Penetapan Kadar Zat Aktif Pada Tablet Parasetamol 500 mg Di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

(1)

Lampiran 1 Kromatogram Larutan Baku Pembanding


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, G. H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisis Keempat. UI Press. Jakarta

Azis, S., Supardi, S. dan Herman, M. J. 2004. Kembali Sehat dengan Obat (Mengenal Manfaat dan Bahaya Obat). Pustaka Populer Obat. Jakarta

Bull, E dan Archard, G. 2007. Simple Guide: Nyeri Punggung. Erlangga. Jakarta Cairns, D. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Davey, P. 2006. At a Glance Medicine. Erlangga. Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Ganiswarna, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. UI Press. Jakarta

Gandjar, I. G dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Ikawati, Z. 2010. Cerdas Mengenali Obat. Kanisius. Jakarta

Insley, J. 1997. Vade-Vacum Pediatri. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Sugani, S dan Priandarini, L. 2010. Cara Cerdas untuk Sehat: Rahasia Hidup Sehat tanpa Dokter. Transmedia Pustaka. Jakarta

Tan, H. T dan Rahardja, K. 2010. Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-Hari. PT Alex Media Komputindo. Jakarta

Wallace, D. J. 2007. The Lupus Book. PT Benteng Pustaka. Jakarta Widjajanti, V. N. 1991. Obat-Obatan. Kanisius. Jakarta


(9)

BAB 3 METODOLOGI

3.1. Alat-Alat

Adapun alat-alat yang digunakan antara lain :

a. HPLC Waters Detector 2489 Pump 1525

b. Ultrasonic Bath Digitals Merk ELMA Type D-78224 c. Labu takar 250 ml : Pyrex

d. Labu takar 50 ml : Pyrex e. Gelas ukur 50 ml : Pyrex f. Beaker glass 250 ml : Pyrex g. Digital Balance Merk Sartorius h. Alu dan lumpang

i. Botol vial

j. Pipet volum 1 ml : Pyrex k. Bola karet

l. Filter 0,45µm Phenex NY m. Syringe injector

n. Pompa vakum

3.2. Bahan-bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan antara lain : a. Tablet parasetamol 500 mg

b. Baku pembanding sekunder Acetaminophen 99,625 % c. Pelarut parasetamol Metanol : Aquabides (1 : 3) d. Fase gerak parasetamol Metanol : Aquabides (1 : 3)


(10)

3.3. Prosedur

3.3.1 Pembuatan Larutan Fase Gerak

a. Dibuat campuran aquabides dan metanol dengan perbandingan 3 : 1 b. Disaring dengan penyaring filter berukuran 0,45 µm

3.3.2 Pembuatan Larutan Baku Pembanding Sekunder

a. Ditimbang kertas

b. Ditambahkan baku pembanding sekunder Acetaminophen 99,625 % sebanyak 50 mg di atas kertas yang sedang ditimbang

c. Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

d. Ditambahkan 30 ml pelarut parasetamol yaitu Metanol : Aquabides (1 : 3) ke dalam labu takar

e. Di ultrasonic selama 15 menit f. Didiamkan hingga suhu kamar

g. Ditambahkan pelarut parasetamol hingga garis batas, dan dihomogenkan h. Dipipet 1 ml larutan ke dalam labu takar 50 ml

i. Ditambahkan pelarut parasetamol hingga garis batas, dan dihomogenkan

3.3.3 Prosedur Sampel

a. Digerus tablet parasetamol 500 mg sebanyak 10 butir dengan keseragaman bobot yang telah diketahui

b. Ditimbang kertas

c. Ditambahkan serbuk parasetamol sebanyak 50 mg di atas kertas yang sedang ditimbang


(11)

e. Ditambahkan 30 ml pelarut parasetamol yaitu Metanol : Aquabidest (1 : 3) ke dalam labu takar

f. Di ultrasonic selama 15 menit g. Didiamkan hingga suhu kamar

h. Ditambahkan pelarut parasetamol hingga garis batas, dan dihomogenkan j. Dipipet 1 ml larutan ke dalam labu takar 50 ml

i. Ditambahkan pelarut parasetamol hingga garis batas, dan dihomogenkan

3.3.4 Pemakaian Alat HPLC 3.3.4.1 Persiapan Analisa

1. Dihidupkan Power Detektor 2489, Manual Injector dan pompa 1525 2. Dihidupkan komputer

3. Double klik menu Breeze 2

4. Pada Windows Explorer Login dimasukkan :

a) User Name : Breeze (atau nama user lain jika sudah dibuat) b) Klik : OK atau Enter

5. Dipilih Project yang akan kita gunakan. Klik OK 6. Maka dilayar akan terlihat tampilan project

7. Dibuka Reverence Velve pada pump 1525 ke arah kanan, kemudian lakukan Purging dengan mengklik Control Panel pada menu Run

Sample, kemudian diset flow rate flow 5 ml/min pada pump A dan pump B lalu ditekan Enter. Dilakukan purging selama ± 2-4 menit. Setelah selesai tekan stop pump. Kembalikan posisi Reverence Valve seperti semula.


(12)

8. Diset flow rate dan komposisi fasa gerak sesuai kebutuhan analisa (langkah ini digunakan untuk conditioning column). Klik OK

3.3.4.2 Persiapan Injeksi

1. Sebelum diinjeksikan larutan baku pembanding sekunder dan larutan sampel disaring dengan filter 0,45 µm

2. Disuntikkan secara terpisah larutan baku pembanding sekunder dan larutan uji parasetamol ke dalam kromatografi cair kinerja tinggi dengan volume penyuntikan masing-masing 20 µm

3. Pemisahan zat aktif terjadi melalui mekanisme kromatografi

4. Hasil pemisahan dibaca oleh detektor dengan panjang gelombang 243 nm

5. Dicatat oleh rekorder

6. Dihitung luas area puncak utama masing-masing larutan baku pembanding sekunder dan larutan sampel


(13)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Larutan Baku Parasetamol

NO Nama Zat Berat (mg) Luas Area Puncak

Utama 1 Baku pembanding sekunder

Acetaminophen 99,625 %

50 672166

671867 671513 672160 673044 671672

Luas Area Rata-Rata 672070

Tabel 4.2 Larutan Sampel Parasetamol

NO Nama Zat Berat (mg) Luas Area Puncak

Utama 1 2 Parasetamol (a) Parasetamol (b) 59,49 59,85 681375 681539


(14)

4.2 Perhitungan

Perhitungan Kadar Zat Aktif Parasetamol yang terdapat dalam sediaan tablet Parasetamol 500 mg dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

AU Csp : Luas area sampel AU Cst : Luas area baku standar

Bst : Berat baku pembanding parasetamol (mg) Bsp : Berat sampel (mg)

Dimana : Bsp = berat tablet

Bza : Berat zat aktif acetaminophen (500 mg) (sudah ketentuan) Bt : Berat tablet (600 mg) (sudah ketentuan)

Parasetamol (a) Bsp Parasetamol (b) Bsp

Kst : Kadar standar acetaminophen (99,625 %) (sudah ketentuan) Kadar zat aktif :

Kadar Parasetamol (a) Kadar Parasetamol (b) Kadar zat aktif rata-rata


(15)

4.3 Pembahasan

Telah dilakukan pengujian penetapan kadar Parasetamol tablet secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil pemeriksaan dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.3 Hasil penetapan kadar parasetamol tablet secara Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi (KCKT)

Nama Zat AU Csp AU Cst Kadar (%) Standar (%) Parasetamol (a) Parasetamol (b) 681375 681539 672070 672070 101,004 101,029 90-110,0 90-110,0 Keterangan :

AU Csp : Luas area sampel AU Cst : Luas area baku standar

Hasil pengujian kadar dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan volume penyuntikan 20 µm dapat diperoleh kadar sampel parasetamol (a) 101,004 % dan parasetamol (b) 101,029 %.

Perbedaan kadar sampel tablet parasetamol (a) dan parasetamol (b) disebabkan pengujian kadar parasetamol dengan teknik penyuntikan sampel tablet dimana kecepatan penyuntikan sampel tablet parasetamol (a) dan parasetamol (b) tidak bisa sama persis sama. Sehingga kadar pada sampel tablet parasetamol (a) dan parasetamol (b) yang dibaca detector pada panjang gelombang 243 nm berbeda. Untuk mencapai ketelitian analisis kuantitatif teknik penyuntikan sampel harus dilakukan dengan baik. Diperoleh kadar sampel tablet parasetamol (a) 101,004 % dan parasetamol (b) 101,029 %, perbedaan kadar kedua sampel tersebut masih dalam kadar persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak kurang dari 90,00 % dan tidak lebih dari 110,00 %.


(16)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penetapan kadar zat aktif pada tablet parasetamol 500 mg produksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada sampel tablet parasetamol (a) didapatkan hasil 101,004 % dan parasetamol (b) 101,029 %. Kedua kadar tablet parasetamol tersebut telah memenuhi standar pada Farmakope Indonesia Edisi IV tidak kurang dari 90,00 % dan tidak lebih dari 110,00 %.

5.2. Saran

Diharapkan parasetamol tablet produksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan agar dapat mempertahankan dan memenuhi standar Farmakope Indonesia Edisi IV untuk kadar zat aktif dalam tablet parasetamol yaitu tidak kurang dari 90,00 % dan tidak lebih dari 110,00 %.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian dan metode pembuatan tablet tersebut. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral. (Ansel, 1989)

2.1.1 Jenis-Jenis Tablet

Jenis-jenis tablet yang banyak digunakan adalah:

1. Tablet Isap: dimaksudkan bekerja setempat di mulut atau di tenggorok. Tablet hendaknya diisap dengan perlahan-lahan tanpa dikunyah. Banyak tablet isap mengandung suatu zat antiseptik untuk menghentikan pertumbuhan atau mematikan kuman.

2. Tablet Efervesen mengandung zat pembantu yang akan bereaksi dan mengeluarkan gas (karbondioksida) bila tablet dimasukkan ke dalam air. Dengan demikian obat akan melarut lebih cepat. Jenis tablet ini banyak digunakan untuk vitamin.

3. Tablet Kunyah: harus dikunyah sampai halus sekali untuk mencapai efek obat optimal sebelum diminum dengan air. Sering kali mengandung obat lambung.

4. Tablet Retard: di belakang nama tablet tertera retard, durette atau SR (Slow Release) yang berarti tablet bekerja jangka panjang. Tablet ini tidak boleh


(18)

dikunyah dan harus ditelan secara utuh dengan air. Hanya boleh dipecah dua, jika terdapat garis pembagi di atas tablet.

5. Tablet Tahan Asam (enteric coated) mengandung suatu lapisan tertentu yang tahan asam sehingga tablet tidak dipecah di lambung, tetapi di usus halus. Biasanya tablet demikian juga tersalut dengan suatu lapisan gula atau pop (dagree, sugar- atau film coated). Tablet jenis ini digunakan untuk obat yang meransang atau menimbulkan mual, misalnya obat sembelit bisakodil (Dulcolax). Jelas bahwa tablet ini tidak boleh dipecahkan sebelum ditelan.

2.1.2 Cara Penggunaan Tablet

Tablet harus selalu diminum dengan segelas air, sebaiknya dengan posisi tubuh tegak. Perhatian: tablet bergula (dragee) tidak boleh digigit atau dikunyah karena biasanya keras sekali dan mengandung obat yang berasa pahit. Disamping itu ada pula beberapa jenis tablet yang tidak boleh dipecahkan sebelum ditelan.

Bila tablet ditelan tanpa atau dengan terlampau sedikit air atau dalam posisi berbaring, terdapat resiko bersangkutnya tablet di kerongkongan. Obat-obat yang bersifat asam dan merangsangnya dapat menimbulkan kerusakan pada selaput lender setempat, misalnya tablet vitamin C dan zat antibiotika doksisiklin. (Tan & Rahardja, 2010)

2.2 Parasetamol

Rumus Bangun :

Gambar 2.1 Struktur Parasetamol Rumus Molekul : C8H9NO2


(19)

Nama Kimia : 4- Hidroksiasetanilida

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam etanol

Sinonim : Asetaminofen (Ditjen POM, 1995)

Parasetamol dan obat-obat serupa aspirin secara umum memiliki efektivitas yang sama dalam meredakan nyeri, namun parasetamol tidak terlalu mengiritasi lambung. Karena alasan ini, maka parasetamol sering digunakan pada orang lanjut usia dan pada kelompok orang yang rentan seperti wanita hamil, orang dengan asma, dan orang dengan ulkus lambung. Overdosis parasetamol sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan hati yang permanen dan ireversibel. Selalu gunakan parasetamol berdasarkan aturan pakai yang tercantum dalam kemasan (1-2 tablet 500 mg parasetamol, 3-4 kali sehari, maksimal 8 tabet dalam 24 jam, atau menurut petunjuk dokter) dan kolsultasikan dengan dokter bila nyeri asih berlangsung. Anda harus waspada bahwa parasetamol dapat tersembunyi dalam beberapa produk bermerek dan berikan perhatian ekstra sehingga tidak terjadi overdosis. (Bull & Archard, 2007)

2.2.1 Toksisitas Parasetamol

Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang. Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Kejadian toksik pada hati (hepatotoksisitas) akan terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang. Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol digunakan sampai 15 gram. (Ikawati, 2010)


(20)

Kerusakan hati, sering kali belum muncul dalam beberapa hari setelah minum obat, merupakan komplikasi akibat dosis berlebihan yang mengancam jiwa, tetapi untungnya anak umur <10 tahun tahan terhadap efek hepatotoksik. Dapat terjadi muntah, pendarahan gastrointestinal, hiperglikemia atau hipoglikemia, kerusakan tubulus ginjal dan edema serebri. (Insley, 1997)

Hal yang harus diperhatian :

1. Dosis harus tepat, tidak berlebihan, karena dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal.

2. Hindari penggunaan campuran obat demam karena dapat menimbulkan overdosis.

3. Hindari penggunaan bersama dengan alkohol karena meningkatkan risiko gangguan hati.

4. Minta petunjuk dokter untuk penderita penyakit ginjal. 5. Tidak boleh digunakan pada :

a. Penderita gangguan fungsi hati b. Alergi terhadap obat ini

c. Pecandu berat alkohol (Azis dkk, 2004)

2.2.2 Farmakokinetik

Parasetamol diserap cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam, masa paruh dalam plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma terikat 25% oleh protein plasma.


(21)

Menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. (Ganiswarna dkk, 1995)

2.3 Kromatografi 2.3.1 Uraian Umum

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan

yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase).

Teknik kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun komponen anorganik.

2.3.2 Pembagian Kromatografi

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada pengelompokkannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi: (a) kromatografi adsorbs; (b) kromatografi partisi; (c)


(22)

kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi penukar ion; (e) kromatografi eksklusi ukuran; dan (f) kromatografi afinitas.

Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: (a) kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis; (c) Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT); dan (d) Kromatografi Gas (KG). Bentuk kromatografi yang paling awal adalah kromatografi kolom yang digunakan untuk pemisahan sampel dalam jumlah yang besar.

Kromatografi Gas (KG) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan teknik kromatografi yang komplementer karena kromatografi gas dapat digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang mudah menguap, sementara KCKT dapat digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang tidak mudah menguap. Alat kedua kromatografi ini dapat dikendalikan dengan computer dengan software yang canggih dan berkemampuan untuk memisahkan sampai 100 komponen dalam campuran yang kompleks.

2.3.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Beberapa perkembangan KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat, dan analisis senyawa-senyawa kiral.


(23)

2.3.4 Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kegunaan umum KCKT adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil); penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran; control kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi sintetis. Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa kecuali jika KCKT dihubungkan dalam Spektrometer Massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh.


(24)

Kromatografi merupakan teknik yang mana solute atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solute-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. Untuk tujuan memilih kombinasi kondisi kromatografi yang terbaik, maka dibutuhkan pemahaman yang mendasar tentang berbagai macam faktor yang mempengaruhi pemisahan pada kromatografi cair.

Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan komponen pokok yaitu: (1) wadah fase gerak, (2) sistem penghantaran fase gerak, (3) alat untuk memasukkan sampel, (4) kolom, (5) detektor, (6) wadah penampung buangan fase gerak, (7) tabung penghubung, (8) suatu komputer atau integrator atau perekam.

Gambar 2.2 Alat KCKT secara umum

2.3.5 Sistem Peralatan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


(25)

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, buffer, dan reagen dengan kemurnian yang sangat tinggi, dan lebih terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk KCKT berderajat KCKT (HPLC grade). Adanya pengotor dalam reagen dapat menyebabkan gangguan pada sistem kromatografi. Adanya partikel yang kecil dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut. Karenanya, fase gerak seblum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil ini.

2. Fase Gerak pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase


(26)

terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.

Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien digunakan (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi). Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas.

Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan methanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik.

3. Pompa pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa addalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 ml/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.


(27)

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fasse gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.

4. Penyuntikan Sampel pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup Teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. 5. Kolom pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor.

Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional, yakni:

a. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alur fase gerak leboh lambat (10-100µm/menit)

b. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa


(28)

c. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis

Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.

6. Fase Diam pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodofikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzene. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).

7. Detektor UV-Vis

Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrofotometri massa; golongan detektor yang spesisfik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesisfik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elekrokimia. Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel b. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut

pada kadar yang sangat kecil c. Stabil dalam pengoperasiannya

d. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita. Untuk kolom konvensional, selnya bervolume 8 µl


(29)

atau lebih kecil, sementara kolom mikrobor selnya bervolume 1 µl atau lebih kecil lagi

e. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier)

f. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak Detektor jenis ini merupakan detektor yang paling banyak digunakan dan sangat berguna untuk analisis di bidang farmasi karena kebanyakan senyawa obat mempunyai struktur yang dapat menyerap sinar UV-Vis. Detektor ini didasarkan pada adanya penyerapan radiasi ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Vis) pada kisaran panjang gelombang 190-800 nm oleh spesies solut yang mempunyai struktur-struktur atau gugus-gugus kromoforik. Sel detektor umumnya berupa tabung dengan diameter 1 mm dan panjang celah optiknya 10 mm, serta diatur sedemikian rupa sehingga mampu menghilangkan pengaruh indeks bias yang dapat mengubah absorbansi yang terukur.

Detektor UV-Vis dapat berupa detektor dengan panjang gelombang tetap ( merupakan detektor yang paling sederhana) serta detektor dengan panjang gelombang bervariasi. Detektor panjang gelombang tetap menggunakan lampu uap merkuri sebagai sumber energinya dan suatu filter optis yang akan memilih sejumlah panjang gelombang, misal 254, 280, 334, dan 436 nm. Panjang gelombang yang dipilih biasanya 254 nm karena kebanyakan senyawa obat menyerap di 254 nm sehingga panjang gelombang ini sangat berguna.


(30)

Detektor dengan panjang gelombang yang bervariasi lebih berguna dibanding dengan detektor pada panjang gelombang yang tetap karena seorang analis dapat memilih panjang gelombang yang memberikan sensitifitas yang paling tinggi.

8. Komputer, Integrator, atau Rekorder

Alat pengumpul data seperti komputer, integrator, atau rekorder, dihubungkan dengan detektor. Alat ini akan mengukur sinyal elektronik yang dihasilkan oleh detektor lalu mem-plotkannya sebagai suatu kromatogram yang selanjutnya dapat dievaluasi oleh seorang analis (pengguna). Rekorder saat ini jarang digunakan karena rekorder tidak dapat mengintegrasikan data, sementara itu baik integrator maupun komputer mampu mengintegrasikan puncak-puncak dalam kromatogram. Komputer mempunyai keuntungan lebih karena ksomputer secara elektronik mampu menyimpan kromatogram untuk evaluasi dikemudian hari. (Gandjar & Rohman, 2007)


(31)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam adalah kondisi saat suhu tubuh di atas 38oC. Meski bisa merupakan gejala penyakit tertentu, pada umumnya demam menunjukkan bahwa tubuh sedang melawan infeksi. Saat melawan infeksi, ada zat dalam tubuh yang meningkatkan produksi panas sekaligus menahan pelepasan panas sehingga menyebabkan demam. Seseorang dikatakan demam jika ia merasa gejala-gejala berikut: menggigil, panas dan dingin bergantian, lemas, berkeringat, dan wajah kelihatan memerah.(Sugani & Priandarini, 2010)

Demam ringan tidak selalu berbahaya, sebaliknya mampu meningkatkan denyut nadi yang bisa menurunkan stamina. Dalam keadaan tertentu, demam merupakan tanda adanya infeksi dan menunjukkan perlunya diadakan pemeriksaan spesifik atau pemberian obat-obat antibiotik. Jika suhu tubuh naik hingga melebihi 40oC, tindakan-tindakan harus dilakukan untuk mencegah seizure (serangan penyakit tiba-tiba) atau dehidrasi. Pencegahannya antara lain dengan aspirin dan ibuprofen atau parasetamol secara bergantian setiap 2 jam. (Wallace, 2007)

Obat antinyeri dan antiradang meliputi obat antidemam (antiperetik) dan antinyeri (analgesik). Keduannya bekerja dengan mengurangi gejala demam., rasa nyeri dan radang. Asetosal dan parasetamol efek terapi antidemamnya lebih tinggi dibandingkan efek antinyeri dan antiradangnya. (Aziz dkk, 2004)


(32)

Demam akan meletihkan/melemahkan penderita, maka harus ditekan/dikurangi dengan obat penurun panas (antipiretika). Yang perlu diperhatikan pada pemberian obat antipiretika pada penderita jangan sampai pemberian obat analgetik tersebut menutupi gejala-gejala penyakit penderita. (Widjajanti,1991)

Parasetamol merupakan analgesik bebas (“over the counter”) untuk orang dewasa dan anak-anak yang paling popular di Inggris dan benar-benar aman jika digunakan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan (untuk orang dewasa, biasanya tidak lebih dari delapan tablet 500 mg dalam waktu 24 jam ). (Cairns, 2004)

Parasetamol termasuk obat lama yang bertahan lama sebagai analgesik, karena relatif aman terhadap lambung, juga merupakan analgesik pilihan untuk anak-anak maupun ibu hamil/menyusui. Ada sedikit perbedaan mekanisme aksi parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik.

Tapi bukan berarti parasetamol tidak punya efek samping. Efek samping parasetamol larinya ke liver/hati. Ia bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis besar. Karena itu dosis maksimal penggunaan parasetamol adalah 4 gram/sehari atau 8 tablet 500 mg/hari. Melebihi itu, akan berisiko terhadap hati. (Ikawati, 2010)

Untuk parasetamol, dosis 12 g (24 tablet) merupakan dosis yang berpotensi menjadi fatal bagi sebagian besar pasien, sedangkat 7,5 g bisa mematikan pada individu yang berisiko tinggi. Gejalanya baru timbul 3 hari setelah overdosis, dimana dapat terjadi fulminant lanjut. Parasetamol dimetabolisme melalui proses


(33)

konjugasi di hati: bila jalur ini menjadi jenuh akan terbentuk metabolit toksik, biasanya diinaktivasi oleh glutation. Dosis yang lebih rendah menjadi toksik bagi orang yang menggunakan obat penginduksi enzim (seperti fenitoin, karbamazepin, rifampisin) dan orang dengan gizi buruk (anoreksia, alkoholisme, kelaparan). (Davey, 2006)

Atas dasar inilah penulis ingin membuat tugas akhir berjudul “Penetapan Kadar Zat Aktif pada Tablet Parasetamol 500 mg Di PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan”, untuk mengetahui apakah kadar zat aktif dalam tablet parasetamol 500 mg sesuai dengan penetapan kadar dalam Farmakope Indonesia Edisi IV.

1.2 Permasalahan

Permasalahannya adalah apakah kadar zat aktif dalam tablet parasetamol 500 mg yang diproduksi oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV yang tidak kurang dari 90% tidak lebih dari 110,0%.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apakah kadar parasetamol pada sediaan tablet parasetamol 500 mg yang terkandung di dalam tablet memenuhi syarat seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV.


(34)

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui apakah kadar parasetamol pada sediaan tablet parasetamol 500 mg yang terkandung di dalam tablet memenuhi syarat seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV.


(35)

PENETAPAN KADAR ZAT AKTIF PADA TABLET PARASETAMOL 500 mg DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

ABSTRAK

Parasetamol (C8H9NO2) memiliki karakteristik yaitu berbentuk serbuk hablur,

putih, tidak berbau dan rasa sedikit pahit. Parasetamol secara umum memiliki efektivitas dalam meredakan nyeri, namun parasetamol tidak terlalu mengiritasi lambung dan parasetamol efek terapi antidemamnya lebih tinggi. Tapi bukan berarti parasetamol tidak memiliki efek samping. Ia bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis besar. Telah dilakukan penetapan kadar zat aktif pada tablet parasetamol 500 mg dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan detektor UV-Vis dengan panjang gelombang 243 nm. Dari data diperoleh kadar zat aktif parasetamol sebesar 101,004% dan 101,029%, ini berarti bahwa kadar zat aktif pada tablet parasetamol tersebut memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak kurang dari 90,00% dan tidak lebih dari 110,00%.


(36)

DETERMINATION OF ACTIVE MATTER IN PARACETAMOL TABLETS 500 mg IN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

ABSTRACT

Paracetamol (C8H9NO2) has characteristics that crystalline powder form, white,

odorless and taste slightly bitter. Paracetamol generally have effectiveness in relieving pain, but paracetamol was not overly irritate the stomach and therapeutic effects of anti-fever paracetamol higher. But it does not mean that paracetamol has no side effect. There was toxic in the liver if use in large doses. Determination of active matter in paracetamol tablets 500 mg using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method by using detector UV-Vis with wave length 243 nm was done. From data was obtained the content of active matter paracetamol that was 101,004% and 101,029%, it means that active matter in paracetamol tablets to comply requirement according to Farmakope Indonesia Edition IV that was not less than 90,00% and not more than 110,00%.


(37)

PENETAPAN KADAR ZAT AKTIF PADA TABLET

PARASETAMOL 500 mg DI PT KIMIA FARMA

(PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

TUGAS AKHIR

JAUHARIA

122401015

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(38)

PENETAPAN KADAR ZAT AKTIF PADA TABLET

PARASETAMOL 500 mg DI PT KIMIA FARMA

(PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

JAUHARIA

122401015

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(39)

PERSETUJUAN

Judul : Penetapan Kadar Zat Aktif Pada Tablet Parasetamol 500 mg Di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Jauharia

Nomor Induk Mahasiswa : 122401015

Program studi : Diploma Tiga (D-3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2015

Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc NIP : 195509181987012001 NIP : 195504051983011002

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP : 195408301985032001


(40)

PERNYATAAN

PENETAPAN KADAR ZAT AKTIF PADA TABLET PARASETAMOL 500 mg DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

JAUHARIA 122401015


(41)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dengan judul ”Penetapan Kadar Zat Aktif Pada Tablet Parasetamol 500 mg Di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan”

. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik. Atas bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Syahrul D. dan Ibunda Ismawarni serta saudara penulis tersayang, Fazlul Rozi dan Muhammad Try Imran Yasin yang telah memberikan bantuan moril dan materil serta doa restu demi kesuksesan penulis.

2. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU.

5. Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan tugas akhir ini.

6. Bapak Prof. Dr. Tamrin, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik serta seluruh staff pengajar dan pegawai Departemen Kimia, FMIPA USU. 7. Bapak Drs. Beben Budiman, Apt. selaku Plant Manager PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Medan yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan PKL.

8. Bapak Yogi Sugianto, S.Farm., Apt. selaku Apoteker Penanggung Jawab Quality Control yang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis selama pelaksanaan PKL di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.

9. Seluruh staff dan karyawan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang telah memberikan dukungan, semangat dan ilmu baru kepada penulis.


(42)

10.Teman-teman saya M. Deddy Harfiansyah, Drahenti Saragih, dan Maslin Samosir yang telah membantu saya selama mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.

11.Teman-teman saya Ika Puteri, Sri Wulandari, Amelia, Anisya, Deby serta teman-teman seperjuangan D-3 Kimia stambuk 2012 dan seluruh pihak yang tidak dapt penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulis sehingga selesainya tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Segala bentuk masukan yang diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terima kasih. Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan, Juli 2015

Penulis


(43)

PENETAPAN KADAR ZAT AKTIF PADA TABLET PARASETAMOL 500 mg DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

ABSTRAK

Parasetamol (C8H9NO2) memiliki karakteristik yaitu berbentuk serbuk hablur,

putih, tidak berbau dan rasa sedikit pahit. Parasetamol secara umum memiliki efektivitas dalam meredakan nyeri, namun parasetamol tidak terlalu mengiritasi lambung dan parasetamol efek terapi antidemamnya lebih tinggi. Tapi bukan berarti parasetamol tidak memiliki efek samping. Ia bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis besar. Telah dilakukan penetapan kadar zat aktif pada tablet parasetamol 500 mg dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan detektor UV-Vis dengan panjang gelombang 243 nm. Dari data diperoleh kadar zat aktif parasetamol sebesar 101,004% dan 101,029%, ini berarti bahwa kadar zat aktif pada tablet parasetamol tersebut memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak kurang dari 90,00% dan tidak lebih dari 110,00%.


(44)

DETERMINATION OF ACTIVE MATTER IN PARACETAMOL TABLETS 500 mg IN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

ABSTRACT

Paracetamol (C8H9NO2) has characteristics that crystalline powder form, white,

odorless and taste slightly bitter. Paracetamol generally have effectiveness in relieving pain, but paracetamol was not overly irritate the stomach and therapeutic effects of anti-fever paracetamol higher. But it does not mean that paracetamol has no side effect. There was toxic in the liver if use in large doses. Determination of active matter in paracetamol tablets 500 mg using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method by using detector UV-Vis with wave length 243 nm was done. From data was obtained the content of active matter paracetamol that was 101,004% and 101,029%, it means that active matter in paracetamol tablets to comply requirement according to Farmakope Indonesia Edition IV that was not less than 90,00% and not more than 110,00%.


(45)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 3 1.4 Manfaat 4 Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Tablet 5

2.1.1. Jenis-jenis Tablet 5

2.1.2. Cara Penggunaan Tablet 6 2.2. Parasetamol 6

2.2.1. Toksisitas Parasetamol 7 2.2.2. Farmakokinetik 8 2.2.3. Farmakodinamik 9 2.3. Kromatografi 9


(46)

2.3.2. Pembagian Kromatografi 9 2.3.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) 10 2.3.4. Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT) 11

2.3.5. Cara Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT) 12

2.3.6. Sistem Peralatan Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi 13

Bab 3. Metodologi

3.1. Alat-Alat 19

3.2. Bahan-Bahan 19

3.3. Prosedur 20

3.3.1. Pembuatan Larutan Fase Gerak 20 3.3.2. Pembuatan Larutan Baku Pembanding Sekunder 20

3.3.3. Prosedur Sampel 20

3.3.4. Pemakaian Alat HPLC 21

3.3.4.1. Persiapan Analisa 21

3.3.4.2. Persiapan Injeksi 22

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil 23

4.2. Perhitungan 24

4.3. Pembahasan 25

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 26

5.2. Saran 26


(47)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

4.1 Larutan Baku Parasetamol 23

4.2 Larutan Sampel Parasetamol 23

4.3 Hasil Penetapan Kadar Tablet Secara Kromatografi


(48)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman

2.1 Struktur Parasetamol 6

2.2 Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


(49)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Halaman

1 Kromatogram Larutan Baku Pembanding 28 2 Luas Area Larutan Baku Pembanding 29

3 Kromatogram Parasetamol 30

4 Luas Area Parasetamol 31


(1)

vi

DETERMINATION OF ACTIVE MATTER IN PARACETAMOL TABLETS 500 mg IN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

ABSTRACT

Paracetamol (C8H9NO2) has characteristics that crystalline powder form, white, odorless and taste slightly bitter. Paracetamol generally have effectiveness in relieving pain, but paracetamol was not overly irritate the stomach and therapeutic effects of anti-fever paracetamol higher. But it does not mean that paracetamol has no side effect. There was toxic in the liver if use in large doses. Determination of active matter in paracetamol tablets 500 mg using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method by using detector UV-Vis with wave length 243 nm was done. From data was obtained the content of active matter paracetamol that was 101,004% and 101,029%, it means that active matter in paracetamol tablets to comply requirement according to Farmakope Indonesia Edition IV that was not less than 90,00% and not more than 110,00%.


(2)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 3 1.4 Manfaat 4 Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Tablet 5

2.1.1. Jenis-jenis Tablet 5

2.1.2. Cara Penggunaan Tablet 6 2.2. Parasetamol 6

2.2.1. Toksisitas Parasetamol 7

2.2.2. Farmakokinetik 8


(3)

viii

2.3.2. Pembagian Kromatografi 9

2.3.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) 10 2.3.4. Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT) 11

2.3.5. Cara Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT) 12

2.3.6. Sistem Peralatan Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi 13

Bab 3. Metodologi

3.1. Alat-Alat 19

3.2. Bahan-Bahan 19

3.3. Prosedur 20

3.3.1. Pembuatan Larutan Fase Gerak 20 3.3.2. Pembuatan Larutan Baku Pembanding Sekunder 20

3.3.3. Prosedur Sampel 20

3.3.4. Pemakaian Alat HPLC 21

3.3.4.1. Persiapan Analisa 21

3.3.4.2. Persiapan Injeksi 22

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil 23

4.2. Perhitungan 24

4.3. Pembahasan 25

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 26

5.2. Saran 26


(4)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

4.1 Larutan Baku Parasetamol 23

4.2 Larutan Sampel Parasetamol 23

4.3 Hasil Penetapan Kadar Tablet Secara Kromatografi


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman

2.1 Struktur Parasetamol 6

2.2 Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Halaman

1 Kromatogram Larutan Baku Pembanding 28

2 Luas Area Larutan Baku Pembanding 29

3 Kromatogram Parasetamol 30

4 Luas Area Parasetamol 31