III. METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Yuridis Normatif
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif. Menggunakan pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran penelitian ini adalah
hukum atau kaedah norm. Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam arti sempit value, peraturan hukum konkret. Penelitian yang berobjekan hukum normatif
berupa asas-asas hukum, system hukum, taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal.
1
Dalam penelitian ini pendekatan dilaksanakan dengan mempelajari Implikasi Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Terhadap Otonomi Desa
2. Pendekatan Yuridis Empiris
Dilakukan dengan jalan melihat secara langsung tentang implikasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Dinamika Pengaturan Desa di Indonesia.
1
Soekanto dan Mamoedji, Penelitian Hukum Normatif, Radjawali, Jakarta. 1985, hlm 70
B. Sumber dan Jenis Data
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder terdiri dari 3 tiga bahan
hukum, yaitu: 1
Bahan Hukum Primer dimaksud, antara lain yaitu: a.
Undang-Undang Dasar 1945 b.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah c.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Sistem Peraturan dan Perundang- undangan
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
e. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Terhadap Otonomi Desa
2 Bahan hukum sekunder yaitu terdiri dari karya ilmiah, makalah dan tulisan ilmiah
lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai 3
Bahan hukum tersier merupakan data pendukung yang berasal dari informasi dari media massa, kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Bahasa
Belanda, Kamus Hukum maupun data-data lainnya.
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dilaksanakan dengan data sekunder ini dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka library research yaitu dengan mempelajari
literatur-literatur untuk memperoleh data sekunder yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti berupa azas-azas hukum, peraturan-peraturan hukum dan bahan hukum lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder, kemudian data tersebut diolah kembali dengan cara memeriksakan kelengkapan dan relevansinya dengan
permasalahan. Setelah data tersebut diperiksa mengenai kelengkapannya maka data tersebut diklasifikasikan serta disistematisir sehingga dengan jelas dapat diketahui data
mana yang dipergunakan untuk dapat menjawab permasalahan yang telah ditetapkan.
D. Analisis Data
Setelah diperoleh data kemudian disusun secara sistematis lalu dianalisis dengan
menggunakan metode analisis secara kualitatif yaitu setelah data didapat diuraikan secara sistematis dalam bentuk uraian kalimat kemudian disimpulkan dengan cara pikir induktif
sehingga menjadi gambaran umum jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian
2
.
2
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang. 2004. hlm. 251
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pasang surut pengaturan otonomi desa khususnya kedudukan pemerintahan desa berubah-
ubah disebabkan pola pengaturan yang berganti-ganti oleh pemerintah. Realitas ketatanegaraan Republik Indonesia menunjukkan bahwa seharusnya pemerintahan desa
memiliki hak otonomi asli serta pengakuan terhadap hak kesatuan masyarakat hukum adat, konstruksi teoritis keberadaan masyarakat hukum adat dapat dimaknai sebagai salah satu
unsur yang diakui dan mempunyai kewenangan sendiri dalam struktur pemerintahan negara. Dengan jalan memberikan undang-undang tersendiri yang mengatur pemerintahan desa
secara holistik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemerintahan desa di dalam sistem pemerintahan daerah di Indonesia masih diposisikan paling bawah sebagai unsur yang hanya
menjalankan perintah dan aturan dari struktur pemerintahan di atasnya. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 berhasil menggabungkan fungsi self-governing community dengan
local self government, sehingga desa memenuhi syarat entitas pelaporan, karena mempunyai bentuk umum desa menurut peraturan per-undang-undangan berciri pemisahan kekuasaan
desa dari kabupatenkota, pembentukan desa dari proses politik, memiliki karakteristik otonomi secara memadai, mempunyai kekayaan desa yang tidak termasuk dalam kekayaan
kabupaten, menerima alokasi APBN dan APBD kabupaten, mempunyai sistem kepemerintahan dengan perangkat kepala desa dan kelembagaan setara DPRD.
Pengaturan desa tidak menyelesaikan hubungan antara tingkat kabupaten dimana peraturan desa yang akan dibuat masing-masing desa, sangat berpotensi berbenturan dengan peraturan
daerah yang dibuat pemerintah kabupaten, bahkan bersinggungan dengan peraturan desa- desa bertetangga. Kalau itu terjadi ujarnya, maka konflik sosial di tengah masyarakat desa
akan sulit dihindari.
B. Saran
Undang-Undang Desa masih harus dilengkapi berbagai peraturan pelaksanaan dan kebijakan
lanjutan untuk memecahkan hambatan isolasi desa karena hukum adat, membangun hubungan positif dengan struktur pemerintahan supradesa kecamatan, kabupatenkota,
provinsi dan pemerintah pusat, mendorong produktivitas melalui modernisasi industrialisasi desa berbasis hukum adat tanpa perlu berubah status menjadi kelurahan, modernisasi sistem
keuangan masyarakat desa dan mendorong politik buka pintu desa dan kemudahan akses penamam modal dari luar desa, memberi perlindungan demokrasi sehat dalam desa dan
menghapus segala bentuk premanisme dalam desa, melindungi desa dari eksploitasi pihak pihak tertentu dalam dan luar desa, melepas birokrasi desa dari politik kontraproduktif
berbagai partai politik, melepas ketergantungan desa pada APBNAPBD, pembangunan khusus desa miskin budaya dan sumber daya alam, dan mendorong kerjasama produktif antar
desa, menahan transmigrasi, imigrasi dan urbanisasi yang berisiko mematikan sebuah masyarakat adat.