

.000(a ) Residual 69.71

2 96 .726

Total 880.9

18 99

a Predictors: (Constant), Kelancaran transportasi, Keberadaan ruas jalan, Kondisi fisik ruas jalan b Dependent Variable: Kesejahteraan masyarakat


(3)

Coefficients(a)

Mo

del

Unstandardized Coefficients

Standardiz

ed Coefficients t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 6.213 .385 16.14

3 .000 Keberadaan ruas

jalan .124 .052 .123 2.394 .019

Kondisi fisik ruas

jalan .266 .104 .133 2.570 .012

Kelancaran

transportasi .941 .080 .741

11.70

9 .000 a Dependent Variable: Kesejahteraan masyarakat


(4)

Lampiran 5. Regression

Notes

Output Created 03-OCT-2011 07:46:14

Comments

Input Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in

Working Data File 100

Missing Value Handling

Definition of

Missing User-defined missing values are treated as missing. Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Syntax REGRESSION /MISSING

LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT KM /METHOD=ENTER KRJ KFRJ KT . Resources Elapsed Time

0:00:00.52

Memory

Required 1940 bytes

Additional Memory Required for Residual Plots


(5)

Variables Entered/Removed(b)

M odel

Variabl es Entered

Variabl es Removed

Metho d 1

Kelanc aran transportasi, Keberadaan ruas jalan, Kondisi fisik ruas jalan(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Kesejahteraan masyarakat

Model Summary

M

odel R

R Square

Adjust ed R Square

Std. Error of the Estimate 1 .960(a

) .921 .918 .8521563

a Predictors: (Constant), Kelancaran transportasi, Keberadaan ruas jalan, Kondisi fisik ruas jalan

ANOVA(b)

Mode

l

Sum

of Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regr

ession

811.2

05 3 270.402

372.3 67

.000(a ) Resid

ual

69.71

2 96 .726

Total 880.9

18 99

a Predictors: (Constant), Kelancaran transportasi, Keberadaan ruas jalan, Kondisi fisik ruas jalan b Dependent Variable: Kesejahteraan masyarakat


(6)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficients

t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 6.213 .385 16.14

3 .000 Keberadaan

ruas jalan .124 .052 .123 2.394 .019

Kondisi fisik

ruas jalan .266 .104 .133 2.570 .012

Kelancaran

transportasi .941 .080 .741

11.70

9 .000 a Dependent Variable: Kesejahteraan masyarakat