Analisa Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALISA PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA

PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NEGARA MEDAN

TUGAS

AKHIR

Diajukan

Oleh

:

WINDA HANDAYANI HSB

062101107

DIPLOMA III KEUANGAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt atas rahmat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Analisa Prosedur Pemberian Kredit pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara Medan” sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda Pamutusan Hsb, SH dan Mama Anisyah Murni Srg atas seluruh kasih sayang dan dukungannya yang tidak henti kepada penulis. Juga buat saudara-saudaraku yaitu Abangku Putra Harpani Hsb dan Adikku Dede Syahbana Hsb, terima kasih banyak atas untuk kasih sayang dan perhatian, semangat dan dukungannya.

Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Paham Ginting, SE, Ms selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Syafrizal Helmi, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi

Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, pemikiran, dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(4)

4. Bapak dan Ibu Staf pengajar serta pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Kepala Pimpinan PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara Medan yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian, serta seluruh staf terutama Bapak Agus yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

6. Buat Sahabat terbaik ku dalam waktu susah dan senang tya, thanks ya atas dukungan dan semangatnya, Joe, dan teman-teman group A, B, C, yang tidak tercantum namanya mohon maap ya karena terlalu banyak.

7. Untuk Someone Special makasih atas dukungan dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih terlalu jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis tidak menutup diri menerima saran dan kritik dari semua pihak. Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kiranya tugas akhir ini dapat berguna bagi kita semua. Dan harapan penulis, semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Medan, Mei 2009

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN PT. BANK BTPN MEDAN 7 A. Sejarah Perusahaan... 7

B. Jenis Usaha ... 9

C. Struktur Organisasi Perusahaan... 12

D. Job Description... 14

E. Kinerja Usaha Terkini Perusahaan ... 16

BAB III : PEMBAHASAN ... 19

A. Pengertian Kredit... 19

B. Jenis - Jenis Kredit... 20

C. Fungsi Kredit ... 23

D. Syarat – Syarat Pemberian Kredit ... 24

E Bentuk Jaminan Dalam Bentuk Kredit ... 28

F. Analisa Kredit ... 30

G. Prosedur Pemberian Kredit ... 31

H. Keputusan Atas Permohonan Kredit... 31

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

1. Kesimpulan... 33

2. Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Fungsi dan peranan bank sangat penting dalam mendorong perekonomian Indonesia, terutama dalam krisis global yang terjadi sampai saat ini. Untuk itu pemerintah perlu melakukan suatu perubahan atas strategi yang diterapkan dalam dunia bisnis yang dapat memacu laju perekonomian.

Sehubungan dengan usaha pemerintah dalam meningkatkan fungsi dari dunia bisnis Indonesia sekaligus untuk memacu laju perekonomian Negara, maka di dalam hal ini Pemerintah harus memperhatikan peran dan fungsi daripada Perbankan Indonesia. Hal ini sehubungan dengan tujuan daripada Perbankan Indonesia yaitu, menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan dari kesejahteraan rakyat banyak. Berdasarkan dari uraian dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa dunia Perbankan tidak akan terlepas dari pembangunan Nasional Negara kita.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Dari definisi tersebut diketahui bahwa fungsi bank adalah memberikan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang dengan cara memberikan kredit.

Selanjutnya peran bank dalam mendukung kegiatan bisnis pasti akan sangat besar pula. Dimana kita ketahui, bahwa bank bekerja dalam menyalurkan kredit bagi masyarakat. Kredit bank diperlukan bagi pengusaha kecil, pengusaha menengah, dan juga pengusaha yang telah memiliki modal besar.


(7)

Sehubungan dengan usaha pemerintah dalam meningkatkan fungsi dari dunia bisnis di Indonesia untuk memacu laju perekonomian Negara, maka dalam hal ini Pemerintah harus memperhatikan peran dan fungsi dari perbankan Indonesia. Sistem perbankan di Indonesia diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 (di ubah dengan UU No. 10 Tahun 1998) Tentang perbankan di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

Semaakin besar tingkat atau proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, maka semakin besar pula jumlah investasi kredit yang dimiliki perusahaan. Dengan besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan tersebut harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi. Dengan adalanya penjualan kredit yang dilakukan, maka akan timbul kemungkinan resiko yang dihadapi seperti munculnya berbagai biaya seperti, menambah pegawai yang mengurus dan mengawasi administrasi kredit. Saat semua masalah ini bermunculan, maka secara otomatis akan menghambat kelancaran operasional perusahaan yang harus di capai. Oleh karena itu, sebelum melakukan penjualan kredit perusahaan harus memperhatikan unsur “ 5 C ” ( the five c of credit ) yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition.

Pertama, yang harus diketahui dalam konsep ini dimana perusahaan harus mengetahui karakteristik ( character ) dari pelanggan, sehingga perusahaan yakin dalam pemberian kredit. Kedua, perusahaan harus mengetahui kapasitas (capacity) atau kemampuan dalam pelunasan pembayaran atas kredit yang diberikan tersebut. Ketiga, perusahaan harus mengetahui jumlah dana atau modal (capital) yang dimiliki perusahaan yang melakukan pinjaman dalam hal mengetahui seberapa besar jumlah dana yang dibutuhkan dalam permintaan kredit


(8)

dan dalam melakukan pembayaran terhadap kredit yang diberikan. Keempat, jaminan (collateral) yang dijadikan sebagai pengganti apabila si pelanggan tidak melakukan pembayaran kredit. Kelima, kondisi (condition) pelanggan yang melakukan pembelian kredit dalam menjalankan operasional perusahaan dengan baik. Dengan memperhatikan kelima konsep ini, maka perusahaan selalu selektif dalam hal melakukan pemberian kredit kepada pelanggan (costumer).

Oleh karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung banyak resiko, maka dibutuhkan suatu pengelolaan, dan pengaturan dalam pemberian kredit agar tingkat resiko yang ditanggung oleh bank bisa sekecil mungkin. Akhir-akhir ini perbankan Indonesia mengalami kesulitan menghadapi kredit bermasalah sejak kondisi ekonomi yang belum pulih dari krisis global saat ini. Tentu banyak hal yang menjadi penyebab masalah-masalah tersebut ditambah dengan perubahan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah atau justru peraturan bank sendiri yang telah digariskan sebelumnya, serta pengaruh dari keadaan sosial politik yang kurang baik dan tidak mendukung keamanan secara nasional, misalnya dalam menetapkan tingkat suku bunga per periode tertentu berdasarkan kondisi tadi. Begitupun dengan masalah yang dihadapi para pelaku ekonomi dan masyarakat yang cukup mengandalkan kredit dalam mengembangkan usaha mereka.

Perkreditan merupakan tulang punggung di dalam usaha bank. Bila diamati dalam neraca, maka portofolio perkreditan merupakan kelompok earning

asset yang mendominasi sisi aktiva dalam neraca. Oleh karena itu pengolaan

kredit harus sebaik mungkin mengingat kredit merupakan asset utama dan sekaligus sebagai sumber pendapatan bank.


(9)

Kelancaran pemberian kredit sangatlah tergantung pada peranan bank itu sendiri maupun kesadaran dari pihak nasabah untuk menyelesaikan kreditnya sebagaimana yang telah disepakati. Dengan adanya prosedur pemberian kredit yang efisien dan efektif diharapkan dapat terpenuhinya kebutuhan dana yang diperlakukan baik oleh perusahaan maupun masyarakat luas.

Dari uraian-uraian sangat jelas betapa pentingnya peranan kredit yang di berikan bank untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi atas dasar ini penulis memilih judul “ANALISA PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BTPN MEDAN”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Seperti kita ketahui bahwa kegiatan penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan usaha dari bank, dimana dalam hal ini bank akan menyalurkan sebagian dana yang diperolehnya dari simpanan/tabungan masyarakat kepada berbagai pihak yang akan membutuhkan kredit dari bank.

Untuk menarik nasabah, setiap bank mempunyai metode ataupun sistem tertentu agar kredit yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat atau dengan kata lain menguntungkan masyarakat dan juga pihak bank itu sendiri. Kebijakan sistem pemberian kredit haruslah diperhatikandengan seksama agar terciptanya suatu keseimbangan antara kepentingan bank dan kepentingan masyarakat. Apalagi, kita tahu sekarang ini tentang persaingan antar bank yang semakin tajam dalam usahanya menarik minat para nasabah yang membutuhkan kredit.

Dan dapat disimpulkan bahwa yang menjadi permasalahan pokok dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana Analisa Prosedur


(10)

Pemberian Kredit yang diterapkan oleh pihak Bank Tabungan Pensiunan Negara Medan”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

a. untuk mengetahui jenis-jenis kredit yang disalurkan dan jaminan yang diterima bank.

b. Untuk mengetahui kebijakan pemberian kredit dan pertimbangan-pertimbangan atau syarat-syarat pelepasan kredit pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara.

c. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan kredit, kualitas kredit yang diberikan.

d. Untuk mengetahui masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pemberian kredit bank.

D. MANFAAT PENELITIAN a. Bagi Penulis

Untuk lebih memperdalam pengetahuan penulis tentang prosedur pemberian kredit dalam dunia perbankan, dan juga berguna untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan spendidikan di program Diploma Tiga Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(11)

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Penulisan ini berguna sebagai salah satu bahan masukan bagi yang membutuhkannya

c. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar kiranya dapat menjadi suatu bahan pertimbangan dalam pemberian kredit bagi nasabah di masa yang akan datang.

d. Bagi orang lain (perusahaan lain) atau bagi pembaca, sebagai sumber

informasi dan pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi oleh pihak lain yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang prosedur pemberian kredit.


(12)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN A. Sejarah Perusahaan

Bank BTPN terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di Bandung. Ketujuh serangkai tersebut kemudian mendirikan Perkumpulan Bank Pegawai Pensiunan Militer (selanjutnya disebut ”BAPEMIL”) dengan status usaha sebagai perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya. BAPEMIL memiliki tujuan yang mulia yakni membantu meringankan beban ekonomi para pensiunan, baik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia maupun sipil, yang ketika itu pada umumnya sangat kesulitan bahkan banyak yang terjerat rentenir.

Berkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada tahun 1986 para anggota perkumpulan BAPEMIL membentuk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dengan ijin usaha sebagai Bank Tabungan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan untuk melanjutkan kegiatan usaha BAPEMIL.

Berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (sebagaimana selanjutnya dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998) yang antara lain menetapkan bahwa status bank hanya ada dua yaitu: Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, maka pada tahun 1993 status Bank BTPN diubah dari Bank Tabungan menjadi Bank Umum melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 055/KM.17/1993 tanggal 22 Maret 1993. Perubahan status Bank BTPN tersebut telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam surat Bank Indonesia No.


(13)

26/5/UPBD/PBD2/Bd tanggal 22 April 1993 yang menyatakan status Perseroan sebagai Bank Umum.

Sebagai Bank Swasta Nasional yang semula memiliki status sebagai Bank Tabungan kemudian berganti menjadi Bank Umum pada tanggal 22 Maret 1993, Bank BTPN memiliki aktivitas pelayanan operasional kepada Nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Namun aktivitas utama Bank BTPN adalah tetap mengkhususkan kepada pelayanan bagi para pensiunan dan pegawai aktif, karena target market Bank BTPN adalah para pensiunan.

Dalam rangka memperluas kegiatan usahanya, Bank BTPN bekerja sama dengan PT Taspen, sehingga Bank BTPN tidak saja dapat memberikan pinjaman dan pemotongan cicilan pinjaman, tetapi juga dapat melaksanakan “Tri Program Taspen”, yaitu Pembayaran Tabungan hari Tua, Pembayaran Jamsostek dan Pembayaran Uang Pensiun.

VISI Bank Tabungan Pensiunan Negara :

Menjadi penyedia jasa keuangan retail yang terpilih dan penuh kepedulian di Indonesia.

MISI Bank Tabungan Pensiunan Negara :

Melaksanakan Good Corporate Governance (GCG) di setiap pengoperasian bisnis Bank BTPN.

a. Menyediakan beragam produk dan layanan yang sesuai dengan bisnis Bank BTPN kepada nasabah kami.

b. Menjamin keamanan, kepercayaan, dan kemudahan akses bagi nasabah Bank BTPN melalui penggunaan teknologi mutakhir di setiap pengoperasian bisnis kami.


(14)

B. Jenis usaha

Komitmen jajaran manajemen dalam pengembangan bidang usaha Bank BTPN, juga telah diwujudkan dengan menetapkan berbagai kebijakan, antara lain peningkatan dalam bidang teknologi informasi yang diyakini akan mampu mendukung percepatan dalam mencapai layanan perbankan real-time & on-line.

Sejalan dengan misi Bank BTPN, secara berkesinambungan telah dilaksanakan program-program sebagai upaya dalam mengembangkan produk dan layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin luas. Bank BTPN tidak hanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, tetapi juga menyalurkan pinjaman. Adapun produk-produk yang diberikan oleh Bank Tabungan Pensiunan Negara yaitu :

a. Produk-Produk Pendanaan Bank Tabungan Pensiunan Negara yaitu : 1. BTPN Tabungan Citra

Tabungan dengan bunga harian untuk perorangan dengan keleluasaan transaksi serta bunga yang kompetitif, sehingga dana lebih cepat berkembang.

2. BTPN Tabungan Citra Plus

Tabungan yang dilengkapi fasilitas perlindungan asuransi berupa penutupan sisa setoran dan santunan kematian apabila mengalami risiko meninggal dunia akibat sakit atau kecelakaan serta biaya penggantian perawatan karena kecelakaan. Keuntungan yang dapat dinikmati nasabah adalah bunga tabungan dan gratis biaya premi asuransi.


(15)

Tabungan ini dipersembahkan bagi para pensiunan dengan pengelolaan dana pensiunan bulanan. Para pensiunan dapat menikmati keuntungan berupa penerimaan uang pensiunan lebih awal dan tepat waktu, serta dapat melakukan penarikan sewaktu-waktu.

4. BTPN GIRO

Rekening giro ini dapat dimiliki oleh nasabah pererongan atau badan usaha, dengan jasa giro yang menarik. BTPN Giro adalah mitra bisnis yang dapat diandalkan untuk mendukung kelancaran transaksi usaha secara efektif dan efisien.

5. BTPN DEPOSITO BERJANGKA

Sarana investasi yang aman dan menguntungkan. Produk ini merupakan pilihan fleksibel bagi nasabah, yaitu jangka waktu yang bervariasi serta dapat dicairkan pada saat jatuh tempo atau diperpanjang secara otomatis (automatic roll over). Selain itu, Deposito Berjangka dapat digunakan sebagai jaminan kredit.

6. BTPN SERTIFIKAT DEPOSITO

Simpanan pihak ketiga dari Bank yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan bunga yang dapat diperhitungkan dimuka, serta dapat diperdagangkan sampai dengan tanggal jatuh tempo.

b. Layanan Perbankan Bank Tabungan Pensiunan Negara yaitu : 1. ATM

Layanan perbankan ini merupakan kemudahan bagi para nasabah untuk melakukan transaksi perbankan 24 jam sehari, berupa penarikan tunai dan informasi saldo rekening, pemindah bukuan dan perubahan PIN.


(16)

Saat ini nasabah lebih leluasa menggunakan kartu ATM di lebih dari 12.600 mesin ATM dalam ATM jaringan bersama

2. PAYMENT POINT BAGI PARA PENSIUNAN

Bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan khususnya untuk kemudahan para nasabah pensiunan dalam melakukan transaksi.

3. PAYMENT POINT UNTUK PEMBAYARAN TAGIHAN

Bertujuan untuk menambah jaringan pelayanan dalam pembayaran tagihan listrik, air minum, dan penerimaan pembayaran pajak.

4. PAYROLL SERVICE

Layanan ini merupakan salah satu wujud dari visi dan misi Bank BTPN untuk menjadi penyedia jasa keuangan retail yang terpilih dan penuh kepedulian. Bentuk layanannya berupa kemudahan dalam pembayaran uang pensiun maupun gaji para pegawai yang masih aktif di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), TNI, Polri dan Perusahaan Swasta.

5. KLIRING 6. INKASO 7. TRANSFER


(17)

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Setiap BTPN Indonesia masing-masing memiliki stuktur organisasi yang berbeda-beda. Demikian juga dengan Bank Tabungan Pensiunan Negara cabang medan yang memiliki struktur Organisasi yang melibatkan seluruh sumber daya yang ada dan bertangung jawab terhadap maju mundurnya Organisasi. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang diharapkan dalam Organisasi tercapai dengan sebagaimana mestinya.


(18)

STRUKTUR ORGANISASI BANK BTPN MEDAN Derektur Utama Audit Internal Sekertaris Perusahan Derektur Kepatuhan& Manajemen Resiko Derektur Operasional Direktur Bisnis Komite Audit Treasuri Manajemen Resiko Kepatuhan SDM Hukum

Operasi Kredit

Pensiunan Perencanaan

Perusahan Komite

Pemantau Resiko Teknologi

Informasi Kredit

Individual Keuangan

Hubungan

Kelembagaan Remunerasi Komite &Nominasi Umum Perencanaan & Pengembangan Bisnis Dewan Pengawas Syariah Institusi Keuangan & Sektor Publik Proses Kredit &Administrasi Manajemen Aset khusus Syariah Kepala Kantor Wilayah Kepala Penjualan Pimpinan cabang Komite Kredit Komite personalia Komite Manajemen Resiko ALCO


(19)

D. Uraian Tugas (Job Description) : a. Derektur utama

1. Direksi bertanggung jawab untuk menjamin berlangsungnya operasional Bank.

2. Menciptakan pengawasan internal yang efektif dan efisien, 3. Memantau serta mengelola risiko yang dihadapi Bank,

4. Memelihara iklim yang mendukung terciptanya produktivitas, 5. Mengelola sumber daya manusia, menjaga profesionalisme,

6. Menyampaikan laporan tentang kinerja Bank secara menyeluruh kepada para Pemegang Saham di dalam RUPS.

b. Komite Alco

1. Menetapkan dan mengkaji ulang kebijakan pengelolaan likuiditas dan suku bunga,

2. Mengkaji ulang limit-limit transaksi maupun limit money market

line dan rincian tugas lainnya dalam buku pedoman pengelolaan

aktiva pasiva (ALMA) di Bank BTPN. c. Komite Kredit

1. Meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan, khususnya terkait dengan proses pemberian fasilitas kredit

2. Mengevaluasi dan memutus kredit atas permohonan pemberian fasilitas kredit individual sesuai dengan Batas Wewenang Memutus Kredit (BWMK)

Risiko d. Manajemen


(20)

a. Memberikan persetujuan danmengevaluasi kebijakan manajemen risiko yang diusulkan oleh Direksi

b. Mengevaluasi Pertanggungjawaban Direksi dalam pelaksanaan kebijakan manajemen risiko.

2. Direktur Utama.

Bertanggungjawab untuk melaksanakan manajemen risiko di Bank secara keseluruhan.

3. Direktur Bidang,

a) Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko dalam bidang tugasnya secara tertulis dan komprehensif,

b) Bertanggungjawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan

c) Eksposur risiko yang diambil oleh Bank dalam bidang tugasnya.

4. Komite Manajemen Risiko,

a) Menyusun kebijakan manajemen risiko serta perubahannya termasuk strategi manajemen risiko dan contingency plan serta b) Menyempurnakan penerapan manajemen risiko secara berkala.

5. Komite Pemantau Risiko pada tingkat Komisaris

a) Memahami secara mendalam proses yang digunakan oleh manajemen untuk mengidentifikasi risiko,

b) Pengendalian internal yang digunakan manajemen dalam memitigasi risiko.


(21)

d) Memfokuskan perhatian pada risiko tinggi, menjalin kerjasama dengan Komite Auditl kinerja dan trend portofolio,

e) Melakukan pemantauan atas penerapan manajemen risiko.

6. Divisi Manajemen Risiko,

a) Menyusun kerangka manajemen risiko, b) Menerima laporan rutin dari unit bisnis

Memastikan bahwa Bank memiliki ketrampilan manajemen risiko dan kemampuan penyerapan risiko untuk mendukung strategi bisnis serta membentuk budaya risiko bank.

7. Satuan Kerja Operasional (SKO)

Melakukan pengendalian exposure risiko di unit kerja masing-masing.

E. .Kinerja Usaha Terkini

1.

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Increasing

the Quality of Human Resource)

Bank BTPN menyadari bahwa kualitas sumberdaya manusia memiliki peran yang sangat penting, sebagai mitra dalam menunjang keberhasilan kegiatan usaha Bank BTPN. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia dilakukan secara terencana dan berkesinambungan, agar setiap karyawan dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap kinerja Bank BTPN. Sebagai langkah penting dalam pembinaan sumberdaya manusia adalah menetapkan budaya perusahaan, yakni melakukan internalisasi niliai-nilai perusahaan yang wajib dilakukan oleh setiap karyawan. Nilai perusahaan yang harus dijadikan landasan kerja adalah: menjunjung tinggi integritas, bekerja secara profesional.


(22)

Serta memegang amanah tanggung jawab. Dengan trilogi nilai perusahaan yakni

integrity, profesionalism & responsibility, karyawan akan mampu memberikan

kontribusi yang terbaik untuk perusahaan.

Sedangkan dalam rangka meningkatkan profesionalisme kerja, maka telah dilaksanakan berbagai pelatihan perbankan secara intensif, sebagai berikut:Guna mendukung pertumbuhan usaha terutama dalam meningkatkan daya saing melalui pengembangan produk serta peningkatan layanan perbankan yang aman, cepat, efektif, akurat, dan realtime on-line, maka Bank BTPN telah menerapkan 2 (dua) sistem core banking, yakni “Inhouse application SAID inter-branch (SAID IB)” dan “Core Banking System” (CBS) Misys, ini telah diterapkan sebagai pilot

project di Kantor Cabang. Dengan sistem teknologi informasi yang ada saat ini,

Bank BTPN sudah dapat melayani transaksi dengan menggunakan ATM melalui kerjasama jaringan ATM Bersama, sehingga nasabah dapat menggunakan ATM di lebih dari 12.600 jaringan ATM bersama. Untuk mendukung pengembangan produk pinjaman, khususnya dalam hal proses perkreditan, saat ini sedang dalam tahap uji coba penerapan aplikasi loan originating system.

2. Mewujudkan Layanan Prima (Creating First-class Service)

Guna mendukung pertumbuhan usaha terutama dalam meningkatkan daya saing melalui pengembangan produk serta peningkatan layanan perbankan yang aman, cepat, efektif, akurat, dan realtime on-line, Bank BTPN telah menerapkan 2 (dua) sistem core banking, yakni “Inhouse application SAID inter-branch (SAID IB)” dan Core Banking System” (CBS) Misys. Dengan sistem teknologi informasi yang ada saat ini, Bank BTPN sudah dapat melayani transaksi dengan menggunakan ATM. Untuk mendukung pengembangan produk pinjaman,


(23)

perkreditan, saat ini sedang dalam tahap uji coba penerapan aplikasi loan

originating system. Kedua layanan tersebut direncanakan akan dapat terhu Sistem

pengamanan teknologi informasi Bank BTPN diperkuat dari aspek teknis (hardware dan software). Bank BTPN telah menyusun kebijakan dan prosedur pengamanan (security procedure & policy) untuk mengatur aspek-aspek operasional pengamanan,. Disamping itu, secara rutin juga dilakukan security

audit oleh pihak eksternal. Bank BTPN juga telah menggunakan infrastrukturterkini untuk firewall system yang dikelola tersendiri, pengamanan melalui Virtual Private Network (PVN) untuk layer network.


(24)

BAB III PEMBAHASAN

Banyak bank telah mengenal sistem analisa terhadap aplikasi kredit. Pada bank-bank kecil jarang dipakai oleh kasir bank bila dimintai kredit secara lisan. Pada bank-bank besar, analisa kredit biasanya melibatkan sistem analisa yang lebih teliti dan kompleks. Semua permintaan kredit bisa diajukan dalam bentuk tertulis dan catatan-catatan para pemakai kredit dimasukkan untuk pengawasan yang lebih cermat.

A. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credare” yang berarti kepercayaan, dan kepercayaanlah yang terkandung di dalam perkreditan antara si pemberi dan si penerima kredit. Kata kredit juga berasal dari bahasa asing lain, yaitu kata : Creat yang artinya Percaya dan Do yang artinya Menempatkan.

Jadi kedua suku kata itu digabung menjadi kata “creatdo” yang berarti menempatkan kepercayaan. Maka dengan demikian bila seseorang menerima kredit dari bank, berarti orang itu dipercaya oleh bank untuk menggunakan sejumlah uang sesuai dengan syarat-syarat dan perjanjian yang disepakati bersama dengan pihak bank.

Pemberian kredit menaruh kepercayaan bahwa penerima kredit akan memenuhi pembayarannya kembali dan pinjamannya tersebut. Adapun faktor-faktor kepercayaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu :

a. Dari segi debitur

Yaitu si peminjam kredit akan membayar pinjamannya setelah sampai jangka waktu yang telah ditetapkan.


(25)

Yaitu si pemberi kredit yang akan menerima pembayaran atas kredit yang diberikannya, jika telah sampai masa yang ditetapkan.

B. Jenis-Jenis Kredit

Jika dilihat dari pengertian yang terkandung didalamnya, maka pada dasarnya kredit tersebut hanya satu macam saja. Adapun jenis-jenis kredit yaitu :

a. Menurut sifat pengguaan kredit 1. Kredit Konsumtif

Kredit ini dapat membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena kredit digunakan peminjam untuk memenuhi

kebutuhan misalnya : makanan, pakaian dan sebagainya. 2. Kredit Produktif

Kredit ini digunakan si peminjam kredit untuk peningkatan usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Melalui kredit produktif ini suatu utiliti dari uang dan barang dapat terlihat dengan nyata, misalnya membeli mesin-mesin.

b. Menurut Kepercayaan Kredit 1. Kredit Eksploitas

Kredit ini merupakan modal kerja untuk kualitas dan kuantitas perusahaan. Kredit ini dipergunakan biasanya untuk membeli bahan-bahan baku dan biaya distribusi, upah buruh dan lain-lain.

2. Kredit Investasi

Yaitu kredit yang dipergunakan untuk penanaman modal misalnya : membeli mesin dan peralatan.


(26)

c. Menurut sektor penggunaan kredit 1. Sektor Pertanian dan peternakan 2. Sektor Perkebunan

3. Sektor Industri

4. SektorPerdagangan 5. sektor Jasa dan sebagainya. d. Menurut jangka waktu kredit

1. Kredit Jangka Pendek

Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun dan dalam kredit ini termasuk untuk tanaman musiman berjangka waktu lebih dari satu tahun.

2. Menurut Jangka Menengah

Kredit yang berjangka waktu satu tahun hingga tiga tahun. 3. Kredit Jangka Panjang

Kredit yang berjangka waktu lebih dari lima tahun. e. Dilihat dari Segi Jaminan

Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah :

1. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.


(27)

Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

2. Kredit tanpa jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

Adapun jenis-jenis kredit yang diberikan oleh Bank Tabungan Pensiuanan Negara adalah :

a) BTPN Kredit Pensiun

Fasilitas kredit yang khusus ditujukan bagi para pensiunan. Produk ini menawarkan persyaratan yang sederhana, proses kredit yang mudah, dan pencairan dana dalam waktu yang relatif cepat yaitu 1 (satu) hari kerja. Para nasabah juga diberikan keleluasaan untuk memilih jangka waktu pinjaman, sesuai dengan kemampuannya, sehingga memudahkan debitur dalam mengatur kebutuhannya.

b) BTPN Kredit Pegawai Aktif

Fasilitas kredit ini tersedia bagi para pegawai yang masih aktif (non-pensiunan), baik untuk pegawai instansi pemerintah, TNI, Polri maupun Swasta, yang memiliki penghasilan tetap, dengan persyaratan yang sederhana. Pelaksanaan pinjaman diatur oleh Bank BTPN bekerjasama dengan instansi atau perusahaan dimana pegawai tersebut bekerja, untuk memudahkan pengaturan pendapatan rutin setiap bulannya.


(28)

c) BTPN Kredit Usaha Mikro, KecilL Dan Menengah (UMKM)

Fasilitas kredit untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah dengan persyaratan yang mudah, terdiri dari Kredit Usaha Mikro dengan plafon sampai dengan Rp. 50 juta, Kredit Usaha Kecil dengan plafon sampai dengan Rp. 500 juta. ,Kredit Usaha Menengah dengan plafon sampai antara Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 5 miliar.

d) BTPN KREDIT BACK TO BACK

Fasilitas kredit yang dijamin dengan BTPN Deposito Berjangka yang ditempatkan di Bank BTPN.

C. Fungsi Kredit

Secara garis besarnya fungsi kredit dalam tata kehidupan perekonomian antara lain :

1. Kredit ini meningkatkan daya guna dari modal/uang, karena penabung yang mempunyai uang menabungkan uangnya di bank, baik berbentuk tabungan, maupun simpanan giro dan deposito. Selanjutnya bank tersebut dipinjamkan kepada para pengusaha dalam bentuk kredit untuk menigkatkan produktifitas. Jadi seluruh dana di bank tidaklah pasif, melainkan akan tersalur kepada usaha-usaha yang berguna, baik terhadap pengusaha maupun terhadap masyarakat.

2. Kredit ini dapat meningkatkan daya guna suatu barang, karena :

a. Para pengusaha yang biasa memproduksi barang-barang setengah jadi, dengan adanya fasilitas-fasilitas kredit produksinya dapat ditingkatkan menjadi barang yang siap untuk dipakai.


(29)

b. Dengan adanya fasilitas kredit tersebut para pengusaha akan dapat menyalurkan barang-barangnya, dari daerah yang kurang laku pemasarannya ke tempat yang laku pemasarannya.

3. Kredit itu akan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, karena pada umumnya kredit yang diberikan oleh para kreditur kepada debitur adalah berupa rekening koran. Secara umum para pengusaha yang melakukan transaksi akan melakukannya dengan menggunakan cek, bilyet giro atau pemindahan bukuan,sehingga peredaranuang kartal atau uang giral secara otomatis akan berkembang.

4. Kredit merupakan alat Hubungan Internasional. Pada umumnya negara-negara kaya atau yang lazim kita kenal dengan perekonomiannya yang kuat, selalu membantu negara-negara yang sedang berkembang dalam rangka melaksanakan pembangunan di negara yang sedang dilangsungkan. Bantuan yang dimaksud adalah berbentuk kredit yang pada umumnya mempunyai syarat-syarat yang lunak yakni dengan suku bunga yang relatif rendah dengan jangka waktu pemakaian yang cukup panjang.

Dengan adanya kredit antara negara maka hubungan diantara negara donor dengan negara yangsedang berkembang (penerima kredit) akan bertambah erat, khususnya yang menyagkut hubungan ekonomi dan perdagangan.

D. Syarat-Syarat Pemberian Kredit

Dalam pemberian kredit pada nasabah, pihak bank senantiasa melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam pemberian kredit sesuai dengan


(30)

peraturan-peraturan yang berlaku. Untuk menimbulkan suatu kepercayaan kepada nasabah, setelah dilakukan pendekatan antara pihak pemberi dan penerima kredit maka pihak bank sebagai pemberi kredit perlu untuk meneliti terlebih dahulu tentang apa dan bagaimana serta siapa calon penerima kredit tersebut. Dalam hal ini dikenal formulasi yang lazim digunakan dalam menentukan penilaian kredit yaitu berpedoman pada formuladi 5 “C” yang antara lain adalah :

a. Charter ( Watak/Kepribadian )

Adalah sifat yang terdapat pada diri seseorang. Pihak-pihak berusaha mencari data tentang kepribadian dan sifat dari pemohon. Karakter dari seseorang calon pemohon ini dapat diketahui dari :

1. Riwayat hidup 2. Cara/pola hidup

3. Saudara-saudara pemohon kredit 4. Pergaulan pemohon

5. Sikap, sifat pada masa yang lalu.

Hal ini merupakan ukuran tentang “Willingness to pay” yang artinya keamanan atau minat untuk membayar.

b. Capacity ( Kemampuan )

Adalah kemampuan si pemohon kredit untuk memperoleh kredit memanfaatkan dan membayarnya kembali. Kemampuan dalam hal menjalankan usahanya yang dalam hal ini diteliti tentang :

1. Pengalaman dalam bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya.


(31)

2. Pengalaman-pengalaman bisnis dalam menyesuaikan dengan kondisi perekonomian atau peraturan pemerintah serta dalam mengikuti perkembangan teknologi dan sistem dari perusahaan modern.

3. Bagaimana kekuatan perusahaan sekarang dalam sektor usaha dijalankan.

Kapasitas ini merupakan ukuran dari “Ability to pay” yaitu kemampuan untuk membayar.

c. Capital ( Modal )

Adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki saat permohonan diajukan. Penyelidikan terhadap modal dari pemohon kredit tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal, tetapi bagaimana distribusi modal tersebut ditempatkan oleh si pemohon, cukuplah modal yang tersedia sehingga segala sumber-sumber produksi bergerak secara efisien dan efektif, diteliti juga apakah pengaturan modal itu berjalan baik sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

d. Collateral ( Jaminan )

Adalah barang-barang yang digunakan sebagai jaminan atas kredit yang telah diterima. Jaminan kredit ini diperlukan agar kredit yang diberikan oleh bank terjamin pengembaliaanya baik dari usahanya maupun dari barang jaminan yang dicairkan bila pemohon kredit tidak mampu mengembalikan pinjaman kreditnya. Adapun syarat-syarat yang dapat dijadikan jaminan adalah :


(32)

2. Tidak dalam keadaan sedang dijaminkan

3. Memiliki nilai yang cukup untuk jaminan kredit Harga dari suatu barang jaminan ditentukan oleh : 1. Sifat barang

2. Jenis barang

3. Stabilitas harga barang 4. Luasnya pasar

Suatu kredit yang diberikan dengan jaminan barang sering disebut dengan Hipotek sedangkan bank yang memberikan kredit jenis itu disebut dengan Bank Hipotek. Bank Hipotek memiliki kekuatan yuridis dalam menjual barang yang menjadi jaminan tanpa harus adanya proses pengadilan. Hal ini berbeda dengan bank umum, dimana bank umum harus melalui proses pengadilan yang berlaku.

e. Condition of Economic ( Kondisi Ekonomi )

Adalah keadaan perekonomia secara keseluruhan. Dalam hal ini kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor usaha si pemohon kredit perlu untuk diteliti. Artinya bank dapat memperkecil resiko yang mungkin timbul oleh kondisi perekonomiaan, keadaan perdagangan serta persaingan di linkungan sektor usaha pemohon kredit perlu diketahui, sehingga bantuan kredit yang akan diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya.

Adapun syarat-syarat kredit yang diberikan oleh Bank Tabungan Pensiunan Negara adalah sebagai berikut :


(33)

1. SKEP Asli dan copy 3 lembar.

2. Karip / Kartu Peserta Pensiun Asli dan copy 3 lembar. 3. KTP Asli yang masih berlaku dan copy 3 lembar.

4. Carik Dapem / Surat Rekomendasi dari pengurus dana pensiun Asli dan copy 3 lembar.

5. Khusus Peminjam Baru ; Usia maksimum bagi peminjam baru 70 tahun.

Keuntungan dan kemudahan yang didapatkan :

1. Jangka waktu pinjaman lebih panjang dan bervariasi (1-10 tahun ). 2. Suku bunga lebih ringan dan menarik.

3. Pinjaman lunas apabila peminjam meninggal dunia.

4. Bagi yang memperbaharui pinjaman dapatkan pengembalian premi asuransi pinjaman lama ( refund ).

E. Bentuk Jaminan dalam Penyaluran Kredit

Pada dasarnya yang memberikan kredit tentu menghendaki suatu jaminan berada ditangannya yang mudah dijadikan uang dapat menutupi pinjaman bila tidak dapat dilunasi oleh si peminjam kredit untuk dijadikan jaminan tidak senantiasa dapat memenuhi kehendak si pemberi kredit, baik karena bentuk atau sifat kekayaan itu maupun jumlah nominal nilai dari jaminan yang tidak mencukupi, maka timbullah beberapa macam jaminan yang dipakai untuk memenuhi syarat pemberian kredit.

Selanjutnya pihak bank sebagai pemberi kredit perlu kiranya untuk melakukan pengikatan atas barang jaminan itu. Dimana maksud untuk mengikat jaminan itu adalah memberi kekuatan hukum bagi bank sebagai pemberi kredit


(34)

untuk dapat berbuat (menjual jaminan) sesuatu yang mudah dijalankan dengan asar legalitas hukum yang sah.

Adapun bentuk-bentuk jaminan dapat diterima oleh bank sebagai jaminan kredit yang disalurkannya, yaitu :

1. Jaminan barang-barang yang tidak bergerak

Peningkatan jaminan yang dilakukan untuk barang-barang tidak bergerak yaitu dengan hipotik. Barang tidak bergerak atas hak tanah baik itu berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, semuanya ini diikat dengan hipotik.

2. Jaminan barang-barang bergerak

Untuk jaminan yang terdiri dari barang bergerak didalam mengadakan ikatan dengan cara gadai sesuai dengan KUHP atau berdasarkan hak milik atau penyerahan hak milik (FEO yaitu Fiducere Eigendomz Overdracht). Yang dimaksud dengan FEO adalah suatu ikatan berdasarkan kepercayaan. Penyerahan hak milik misalnya untuk mobil, kendaraan lain yang legalitasnya dibuktikan dengan surat-surat yang dikeluarkan oleh instansi kepolisian yang dapat dijadikan jaminan yaitu dengan menahan surat-suratnya.

3. Jaminan Orang (borgiocht)

Jaminan yang dilakukan dengan orang, orang tersebut haruslah orang dipercaya sebagai jaminan. Jaminan tersebut berdasarkan faktor kepercayaan, baik dari pihak peminjam maupun dari pihak terjamin, dan faktor-faktor bonafiditas.


(35)

F. Analisa Kredit

Analisa kredit sering disebut juga denga kredit momerandum yang merupakan suatu penilaian tertulis yang berisi segala informasi mengenai permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menganalisa permohonan kredit adalah :

1. Data permohonan atau calon debitur

Terdiri dari nama, alamat, nomor rekening, jenis kredit yang diminta, plafon kredit dan data-data calon debitur yang bersangkutan.

2. Analisa Keuangan

Analisa keuangan merupskan gambaran keuangan dari penghasilan yang diterima dan juga pengeluarannya sehingga dapat diperoleh gambaran kemampuan pengembalian kredit yang bersangkutan. 3. Analisa menajemen usaha

Dalam menganalisa menajemen usaha debitur ditujukan untuk mengetahui jenis usaha, pangsa pasar, pengalaman usaha debitur sehingga accounting officer dapat memberikan pertimbangan yang akurat berdasarkan analisa tersebut.

Sebelum melakukan analisa kredit sebaiknya diadakan penyelidikan terlebih dahulu yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.

b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah, baik data intern ataupun ekstern.


(36)

c. Pemeriksaan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informal lebih laba yang diperoleh. d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil-hasil pemeriksaan

yang telah dilaksanakan. G. Prosedur Pemberian Kredit

Nasabah yang datang ke bank untuk memperoleh kredit, tentu bank tidak langsung memberikan kreditnya begitu saja. Bank memerlukan informasi tentang data yang dimiliki calon penerima kredit. Daya yang dimaksud penting bagi bank untuk menilai keadaan dan kemampuan nasabah, sehingga menumbuhkan kepercayaan bank untuk memberikan kredit.

Langkah-langkah penyusunan kredit sejak permohonan diajukan sampai dapat terealisasi tentunya harus melalui proses, syarat dan tata cara penyaluran kredtt untuk dapat menjadi debitur. Adapun proses dan langkah yang dimaksud adalah :

1. Persiapan permohonan kredit

Tahap awal dari prosedur pemberian kredit yang sehat adalah adanya permohonan kredit yang dibuat oleh debitur secara tertulis baik untuk permohonan baru maupun permohonan penambahan kredit

H. Keputusan atas Permohonan Kredit

Keputusan yang dimaksud setiap tindakan dari pejabat bank berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa tindakan menolak, menyetujui dan mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Dalam hal ini pejabat bank akan memberikan tiga keputusan atas permohonan kredit yang diajukan calon nasabah yaitu :


(37)

1. Disetujui oleh bank, dimana dalam hal ini bank mengabulkan sebagian atau keseluruhan kredit dari calon nasabah atau nasabah. 2. Dipertimbangkan lebih lanjut oleh bank, dalam hal ini bank belum

dapat memberikan jawaban yang pasti atas keputusan pimpinan dalam mempertimbangkan permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah.

3. Ditolak oleh bank, dimana dalam hal ini bank menolak permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah karena mungkin tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan bank setelah dilakukan penyelidikan dan analisa kredit oleh bank.


(38)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu maka sebagai penutup dari tugas akhir ini penulis mencoba memberikan kesimpulan dan disertai dengan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan perusahaan yang bersangkutan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dibuat oleh penulis, maka penulis mengambil kesimpulan bahwasannya pelaksanaan pengawasan kredit merupakan proses kegiatan yang efektif dalam memantau dan mendeteksi penurunan tingkat pengambilan kredit yang telah diberikan sehingga tidak mempengaruhi tingkat kesehatan ataupun tingkat pendapatan bank. Proses ini adalah langkah yang paling tepat dimana bank tidak melepas begitu saja para debitur melainkan tetap melakukan review dan membantu debitur dalam peningkatan usahanya.

B. Saran

1. Dalam menyusun kredit sebaiknya harus diperhitungkan berbagai aspek kemungkinan yang terjadi yang dapat mempengaruhi keadaan perekonomian pada masa yang akan datang.

2. Pengawasan kredit hendaknya dapat dilakukan secara langsung kelapangan dan mengadakan pemeriksaan secara rutin dan memberikan masukan atau solusi bagi mereka yang bertujuan menggunakan fasilitas kredit itu sendiri.


(39)

3. Sebaiknya Bank Tabungan Pensiunan Negara mencoba peluang baru yang lebih potensial dan memberikan warna baik terhadap kegiatan perekonomian serta perubahan untuk memberikan hasil yang baik tetapi tidak melepaskan sama sekali prinsip ada untuk menghindari resiko yang mungkin saja terjadi terhadap perusahaan


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, SE., MM,. 2000. Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Suyatno Thomas, 1992. Dasar - Dasar Perkreditan, Cetakan Kedua : Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Sinungan Muchdarsyah, 1995. Dasar - Dasar Dan Teknik Manajemen Kredit, Edisi Pertama, Cetakan Kedelapan : Bumi Aksara, Jakarta.

Jopie, Jusuf, 2003. Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank,

PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Faried Wijaya, M, MA,. 2001 Perkreditan Bank dan Lembaga – Lembaga Keuangan, Edisi Pertama BPFE, Yogyakarta.


(41)

(42)

(1)

1. Disetujui oleh bank, dimana dalam hal ini bank mengabulkan sebagian atau keseluruhan kredit dari calon nasabah atau nasabah. 2. Dipertimbangkan lebih lanjut oleh bank, dalam hal ini bank belum

dapat memberikan jawaban yang pasti atas keputusan pimpinan dalam mempertimbangkan permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah.

3. Ditolak oleh bank, dimana dalam hal ini bank menolak permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah karena mungkin tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan bank setelah dilakukan penyelidikan dan analisa kredit oleh bank.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu maka sebagai penutup dari tugas akhir ini penulis mencoba memberikan kesimpulan dan disertai dengan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan perusahaan yang bersangkutan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dibuat oleh penulis, maka penulis mengambil kesimpulan bahwasannya pelaksanaan pengawasan kredit merupakan proses kegiatan yang efektif dalam memantau dan mendeteksi penurunan tingkat pengambilan kredit yang telah diberikan sehingga tidak mempengaruhi tingkat kesehatan ataupun tingkat pendapatan bank. Proses ini adalah langkah yang paling tepat dimana bank tidak melepas begitu saja para debitur melainkan tetap melakukan review dan membantu debitur dalam peningkatan usahanya.

B. Saran

1. Dalam menyusun kredit sebaiknya harus diperhitungkan berbagai aspek kemungkinan yang terjadi yang dapat mempengaruhi keadaan perekonomian pada masa yang akan datang.


(3)

3. Sebaiknya Bank Tabungan Pensiunan Negara mencoba peluang baru yang lebih potensial dan memberikan warna baik terhadap kegiatan perekonomian serta perubahan untuk memberikan hasil yang baik tetapi tidak melepaskan sama sekali prinsip ada untuk menghindari resiko yang mungkin saja terjadi terhadap perusahaan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, SE., MM,. 2000. Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Suyatno Thomas, 1992. Dasar - Dasar Perkreditan, Cetakan Kedua : Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Sinungan Muchdarsyah, 1995. Dasar - Dasar Dan Teknik Manajemen Kredit, Edisi Pertama, Cetakan Kedelapan : Bumi Aksara, Jakarta.

Jopie, Jusuf, 2003. Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank,

PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Faried Wijaya, M, MA,. 2001 Perkreditan Bank dan Lembaga – Lembaga


(5)

(6)