Dinamika Kependudukan Indonesia di Tahun

DINAMIKA KEPENDUDUKAN INDONESIA DI TAHUN POLITIK

Tahun 2014 ini merupakan tahun terakhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 dan tahun pertama pelaksanaan RPJMN tahun
2015-2019 serta menuju berakhirnya Millennium Development Goals (MDGs) 2015.
Tahun 2014 juga merupakan tahun yang baru bagi Indonesia. Mulai dari pemerintahan
baru yang dipimpin oleh presiden baru, pimpinan dan anggota dewan legislatif yang baru, dst.
Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, HR Agung Laksono, menilai masa inilah
waktu yang strategis untuk mengusung isu pembangunan kependudukan serta dinamika
penduduk dalam pembangunan kependudukan. Beliau pun mengatakan bahwa momen pemilu
harusnya bisa membawa isu pembangunan berwawasan kependudukan, sehingga proses
perencanaan program dan kegiatan kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan
keluarga akan dijamin berjalan dengan baik.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau yang biasa disingkat
dengan BKKBN merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk melaksanakan tugas
pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera, seharusnya bisa
menyelesaikan isu pembangunan berwawasan kependudukan, seperti contohnya dengan lebih
menyebarluaskan program keluarga berencana kepada masyarakat Indonesia. Penyelenggaraan
program KB yang berkualitas (peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB) merupakan salah
satu cara pelaksanaan program KKBPK (Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga).
Nantinya hasil perencanaan program KKBPK akan menjadi strategis untuk disinergikan dengan

proses perencanaan pembangunan wilayah dan sektoral secara keseluruhan.
Kemenko Kesra saat ini telah menyelesaikan penyusunan dokumen Grand Desain
Pembangunan Kependudukan (GDPK) Tahun 2011-2035 untuk menyikapi apabila pencapaian
program KKB tidak berubah secara signifikan selama 10 tahun terakhir dan kondisi stagnasi
masih terjadi, dan akan berakibat pada jumlah penduduk Indonesia yang akan bertambah
melebihi dari yang sudah diproyeksikan.
Penyusunan GDPK ini dilatarbelakangi oleh tiga aspek kebijakan kependudukan
Indonesia. Pertama, kondisi dinamika kependudukan "diluar perkiraan atau proyeksi" seperti
stagnasi angka fertilitas total, bahkan kecenderungan peningkatan angka laju pertumbuhan
penduduk. Kecenderungan peningkatan angka laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh
tingginya angka kelahiran penduduk dan kurangnya pelaksanaan program KB di masyarakat
Indonesia.
Aspek kedua yaitu kebijakan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya mengadopsi
secara integral kebijakan pengendalian penduduk. Integral kebijakan kependudukan

menekankan adanya keterkaitan secara integral antara penduduk dan pembangunan dengan
fokus perhatian diarahkan pada kesesuaian kepentingan individu antara laki-laki dan
perempuan. Pada intinya, tujuan kebijakan penduduk yaitu kebijakan pengendalian jumlah
kelahiran menjadi sangat penting bagi negara Indonesia belum terlaksana seutuhnya.
Ketiga, saat ini Indonesia tengah memasuki periode bonus demografi, yang terus akan

mengarah ke puncaknya yaitu jendela kesempatan, yang memerlukan upaya penyiapan SDM
berkualitas. Bonus demografi atau besarnya proporsi penduduk usia produktif seharusnya
seimbang dengan kualitas SDM nya itu sendiri, kalau tidak, malah bisa menjadi beban negara.
Tahun 2014 juga tahun pertama ditetapkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN BPJS) Kesehatan sehingga akan berpengaruh pada sistem pelayanan KB di lapangan. Oleh karena
itu, BKKBN berupaya merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan Kependudukan
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dalam RPJMN dan Rencana Strategis
(Renstra) BKKBN tahun 2015-2019.
Dengan adanya pengendalian kualitas penduduk di Indonesia, diharapkan penduduk di
Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan
yang akan dihadapi oleh Indonesia, salah satunya yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada
tahun 2015 nanti.