Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Low Back Pain Pada Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA BURUH PANGGUL DI PASAR PASIR

GINTUNG BANDAR LAMPUNG

Oleh

FAUZIA ANDINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA BURUH PANGGUL DI PASAR PASIR

GINTUNG BANDAR LAMPUNG

Oleh

FAUZIA ANDINI

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan sekitar 80% kasus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar lampung yang terdiri dari usia, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, masa kerja, beban kerja, dan posisi kerja. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan metode cross sectional dengan sampel sebanyak 48 orang dan dilaksanakan pada bulan November 2014.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pekerja yang menderita low back pain adalah 32 orang (66,7 %) dan 16 pekerja tidak mengeluh low back pain (33,3%) . Didapatkan faktor masa kerja, beban kerja dan posisi kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan LBP (p < 0,05) sedangkan usia, IMT, dan kebiasaan merokok tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan LBP (p > 0,05). Tingkat risiko terbesar untuk terjadinya LBP adalah posisi kerja. Kata kunci: buruh panggul, faktor risiko, low back pain, posisi kerja


(3)

ABSTRACT

FACTOR ANALYSIS OF LOW BACK PAIN IN WORKERS AT PASIR GINTUNG MARKET BANDAR LAMPUNG

BY

FAUZIA ANDINI

Low back pain is neither a disease nor a diagnostic entity of any sort. The term refers to pain of variable duration in an area of anatomy afflicted. Low back pain is the leading cause of work-related disability and general welfare. It can be caused by musculoskeletal disorders, psychology, and incorrect mobilization. Eighty percent cases were caused by lifting, which is the most common cause of low back pain.

The aim of this study was to investigate the risk factors of low back pain such as age, body mass index, smoking habit, working period, heavy work load and working position and the relation with low back pain in workers at Pasir Gintung Market, Bandar Lampung. This is an observational study with cross-sectional approach with 48 samples that held on November 2014.

The result of this study showed that 32 participants with low back pain (66,7%) and 16 participant without low back pain (33,3). Working period, heavy work load and working position are found statically significant with low back pain (p <

0,05) meanwhile age, body mass index and smoking habit aren’t statically

significant with low back pain (p >0,05). The biggest risk to low back pain among six variables is working position.


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Fauzia Andini dilahirkan di Tangerang, 19 Februari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Endang Romza dan Muhaer. Penulis bertempat tinggal di Jalan Daan Mogot Km. 23 no. 13 RT 03 RW 07 Tanah Tinggi Kota Tangerang.

Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu Taman Kanak-Kanak Al-Qalam, SD Negeri Daan Mogot 1, SMP Negeri 1 Kota Tangerang, SMA Negeri 2 Kota Tangerang yang semuanya dijalani di tempat kelahiran penulis, Kota Tangerang. Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi bagian dari Genitalial Education and Health Counselour dan Paduan Suara Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(8)

Untuk Mama dan Papa atas segala doa, kasih sayang, dan

kesabarannya. Semoga Mama dan Papa selalu dalam lindungan

Allah dan diberi keselamatan dunia dan akhirat.

“Don’t believe you have to be

better than everybody else. Believe

you have to be better than you


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada junjungan kita, Rasulullah SAW.

Skripsi dengan judul “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Low Back Pain Pada Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedoketran Universitas Lampung;

3. dr. Fitria Saftarina, M.Sc., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses serta penyelesaian skripsi ini;


(10)

penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Azelia Nusadewiarti, M.PH., selaku Penguji Utama. Terima kasih atas waktu, ilmu serta saran-saran yang telah diberikan;

6. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibunda (Muhaer), atas kiriman do’anya setiap saat dan setiap sholat, kesabaran, keikhlasan, kasih sayang, perhatian, motivasi, inspirasi dan segala sesuatu yang telah dan akan selalu diberikan kepada penulis. Ayahanda (Endang Romza) yang selalu memberikan do’a, pelajaran hidup, dan semangat berjuang yang tinggi. Adik-adik Nisrina Fakhriyah, Fakhru Hasani Romza dan Fakhri Husaini Romza

serta keluarga besar lainnya, terimakasih atas do’a dan motivasi kuat yang

telah diberikan;

7. Dr. Diah Wulan Sumekar, SKM., M.Kes. dan Alm. dr. Masykur Berawi, Sp.A., selaku Pembimbing Akademik atas segala do’a, motivasi, perhatian, kesabaran dan bantuan dalam membimbing penulis selama ini;

8. dr. Iswandi Darwis, atas segala do’a, motivasi, perhatian, kesabaran dan bantuan dalam membimbing penulis selama ini;

9. Seluruh staf dosen dan staf karyawan FK Unila;

10. Buruh panggul yang ada di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung atas kesediaan dan kerja samanya;

11. Sahabat, saudara seperjuangan, “Pemuda-Pemudi Negeri”, Fadia Nadila, Fini Amalia, Lita Marlinda, Maradewi Maksum, Narita Ekananda A.R, Nurul Chairunnisa, Novita Dwiswara P, Roseane M.V dan Sabrine Dwigint yang


(11)

telah membantu, menemani, menyemangati, berbagi dalam banyak hal dan lain-lain disaat suka dan duka;

12. Dimas Prayugo Prambono Putra, Fadia Nadila, Maradewi Maksum, Narita Ekananda A.R, Novita Dwiswara Putri, Resti Ramdani, Indah Prambono Putri, Seulanga Rahmani, Fatwa Maratus, Anisa Ika, dan Dina Rianti Fitri yang telah membantu, menemani, menyemangati dan berbagi selama penelitian.

13. Rekan kerja seperjuangan asisten dosen anatomi Annisa Ratya, Anisa Nuraisa Jausal, Belda Evina, Desta Eko Indrawan, Prianggara Rostu P, dan Selvia Farahdina yang telah membantu, menemani, berbagi dalam banyak hal dan lain-lain disaat suka dan duka;

14. Teman dan sahabat Afifah Kurnia, Sista Choiriah, Ahmad Candra Rahman, Agatha Billkiss Ismail, Nur Anissa, Dahlia Rahma Asmara Devi, Debby Aprilia, Zhahrah Qamarani, Hardiyanto, Khrisna, Fuad Habibi, Abdurrahman Rafi dll yang telah menyemangati dan mendoakan.

15. Seluruh keluarga mahasiswa angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas canda, tawa, masalah, bahagia, kemudahan, konflik dll. selama 3,5 tahun, semoga semua cerita itu dapat menjadi warna tersendiri dan dapat memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin baik sekarang maupun kedepan nanti;

16. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat (angkatan 2002–2014), yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat


(12)

dari Allah SWT. Terima kasih.

Bandar Lampung, 22 Januari 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.1 Tujuan Khusus ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Kerangka Teori ... 6

1.6Kerangka Konsep ... 8

1.7Hipotesis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Ergonomi ... 10

2.2 Low Back Pain ... 13

2.2.1 Definisi Low Back Pain ... 13

2.2.2 Anatomi Punggung ... 14

2.2.3 Etiologi Low Back Pain ... 14

2.2.4 Faktor Risiko Low Back Pain ... 18

2.2.5 Patofisiologi ... 30

2.2.6 Diagnosis ... 31

2.2.7 Penatalaksanaan ... 33

2.3 Gambaran Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Desain Penelitian ... 38

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Identifikasi Variabel ... 40

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.6 Definisi Operasional ... 42

3.7 Alat dan Cara penelitian ... 45

3.8 Alur Penelitian ... 46

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 46

3.9.1 Pengolahan Data ... 46

3.9.2 Analisis Statistika ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 49

4.2 Hasil ... 50

4.3 Pembahasan ... 65


(14)

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1Kerangka Teori ... 6

Gambar 1.2Kerangka konsep ... 8

Gambar 2.1 Anatomi tulang belakang ... 15

Gambar 2.2Tes Laseque ... 30

Gambar 2.3Tes Patrick ... 32


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ... 50

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden ... 51

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Responden ... 51

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden ... 52

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden ... 53

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berat Beban Kerja Responden ... 53

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Posisi Kerja Responden ... 54

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kejadian LBP ... 55

Tabel 4.9 Hubungan Usia Responden dengan Kejadian LBP ... 55

Tabel 4.10 Hubungan Indeks Massa Tubuh Responden dengan Kejadian LBP ... 57

Tabel 4.11 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian LBP ... 58

Tabel 4.12 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian LBP ... 59

Tabel 4.13 Hubungan Berat Beban Kerja dengan Kejadian LBP ... 60

Tabel 4.14 Hubungan Posisi Kerja dengan Kejadian LBP ... 61

Tabel 4.15 Hasil analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Kejadian LBP ... 63


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Lampiran 2. Lembar Pengesahan Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Dokumentasi Lampiran 5. Hasil Penelitian


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan, dan hasil produksi (Buchari, 2007). Salah satu penyakit akibat kerja yang menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi di dunia dan mempengaruhi hampir seluruh populasi adalah low back pain. Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO, 2003). Nyeri punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat terjadi pada setiap orang, baik jenis kelamin, usia, ras, status pendidikan, dan profesi (WHO, 2013).


(19)

2

Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk LBP, dideskripsikan sebagai sebuah epidemik. Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri punggung bawah paling tidak sekali dalam hidupnya (Delitto et al., 2012). Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7 persen sedangkan di provinsi Lampung angka prevalensi penyakit musculoskeletal berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu 18,9 persen (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit musculoskeletal tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2 persen (Riskesdas, 2013). Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua (WHO, 2003).

Menurut WHO (2013), LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Terdapat beberapa faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan, dan riwayat keluarga penderita gangguan musculoskeletal (Astuti, 2007). Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan LBP meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT), tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja, dan berat beban kerja (Harrianto, 2010).


(20)

Buruh panggul menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja dengan mengangkat barang diatas bahu atau punggung untuk mendapatkan upah. Buruh merupakan salah satu bagian dari masyarakat pekerja yang perlu mendapat perhatian karena proses kerja yang mereka lakukan banyak mengandung risiko terhadap kesehatan. Berat beban yang diangkat, frekuensi angkat serta cara atau teknik mengangkat beban sering dapat mempengaruhi kesehatan pekerja berupa kecelakaan kerja ataupun timbulnya nyeri atau cedera pada punggung (Effendi, 2007). Sebanyak 90% kasus LBP bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan sekitar 80% kasus (Dachlan, 2009).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung?


(21)

4

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

2. Mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

3. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

4. Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

5. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

6. Mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

7. Mengetahui hubungan antara posisi kerja dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

8. Mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan penulis serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan 2. Bagi Masyarakat

Memberi informasi tentang LBP dan faktor-faktor yang berisiko sehingga diharapkan dapat melakukan pencegahan secara mandiri

3. Bagi Institusi

Untuk bahan kepustakaan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


(23)

6

1.5 Kerangka Teori

Low back pain adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO, 2003). Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya LBP (Delitto et al, 2012) yaitu:

1. Faktor pekerjaan (work factors) seperti beban kerja, postur tubuh, repetisi, dan durasi (Bridger, 2003).

2. Faktor individu (personal factors) 3. Faktor lingkungan fisik


(24)

Gambar 1.1 Kerangka Teori (Bridger, 2003., Marras, 2006., Pheasant, 2003) Faktor Pekerjaan:

- Beban - Postur tubuh - Repetisi - Durasi Faktor Individu:

Umur • Jenis kelamin • Body mass index • Berat badan • Tinggi badan • Merokok • Status pernikahan • Pendapatan • Status pendidikan

Strong:

• Riwayat LBP sebelumnya • Aktivitas fisik rendah • Merokok

• Genetik

Moderate:

• Hypermobility

• Spondylosis

• Spondylolisthesis

• Scoliosis and unequal leg lenght

• Otot punggung lemah

Weak:

• Tinggi badan • Berat badan

Faktor lainnya:

Lordosis

Abnormal vertebral number

• Riwayat trauma

Keluhan Low Back Pain

Faktor Lingkungan Fisik

1. Kebisingan 2. Getaran 3. Pencahayaan


(25)

8

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen yang mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan sebelumnya. Variabel independen terdiri dari faktor individu dan faktor pekerjaan sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah keluhan LBP.

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 1.2 Kerangka konsep Faktor Pekerjaan:

- Beban kerja - Posisi kerja

Keluhan LBP

Faktor Individu: - Usia

- IMT - Masa Kerja - Kebiasaan


(26)

1.7 Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian LBP

2. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian LBP 3. Terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian LBP

4. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian LBP 5. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kejadian LBP 6. Terdapat hubungan antara posisi kerja dengan kejadian LBP 7. Terdapat faktor yang paling berhubungan dengan kejadian LBP


(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergos yang artinya kerja dan nomos yang artinya aturan atau hukum alam. Ergonomi berarti aturan kerja atau hukum kerja alami, yaitu aturan dalam bekerja agar mengeluarkan tenaga sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya. Pada hakikatnya ergonomi berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana pekerjaan dilakukan dan bagaimana bekerja lebih baik sehingga ergonomi berguna dalam desain pelayanan atau proses. Ergonomi berguna untuk membantu menentukan bagaimana digunakan, bagaimana memenuhi kebutuhan, dan membuat nyaman serta efisien agar sesuai dengan karakteristik manusia (to fit the job to the man) (Soedirman, 2014).

Penerapan ergonomi dalam kerja dapat mengurangi beban kerja. Beban kerja dapat diukur dengan evaluasi fisiologis, evaluasi psikologis dan dengan cara-cara lainnya. Dianjurkan untuk modifikasi beban kerja dan beban kerja tambahan yang sesuai dengan kapasitas atau kemampuan kerja, dengan tujuan untuk menjamin kesehatan tenaga kerja dan peningkatan produktivitas.


(28)

Evaluasi kapasitas kerja dengan beban kerja harus memperhatikan kegiatan fisik, yaitu:

a. Intensitas kerja b. Tempo kerja

c. Jam kerja dan waktu istirahat

d. Pengaruh kondisi lingkungan (suhu, kelembapan, kecepatan gerakan udara, bising, penerangan, warna, debu, gas, dan sebagainya).

e. Data biologis (modifikasi makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas kerja karena usia).

f. Kekhususan jenis pekerjaan (adanya getaran mekanis, kerja malam, kerja bergilir) (Soedirman, 2014).

Penerapan ergonomi dapat mencegah timbulnya tekanan mental, kelelahan, kekurangwaspadaan, gangguan fisiologis, dan kesalahan sehingga produktivitas meningkat dan terpelihara dengan baik. Jadi ergonomi berkaitan dengan optimalisasi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia dalam melaksanakan pekerjaan di tempat kerja. Kegiatan penanganan material seperti mengangkat, membawa, mendorong, dan menarik akan menimbulkan gaya yang signifikan pada tulang belakang bagian bawah, yaitu pada ruas lumbal ke-5 dan sakrum ke-1, lokasi tempat sering terjadinya nyeri punggung (Soedirman, 2014).


(29)

12

Pelaksanaan aktivitas yang berat dan penggunaan kerja otot yang tidak terkontrol dapat menimbulkan gangguan pada otot rangka, yang dikenal dengan gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder, MSD), yaitu:

a. Kelelahan dan keletihan terus-menerus yang disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan dengan frekuensi atau periode waktu yang lama dari upaya otot, pengulangan aktivitas atau upaya yang terus-menerus dari bagian tubuh yang sama pada posisi tubuh yang statis

b. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat dan berat atau pergerakan yang tidak terduga (Soedirman, 2014).

Jenis-jenis keluhan MSD adalah:

a. Sakit leher: peningkatan tegangan otot atau mialgia, leher miring atau kaku leher

b. Nyeri punggung: gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthritis, ataupun spasme otot

c. Carpal tunnel syndrome: kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi pada saraf medianus.

d. De quervains tenosynovitis: penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berada di ibu jari dan pergelangan tangan

e. Tennis elbow: keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah berjalan keluar ke pergelangan tangan


(30)

f. Low back pain: terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal, yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan, maka akan terjadi penekanan pada diskus (Soedirman, 2014).

2.2 Low Back Pain

2.2.1 Definisi Low Back Pain

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO, 2003). Nyeri ini dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah tungkai dan kaki (Sadeli, 2001).

Yuliana (2011) menjelaskan yang termasuk dalam LBP terdiri dari: a. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh

garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebreae thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebreae sacralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.


(31)

14

b. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.

c. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.

2.2.2 Anatomi Punggung

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong kehidupan manusia. Sistem yang paling berpengaruh dalam ergonomi adalah sistem otot, sistem rangka dan sistem saraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomik/person centered ergonomics (Moore, 2002).


(32)

Gambar 2.1 Anatomi tulang belakang (Putz, 2006)

Tulang belakang terdiri atas (Moore, 2002):

a. Tulang belakang cervical: terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau processus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher.

b. Tulang belakang thorax: terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Processus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.

c. Tulang belakang lumbal: terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi


(33)

16

dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.

d. Tulang sakrum: terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya tidak memiliki celah dan bergabung (diskus intervertebralis) satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.

e. Tulang coccyx: terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sakrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat.

Gerak pada columna vertebralis berbeda-beda sesuai dengan daerah columna vertebralis dan sifat individual. Pada columna vertebralis dapat dilakukan gerakan fleksi, ekstensi, laterofleksi dan rotasi. Kebebasan gerak tulang belakang terutama dihasilkan oleh pemampatan dan kelenturan diskus intervertebralis. Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu diskus intervertebralis yang terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang yang berdekatan dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan yang mengelilingi nucleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan saraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada


(34)

punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan cedera (Moore, 2002).

2.2.3 Etiologi Low Back Pain

Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain:

a. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis

b. Trauma minor: regangan, cedera whiplash

c. Fraktur: traumatik yaitu jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik yaitu osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen d. Herniasi diskus intervertebral

e. Degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis reumatoid)

f. Arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun (misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter)


(35)

18

h. Infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis

i. Metabolik: osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis (misalnya penyakit paget)

j. Vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral k. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,

pura-pura sakit, sindrom nyeri kronik (Fauci et al., 2008).

2.2.4 Faktor Risiko terjadinya Low Back Pain a. Faktor individu

Ada beberapa faktor individu yang mempengaruhi keluhan LBP. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Menurut Pheasant (2003): Strong:

a) Riwayat LBP sebelumnya b) Aktivitas fisik rendah c) Merokok

d) Genetik Moderate: a) Hypermobility b) Spondylosis c) Spondylolisthesis

d) Scoliosis and unequal leg lenght e) Otot punggung lemah


(36)

Weak:

a) Tinggi badan b) Berat badan Faktor lainnya: a) Lordosis

b) Abnormal vertebral number c) Riwayat trauma

Marras (2006): a) Umur

b) Jenis kelamin

c) Indeks Massa Tubuh d) Berat badan

e) Tinggi badan f) Merokok

g) Status pernikahan h) Pendapatan i) Status pendidikan

Berdasarkan teori tersebut di atas, peneliti menggabungkan ketiga teori tersebut untuk memudahkan penelitian. Faktor individu dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut ini:


(37)

20

1. Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun (Bridger, 2003). Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun (Kantana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Garg dalam Pratiwi (2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini diperkuat dengan penelitian Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri punggung bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55 tahun (Pratiwi, 2009).

2. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP (Hoy et al., 2010). Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini


(38)

terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria (NIOSH, 1997).

3. Indeks massa tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Panduan terbaru dari WHO tahun 2000 mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa menjadi underweight (IMT <18.5), normal range (IMT 18.5-22.9), dan overweight (IMT ≥23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9), dan obese 2 (IMT ≥ 30.0) (Koentjoro, 2010). Hasil penelitian Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbae lumbal.


(39)

22

4. Masa kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja disuatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP (Kantana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Umami (2013) bahwa pekerja yang paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja < 5 tahun ataupun 5-10 tahun.

5. Kebiasaan merokok

World Health Organisation (WHO) melaporkan jumlah kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Kantana, 2010).


(40)

6. Genetik

Suatu kondisi (penyakit, dan sebagainya) yang diturunkan dari generasi (keluarga) sebelumnya. Low back pain bisa disebabkan oleh adanya faktor keturunan terkait penyakit rangka dan penyakit lainnya yang dapat menyebabkan adanya keluhan low back pain.

7. Riwayat Pendidikan

Pendidikan terakhir pekerja menunjukkan pengetahuannya dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan.

8. Tingkat Pendapatan

Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan dengan hari kerja. Terdapat sistem 6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih dominan) dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan sistem 5 hari kerja sering menjadi masalah apabila diterapkan di perusahaan di Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah standar pengupahan sangat rendah yang menyebabkan kebutuhan dasar keluarga tidak tercukupi. Hal ini sering menjadi pemikiran mendasar bagi seorang pekerja. Mereka berfikir bahwa jika bekerja selama 5 atau 6 hari akan mempengaruhi pendapatan mereka. Sebenarnya jika dapat


(41)

24

dilakukan efisiensi dan peningkatan produktivitas kerja, pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu maka dengan sendirinya kerja lembur tidak diperlukan. Akan tetapi para pekerja akan berfikir mereka tidak akan mendapatkan tambahan pendapatan jikalau mereka tidak lembur. Hal

ini akan berdampak pada produktivitas kerja. 9. Aktivitas Fisik

Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP. Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan aktivitas otot pada periode waktu tertentu (Tarwaka, 2004). Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP. Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah osteoporosis, dan berbagai penyakit rangka serta penyakit lainnya. Olahraga sangat menguntungkan karena risikonya minimal. Program olahraga harus dilakukan secara bertahap, dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya untuk menghindari cidera pada otot dan sendi (Kurniawidjaja, 2011). Aktivitas fisik dikatakan teratur ketika aktvitas tersebut dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Selain itu, di dalam aktivitas fisik juga dilakukan streching guna meregangkan otot-otot yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan suplai oksigen ke


(42)

dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot. Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat dan melakukan aktivitas fisik yang cukup. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah maka risiko terjadinya keluhan adalah 8,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga diperkuat dengan laporan Betti’e et al. (1989) yang menyatakan bahwa hasil penelitian terhadap para penebang menunjukkan bahwa kelompok penebang dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko sangat kecil terhadap risiko cidera otot (Tarwaka, 2004).

10. Riwayat Penyakit Terkait Rangka dan Riwayat Trauma Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini sangat langka. Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak memiliki konsekuensi. Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko yang lebih rendah (Pope et al., 1984


(43)

26

dalam Bridger, 2003). Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor risiko terjadinya LBP karena trauma akan merusak struktur tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus.

b. Faktor Pekerjaan 1. Beban kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Harrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainnya.

2. Posisi kerja

Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat


(44)

menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis, dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung, dan lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera (Straker, 2000). Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur posisi tubuh saat bekerja adalah metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System). Metode OWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang diangkat untuk kemudian dimasukkan ke dalam beberapa kategori.

3. Repetisi

Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. Dampak gerakan berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan dengan postur janggal dengan beban yang berat dalam waktu yang lama. Frekuensi terjadinya sikap tubuh terkait dengan


(45)

28

berapa kali repetitive motion dalam melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi (Bridger, 2003).

4. Durasi

Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi didefinisikan sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot. Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot (Humantech, 2003).

c. Faktor Lingkungan Fisik 1. Getaran

Getaran berpotensi menimbulkan keluhan LBP ketika seseoang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran. Hal ini juga dibuktikan dengan penelitian Frymoyer et al., (1980, 1983) dalam Pheasant (2003) bahwa getaran merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya LBP. Selain itu, getaran dapat


(46)

menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri (Suma’mur, 1982 dalam Tarwaka, 2004).

2. Kebisingan

Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bisa mempengaruhi performa kerja. Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu dan meningkatkan rasa nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena bisa membuat stres pekerja saat berada di lingkungan kerja yang tidak baik.

2.2.5 Patofisiologi Low Back Pain

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang dapat dirangsang oleh berbagai stimulus lokal. Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya akan menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi


(47)

30

nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Huldani, 2012).

2.2.6 Diagnosis

Untuk dapat mendiagnosis LBP selain anamnesis juga diperlukan pemeriksaan fisik, yaitu:

a. Tes Lasegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°) didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.


(48)

Tanda lasegue menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda lasegue dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (straight leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda lasegue yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara lasegue yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus. Pada tanda lasegue, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.

b. Tes Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi, dan ekstensi.


(49)

32

Gambar 2.3 Tes Patrick ( Harsono, 2007)

c. Tes Kebalikan Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Tes kebalikan patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaka.

Ada beberapa tes diagnostik yang digunakan untuk menemukan penyebab nyeri punggung, yaitu :

a. FotoPolos

Foto polos posisi anteroposterior, lateral dan conned down lateral view adalah standar pemeriksaan nyeri pinggang. Data tambahan dapat diperoleh melalui posisi foto oblik (Kasjmir, 2009).

b. Mielografi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi sumbatan dan jepitan pada radiks (Kasjmir, 2009)


(50)

c. Bone Scan

Pemeriksaan ini dapat dipakai untuk mendeteksi adanya proses infeksi, keganasan dan ankilosing spondilitis awal (Kasjmir, 2009) d. CT (Computed Tomography) Scan dan MRI (Magnetic Resonance

Imaging) Scan

CT Scan dan MRI Scan merupakan cara yang relatif cepat dan mudah untuk mendapatkan gambaran rinci mengenai keadaan dalam tubuh tanpa perlu melakukan pembedahan (Kasjmir, 2009).

2.2.7 Penatalaksanaan

a. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti biasanya

b. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri

c. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau OAINS. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan d. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali


(51)

34

e. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2 minggu

f. Operasi: dilakukan pada kasus dengan tanda-tanda neurologis progresif/kauda ekuina dan pengurangan nyeri yang tidak memuaskan setelah 6-12 minggu, mungkin dengan episode nyeri yang tidak tertahankan sebelumnya (Yuliana, 2011).

2.2.8 Pencegahan

a. Latihan Punggung Setiap Hari

1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.

2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.


(52)

b. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.

2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah

3. Peganglah benda dekat perut dan dada 4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda

5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda

c. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri

1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama

2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan. 3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu

kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodik.

4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang.

5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi


(53)

36

d. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah

2. Makanlah makanan seimbang, diet rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi serta perbanyak makanan yang mengandung glukosamin contohnya yaitu kerang

3. Tidurlah di kasur yang nyaman.

4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

2.3 Gambaran Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung

Pasar Pasir Gintung berlokasi di dekat Pasar Bambu Kuning dimana merupakan pasar tertua di Bandar Lampung setelah Pasar Cimeng dan Pasar Bawah. Pemerintah Kota Bandar Lampung masih memperbaiki sarana dan prasarana dari Pasar Gintung ini untuk meningkatkan pelayanan. Buruh panggul di pasar pasir gintung terdapat 55 orang dengan usia bervariasi. Pendidikan yang terakhir kali ditempuh oleh para pekerja kuli panggul bervariasi, ada yang hanya lulusan SD namun ada pula lulusan SMA (Wawancara dengan Bpk. KH. Samsir Nasution).

Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Serikat Pekerja/Buruh ”Serikat Pekerja/Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan,


(54)

yang bersifat bebas,terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung-jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.” Maka para buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar lampung, berada di naungan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) wilayah Lampung. Ketua SPSI cabang Pasar Pasir Gintung dipegang oleh Bpk. KH. Samsir Nasution dan sekertarisnya adalah Bpk. David Saputra. Sedangkan keanggotaan dari para pekerja kuli panggul dibagi atas beberapa wilayah yang diketuai oleh koordinator lapangan masing- masing wilayah otoritas (Wawancara dengan Bpk. KH. Samsir Nasution).

Aktivitas perdagangan di Pasar Pasir Gintung berlangsung 24 jam, pada pukul 00.00 sampai 03.00 biasanya barang yang akan dijual baru datang dari masing- masing distributor, pada jam ini lah para buruh panggul bekerja untung membongkar barang muatan yang ada di truk. Sedangkan pada pukul 06.00-15.00 biasanya para pekerja kuli membantu para pemilik toko-toko di sepanjang Pasar Pasir Gintung untuk bongkar muat barang. Terdapat pembagian wilayah untuk para buruh panggul, yaitu wilayah bagian depan disepanjang pinggir jalan raya imam bonjol, wilayah pasar smep yang masih termasuk bagian dari pasar gintung, dan wilayah belakang. Setiap wilayah terbagi atas 20-15 orang. Untuk penghasilan sehari- hari para pekerja rata- rata mendapatkan Rp. 50.000,00 per harinya, hal ini tergantung atas permintaan bantuan dari para pelanggan pasar (Wawancara dengan Bpk. KH. Samsir Nasution).


(55)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi LBP pada buruh panggul (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung pada bulan November 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Dahlan, 2008). Sampel adalah sekumpulan subjek penelitian yang dianggap mewakili suatu populasi penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buruh panggul di Pasar Pasir Gintung, Bandar Lampung. Metode


(56)

pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan menggunakan rumus:

=

1+

dimana = �2.( . )2

Keterangan : n : sampel (size of sample) no : sampel asumsi

t : koefisien kepercayaan (coefficient of confidence) d : sampling eror

p & q : parameter proporsi binominal N : populasi

Koefisiensi Kepercayaan :

Untuk kepercayaan 99%, maka koefisien kepercayaan adalah 2,58 Untuk kepercayaan 95%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,96 Untuk kepercayaan 90%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,64 Untuk kepercayaan 80%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,28 Untuk kepercayaan 50%, maka koefisien kepercayaan adalah 0,67

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini, peneliti menentukan proporsi binomial adalah 50% : 50% (ditentukan peneliti), sampling error 0,05 (5%), dan koefisien kepercayaan 1,96 (95%), maka jumlah sampel minimal yang diambil adalah :

n0 = �

2.p.q

d2

= 1.96 ² . (0.50)² (0.05)²


(57)

40

Maka, yang akan menjadi sample sebanyak berikut :

= n0 1 + (n0)

= 384.16

1 + (384.1655 ) = 48

Kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Bersedia mengikuti penelitian 2. Mengisi informed consent

3. Usia kerja 20-55 tahun (Menakertrans, 2012)

Kriteria ekslusi sebagai berikut:

1. Tidak hadir saat dilakukan penelitian

2. Memiliki riwayat trauma maupun penyakit tulang belakang

3.4 Identifikasi Variabel

1. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah LBP. 2. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah usia,

IMT, kebiasaan merokok, masa kerja, beban kerja dan posisi kerja.


(58)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data primer tentang karakteristik responden:

1. Posisi kerja diukur secara pengamatan langsung selama jam kerja.

2. Keluhan LBP dilakukan dengan wawancara langsung dan pemeriksaan fisik

3. Kuesioner untuk mengetahui identitas responden, usia, IMT, kebiasaan merokok, masa kerja dan beban kerja.


(59)

42

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala

Low back pain Nyeri yang dirasakan dan dikeluhkan oleh pekerja di daerah punggung bawah

Kuesioner dan Pemeriksaan Fisik

Wawancara dan pemeriksaan fisik

1= Ya bila laseque test (+)

2= Tidak, bila

laseque test (-)

Nominal

Usia Satuan waktu yang

mengukur waktu keberadaan buruh panggul diukur sejak dia lahir hingga dilakukannya

penelitian

Kuesioner Wawancara 1 = ≥ 35 tahun

2 = < 35 tahun (Pratiwi, 2009)

Ordinal

IMT Berat badan dalam

kilogram dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter

Microtoise dan Timbangan

Observasi 1= Obesitas jika IMT ≥ 25 kg/m2 2= Tidak Obes, jika IMT < 25 kg/m2

Ordinal

Kebiasaan Merokok Penentuan derajat berat merokok

Kuesioner Wawancara 1= derajat ringan 0-200


(60)

dengan indeks brinkman (IB) yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun

2= derajat sedang 200-600

3= derajat berat > 600

Masa Kerja Lamanya seseorang bekerja menjadi buruh panggul dihitung sejak pertama kali bekerja sampai saat

penelitian

Kuesioner Wawancara 1= > 10 tahun 2= 5-10 tahun 3= < 5 tahun (Umami, 2013)

Ordinal

Beban Kerja Berat beban yang diangkat dan dibawa oleh buruh panggul pada saat penelitian diadopsi menurut metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System)

Kuesioner Observasi 1= > 20 kg 2= 10-20 kg 3= < 10 kg

Ordinal

Posisi Kerja Penilaian postur Kuesioner Observasi 1= Risiko tinggi Ordinal

4


(61)

44

tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang diadopsi menurut metode OWAS (Ovako

Working Posture Analysis System)

cedera (kategori 2, 3, dan 4 OWAS)

2= Risiko rendah cedera (kategori 1 OWAS)

4


(62)

3.7 Alat dan Cara Penelitian 1. Alat Tulis

Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian. Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan komputer.

2. Kuesioner Terstruktur

Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. 3. Lembar observasi

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden (data primer), yang meliputi :

1. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian. 2. Pengisian informed consent.


(63)

46

3.8 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

3.9Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program komputer. Kemudian proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah :

a. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.

1. Tahap Persiapan Pembuatan Proposal,

Perizinan, Koordinasi

2. Tahap Pelaksanaan Pengisian informed

consent

Pengisian kuisioner, observasi dan pemeriksaan fisik

3. Tahap Pengolahan Data

Pencatatan


(64)

c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

3.9.2 Analisis Statistika

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program software statistik pada komputer dimana akan dilakukan 3 macam analisis data, yaitu analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase variabel bebas dan variabel terkait.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji chi square merupakan uji komparatif yang digunakan dalam data di penelitian ini. Uji signifikan antara data yang diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan dengan

batas kemaknaan (α < 0,05) yang artinya apabila diperoleh p < α, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan bila nilai p > α, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(65)

48

Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat parametrik (nilai expected count > 20%) maka dilakukan uji Kolmogorov-smirnov sebagai uji alternatif untuk tabel 2x3 dan uji Fisher’s exact sebagai uji alternatif untuk tabel 2x2.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik karena variabel terikat dari penelitian ini berupa variabel kategorik.


(66)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari 48 jumlah sampel yang dilakukan penelitian, sebanyak 32 responden (66,7 %) yang mengeluhkan terjadinya Low Back Pain (LBP).

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,178.

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT responden dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,186.

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,169.

5. Terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,011.


(67)

79

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara berat beban kerja kerja dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,001.

7. Terdapat hubungan yang bermakna antara posisi kerja dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,000.

8. Faktor posisi kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung.

5.2 Saran

1. Bagi pekerja, senantiasa memperhatikan aspek ergonomi dalam bekerja terutama posisi dalam bekerja maupun berat beban yang akan di angkut pada saat bekerja guna mencegah maupun mengurangi angka kejadian LBP.

2. Bagi Dinas Kesehatan/Instansi Terkait, diharapkan memberikan pelayanan kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerja informal, sehingga dapat mengurangi penyakit akibat kerja terutama Low Back Pain (LBP).

3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan Low Back Pain (LBP) dengan menggunakan tes lainnya serta metode lain seperti case control dan perlu melakukan penelitian terhadap Low Back Pain (LBP) secara tepat agar hasil lebih akurat dan lebih baik lagi.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Penyakit akibat kerja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm. 20-3.

Astuti RD. 2007. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadap kelelahan muskuluskeletal. Gema Teknik 2: 28-9.

Basuki K. 2009. Faktor risiko kejadian low back pain pada operator tambang sebuah perusahaan tambang nickel di Sulawesi Selatan. Jurnal Promkes 4(2): 115-21.

Bridger RS. 2003. Introduction to ergonomics international edition. Singapore: McGraw-Hill Book Co: 45-7.

Buchari. 2007. Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hlm. 1-28.

Catur Y. 2012. Hubungan antara teknik mengankat beban dengan keluhan nyeri pinggang pada buruh gendong di Pasar Buah Johar Semarang. Jurnal Visikes 11:1.

Dachlan LM. 2009. Pengaruh back exercise pada nyeri punggung bawah [tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Dahlan MS. 2008. Statistik untuk kedokteran kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 68.

Delitto A, George SZ, Dillen LV, Whitman JM, Sowa G, Shekelle P et al. 2012. Low back pain clinical practice guidelines linked to the international classification of functioning, disability, and health from the orthopaedic section of the american physical therapy association. J Orthop Sports Phys Ther42(4): A11.

Effendi F. 2007. Ergonomi bagi pekerja sektor informal. Cermin Dunia Kedokteran 34: 1-154.

Fathoni H. 2009. Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low back pain pada perawat di RSUD Purbalingga. Jurnal FKIK Unsoed 4(3).

Faturahman Y, Maywati S. 2010. Perbedaan sikap kerja duduk ergonomis dan tidak ergonomis terhadap keluhan nyeri otot pinggang pada pekerja tenun kerajinan tikar mending di Desa Kamulyan Manonjaya Tasikmalaya. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.


(69)

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. 2008. Back and neck pain. Dalam:

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Ed. New York:

McGraw-Hill.

Harrianto R. 2010. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC. hlm 83-9.

Harsono. 2009. Kapita selekta neurologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 97-9.

Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. 2010. The epidemiology of low back pain. Best Pract Res Clin Rheumatol24: 769-81.

Huldani. 2012. Nyeri punggung. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Humantech. 2003. Applied ergonomics training manual. Berkeley: Humantech

Inc. 189-201

Kantana T. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Kasjmir YI. 2009. Nyeri spinal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing. Hlm 2720-3.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2012. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia No.609/MEN/2012. Pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jakarta.

Khaizun. 2013. Faktor penyebab keluhan subyektif pada punggung pekerja tenun sarung ATBM di Desa Wanarejan Utara Pemalang [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Koentjoro SL. 2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis lutut menurut Kellgren dan Lawrence [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Koley S, Kaur J, Sandhu JS. 2010. Biological risk indicators for non-specific low back pain in young adults of Amritsar Punjab India. J Life Sci 2(1): 43-8. Kurniawidjaja, Meily L. 2011. Teori Dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Depok: UI

Press. Hlm. 32-6.

Lailani TM, Dewi DRL, Handoko W. 2013. Hubungan antara peningkatan indeks massa tubuh dengan kejadian nyeri punggung bawah pada pasien rawat jalan di poliklinik Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjung Pura.

Marras, William S, Karwowski W. 2006. Fundamentals and assessment tools for occupational ergonomics. USA: CRC Press. 112-22.


(70)

of epidemiologic evidence for work-related musculoskeletal disorders of the neck, upper extremity, and low back. NIOSH: Centers for Disease Control and Prevention.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta. Nurwahyuni, Djajakusli R, Naeim F. 2012. Faktor yang berhubungan dengan

keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bongkar muat barang Pelabuhan Nusantara Kota Pare-Pare Tahun 2012. Makassar: Universitas Hasanuddin. OSHA. 2000. Ergonomics: The study of work. New York: Department of Labour

Occupational Safety and Health Administration.

Pheasant S. 2003. Ergonomics, work, and health. Maryland: Aspen Publishers Inc. 320-7

Pratiwi M, Setyaningsih Y, Kurniawan B, Martini. 2009. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap nyeri punggung bawah pada penjual jamu gendong. Jurnal Promkes 4:1.

Purnamasari. 2010. Overweight sebagai faktor risiko low back pain pada pasien poli saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health 4.

Putz R, Pabst R. 2006. Sobotta: Atlas anatomi manusia. Edisi 22. Jilid II. Jakarta: EGC. hlm. 004.

Rahmat KB. 2009. Analisis faktor resiko kejadian low back pain pada operator tambang sebuah perusahaan tambang nikel di Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Richard AD, Weinstein JN. 2001. Low back pain. N Engl J Med 344 (5): 363-370.

Riskesdas. 2013. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Sadeli HA, Tjahjono B. 2001. Nyeri punggung bawah. Dalam: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS. Nyeri neuropatik, patofisioloogi dan penatalaksanaan. Jakarta: Perdossi. Hlm. 145-67.

Sakinah, Djajakusli R, Naeim F. 2012. Faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja batu bata di Kelurahan Lawawoi Kabupaten Sidrap. Makassar: Universitas Hassanudin.

Soedirman, Prawirakusumah S. 2014. Kesehatan kerja: Perspektif hiperkes dan keselamatan kerja. Jakarta: Erlangga. Hlm. 141-55.


(71)

Straker LM. 2000. An overview of manual handling injury statistic in Western Australia. Perth: International Ergonomic Association Curtin University Technology. 46-8.

Tana L, Halim FXS. 2011. Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis di Beberapa Rumah Sakit di Jakarta. J Indon Med Assoc 61: 156.

Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

Umami AR, Hartanti RI, Dewi A. 2013. Hubungan antara karakteristik responden dan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pekerja batik tulis. E-journal Pustaka Kesehatan 2: 72-7.

WHO. 2003. Low back pain: Bulletin of the World Health Organization 81: 671-6.

WHO. 2013. Low back pain: Priority medicines for Europe and the world 2013 update: 1.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari 48 jumlah sampel yang dilakukan penelitian, sebanyak 32 responden (66,7 %) yang mengeluhkan terjadinya Low Back Pain (LBP).

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,178.

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT responden dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,186.

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,169.

5. Terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,011.


(2)

79

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara berat beban kerja kerja dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,001.

7. Terdapat hubungan yang bermakna antara posisi kerja dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,000.

8. Faktor posisi kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung.

5.2 Saran

1. Bagi pekerja, senantiasa memperhatikan aspek ergonomi dalam bekerja terutama posisi dalam bekerja maupun berat beban yang akan di angkut pada saat bekerja guna mencegah maupun mengurangi angka kejadian LBP.

2. Bagi Dinas Kesehatan/Instansi Terkait, diharapkan memberikan pelayanan kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerja informal, sehingga dapat mengurangi penyakit akibat kerja terutama Low Back Pain (LBP).

3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan Low Back Pain (LBP) dengan menggunakan tes lainnya serta metode lain seperti case control dan perlu melakukan penelitian terhadap Low Back Pain (LBP) secara tepat agar hasil lebih akurat dan lebih baik lagi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Penyakit akibat kerja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm. 20-3.

Astuti RD. 2007. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadap kelelahan muskuluskeletal. Gema Teknik 2: 28-9.

Basuki K. 2009. Faktor risiko kejadian low back pain pada operator tambang sebuah perusahaan tambang nickel di Sulawesi Selatan. Jurnal Promkes 4(2): 115-21.

Bridger RS. 2003. Introduction to ergonomics international edition. Singapore: McGraw-Hill Book Co: 45-7.

Buchari. 2007. Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hlm. 1-28.

Catur Y. 2012. Hubungan antara teknik mengankat beban dengan keluhan nyeri pinggang pada buruh gendong di Pasar Buah Johar Semarang. Jurnal Visikes 11:1.

Dachlan LM. 2009. Pengaruh back exercise pada nyeri punggung bawah [tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Dahlan MS. 2008. Statistik untuk kedokteran kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 68.

Delitto A, George SZ, Dillen LV, Whitman JM, Sowa G, Shekelle P et al. 2012. Low back pain clinical practice guidelines linked to the international classification of functioning, disability, and health from the orthopaedic section of the american physical therapy association. J Orthop Sports Phys Ther42(4): A11.

Effendi F. 2007. Ergonomi bagi pekerja sektor informal. Cermin Dunia Kedokteran 34: 1-154.

Fathoni H. 2009. Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low back pain pada perawat di RSUD Purbalingga. Jurnal FKIK Unsoed 4(3).

Faturahman Y, Maywati S. 2010. Perbedaan sikap kerja duduk ergonomis dan tidak ergonomis terhadap keluhan nyeri otot pinggang pada pekerja tenun kerajinan tikar mending di Desa Kamulyan Manonjaya Tasikmalaya. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.


(4)

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. 2008. Back and neck pain. Dalam:

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Ed. New York:

McGraw-Hill.

Harrianto R. 2010. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC. hlm 83-9.

Harsono. 2009. Kapita selekta neurologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 97-9.

Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. 2010. The epidemiology of low back pain. Best Pract Res Clin Rheumatol 24: 769-81.

Huldani. 2012. Nyeri punggung. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Humantech. 2003. Applied ergonomics training manual. Berkeley: Humantech

Inc. 189-201

Kantana T. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Kasjmir YI. 2009. Nyeri spinal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing. Hlm 2720-3.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2012. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia No.609/MEN/2012. Pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jakarta.

Khaizun. 2013. Faktor penyebab keluhan subyektif pada punggung pekerja tenun sarung ATBM di Desa Wanarejan Utara Pemalang [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Koentjoro SL. 2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis lutut menurut Kellgren dan Lawrence [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Koley S, Kaur J, Sandhu JS. 2010. Biological risk indicators for non-specific low back pain in young adults of Amritsar Punjab India. J Life Sci 2(1): 43-8. Kurniawidjaja, Meily L. 2011. Teori Dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Depok: UI

Press. Hlm. 32-6.

Lailani TM, Dewi DRL, Handoko W. 2013. Hubungan antara peningkatan indeks massa tubuh dengan kejadian nyeri punggung bawah pada pasien rawat jalan di poliklinik Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjung Pura.

Marras, William S, Karwowski W. 2006. Fundamentals and assessment tools for occupational ergonomics. USA: CRC Press. 112-22.


(5)

Moore KL. 2002. Anatomi klinis dasar. Jakarta: EGC. hlm. 190-4, 203.

NIOSH. 1997. Musculoskeletal disorders and workplace factors: a critical review of epidemiologic evidence for work-related musculoskeletal disorders of the neck, upper extremity, and low back. NIOSH: Centers for Disease Control and Prevention.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta. Nurwahyuni, Djajakusli R, Naeim F. 2012. Faktor yang berhubungan dengan

keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bongkar muat barang Pelabuhan Nusantara Kota Pare-Pare Tahun 2012. Makassar: Universitas Hasanuddin. OSHA. 2000. Ergonomics: The study of work. New York: Department of Labour

Occupational Safety and Health Administration.

Pheasant S. 2003. Ergonomics, work, and health. Maryland: Aspen Publishers Inc. 320-7

Pratiwi M, Setyaningsih Y, Kurniawan B, Martini. 2009. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap nyeri punggung bawah pada penjual jamu gendong. Jurnal Promkes 4:1.

Purnamasari. 2010. Overweight sebagai faktor risiko low back pain pada pasien poli saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health 4.

Putz R, Pabst R. 2006. Sobotta: Atlas anatomi manusia. Edisi 22. Jilid II. Jakarta: EGC. hlm. 004.

Rahmat KB. 2009. Analisis faktor resiko kejadian low back pain pada operator tambang sebuah perusahaan tambang nikel di Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Richard AD, Weinstein JN. 2001. Low back pain. N Engl J Med 344 (5): 363-370.

Riskesdas. 2013. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Sadeli HA, Tjahjono B. 2001. Nyeri punggung bawah. Dalam: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS. Nyeri neuropatik, patofisioloogi dan penatalaksanaan. Jakarta: Perdossi. Hlm. 145-67.

Sakinah, Djajakusli R, Naeim F. 2012. Faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja batu bata di Kelurahan Lawawoi Kabupaten Sidrap. Makassar: Universitas Hassanudin.

Soedirman, Prawirakusumah S. 2014. Kesehatan kerja: Perspektif hiperkes dan keselamatan kerja. Jakarta: Erlangga. Hlm. 141-55.


(6)

Straker LM. 2000. An overview of manual handling injury statistic in Western Australia. Perth: International Ergonomic Association Curtin University Technology. 46-8.

Tana L, Halim FXS. 2011. Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis di Beberapa Rumah Sakit di Jakarta. J Indon Med Assoc 61: 156.

Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

Umami AR, Hartanti RI, Dewi A. 2013. Hubungan antara karakteristik responden dan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pekerja batik tulis. E-journal Pustaka Kesehatan 2: 72-7.

WHO. 2003. Low back pain: Bulletin of the World Health Organization 81: 671-6.

WHO. 2013. Low back pain: Priority medicines for Europe and the world 2013 update: 1.