Bagaimana ISIS Terbentuk

Bagaimana ISIS Terbentuk?
Selasa, 5 Agustus 2014 | 09:52 WIB
AFP
JAKARTA, KOMPAS.COM — Sekelompok
desainer, jurnalis, musisi, animator, dan programer
yang menyebut diri Kurz Gesagt mencoba
menjelaskan secara ringkas sejarah terbentuknya
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam sebuah
videografis berdurasi 4 menit. Kurz Gesagt
merupakan istilah bahasa Jerman yang bisa diterjemahkan sebagai "memperpendek cerita
panjang".
Videografis Kurz Gesagt memulai kisah ISIS pada tahun 2003. Tahun itu, AS menginvasi
Irak karena negara itu dituduh terkait dengan kegiatan terorisme dan punya senjata pemusnah
massal. Ketika itu, Saddam Hussein adalah penguasa Irak. Saddam merupakan bagian dari
golongan minoritas Sunni (sekitar 20 persen dari populasi) yang merepresi mayoritas Syiah
(63 persen dari populasi.
AS menaklukkan Irak dengan cepat. Namun, AS tidak punya rencana untuk Irak.
Sejak itu, kaum mayoritas Syiah mengambil alih kekuasaan dan pada gilirannya merepresi
golongan Sunni. Tentu saja kalangan Sunni tidak diam saja. Pemberontakan kalangan Sunni
mulai muncul. Kelompok teroris seperti Al Qaeda masuk ke Irak dan kelompok-kelompok
pemberontak lokal yang terdiri dari kalangan minoritas Sunni mulai bertempur melawan

tentara AS. Irak pun jatuh dalam perang saudara berdarah tahun 2006. Sejak itu, warga Irak
terbelah berdasarkan agama, Sunni yang umumnya tinggal di utara dan Syiah yang umumnya
di selatan.
Jadi dalam sebuah ironi tragis sejarah, invasi AS justru melahirkan kaum teroris yang pada
awal hendak disingkirkan AS. Kini, Irak malah menjadi lokasi sempurna pelatihan terorisme.
Kurz Gesagt mengatakan, guna memahami konflik yang rumit itu dengan lebih baik, orang
perlu memahami hubungan di antara dua aliran utama dalam Islam, yaitu Syiah dan Sunni.
Sunni mencakup sekitar 80 persen dari total jumlah umat Muslim dunia dan Syiah sekitar 20
persen. Kelompok-kelompok garis keras di kedua aliran itu tidak saling menyukai.
Arab Saudi dan Iran merupakan dua pemain penting dalam Sunni dan Syiah. Kedua negara
itu tidak punya pemisahan antara agama dan negara, masalah dalam negeri dan uang yang
banyak dari minyak. Kedua negara menyokong kelompok-kelompok yang bertempur
melawan kelompok lain yang berbeda orientasi agama. Salah satu organisasi teroris yang
disokong Saudi adalah Negara Islam Irak (ISI).
Tahun 2010, Arab Spring pecah dan mengubah situasi di Timur Tengah. Namun, di Suriah,
diktator Bashar Al Assad yang berasal dari kalangan Syiah tidak berpikir akan mundur dari
jabatannya. Perang sudara pun terjadi. Tentara Assad membunuh rakyat mereka sendiri.
Semakin lama perang itu berlangsung, semakin banyak kelompok-kelompok milisi asing
bergabung dalam peperangan itu. Kebanyakan dari mereka datang karena alasan agama.


Mereka bertujuan dapat mendirikan sebuah negara Islam di kawasan itu.
Salah satu dari kelompok itu adalah ISI, yang sekarang menjadi Negara Islam Irak dan Suriah
(ISIS). Mereka sudah berperang di Irak selama beberapa tahun dan punya ribuan tentara yang
terlatih baik dan fanatik. Mereka telah menguasai Irak utara dan sangat berhasrat untuk
mendirikan negara berdasarkan agama yang mereka kelola sendiri. Kedatangan mereka
mengubah perang di Suriah ke situasi yang tidak pernah diduga orang sebelumnya. ISIS
sangat brutal dan radikal sehingga kelompok itu segara terlibat peperangan dengan hampir
semua faksi lainnya dalam kalangan pemberontak Suriah. Mereka menyerang dan membunuh
anggota kelompok teroris lainnya. Di wilayah yang dikuasai, mereka mendirikan negara
Islam dengan aturan yang sangat keras, bahkan jika dibandingkan dengan Al Qaeda. Arab
Saudi pun terkejut dan menarik dukungannya.
ISIS telah dituduh bertanggung jawab atas banyak pembantaian warga sipil dan jumlah tak
terbilang pengeboman bunuh diri, penyanderaan wanita dan anak-anak, serta eksekusi dan
pemenggalan terhadap para tahanan.
ISIS baru-baru ini memutuskan bahwa sudah saatnya menguasai wilayah yang lebih luas di
Irak. Sejak AS meninggalkan Irak, Perdana Menteri Nouri Al Maliki dari kalangan Syiah
telah memonopoli kekuasaan dan sedapat mungkin mendiskriminasi golongan Sunni.
Pemerintah Irak secara luas dinilai korup, tidak becus, dan tentu saja dibenci oleh sebagian
besar warga negara itu.
Militer Irak mempunyai 300.000 tentara yang dibentuk dengan menghabiskan 25 miliar

dollar AS uang pajak, tetapi mereka tidak loyal kepada pemerintahnya dan telah mundur atau
bubar. Sejumlah kota di negara itu pun jatuh ke tangan ISIS yang telah mengumumkan bahwa
siapa saja yang menentang mereka akan dibunuh. ISIS telah membuktikan bahwa mereka
serius dengan ancaman tersebut.
Pada 24 Juni 2014, ISIS merebut sebagian wilayah Irak, termasuk kota Mosul, kota terbesar
kedua di negara itu. Mereka menguras ratusan juta dana dari bank-bank yang mereka kuasai.
Menurut Kurz Gesagt, pengurasan dana bank itu membuat mereka menjadi kelompok teroris
terkaya di dunia.
ISIS konsisten dengan niat untuk mendirikan sebuah negara agama. Menurut Kurz Gesagt,
bahkan kini Iran dan AS mempertimbangkan untuk bekerja sama guna melawan mereka.
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:


Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)

Editor : Egidius Patnistik
Sumber : youtube

Minggu, 25 Oktober 2015 − 22:27 WIB
source:


http://international.sindonews.com/read/1056099/41/sadis-isis-lindas-tahanan-dengan-tank1445786863

Sadis ISIS Lindas Tahanan dengan Tank
ISIS mengeksekusi tahanannya dengan melindasnya menggunakan Tank | (Mirror)
LONDON - Aksi sadis dan brutal kembali dilakukan oleh ISIS dalam mengeksekusi tahanan.
Dalam sebuah video yang baru saja dirilis, kelompok ekstrimis ini melindas seorang remaja
yang menjadi tahanannya dengan menggunakan tank.
Korban kekejaman ISIS itu bernama Fadi Amr al-Zaydan. Remaja berusia 19 tahun ini
berjuang untuk pasukan pro-pemerintah di Suriah, ketika ia ditangkap oleh ISIS. Menurut
Observatorium HAM untuk Suriah, Zaydan menjadi tahanan pertama yang dieksekusi dengan
cara brutal tersebut, seperti dikutip dari laman Mirror, Minggu (25/10/2015).
Diduga, video ini sengaja dirilis sebagai bentuk pembalasan atas serangan heroik yang
dilakukan oleh pasukan gabungan Kurdi dan Amerika Serikat saat membebaskan 70 sandera
di Irak beberapa hari lalu. Dalam serangan itu, enam anggota ISIS ditahan dan lebih dari 20
orang lainnya tewas, seperti diungkapkan oleh Dewan Keamanan Kurdistan.
Aksi brutal dan sadis dalam mengeksekusi tahanan memang kerap dilakukan oleh ISIS.
Kelompok yang dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi ini pernah membakar hidup-hidup
seorang pilot Angkatan Udara Yordania. Mereka juga pernah memenggal dan membunuh
tahanannya dengan cara diseret di bagian belakang truk.

source: http://international.sindonews.com/read/1056099/41/sadis-isis-lindas-tahanandengan-tank-1445786863

Pengakuan Mantan Sandera ISIS: Algojo
Paksa Aku Dansa Tango ...
By Arie Mega Prastiwi

on 16 Okt 2015 at 11:42 WIB
Liputan6.com, Copenhagen - ISIS selain digambarkan sebagai kelompok yang keji dan sadis,
ternyata juga beranggotakan orang-orang aneh. Hal ini diungkap oleh Daniel Rye -- seorang
fotografer dari Denmark yang pernah ditahan di markas ISIS di Suriah selama lebih dari satu tahun.

Rye dalam wawancaranya dengan Danis Broadcaster seperti dikutip CNN, Jumat
(16/10/2015) mendeskripsikan algojo yang selama ini dikenal dengan 'Jihadi John' oleh
media-media Inggris."Ia meminta dipanggil John. Pada suatu ketika, ia pilih aku, memintaku
berdiri dan mengajakku berdansa tango. Berdua saja," tutur Rye. "Kepalaku menunduk
selama kami menari. Aku takut dipukuli. Kami berdansa mengelilingi penjara. Namun, tibatiba ia berubah dan mendorongku hingga tersungkur. Beberapa orang menendang dan
memukulku. Salah satu di antaranya mengancam akan memotong hidung," ujarnya. Jihadi
John adalah Mohammed Emwazi. Warga asal Inggris. Sosoknya dikenal tinggi besar dan
selalu memakai topeng hitam setiap kali muncul dalam video eksekusi tawanan ISIS. Dengan
belati, dia memenggal leher tawanan. Michael Weiss, penulis buku ISIS: Inside the Army of

Terror, mengatakan bahwa Emwazi adalah seorang pria yang punya kebiasaan humor aneh
namun sadis."Itu adalah bentuk lainnya orang 'sakit' dan menyimpang di ISIS dalam
memperlakuan manusia," ujar Weiss.Menurut mantan analis CIA Aki Peritz, Emwazi dan
banyak algojo ISIS lainnya bisa jadi mengidap grotesque, atau gangguan mental yang
memungkinkan pengidapnya memperoleh kesenangan dari kesakitan orang lain."Orangorang yang menjalankan organisasi ini, dan kebanyakan mereka yang mengkontrol para
tahanan, adalah orang-orang sadis," jelas Peritz. Weiss mengatakan para pendukung ISIS di
media sosial membandingkan perlakuan aneh terhadap para tahanan Barat dengan tindakan
senonoh yang terhadap para tahanan oleh tentara Amerika Serikat di Irak. Emwazi selalu
muncul dalam berbagai video eksekusi ISIS. Di antara korbannya adalah para sandera dari
Amerika Serikat, Inggris dan Jepang. Kini keberadaan Emwazi dipertanyakan. Dia tidak
terlihat lagi dalam berbagai video ISIS usai eksekusi Januari lalu. Peritz mengatakan,
kemungkinan besar Emwazi tidak terlihat lagi karena ISIS kehabisan sandera dari Barat.
Rye disandera di Suriah pada Mei 2013 hingga Juni 2014, bersama dengan tahanan AS James
Foley. Rye mengatakan kepada surat kabar Denmark Berlingske, Foley adalah pria yang
hangat dan menyenangkan, meskipun berada dalam tahanan yang kejam.Rye dibebaskan

setelah keluarganya membayar uang yang luar biasa besar kepada ISIS, tepat sebulan
sebelum Foley tewas terpenggal. (Rie/Tnt)

Pejabat PBB: Tindakan ISIS Terhadap Minoritas adalah

Genosida

Asisten Sekjen PBB urusan Hak Asasi Manusia Ivan
Simonovic mengatakan ada indikasi militan tersebut
membunuhi kaum Yazidi yang tidak mau pindah agama
Islam.
Seorang pejabat PBB mengatakan tindakan kelompok Negara Islam (ISIS) terhadap minoritas
Yazidi Irak kemungkinan merupakan “usaha genosida.”
Asisten Sekjen PBB urusan Hak Asasi Manusia Ivan Simonovic mengatakan Selasa (21/10)
setelah kembali dari Irak bahwa ada indikasi militan tersebut membunuhi kaum Yazidi yang
tidak mau pindah agama Islam.
Pasukan ISIS telah membunuh ratusan pria Yazidi dan menangkap ratusan perempuan dan
anak perempuan sejak menduduki Irak utara pada Agustus. Mereka mengepung Gunung
Sinjar dekat perbatasan dengan Suriah, yang mendorong serangan udara pertama Amerika
dalam usaha yang sekarang telah meluas menjadi koalisi multi-nasional yang menyerang
militan di Irak dan Suriah.
Sebelumnya pekan ini, pesawat-pesawat kargo Amerika juga menerjunkan bantuan senjata
dan amunisi yang ditujukan kepada tentara Kurdi di Suriah utara, tetapi para aktivis
mengatakan paling sedikit satu dari pengiriman itu telah jatuh ke tangan militan ISIS.


http://www.voaindonesia.com/content/pejabat-pbb-tindakan-isis-terhadapminoritas-adalah-genosida/2491943.html

Sekjen PBB serukan tindakan untuk
selamatkan pengungsi di Yarmouk
Jumat, 10 April 2015 12:18 WIB | 5.499 Views
Warga menunggu untuk mendapatkan bantuan makanan yang diberikan oleh Badan PBB
untuk Bantuan Kemanusiaan (UNRWA) di kamp al-Yarmouk yang dikepung, di Damaskus,
Suriah, Jumat (31/1),
PBB, New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Kamis (9/4)
menyerukan "dilancarkannya tindakan terpadu untuk menyelamatkan nyawa, memulihkan
upaya kemanusiaan" di kamp pengungsi Yarmouk, yang terkepung.
Sebanyak 18.000 pengungsi Palestina dan warga negara Suriah dikepung oleh gerilyawan
fanatik dan menghadapi apa yang digambarkan oleh Ban sebagai "bencana kemanusiaan
wiracarita".
"Dalam kengerian di Suriah, kamp pengungsi Yarmouk adalah lingkaran neraka paling
dalam," kata Sekretaris Jenderal PBB tersebut kepada pers di Markas Besar PBB, New York,
AS, sebagaimana diberitakan Xinhua.
"Satu kamp pengungsi mulai menyerupai kamp kematian. Warga di Yarmouk --termasuk
3.500 anak kecil-- diubah menjadi tameng manusia."
Kelompok ISIS yang juga dikenal dengan nama ISIL, dan Front An-Nusra --yang memiliki

hubungan dengan Al-Qaida-- telah merebut lebih dari 90 persen kamp pengungsi Palestina
tersebut, kata beberapa laporan.
Direbutnya Kamp Yarmouk, lima kilometer di sebelah selatan Ibu Kota Suriah, Damaskus,
oleh kelompok Front An-Nusra dan ISIS terjadi setelah empat hari pertempuran sengit
dengan kelompok mujahidin pesaing mereka, Aknaf Beit Al-Maqdes, yang telah menguasai
kamp itu sejak 2013.
Kelompok Aknaf Beit Al-Maqdes telah mundur ke bagian timur-laut Yarmouk, kata beberapa
laporan. Ditambahkannya, ISIS memenggal dua orang di Yarmouk, tapi tak ada perincian
mengenai alasan pembunuhan yang mengerikan tersebut. Beberapa pegiat lain mengatakan
tujuh orang Palestina dibunuh oleh ISIS selama pertempuran empat-hari.

Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, menyatakan pasukan Pemerintah Suriah
telah lama mengepung kamp tersebut, sejak gerilyawan Aknaf Beit Al-Maqdes menguasainya
lebih dari dua tahun lalu. SANA menambahkan bentrokan berkecamuk di dalam Kamp
Yarmouk antar-kelompok fanatik.
Setelah lebih dari dua tahun pengepungan, warga kini menghadapi "pedang bermata dua".
Anggota ISIS dan kelompok fanatik lain berada di dalam kamp sementara pasukan
pemerintah berada di luar, kata Ban.
"Kami sekarang mendengar laporan yang mengkhawatirkan mengenai serangan besar
terhadap kamp itu dan semua warga sipil di dalamnya," katanya.

Babak paling akhir dalam satu perang yang telah lama sekali tak tersedia kata-kata untuk
melukiskan kekacauan tersebut. "Ini akan menjadi salah satu perang yang paling mengerikan.
Untuk itu, mereka yang bertanggung jawab harus diseret ke pengadilan," katanya.
Prioritas sekarang ialah untuk menstabilkan situasi di kamp tersebut. Ban menambahkan ia
bergabung dengan Dewan Keamanan PBB dalam menuntut diakhirnya permusuhan,
diberikannya akses buat bantuan kemanusiaan dan jalan aman bagi warga sipil yang ingin
menyelamatkan diri ke tempat aman.
Sehubungan dengan itu, ia menyeru semua negara anggota PBB yang memiliki pengaruh
pada Pemerintah Suriah dan semua pihak di lapangan agar melakukan semua tindakan yang
diperlukan untuk mengirim pesan yang jelas.
Upaya terpadu untuk menyelamatkan nyawa di Yarmouk dan memulihkan tindakan
kemanusiaan diperlukan, katanya. Ia menggarisbawahi bahwa dunia tak bisa cuma berdiam
diri, membiarkan warga Yarmouk dan menyaksikan pembantaian terjadi.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna
COPYRIGHT © ANTARA 2015

Indonesia Belum Punya Produk
Hukum Cegah Penyebaran ISIS
Helmi Firdaus, CNN Indonesia

Kamis, 19/03/2015 11:12 WIB
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)
Hamdan Zoelva. (ANTARA /Andika Wahyu)

Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah tengah
berupaya mencegah penyebaran ISIS di Indonesia. Sayangnya, pemerintah belum memiliki
produk hukum yang mendukung upaya itu.
Belum adanya produk hukum khusus menangani peyebaran ISIS disampaikan oleh mantan
Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva saat berbincang dengan CNN Indonesia, Kamis
(19/3).
"Ya kita memang belum memiliki aturan hukum yang khusus untuk mencegah penyebaran
pengikut ISIS di Indonesia," katanya.
Hamdan menilai, produk hukum itu sangat diperlukan agar aparat negara bisa melakukan
tindakan yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, tanpa menimbulkan komplikasi
hukum kemudian hari.
"Tanpa hukum khusus untuk soal ISIS, pemerintah pasti akan kesulitan mengambil tindakan,"
lanjutnya.
Kebutuhan adanya produk hukum khusus untuk mencegah penyebaran ISIS dinilai Hamdan
mendesak. Dia melihat, penyebaran ISIS di Indonesia makin menunjukkan peningkatan.
Kesulitan mengambil tindakan berkaitan dengan ISIS sudah disampaikan oleh Kabag Penum
Mabes Polri, Kombes Rikwanto.
Rikwanto mengatakan meski saat ini sudah banyak warga Indonesia yang pergi ke luar negeri
untuk bergabung dengan ISIS, Kepolisian tak punya instrumen hukum untuk menjerat
mereka. Itu sebabnya langkah pemerintah menetapkan ISIS terlarang terhitung mendesak.
Jika pemerintah sudah menetapkan ISIS sebagai organisasi terlarang, barulah Kepolisian bisa
melakukan penindakan.
Penetapan ISIS sebagai organisasi terlarang, tuturnya bisa dilakukan melalui penerbitan
Peraturan Pemerintah atau Keputusan Presiden.

Upaya pembuatan produk hukum itu terkait itu, tutur Menteri Hukum dan HAM Yasonna
Laoly tengah dilakukan pemerintah. Pemerintah saat ini, mengkaji opsi-opsi yang bisa
diambil soal ini.
Belum adanya produk hukum untuk mencegah penyebaran ISIS membuat Chep Hernawan,
seorang tokoh Islam di Cianjur yang mengaku telah memberangkatkan seratusan warga
Indonesia ke Suriah merasa tak ada yang salah dengan apa yang pernah ia perbuat. “Saya
pernah infak untuk mereka, terus apa salah saya? saya melanggar undang-undang apa?” kata
Chep saat ditemui CNN Indonesia di kediamannya di Cianjur Jawa Barat, Rabu (18/3).
Menurut Chep saat ini tak ada aturan yang mengatur soal apa-apa yang dilakukannya. Saat
ditanyakan bisa dia dijerat menggunakan pasal pembiayaan terhadap terorisme, Chep tak
peduli, sebab ia merasa tak ada teror yang dilakukan oleh orang-orang yang dikirimnya ke
Suriah. (hel)