tulang rawan pada punggung dan kaki. Pertambahan tinggi badan ini bersifat sementara saja. Pada sore hari tinggi badan kembali seperti semula oleh karena
berbagai aktifitas yang dilakukan dan gaya gravitasi bumi. Tidur yang sangat menunjang bagi pertumbuhan badan adalah tidur lelap deep sleep selama
kurang lebih 7-8 jam tanpa terputus-putus, tanpa perasaan gelisah Davies, 1997
6. Olahraga
Apabila membandingkan tinggi badan seseorang yang sering berolahraga renang atau basket dengan orang yang tidak pernah atau jarang berolahraga akan
terlihat perbedaan yang signifikan bahwa mereka yang melakukan olahraga renang atau basket secara teratur biasanya memiliki tinggi badan di atas rata-
rata. Ini karena olahraga sangat mempengaruhi tinggi badan seseorang dengan memacu produksi hormon pertumbuhan oleh tubuh sehingga dapat menambah
tinggi badan secara signifikan. Gerakan-gerakan dalam renang dan basket juga secara langsung merangsang tulang kaki dan punggung untuk bertambah
panjang Davies, 1997.
7. Kelenjar pituitari hormonal
Kelenjar pituitari adalah kelenjar yang bertugas mengeluarkan hormon pertumbuhan. Kelenjar pituitari terdiri dari 3 bagian, yaitu lobus anterior, pars
intermedia dan lobus posterior. Lobus anterior dari kelenjar pituitari inilah yang memproduksi hormon pertumbuhan dan juga hormon-hormon lainnya. Hormon
pertumbuhan ini adalah hormon yang mengatur pertumbuhan jaringan tulang keras dan tulang rawan Moore, 2002.
Pada masa pertumbuhan kurang dari 20 tahun, maka rutinitas berikut ini dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tinggi badan. Dengan merangsang
kelenjar pituitari untuk untuk mengeluarkan hormon pertumbuhan lebih banyak, seperti stretching, kicking, bicking, swimming dan basketvoli yang kemudian
dikategorikan sebagai Exercises Induced Growth Hormone EIGH Bland, 1996.
D. Prosedur Identifikasi
Alfonsus Bertillon yang seorang dokter berkebangsaan Prancis 1854- 1914 pertama sekali memperkenalkan pengetahuan identifikasi secara ilmiah
dengan cara memanfaatkan ciri umum seseorang, seperti ukuran antropometri, warna rambut, mata dan lain sebagainya Wahid, 1993. Adanya perkembangan
ilmu pengetahuan semakin meningkatkan kemampuan proses identifikasi seseorang, namun yang paling berperan adalah disiplin ilmu kedokteran yang
dikenal sebagai identifikasi forensik Ishak, 2007. Pada pemeriksaan medik dilakukan pemeriksaan fisik jenazah secara
keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, warna tirai mata, cacat tubuh serta kelainan bawaan, jaringan parut bekas luka operasi, tato
dan sebagainya Idries, 1993. Pemeriksaan fisik jenazah dapat memperkuat identifikasi forensik. Pemeriksaan forensik untuk penentuan tinggi badan individu
sangatlah penting, terutama bila hanya sepotong bagian tubuh jenazah saja yang ditemukan. Salah satu bagian tubuh jenazah dapat diukur untuk memperkirakan
tinggi badan seseorang. Perkiraan tinggi badan individu tersebut harus mempertimbangkan kondisi lingkungan dan keluarganya, oleh sebab itu begitu