Peranan Komunikasi Antarpribadi Volunteer Rumah Baca Asma Nadia Dalam Mengingkatkan Minat Baca Anak Didik(Studi Pada Rumah Baca Asma Nadia Lampung)
ABSTRAK
Peranan Komunikasi Antarpribadi Volunteer Rumah Baca Asma Nadia Dalam Mengingkatkan Minat Baca Anak Didik
(Studi Pada Rumah Baca Asma Nadia Lampung)
Oleh
Pratama Dio Ananto
Program Rumah Baca Asma Nadia Lampung memiliki tujuan untuk meningkatkan minat baca. Dalam usahanya setiap volunteer harus mampu berkomunikasi antarpribadi kepada anak didik dengan baik untuk mencapai suatu kesepahaman agar tercapainya suatu tujuan yaitu meningkatkan minat baca. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan komunikasi antarpribadi volunteer Rumah Baca Asma Nadia Lampung dalam meningkatkan minat membaca anak didik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive (disengaja) yaitu jumlah informan 6 orang. Teori komunikasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sudut pandang humanistik yakni keterbukaan, empati, sikap mendukungan, sikap positif dan kesetaraan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa adanya peningkatan intensitas kehadiran yang berguna meningkatkan minat baca anak didik yang sebelumnya pada bulan november rata-rata yang hadir sebanyak 16 orang dan jumlah buku yang dipinjam 10 dan pada bulan januari meningkat rata-rata yang hadir 25 orang dan jumlah buku yang dipinjam rata-rata sebanyak 15. Peningkatan minat baca anak didik dilihat dari 5 aspek humanistik yaitu pada komunikasi antarpribadi terjadi adanya keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukungan (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) dapat diterima, dimengerti dan dipahami secara baik oleh komunikan.
(2)
ABSTRACT
Role of Interpersonal Communication from Rumah Baca Asma Nadia’s Volunteer In Increasing Interest in Reading from Child Learners
(Study At Rumah Baca Asma Nadia Lampung)
by
Pratama Dio Ananto
Rumah Baca Asma Nadia Lampung has a program to increase student's interest in reading. In its efforts, each volunteer must be able to interpersonally communicate to their students to reach an agreement in order to achieve the goal, which is to increases interest in reading. The purpose of this study is to describe the role of interpersonal communication of volunteers Rumah Baca Asma Nadia Lampung in improving student's interest in reading. This study used a qualitative descriptive method. Informants in this study were taken by using purposive technique (intentional), the number of informants was 6 people. Communication theory used in this study is viewpoint of humanistic which are opennes, empathy, supportiveness, positiveness and equality. The results of the study explained that there is an increase in intensity of the presence of the students, previously in november average attendance of students were 16 people and the number of books borrowed were 10 and in January increased by an average attendance of 25 people and the number of books borrowed were 15 books. The student's interest in reading is increasing as seen from 5 humanistic aspects in interpersonal communication openness, empathy, supportiveness, positiveness and equality occurs and acceptable, understandable and understood by the communicant.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis Pratama Dio Ananto. Lahir di Cijeruk, Bogor
pada tanggal 29 mei 1992, sebagai anak pertama dari tiga
bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Edi Sunyoto dan Ibu
Anisah.
Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak Pertiwi
Kota Metro, Sekolah Dasar Negeri 6 Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 2004,
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kota Metro pada tahun 2007, Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Kota Metro diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010
penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Melalui Jalur PKAB
(Penerimaan Khusus Minat dan Bakat) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, penulis aktif di HMJ Ilmu Komunikasi
sebagai anggota bidang Fotografi. Penulis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata)
pada Juli 2013 di Desa Rata Agung, Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat.
kemudian pada September 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(8)
PERSEMBAHAN
Dengan segenap hati kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang yang kukasihi serta mengasihiku :
Allah SWT,
Atas kehendak-Nya semua ini ada Atas anugerah-Nya semua ini aku dapatkan
Atas kekuatan dari-Nya aku bisa bertahan. Bapak Edi Sunyoto dan Ibu Anisah
Karya ini sebagai tanda baktiku, terima kasih atas segalanya, doa, kasih sayang, pengorbanan, dan keikhlasannya.
Ini hanyalah setitik balasan yang tidak bisa dibandingkan dengan berjuta-juta pengorbanan dan kasih sayang
yang tidak pernah berakhir. (Alm) Danang Antono dan Dianto Isnandi
Terima kasih adik-adikku tersayang atas doa, dukungan, canda, tawa yang telah kita lewati bersama
Sahabat dan teman-teman tersayang yang aku banggakan Serta tak lupa kupersembahkan kepada Almamaterku tercinta,
(9)
MOTO
Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal,
kepercayaan, cinta, dan rasa hormat.
(10)
SANWACANA
Puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul“Peranan Komunikasi Antarpribadi Volunteer Rumah Baca Asma Nadia Dalam Mengingkatkan Minat baca Anak didik (Studi Pada Rumah Baca Asma Nadia Lampung). Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW atas cahaya kebenaran yang dibawa oleh beliau.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan pada skripsi
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat teselesaikan dengan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis megucapkan
(11)
1. Allah SWT. Atas segala kebesaran, kuasa, serta kesehatan dan petunjuk
yang selalu Engkau berikan. Nabi Muhammad SAW. atas risalah dan
cahaya kebenaran sejati yang disampaikan kepada kami.
2. Kepada Ibuku tersayang Ibu Anisah, sosok wanita hebat yang senantiasa
berdoa bagi kesuksesan disetiap langkah anak-anaknya, yang selalu tiada
henti mencurahkan kasih dan sayangnya kepada keluarga. Makasih ya Bu
buat pelajaran keikhlasannya selama ini. Kepada Bapakku yang
kubanggakan Bapak Edi Sunyoto, Bapak yang selalu menjadi sumber
inspirasiku, makasih ya Pak buat pelajaran kesabaran yang sangat luar
biasa, Bapak yang selalu berkorban segala sesuatunya kepada keluarga
terlebih kepadaku, dan mendukung harapan serta keinginan anak-anaknya.
Terima kasih ya Allah karena telah memberikan kedua orang tua yang
hebat dan sangat luar biasa dalam hidupku. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kesehatan dan limpahan rahmat bagi kedua orang tua yang
sangat kusayangi. Aamiin
3. Kepada Kedua Adikku tercinta Alm. Danang Antono, hidup indah di surga
ya dek dan Dianto Isnandi, jadi adek yang selalu membanggangkan buat
keluarga ya. Terima kasih atas doa dan dukungannya.
4. Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si, selaku Pembimbing Akademik dan
(12)
6. Ibu Dr. Tina Kartika, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing saya yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikiran dan juga
memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingan yang berharga,
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih banyak bu.
7. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si selaku Dosen Pembahas saya yang telah
meluangkan waktunya serta masukan, kritik, dan saran perbaikan yang
sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih Banyak pak.
8. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung terutama pada Jurusan
Ilmu Komunikasi antara lain; Pak Sarwoko, Pak Firman, Pak Andi Chorry,
Pak Rudi, Pak Cahyono, Pak Agung, Ibu Nanda, Ibu Hestin, Ibu Wulan,
Ibu Andi Windah, Ibu Nina, Ibu Dhanik, Ibu Ida dan Ibu Ana yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis kelak dalam
menghadapi dunia kerja.
9. Keluarga besar Mbak, Nensi, Mbak Novi, Mas Chandra, Mbak Nia, Mas
Roby, Galih, Genta, Anis, Sindy, Tanjung, Nanda, Rara, Ferdi Makasih
banyak udah cerewetin terus untuk ngelarin skripsi. Alhamdulillah
sekarang udah selesai dan misi sekarang cari jodoh.
10.Sahabatku tercinta Wahyu Albani, Ibenk Archa Fernando, Prasetyo
Mahardika, Shohib, Rahmat Kentung, Denis, Eren, Agita Viola Putri, Nur
Hasanah, Nuke, Erin, Reny, Nesa, akhirnya si keong selesai, makasih
banyak udah ngingetin dan ngasih semangat untuk ngelarin skripsi.
11.Untuk mbak Qory Erlitha Lutfi dan Reafy Anjani dua kakak adik nan baik
hati yang bersedia mendengarkan dan membantu dalam situasi genting.
(13)
12.Sahabat sekaligus keluarga baru yang menjadi tempat bersandar akan
tangis, canda, tawa, bahagia, thanks ya guys Imam Mubaroq, Yunardi
Hasan KS , Oemar Madri Bafadhal, M. Hafiz Wiratama, Aji Putra
Pangestu, Amalia Nurdin, Hesty Prihastuti, Siti Fatimah, Fitria Hani
Aprina, Fina Yulanda, Dina Ulia, Ani Annisa Lasmah, Leni Destia
Edward, Sayang kalian pake bangeet haha dan Aku Bersyukur kepada
Allah SWT telah dipertemukan dengan kalian sejak beberapa tahun
terakhir. Semoga kita semua bisa dipertemukan ditempat terbaik nantinya,
entah itu di dunia ataupun diakhirat, you are my best friends
13.Teman-teman komunikasi 2010: Fendi, Fii,Intan, Tita, Utum, Ijat, Putri,
Rifki, Rio, Sayu, Yiie, Waskito, Azul, Adit, Darwin, Riyan, Cahya, Deka,
Dwi, Doe, Fajar, Feby, Adi Galuh, Hapip, I Gede, Iin, Elmi, Ucok, Rudi,
Pandu, Ahong, Shinta, Navin, Obit, Wahdya, Asep, Yohana, Yunai, Atod,
Encek, Ardika, Beatris, Bela, Chandra, Dewi, Eka, Eca, Ataa, Esy, Genta,
Jeri koplak, Obi, Mput, Rahma, Sigit, Tia, Togar, Xendra, Bima, Yudi
sembako dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Terimakasih atas kebersamaan yang bisa dibilang kompak dan kurang
kompaknya selama masa perkuliahan penulis hehe. Teman-teman yang
berbeda karakter satu sama lain namun tetap selalu menjadi satu kekuatan
dalam berbagai hal untuk komunikasi angkatan kita.
14.Kakak tingkat komunikasi : Kak Desril, Kak Budi, Cak Momon, Kak
Bagus, Kak Panji, dan kakak-kakak tingkat lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih atas bimbingan dan nasehat yang
(14)
15.Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi 2011 Arta, Rizal, Sigit, Imam,
Jaya, Sade, Bowo, Calvin, Aji, Risky, Hamham, Alif, Ami, Amoy, Imel,
Mifta, Riska, 2012 Rangga, Dicky, Risky, Dini, Shyntia, Aulia, 2013
Ridho, Sule, Anang, Sigit, dan 2014 baru selanjutnya.
16.Ketua Rumah Baca Asma Nadia Lampung Silvana Maya Pratiwi dan
Anggotanya Triyadi Isworo, Nurul Fathia, Desi Ilham Sianturi, Anak
Didik Bagus Ilham, Aulia Intan yang amat sangat membantu
terselesaikannya penelitian ini. Terima kasih banyak atas segala
bantuannya, juga untuk kehangatannya dalam menyambut kehadiran saya .
17.Untuk semua pihak yang telah mendoakan saya dalam doanya, untuk
semua pihak yang telah memberikan saya pelajaran-pelajaran berharga
baik secara langsung ataupun tidak langsung, untuk semua apresiasinya
terhadap saya, untuk semua simpati dan empatinya terhadap saya kepada
siapapun itu saya ucapkan terimakasih banyak. Itu semua merupakan
pelajaran berharga.
Seluruh pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah S.W.T membalas seluruh
ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi
ini bermanfaat.
BandarLampung, 17 November 2014 Penulis,
(15)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
MOTTO ... viii
SAN WACANA ... ix
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ... 10
2.2 Tinjauan Tentang Peranan ... 12
2.3 Pengertian Komunikasi ... 13
(16)
2.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 14
2.3.2 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi ... 18
2.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi... 19
2.3.4 Tahap dan Proses Komunikasi Antarpribadi ... 19
2.3.5 Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ... 22
2.4 Volunteer Rumah Baca Asma Nadia ... 25
2.5 Tinjauan Tentang Minat BacaKomunikasi Antarpribadi ... 26
2.5.1 Pengertian Minat Baca ... 26
2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca ... 29
2.5.3 Cara Menumbuhkan Minat Baca... 31
2.7 Kerangka Pikir ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1Tipe Penelitian ... 36
3.2Fokus Penelitian ... 37
3.3 Kriteria Informan ... 38
3.4Sumber Data ... 39
3.5Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.6Teknik Analisis Data ... 41
3.7Validitas Instrumen Penelitian ... 42
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 45
4.1 Profil Rumah Baca Asma Nadia Lampung ... 45
4.1.1 Lokasi Penelitian ... 45
4.1.2 Sejarah Rumah Baca Asma Nadia Lampung ... 45
4.2 Visi dan Misi ... 46
(17)
4.4 Daftar Hadir dan Buku yang dipinjam Rumah Baca
Asma Nadia Lampung ... 48
4.5 Koleksi Buku Rumah Baca Asma Nadia Lampung ... 48
4.6 Fokus Bidang di Rumah Baca Asma Nadia Lampung ... 49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51
5.1 Hasil ... 51
5.2 Profil Informan ... 52
1. Informan 1 ... 52
2. Informan 2 ... 53
3. Informan 3 ... 53
4. Informan 4 ... 53
5. Informan 5 ... 53
6. Informan 6 ... 54
5.3 Hasil Observasi ... 55
5.4 Hasil Wawancara ... 56
5.4.1 Peranan Komunikasi Antarpribadi volunteer dalam meningkatkan minat baca anak didik di Rumah Baca Asma Nadia Lampung dilihat dari aspek-aspek Humanistik ( Keterbukaan, Empaty, Sikap Mendukung Sikap Positif, Kesetaraan) ... 57
5.4.1.1 5 aspek humanistik yang dilihat dari volunteer ... 57
5.4.1.2 5 aspek humanistik yang dilihat dari anak didik ... 87
5.5 Pembahasan ... 106
5.5.1 Peranan Komunikasi Antarpribadi Dikaji dari Aspek Keterbukaan ... 124
5.5.2 Peranan Komunikasi Antarpribadi Dikaji dari Aspek Emapty ... 127
(18)
5.5.3 Peranan Komunikasi Antarpribadi Dikaji dari
Aspek Sikap Mendukung ... 130
5.5.4 Peranan Komunikasi Antarpriba Dikaji dari Aspek Sikap Positif ... 132
5.5.5 Peranan Komunikasi Antarpribadi Dikaji dari Aspek Kesetaraan ... 134
5.5.6 Pembahasan Peranan Komunikasi Antarpribadi volunteer Rumah Baca Asma Nadia Dalam Meningkatkan Minat Baca Anak Didik... 137
5.5.7 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Kegunaan Penelitian Secara Teoritis ... 140
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 144
6.1 Kesimpulan ... 144
6.2 Saran ... 145
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(19)
DAFTAR TABEL
Tabel No. Halaman
Tabel 1. Daftar Hadir Rumah Baca Asma Nadia ... 5 Tabel 2. Penelitian Terdahulu ... 11 Tabel 3. Jenis Koleksi Buku yang dimiliki Rumah Baca Asma Nadia 48 Tabel 4. Daftar Informan sebagai Volunteer dan anak didik ... 52 Tabel 5. Tim Penilaian untuk Volunteer... 109 Tabel 6. Tim Penilaian untuk Anak Didik ... 119
(20)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 34 Gambar 2. Rumah Baca Asma Nadia Lampung ... 44 Gambar 3. Struktur Rumah Baca Asma Nadia Lampung... 46 Gambar 4. Daftar Hadir anak didik dan Buku yang dipinjam
di Rumah Baca Asma Nadia Lampung Pada bulan
November 2013 sampai Januari 2015... 48 Gambar 5. Bagan Rangkuman Hasil Pembahasan ... 139
(21)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Membaca merupakan suatu kegiatan yang dapat menambah wawasan dan
mengasah otak untuk semua orang. Kegiatan membaca (teks, literatur) yang
dibiasakan sejak dini (baca: anak-anak) sesuai kemampuan dapat merangsang
kreativitas dan semangat rasa ingin tahu seseorang. Sang penguasa alam
Allah SWT pun telah memerintahkan untuk banyak membaca. Dalam Al-Qur’an surah Al-Alaq: 1 telah diperintahkan:“Iqro”yang artinya: “Bacalah”. Minat membaca memang sangat erat kaitannya dengan tingkat intelektualitas
dan kesejahteraan masyarakat. Negara-negara barat yang notabene dikatakan
maju dari sisi ilmu pengetahuan umumnya memiliki indeks membaca yang
cukup tinggi. Sehingga minat membaca dan kecintaan terhadap buku ini
harus terus dipacu yang berarti juga meningkatkan kecintaan masyarakat
terhadap ilmu pengetahuan.
Berdasarkan hasil survei UNESCO (United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization) menunjukkan bahwa minat baca masyarakat yang
paling rendah di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah
(22)
2
ASEAN”, Warta Online, 26 Januari 2011). Rendahnya minat baca ini
dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia yang baru sekitar
0,001, artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih
memiliki minat baca tinggi. Angka ini masih sangat jauh dibandingkan
dengan angka minat baca di Singapura yang memiliki indeks membaca
sampai 0,45 (“Galakkan Baca Buku untuk Kemajuan Bangsa”, Media Indonesia, 17 Mei 2010).
http://sariberitacoco.blogspot.com/2012/08/minat-baca-masyarakat-indonesia-rendah.html#sthash.Egck4hDc.dpuf diakses pada
tanggal 11 Juni 2014
Berdasarkan fakta mengenai kurangnya minat baca serta rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat di bidang perpustakaan di Indonesia, membuat relawan
yang peduli dengan minat baca tergerak untuk terjun langsung ke masyarakat
dengan berbagai cara untuk satu tujuan yakni menanamkan budaya membaca
dikalangan masyarakat. Salah satu upaya untuk menumbuhkan budaya
membaca dan meningkatkan peranan masyarakat dalam pemberdayaan di
Indonesia adalah mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Taman
bacaan belakangan ini merupakan fenomena yang menarik untuk
diperhatikan. Hal tersebut membuktikan bahwa kesadaran akan pentingnya
budaya membaca saat ini mulai mendapat perhatian serius. Salah satu
pendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat berbasis komunitas
merupakan sebuah upaya menyelamatkan bangsa dengan meningkatkan
budaya membaca dan menulis untuk anak-anak yang dilakukan oleh
(23)
3
Atas dasar perwujudan dari rasa kepedulian terhadap minat baca yang
cenderung rendah maka berdirilah taman bacaan masyarakat. Salah satu
taman bacaan yang belakangan ini mendapat perhatian dari masyarakat
adalah Rumah Baca Asma Nadia.
Di Bandarlampung, Rumah Baca Asma Nadia diresmikan pada 7 September
2013 tempat Jl. Ikan Nila IX No. 18 Kelurahan Bumi Raya Kecamatan Bumi
Waras Bandar Lampung. Target utama Rumah Baca Asma Nadia ini
masyarakat sekitar, terutama anak-anak dan remaja. Kebanyakan anak-anak
dan remaja di lingkungan masyarakat sekitar itu berasal dari keluarga dengan
tingkat ekonomi menengah ke bawah yang orangtuanya tidak menyediakan
bahan bacaan bagi anak-anaknya.
Rumah Baca Asma Nadia merupakan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) – Perpustakaan Dhuafa – yang diinspirasi oleh sosok Asma Nadia, seorang penulis wanita yang produktif di tanah air hadir dengan tujuan mulia, yaitu
memberi wadah alternatif yang menyediakan buku-buku bacaan untuk
anak-anak (dan dewasa), sekaligus sebagai pusat kegiatan yang kreatif para
pengunjungnya.
Berawal dari ruangan-ruangan sederhana yang „disulap’ menjadi perpustakaan mini, dengan fasilitas seadanya namun rapi, satu persatu Rumah
Baca Asma Nadia hadir di tempat-tempat yang membutuhkannya.
Keanggotaan Rumah Baca Asma Nadia sendiri dibuka untuk anak-anak
(24)
4
Rumah Baca Asma Nadia dalam mengembangkan minat baca pada anak-anak
sesuai dengan tujuannya.
Keberadaan taman bacaan dapat menjadi stimulus bagi anak-anak untuk
menyukai kegiatan membaca. Koleksi buku yang tesedia merupakan daya
tarik utama sebuah taman bacaan. Koleksi yang disediakan Rumah Baca
Asma Nadia pada umumnya yang bersifat edukasi dan hiburan seperti buku
matapelajaran, cerita rakyat, novel, fiksi remaja, buku parenting (tentang
orang tua), kebudayaan lampung, komik sehingga diharapkan dapat
mendorong masyarakat khususnya anak-anak untuk lebih tertarik lagi dengan
kegiatan membaca.
Volunteer di Rumah Baca Asma Nadia adalah tenaga pendidik yang
mengajarkan pelajaran sekolah, dongeng, dan kesenian. Volunteer adalah
tenaga pendidik yang berpartisipasi dalam membagikan ilmu dan
keterampilan yang dimilikinya kepada anak – anak didik di Rumah Baca Asma Nadia Lampung, yang bersifat sukarela dan tanpa imbalan materi.
Di Rumah Baca Asma Nadia Lampung terdapat 20 volunteer tetap yaitu,
Silvana Maya (Ketua), Nurul, Lely, Annisa, Ayum, Madri, Mita, Funda,
Woro, Rizka, Lia, Reza, Ade, Andari, Imam, Siti, Ica, Riko, Tika,dan Winda
yang membagikan ilmu, pengetahuan serta keterampilannya dalam hal
kesenian, dongeng, mengajarkan pelajaran sekolah, dan berbagai macam
(25)
5
Tabel 1. Daftar Hadir anak didik di Rumah Baca Asma Nadia Lampung Pada bulan Januari Bulan Minggu
Ke 1
Hari Rata - Rata
Senin Rabu Jumat Januari
2014
1 26 25 24 25
2 24 23 25 24
3 27 26 22 25
4 26 26 27 26
Jumlah Rata-rata 25
Sumber Rumah Baca Asma Nadia Lampung
Dari hasil data pra survei yeng peneliti peroleh bulan Januari 2014 ternyata,
di Rumah Baca Asma Nadia Lampung di jadwalkan setiap hari Senin, Rabu
dan Jumat. Dapat dilihat pada data di atas pada minggu pertama sampai
dengan keempat, setiap hari Senin berjumlah 55 orang, pada hari Rabu
berjumlah 58 orang dan pada hari Jumat berjumlah 55 orang. Rata-rata anak
didik yang membaca tiap harinya membaca buku anak anak seperti, majalah
cerita rakyat, komik, buku pengetahuan.
Pemberian motivasi dari tenaga pendidik dalam meningkatkan minat baca,
dalam hal ini yang dimaksud adalah volunteer kepada anak didik berlangsung
dalam interaksi yang melibatkan proses komunikasi, terutama komunikasi
tatap muka yang berlangsung diantara keduanya yang keseluruhan proses
tersebut tidak lepas dari peranan komunikasi antarpribadi. Dikatakan
komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator
(volunteer) dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan (anak didik) secara
langsung. Dalam ilmu komunikasi situasi tatap muka antara dua orang atau
lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto,
(26)
6
Komunikasi antarpribadi bisa terjadi dimana saja dan pada siapa saja,
termasuk di dalam proses belajar mengajar di Rumah Baca Asma Nadia
antara volunteer dengan anak didik. Proses belajar mengajar diartikan sebagai
suatu interaksi antara volunteer dan anak didik dalam rangka mencapai
tujuannya. Defenisi ini mengatakan bahwa terjadinya perilaku mengajar pada
pihak volunteer dan perilaku belajar pada pihak anak didik tidak berlangsung
hanya dari satu arah saja, melainkan terjadi secara timbal balik (interaktif).
Dimana kedua pihak berperan dan berbuat secara aktif di dalamnya. Tujuan
interaksi belajar mengajar merupakan titik temu yang bersifat mengikat serta
mengarahkan aktivitas kedua pihak tersebut. Dengan demikian kriteria dari
rangkaian keseluruhan proses interaksi adalah perubahan perilaku dan pribadi
anak didik.
Level komunikasi yang paling efektif adalah tataran interpersonal
(komunikasi antarpribadi). Komunikasi antarpribadi menurut Devito adalah
“proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang dengan berbagai efek dan umpan balik seketika” (Effendy, 2003:59). Karena keampuhannya, komunikasi antarpribadi ini kerap kali digunakan dalam usaha mengubah sikap seseorang.
Di Rumah Baca Asma Nadia untuk menciptakan suasana yang kondusif
dalam usaha meningkatkan minat baca, volunteer memegang peranan sangat
penting dalam menyediakan suasana yang kondusif bagi anak didiknya.
Peranan ini menuntut volunteer memiliki kecakapan berkomunikasi
(27)
7
Asma Nadia lebih sering menggunakan komunikasi tatap muka. Ketika
berada di dalam kelas saat berlangsungnya proses penyampaian pelajaran
oleh volunteer kepada anak didik, masih menggunakan teknik komunikasi
tatap muka. Di mana anak didik dapat memperhatikan setiap gerak tubuh dan
kualitas tatap muka yang menghasilkan suasana nyaman bagi dirinya.
Terutama ketika volunteer memberi motivasi, kemungkinan akan mendapat
respon yang baik dari anak didiknya di mana keseluruhan proses tersebut
tidak terlepas dari pengaruh komunikasi antarpribadi yang terjalin di antar
keduanya.
Efektifitas komunikasi antarpribadi perlu diketahui sehingga dapat menerapkan pendekatan yang sesuai untuk mengatasi situasi komunikasi tertentu (Devito, 2011 : 285). Perlu diketahui juga tentang karakteristik dari
peran komunikasi antarpribadi sehingga dapat memperoleh gambaran dari
faktor-faktor yang dapat membuat komunikasi menjadi efektif. Menurut
Devito (1989 : 6), “komunikasi antarpribadi memiliki 5 (lima ) ciri, yaitu
keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan”.
Oleh karena itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut bagaimana komunikasi
antarpribadi yang terjadi antara volunteer dengan anak didik yang ada di
Rumah Baca Asma Nadia dilihat dari sudut pandang humanistik yang
menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, dan
kualitas-kualitas lain yang menciptakan interaksi yang bermakna jujur dan
memuaskan (Bochner & Kelly, 1974 dalam DeVito). Ancangan ini dimulai
(28)
8
menentukan terciptanya hubungan antar manusia yang superior. Dari
kualitas-kualitas umum ini, dapat menurunkan perilaku-perilaku spesifik yang
menandai komunikasi antarpribadi yang efektif.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka penulis akan
melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana komunikasi antarpribadi
volunteer dalam meningkatkan minat baca anak didik Rumah Baca Asma
Nadia Lampung. Penulis memilih lokasi penelitian di Rumah Baca Asma
Nadia Lampung dikarenakan penulis tertarik melihat Rumah Baca Asma
Nadia Lampung yang merupakan Taman Bacaan Masyrakat yang memiliki
perbedaan yaitu daerah pengabdian bukan hanya di sekitar Rumah Baca
Asma Nadia melainkan di pulau tegal, volunteer Rumah Baca Asma Nadia
setiap sabtu atau minggu hadir ke pulau tegal untuk mengajar anak putus
sekolah dan yang mengelola Rumah Baca Asma Nadia lebih dominan
mahasiswa.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi volunteer Rumah Baca Asma Nadia Lampung dalam meningkatkan minat baca anak didik?’’
(29)
9
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peranan
komunikasi Antarpribadi yang dilakukan volunteer di Rumah Baca Asma
Nadia Lampung dalam meningkatkan minat membaca anak didik.
1.4Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini, yaitu:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan
komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan minat baca anak didik di
Rumah Baca Asma Nadia Lampung.
2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi setiap rumah baca untuk mempraktikkan komunikasi
(30)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1. Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai
perbandingan dan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam menyusun
penelitian ini. Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus
mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan
permasalahan penelitian : teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan,
kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti
harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan
penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti
sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100)
Adapun penelitian sebelumnya dipakai sebagai acuan dan referensi penulis dan
memudahkan penulis dalam membuat penelitian ini. Penulis telah menganalisis
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini,
(31)
11
Table 2. Penelitian Syafruddin Pohan
Penulis Syafruddin Pohan
Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatra (2011) Judul
Penelitian
Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa Dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tantang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 TD Pardede Foundation)
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian, terbukti bahwa komunikasi antarpribadi guru dan siswa berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di SMK 1 TD Pardede. Untuk mengetahui pengaruh tersebut, peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap para siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini.
Kontribusi pada Penelitian
Menjadi referensi bagi penelitian penulis serta membantu dalam proses penelitian.
Perbedaan Penelitian
Dari penelitian ini dapat diketahui perbedaan jelas pada objeknya, jika penelitian Syafruddin Pohan objeknya adalah peningkatan motivasi belajar siswa sedangkan peneliti ini objeknya adalah meningkatkan minat baca anak didik.
Penelitian Syafruddin Pohan menggunakan teori self disclosure dan motivasi
belajar. Metode penelitian yang digunakan Syafruddin Pohan sama dengan
peneliti yaitu metode kualitatif. Dengan demikian penulis sangat terbantu dalam
langkah, metode dan sebagainya. Namun penelitian ini jelas memiliki perbedaan
jika penelitian Syafruddin Pohan meneliti tentang motivasi belajar siswa
(32)
12
2.2 Tinjauan Tentang Peranan
Peranan merupakan aspek dinamis dari status (kedudukan). Soejono Soekanto
(1986: 23) berpendapat bahwa peranan adalah aspek dimana dari kedudukan
atau status, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya berarti ia menjalankan perannya. Peranan sangat penting
dalam mengatur prilaku seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan
perbuatan orang lain. Dengan demikian orang yang bersangkutan akan dapat
menyesuaikan prilaku sendiri dengan prilaku orang lain dalam kelompoknya.
Menurut Soeleman B. Taneko (1986: 23) peranan adalah pola tingkah laku
yang diharapkan dari orang yang memangku suatu status. Sedangkan
Taliziduhu Ndraha (1990:111) mengartikan peranan (roles) itu mencakup
prilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi
dalam suatu system social.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
peranan adalah tindakan atau tingkah laku yang diharapkan dari orang atau
suatu objek tertentu. Dari pernyataan tersebut, penulis ingin mengetahui
bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi yang digunakan volunteer
(33)
13
2.3 Pengertian Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filsafat
Komunikasi, hakekat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia.
Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa”
komunikasi, pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang
menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang
yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicatee). Untuk
tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek,
pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol).
Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa
(Effendy, 2003: 28).
Menurut (Effendy, 2003 : 5)
“Komunikasi adalah proses di mana seseorang menyampaikan gagasan, harapan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan penyampai pesan dan ditujukan kepada penerima pesan. Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal langsung melalui media.”
Harold D. Lasswell seperti yang dikutip Onong Uchjana Effendy menyatakan
bahwa cara yang terbaik dalam menerangkan kegiatan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan ”Who Says What Which Channel To Whom With What Effect?” (”siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran
(34)
14
pendapat para ahli tersebut maka komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari komunikator ke komunikan baik pesan verbal maupun non verbal melalui
saluran atau media yang tepat sehingga menghasilkan efek yang diharapkan
(Effendy, 2002: 10).
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian pesan dari seorang volunteer Rumah Baca Asma Nadia Lampung
berupa pesan yang dapat menimbulkan efek kepada anak didik dalam
meningkatkan minat baca.
2.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi 2.4.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Menurut Joseph Devito (Effendy, 2003: 59) “komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika.”
Menurut R. Wayne Pace (1979) yang dikutip Hafied Canggara (Cangara, 2001:
31) “Komunikasi antar pribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.”
Berdasarkan kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar
pribadi merupakan proses komunikasi antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang-orang secara tatap muka dengan efek dan umpan balik
(35)
15
komunikasi antarpribadi antar volunteer sebagai komunikator dengan anak
didik sebagai komunikannya.
Karena berlangsung secara tatap muka, maka didalam komunikasi antar pribadi
antar volunteer dengan anak didik terjadi kontak pribadi (personal contact).
dimana pribadi anda dapat menyentuh pribadi komunikan anda, sehingga
umpan balik (feedback) dari pesan yang anda sampaikan berlangsung seketika
baik berupa tanggapan positif atau negatif (Effendy, 2003: 62).
Karena berlangsung secara tatap muka maka komunikator pada proses
komunikasi antar pribadi dapat menyampaikan pesan secara lengkap, baik
secara verbal maupun non verbal kepada komunikannya. Dalam
menyampaikan pesan secara verbal komunikator menggunakan bahasa.
Definisi fungsional dari bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan
diantara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannnya (Rakhmat,
2000: 269).
Sedangkan komunikasi non verbal adalah adalah komunikasi yang
menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan
tertulis.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (Mulyana, 2000 : 237)
“komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
(36)
16
penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”
Komunikasi nonverbal sangat penting dalam melengkapi pesan verbal yang
kita sampaikan, terutama dalam proses komunikasi antar pribadi. Karena
pemahaman terhadap pesan verbal oleh komunikan didukung dengan pesan
nonverbal dari komunikatornya. Menurut Dale G. Leathers yang dikutip
Jalaluddin Rakhmat, terdapat beberapa alasan mengapa pesan nonverbal sangat
penting, yaitu :
1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam
komunikasi interpersonal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
dibanding pesan verbal.
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif
bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat
diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan
yang memperjelas maksud dan makna pesan.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien
dibanding pesan verbal. Dalam mengungkapkan pikiran
menggunakan pesan verbal lebih memakan waktu.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Sugesti
disini adalah menyarankan sesuatu kepada orang lain secara
(37)
17
Komunikasi antarpribadi dipandang lebih efektif karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis, dimana terjadi interaksi antara
komunikator dan komunikan. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis
selalu lebih baik daripada komunikasi secara monolog, dimana hanya
komunikator yang bersifat aktif dan komunikan bersifat pasif. Dalam proses
yang dialogis, upaya dalam pengertian bersama (mutual understanding) antara
kedua pelaku komunikasi lebih cepat didapat serta dapat memunculkan empati.
(Effendy, 2003 : 60)
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi kelompok
Kecil (Small Group Communication). Komunikasi Diadik merupakan proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi yang tatap muka.
Dimana yang seorang menjadi komunikator yang menyampaikan pesan dan
yang seorang lagi menjadi komunikan yang menerima pesan. Komunikasi
diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan,
dialog dan wawancara. Sedangkan komunikasi kelompok kecil adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka,
dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain (Cangara,
2007:32).
Komunikasi antarpribadi didalam kehidupan bermasyarakat dapat berfungsi
untuk meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan
mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta
(38)
18
Sehingga melalui komunikasi antar pribadi yang baik seseorang bisa
mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidup karena karena
menjadikannya memiliki banyak teman dan terciptanya hubungan yang baik
dengan berbagai pihak.
2.4.2. Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi
Terdapat ciri-ciri yang menunjukkan sebuah proses komunikasi berlangsung
secara antarpribadi, antara lain yaitu:
a. Jumlah orang yang terlibat sedikit berkisar dua hingga sepuluh orang.
b. Tingkat kedekatan fisik pada waktu berkomunikasi intim sangat
pribadi.
c. Peran komunikasinya informal.
d. Penyesuaian pesan bersifat khusus yaitu pesan hanya diketahui oleh
komunikator dan komunikan saja.
e. Tujuan dan maksud komunikasi tidak berstruktur tetapi sangat sosial.
Hal ini karena sifatnya yang pribadi sehingga tujuan yang
disampaikan hanya mengenai kepentingan komunikator kepada
komunikan saja atau sebaliknya (Liliweri, 1991: 61)
Berdasarkan ciri-ciri diatas ditunjukkan bahwa dalam komunikasi antarpribadi
jumlah orang yang terlibat lebih sedikit dibanding dengan jenis komunikasi
yang lain sehingga komunikator dapat lebih fokus dalam penyampaian pesan
untuk mencapai tujuannya, dan dapat dengan segera mengetahui umpan balik
(39)
19
2.4.3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Secara umum komunikasi antarpribadi memiliki tujuan untuk mempengaruhi
atau mengubah pandangan, sikap dan perilaku komunikan sesuai dengan
harapan komunikator, dengan pengklasifikasian sebagai berikut:
a. Efek kognitif, adalah yang berkaitan dengan pikiran, nalar atau rasio,
misalnya komunikan yang semula tidak tahu, tidak mengerti menjadi
mengerti atau tidak sadar menjadi sadar.
b. Efek afektif, adalah efek yang berkaitan tentang perasaan, misalnya
komunikan yang merasa tidak senang atau sedih menjadi gembira.
c. Efek konatif, adalah efek yang berkaitan dengan timbulnya keyakinan
dalam diri komunikan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh komunikator berdasarkan pesan atau message
yang ditransmisikan, sikap dan perilaku komunikan pasca proses
komunikasi juga tercermin dalam efek konatif (Effendy, 1989:113)
2.4.4. Tahap-tahap dan Proses Komunikasi Antarpribadi
Hubungan interpersonal berlangsung melewati dua tahap :
1. Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap ini disebut juga dengan tahap perkenalan dengan ditandainya
proses penyampaian informasi, seperti adanya fase kontak
permulaan (initial contact phase), kemudian kedua belah pihak
untuk saling menangkap reaksi kawannya. Masing-masing pihak
berusaha menggali secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang
(40)
20
Bila merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses
pengungkapkan diri. Bila mereka merasa berbeda, mereka akan
saling menyembunyikan dirinya. Sehingga hubungan interpersonal
mungkin akan segera diakhiri. Para psikolog sosial menemukan
bahwa penampilan fisik, apa yang diucapkan pertama, apa yang
dilakukan pertama menjadi penentu yang penting terhadap
pembentukan citra pertama tentang orang itu (Brooks dan Emmert,
1976:24 dalam Rakhmat 2003:126)
2. Peneguhan Hubungan Interpersonal
Menurut Rahmat (2003:126), hubungan interpersonal tidak bersifat
statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh
hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan
tertentu untuk mengembalikkan keseimbangan (equilibrium). Ada
empat faktor yang teramat penting dalam memelihara keseimbangan
ini: keakraban, control, respons yang tepat, dan nada emosional yang
tepat.
Faktor yang pertama ialah keakraban. Dimana keakraban merupakan
pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal
akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tetang tingkat
keakraban yang diperlukan.
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan
mengontrol siapa dan bilamana jika dua orang mempunyai pendapat
(41)
21
berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapakah yang
dominan. Konflik terjadi pada umumnya bila masing-masing
mempertahankan ego dan ingin berkuasa, atau juga tidak ada pihak
yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respons, artinya respons A harus
diikuti oleh respons B yang sesuai. Dalam percakapan misalnya,
pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa,
permintaan keterangan dengan penjelasan. Respons ini bukan saja
berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan
nonverbal. Jika pembicaran yang serius dijawab dengan main-main,
ungkapan wajah yang sungguh-sungguh diterima dengan air muka
yang menunjukkan sikap tidak percaya, hubungan interpersonal
mengalami keretakan. Ini berarti adanya suatu respons yang tidak
tepat.
Faktor keempat yang memelihara hubungan interpersonal adalah
keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi.
Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan
suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi tidak akan stabil.
Besar kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau
mengubah suasana emosi. Bila saya turut sedih ketika Anda
mengungkapkan penderitaan Anda, saya akan menyamakan suasana
(42)
22
menganggap saya “dingin” ketika saya menanggapi perasaan Anda
dengan perasaan yang netral (Rakhmat 2003:128).
2.4.5. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi, seperti bentuk perilaku yang lain, dapat sangat
efektif dan dapat pula sangat tidak efektif. Sedikit saja perjumpaan antarpribadi
yang gagal total atau berhasil total, tetapi ada perjumpaan yang lebih efektif
daripada yang lain. Karakteristik komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari tiga
sudut pandang, yang ketiganya saling melengkapi (Devito,1997: 259-266),
yaitu:
1) Sudut pandang humanistik
Didalam sudut pandang humanistik terdapat lima kualitas yang
menciptakan interaksi yang bermakna, jujur dan memuaskan. Lima
kualitas yang ditekankan dalam sudut pandang ini adalah :
a. Keterbukaan (openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang
efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi.
Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara
jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang keluar memang milik kita dan kita
(43)
23
b. Empati (empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya
pada posisi atau peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang
secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang
dirasakan dan dialami orang lain
c. Sikap Mendukung (supportiveness)
Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada
perilaku supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling
memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.
d. Sikap Positif (positiveness)
Kita mengomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi
dengan sedikitnya dua cara yaitu dengan menyatakan sikap positif
dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita
berinteraksi.
e. Kesetaraan (equality)
Keefektifan komunikasi antar pribadi juga ditentukan oleh
kesamaan-kesamaan yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap,
watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya.
2) Sudut Pandang Pragmatis
Sudut pandang pragmatis atau keprilakuan, yang menekankan pada
manajemen kesegaran interaksi, juga dinamai dengan model
kompetensi, memusatkan pada prilaku spesifik yang harus
(44)
24
diinginkan.Sudut pandang ini juga menawarkan lima kualitas
efektifitas :
a. Kepercayaan Diri
Komunikator yang efektif selalu merasa nyaman bersama orang lain
dan merasa nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya.
b. Kebersatuan
Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dan
pendengar atau tercipta rasa kebersamaan dan kesatuan.
Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan
minat dan perhatian. Kebersatuan menyatukan pembicara dan
pendengar.
c. Manajemen Interaksi
Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan
kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak
seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting.
Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi.
d. Daya Ekspresi
Mengacu pada keterampilan mengomunikasikan keterlibatan tulus
dalam interaksi antarpribadi. Kita mendemonstrasikan daya ekspresi
dengan menggunakan variasi dalam kecepatan, nada, volume dan
ritme suara untuk mengisyaratkan keterlibatan dan perhatian.
e. Orientasi Kepada Orang Lain
Orientasi ini mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan
(45)
25
ini mencakup pengomunikasian perhatian dan minat terhadap apa
yang dikatakan lawan bicara.
3) Sudut Pandang Pergaulan Sosial dan Sudut Pandang Kesetaraan.
Sudut pandang ini didasarkan pada model ekonomi imbalan dan
biaya. Sudut pandang ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan
merupakan kemitraan, dimana imbalan dan biaya saling
dipertukarkan. (Devito, 1997: 259)
2.5. Tinjauan Tentang Volunteer Rumah Baca Asma Nadia
Volunteer yang ada di Rumah Baca Asma Nadia ini rata-rata terdiri dari
mahasiswa yang secara sukarela meluangkan waktunya untuk bersedia
mengajar di Rumah Baca Asma Nadia. Mereka adalah mahasiswa dan
mahasiswi dari berbagai angkatan dan berbagai perguruan tinggi. Rumah Baca
Asma Nadia nemiliki vokunteer tetap dan volunteer lepas. Volunteer tetapnya
ini biasanya adalah mahasiswa yang sudah tidak ada matakuliah lagi di
kampusnya. Sehingga mereka mempunyai waktu yang cukup banyak untuk
mengajar. Sedangkan volunteer lepas rumah baca asmanadia ini adalah
mahasiswa yang masih berada di semester awal atau mahasiswa yang masih
mempunyai beberapa matakuliah. Sehingga waktu yang mereka miliki untuk
mengajar di rumah baca juga tentatif. Meskipun waktu volunteer dalam hal jam
mengajar ini masih beragam. Namun tidak mempesalahkannya karen mereka
memiliki jadwal yang sudah disesuaikan dengan jadwal para volunteer sendiri.
Sehingga kegiatan belajar nengajar di rumah baca asmanadia ini masih bisa
(46)
26
2.6. Tinjauan tentang Minat Baca 2.6.1. Pengertian Minat Baca
Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan
sesuatu yang dianggapnya memberikan kesenangan dan kebahagiaan. Dari
perasaan senang tersebut timbul keinginan untuk memperoleh dan
mengembangkan apa yang telah membuatnya senang dan bahagia.
Menurut Hurlock (1999: 114) “minat merupakan sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat.”
Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah
dipelajari karena minat menambah dorongan untuk belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu sikap batin dari dalam
diri seseorang yang merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal
tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan perasaan senang yang timbul
dari dorongan batin seseorang. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat
bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian
(47)
27
Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang
diajarkan di Sekolah Dasar. Keempat keterampilan tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lain dan merupakan satu kesatuan.
Kegiatan membaca merupakan kegiatan reseptif, suatu bentuk penyerapan
yang aktif. Dalam kegiatan membaca, pikiran dan mental dilibatkan secara
aktif, tidak hanya aktifitas fisik saja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005: 83) “membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.”
Dengan kata lain, membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna
yang terkandung di dalam bahan tulis. Jadi dapat disimpulkan bahwa
membaca merupakan proses aktivitas komunikasi yang kompleks.
Membaca bertujuan untuk melihat, memahami isi atau makna dan
memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media
kata-kata atau bahasa tulis sehingga diperoleh pemahaman terhadap bacaan.
Melalui membaca, informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan
dapat diperoleh.
Orang yang melakukan aktivitas tentunya mempunyai tujuan yang ingin
dicapai, demikian juga dalam kegiatan membaca. Seseorang yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan
(48)
28
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencangkup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti
(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif
kita dalam membaca.
Menurut Wiryodijoyo (1989: 57) “Tujuan membaca adalah mengetahui isi
materi yang ada dalam bacaan dan mengerti informasi yang ada di dalamnya. Dengan kita memiliki tujuan yang jelas dalam membaca, maka akan memperkuat pemahaman kita terhadap bacaan. Dengan pemahaman bacaan, akan terjadi interaksi antara bahasa dan pikiran kita. Selain itu kita juga bisa mengembangkan kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam”.
Tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh makna yang tepat dari
bacaan yang dibacanya. Oleh karenanya akan menjadikan seseorang terus
berpikir untuk memahami makna yang terkandung dalam tulisan. Semakin
banyak seseorang membaca, semakin tertantang seseorang untuk terus berpikir
terhadap apa yang mereka telah baca.
Minat baca merupakan suatu kecenderungan kepemilikan keinginan atau
ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-usaha yang terus menerus pada
diri seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan secara terus
menerus dan diikuti dengan rasa senang tanpa paksaan, atas kemauannya
sendiri atau dorongan dari luar sehingga seseorang tersebut mengerti atau
(49)
29
2.6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Dawson dan Bamman (Rahman, 1985: 6-8) mengemukakan prinsip-prinsip
yang mempengaruhi minat baca sebagai berikut.
1) Seseorang atau siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat
bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan,
dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. Isi dari
bahan bacaan yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan individu,
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap minat
bacanya.
2) Kegiatan dan kebiasaan membaca dianggap berhasil atau bermanfaat
jika siswa memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yaitu rasa aman, status, kedudukan tertentu,
kepuasan efektif dan kebebasan yang sesuai dengan kenyataan serta
tingkat perkembangannya. Jika kegiatan membaca dianggap
menguntungkan seseorang, maka membaca merupakan suatu kegiatan
yang dianggap sebagai salah satu kebutuhan hidupnya.
3) Tersedianya sarana buku bacaan dalam keluarga merupakan salah
satu faktor pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca.
Ragam bacaan yang memadai dan beraneka ragam dalam keluarga akan
sangat membantu anak dalam meningkatkan minat baca.
4) Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan
sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor
(50)
30
5) Adanya program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan
siswa untuk membaca secara periodik di perpustakaan sekolah
sangat mendorong perkembangan dan peningkatan minat baca siswa.
6) Saran-saran teman sekelas sebagai faktor eksternal dapat mendorong
timbulnya minat baca siswa. Pergaulan teman dalam sekolah
menjadi salah satu faktor penting dalm pembentukan minat. Siswa
yang berminat terhadap kegiatan membaca, akan lebih sering
mengajak temannya ikut melakukan kegiatan membaca baik di
dalam kelas ataupun perpustakaan sehingga memberikan pengaruh
positif juga terhadap temannya.
7) Faktor guru yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan
interaksi belajar mengajar, khususnya dalam program pengajaran
membaca. Guru yang baik harus mengetahui karakteristik dan minat
anak. Guru bisa menyajikan bahan bacaan yang menarik dan
bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan.
8) Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong pemilihan buku
bacaan dan minat baca siswa. Anak perempuan biasanya lebih
suka membaca novel, cerita drama maupun cerita persahabatan,
sedangkan anak laki-laki biasanya lebih suka cerita bertema
kepahlawanan.
Dengan demikian minat membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh
seorang siswa melainkan harus dibentuk. Perlu suatu upaya, terutama dari
kalangan pendidik, di samping dari lingkungan keluarganya sebagai
(51)
31
minat baca. Minat sangat memegang peranan penting dalam menentukan
langkah yang akan kita kerjakan. Walaupun motivasinya sangat kuat tetapi
jika minat tidak ada, tentu kita tidak akan melakukan sesuatu yang
dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya kedudukan minat dalam
membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar
melakukan kegiatan membaca.
2.6.3. Cara Menumbuhkan Minat Baca
Pengajaran membaca tidak saja diharapkan untuk meningkatkan keterampilan
membaca. Tetapi juga meningkatkan minat dan kegemaran membaca siswa.
Menurut Wiryodijoyo (1989: 193-196) “agar membaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan bagi para siswa, maka diperlukan kerja sama yang erat antara orang tua dan guru, yaitu memberikan motivasi dan mengusahakan buku-buku bacaan.”
Pembentukan kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin dalam
kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, usaha
pembentukan minat yang baik dapat dimulai sejak kira-kira umur dua
tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat mempergunakan bahasa lisan
(memahami yang dikatakan dan berbicara).
Setelah anak mulai sekolah, perlu semakin dirangsang untuk membuka
dan membaca buku-buku yang sesuai dengan yang dipelajarinya di
sekolah. Bercerita kepada anak sebelum tidur atau pada waktu-waktu tertentu
(52)
32
menumbuhkan minat baca. Selain itu, anak juga perlu dibawa ke
perpustakaan dan ditunjukkan bagaimana cara membaca di ruangan baca di
perpustakaan. Membaca bahan bacaan, baik itu surat kabar, buku-buku
pelajaran, atau buku-buku bacaan merupakan hal penting untuk mendisiplinkan
diri agar rajin membaca. Jika disiplin ini telah berjalan, maka minat membaca
akan terbentuk dan akhirnya kebiasaan membaca akan tercapai.
2.7. Kerangka Pikir
Volunteer di Rumah baca Asma Nadia merupakan tenaga pendidik yang berada
diluar lingkungan sekolah. Peran volunteer dalam mendidik, membimbing anak
didik belajar dapat meningkatkan minat bacanya. Hal itu disebabkan, dalam
penyaluran informasi belajar dibutuhkan kualitas komunikasi yang baik
berupa dorongan, dukungan, dan motivasi dari volunteer, sehingga anak didik
dapat belajar dengan baik untuk mencapai tujuan belajar yang lebih maksimal.
Komunikasi antarpribadi dapat dikatakan komunikasi yang paling efektif
dilakukan seorang komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Tidak ada
satupun komunikasi yang dapat menggantikannya, sekalipun itu melalui media.
Karena dalam komunikasi antarpribadi, kita bisa melihat dan mengawasi panca
indera serta gesture tubuh lawan bicara secara langsung.
Kualitas komunikasi volunteer dengan anak didik dapat diwujudkan dengan
melihat pada penyampaian pesan dari volunteer kepada anak didik, atau anak
didik ke volunteer, penulis menggunakan ancangan humanistik untuk meneliti
(53)
33
digunakan komunikator untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Sebagaimana yang diungkapkan Bochner & Kelly (DeVito, 1997:259) yang
menawarkan lima poin sudut pandang humanistik yang meliputi, keterbukaan
(openess), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).
Volunteer yang berinteraksi dengan para anak didik tentu akan saling
berhadapan (one by one). Peran volunteer dalam Rumah Baca Asma Nadia
sangat membantu anak didik dalam meningkatkan minat baca. Untuk itu,
sebagai komunikator, volunteer diharapkan mampu berkomunikasi secara baik
dan efektif untuk membuat anak didik tertarik belajar di Rumah Baca Asma
Nadia.
Perwujudan komunikasi volunteer dengan anak didik tersebut berarti volunteer
tidak hanya memantau kegiatan belajar mengajar dan memantau kemajuan
belajarnya akan tetapi juga membangun relasi yang baik dengan memahami
kebutuhan fisiologis maupun psikologis anak, mendukung kegiatan anak didik
dalam belajar yaitu, menciptakan kondisi belajar yang baik, memberi
bimbingan belajar, membantu menyediakan fasilitas belajar, mencarikan solusi
kesulitan belajar. Volunteer perlu memiliki kemampuan memahami psikologis
anak didik, memiliki pengalaman belajar, serta mampu mempengaruhi anak
(54)
34
Dari penuturan tersebut, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui
peranan komunikasi antarpribadi yang digunakan volunteer dalam
meningkatkan minat baca di Rumah Baca Asma Nadia dengan menerapkan
ancangan humanistik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif,
(55)
35
Lebih jelasnya bisa dilihat melalui kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir Kegiatan Komunikasi antarpribadi
berdasarkan aspek humanistik : Keterbukaan (openness)
Empati (empathy)
Sikap Mendukung (supportiveness)
Sikap Positif (positiveness)
Kesetaraan (equality)
Peranan
Komunikasi Antarpribadi
Meningkatkan Minat Baca
Anak didik Rumah Baca Asma
Nadia
Volunteer
Rumah Baca Asma Nadia
(56)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tipe penelitian ini merupakan
cara analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran, menjelaskan dan
menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata sebagai jawaban atas
permasalahan yang diteliti. Menurut H. Nawawi dan Martini H (1993: 2008),
“bahwa penelitian dengan pendekatan kualitatif obyeknya adalah manusia atau gejala sesuatu yang dipengaruhi oleh manusia, obyek itu diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya atau secara naturalistik (natural setting).”
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode ini bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.
Menurut Isaac dan Michael (dalam Rakhmat, 2004: 22). Berdasarkan
pemahaman metode penelitian mengenai bagaimana komunikasi antarpribadi
volunteer Rumah Baca Asma Nadia dalam meningkatkan minat baca tepat
(57)
37
Sedangkan dalam proses penelitian kualitatif, data yang didapatkan berisi
perilaku dan keadaan individu secara keseluruhan. Penelitian kualitatif
menunjukkan pada prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif,
ungkapan atau catatan orang itu sendiri, dan tingkah lakunya. Dalam penelitian
ini, pendekatan kualitatif digunakan untuk menjelaskan bagaimana komunikasi
antarpribadi volunteer Rumah Baca Asma Nadia dalam meningkatkan minat
baca.
3.2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah fokus kajian penelitian atau
pokok soal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai
dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian dan hal yang kelak dibahas secara
mendalam dan tuntas (Bungin, 2003:41). Adapun fokus dalam penelitian ini
adalah ingin mengetahui bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi
volunteer dalam meningkatkan minat baca anak didik yang ada diRumah Baca
Asma Nadia Lampung.
Tolok ukur komunikasi antarpribadi yang digunakan ialah melalui sudut
pandang humanistik yang berupa 5 kualitas umum.
1. Keterbukaan (Openness)
2. Empati (Empathy)
3. Sikap Mendukung (Supportiveness)
4. Sikap Positif (Positiveness)
(58)
38
3.3. Karateristik Informan
Teknik pemilihan informan adalah teknik purposive (disengaja). Menurut
Singarimbun dan Effendi (2000: 35) “teknik purposive bersifat tidak acak, dimana subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.”
Menurut Spradley alam Moleong (2004: 165), informan harus memiliki
beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau
medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini
biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala
tentang sesuatu yang ditanyakan.
2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan
kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai
informasi.
4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam
memberikan informasi.
Adapun pertimbangan yang digunakan dalam penentuan informan
penelitian ini adalah:
1. Ketua volunteer Rumah Baca Asma Nadia Lampung
2. Anggota volunteer Rumah Baca Asma Nadia Lampung
(59)
39
Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas dan prariset yang dilakukan
penulis, maka informan dalam penelitian ini yaitu Volunteer Rumah Baca
Asma Nadia, Anggota Volunteer Rumah Baca Asma Nadia, anak didik yang
aktif dalam Rumah Baca Asma Nadia
Pemilihan informan sebanyak 6 orang ini terdiri dari:
1. Ketua Silvana Maya Pratiwi
2. Anggota Triyadi Isworo
3. Anggota Desi Ilham Sianturi
4. Anggota Nurul Fathia
5. Anak didik Aulia Intan Safitri
6. Anak didik Bagus Ilham Kholid
Selain itu juga, penulis dibantu oleh 2 orang rekan sebagai penguji untuk
menghindari penelitian yang subjektif. Penulis menentukan rekan penguji yang
sudah mempunyai kredibilitas, yakni sudah pernah mengikuti mata pelajaran
komunikasi antarpribadi.
3.4. Sumber Data
Menurut Kartika (2012 : 53) :
“sumber data adalah kata-kata informan dan tindakan informan, kata-kata
informan didapat melalui penjelasan informan melalui daftar
pertanyaanpertanyaan. Sumber data dapat melalui pengamatan terhadap tindakan tindakan informan itu sendiri atau aktivitas masyarakat. Dan
(60)
40
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara
menggali dan mengumpulkan informasi dari informan yang dianggap
mengetahui segala permasalahannya yang akan diteliti. Informan yang
akan digali informasinya adalah informan yang mengetahui tentang inti
dan tujuan kegiatan Rumah Baca Asma Nadia dan informan yang telah
mengikuti kegiatan tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literatur (buku,
artikel, majalah, dan lain-lain), dan internet.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam kegiatan pengumpulan data, peranan alat pengumpulan data sangat
penting karena alat ini digunakan sebagai pedoman atau pegangan selama
pengumpulan data itu berlangsung. Ada berbagai macam alat pengumpulan
data yang dapat digunakan, sesuai dengan metode yang dipilih dalam
pengumpulan data.
Menurut Moleong (2010: 155), pengolahan data dilakukan dengan:
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk khusus komunikasi antarpribadi. Dalam
wawancara, dua orang berinteraksi terutama melalui bentuk Tanya jawab
untuk mencapai tujuan tertentu (Devito, 1997:281). Melakukan proses
(61)
41
Nadia dalam menjalankan tujuannya dan informasi lainnya yang
menunjang penelitian ini.
2. Observasi
Pada tahap ini peneliti turun ke lapangan untuk melakukan pengamatan
secara aktif dengan melihat langsung proses Volunteer Rumah Baca Asma
Nadia dalam meningkatkan minat baca anak didik.
3. Dokumentasi
Dilakukan untuk mengumpulkan data berupa foto dan arsip lainnya yang
ada di Rumah Baca Asma Nadia..
4. Studi Kepustakaan
Mencari dan menggali informasi/pengetahuan terkait dengan penelitian
yang bersifat ilmiah melalui literatur perkuliahan, buku, majalah dan situs
internet yang dapat dipertanggungjawabkan.
3.6. Teknik Analisa Data
Menurut Kartika (2012 : 61) teknik analisi data melewati proses berikut:
a. Reduksi Data meliputi editing, pengelompokan, dan meringkas data.
Selain itu, peneliti juga munyusun kode-kode dan catatan-catatan berbagai
hal termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses
sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan
pola-pola data.
b. Display (Penyajian Data)
Penyajian data adalah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok)
(62)
42
benar-benar dilibatkan dalam suatu kesatuan, karena dalam penelitian
kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif. Biasanya data
bertumpuk maka penyajian data pada umumnya diyakini sangat membantu
proses analisis.
c. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)
Peneliti pada dasarnya mengimplementasi prinsip mengimbangi pola-pola
data yang ada dan kecenderungan dari display data yang telah dibuat.
Selain itu, peneliti berusaha mencari arti, penjelasan alur sebab akibat,
tema dan sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji selama penelitian
berlangsung, dalam hal ini dengan cara penamba.
3.7. Validitas Instrumen Penelitian
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur (Singarimbun, 2000). Penulis juga memggunakan empat
pengkelasan pada peranan 5 kualitas komunikasi antarpribadi ancangan
humanistik dengan hasil jawaban pada wawancara, yaitu:
a. Sangat berperan, jika seluruh jawaban informan pada kualitas yang
bersangkutan menunjukkan adanya peranan kualitas tersebut
b. Cukup berperan, jika sebagian besar jawaban informan pada kualitas yang
bersangkutan menunjukkan adanya peranan kualitas tersebut (Dari 3
pertanyaan pada setiap kualitasnya, minimal 2 jawaban mengarah adanya
(63)
43
c. Kurang berperan, jika hanya sebagian kecil jawaban informan pada
kualitas yang bersangkutan atau tidak sama sekali menunjukkan adanya
peranan kualitas tersebut (Dari 3 pertanyaan pada setiap kualitasnya,
maksimal hanya 1 jawaban yang mengarah adanya peranan).
d. Tidak berperan, jika seluruh jawaban informan pada kualitas yang
bersangkutan tidak menunjukkan adanya sama sekali peranan kualitas
tersebut.
Ada 5 kualitas yang akan menjadi indikator pada komunikasi antarpribadi
pendamping pada klien, yaitu:
a. Kualitas keterbukaan. Pada kualitas ini terdapat 3 pertanyaan yang
ditanyakan kepada informan untuk mengukur kualitas keterbukaan
volunteer kepada anak didik. Pertama, volunteer dan anak didik dianggap
terbuka dalam berinteraksi. Kedua, tanggapan volunteer saat proses belajar
mengajar anak didik. Ketiga, anak didik merasa dekat dengan volunteer.
b. Kualitas Empati. Pada kualitas ini terdapat 3 pertanyaan yang ditanyakan
kepada informan untuk mengukur kualitas empati volunteer kepada anak
didik. Pertama, volunteer merasa senang jika anak didik berhasil dalam
belajarnya. Kedua, volunteer memahami apa yang dirasakan anak didik
ketika anak didik merasa bosan dengan belajar. Ketiga, volunteer mampu
merasakan kesulitan yang dialami anak didik dalam belajar dan volunteer
memberikan solusi. Dengan adanya kualitas empati ini diharapkan
(1)
50
akan dipasarkan dan sebagian donasinya akan diserahkan untuk pengelolaan Rumah Baca.
4. Monitoring dan evaluasi
Pelaksanaan proyek akan melakukan monitoring dan evaluasi satu bulan sekali untuk pelaksanaan program. Dalam monitoring tersebut akan dilihat sejauh mana minat baca masyarakat sekitar telah bertambah besar. Monitoring dan evaluasi akan dilalukan secara kontinu dan diproses sedemikian rupa tidak saja sebagai bahan laporan, tetapi juga untuk perbaikan pelaksanaan program yang sedang berjalan maupun program berikutnya.
(2)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa peranan komunikasi antarpribadi antara volunteer dan anak didik dalam meningkatkan minat baca di Rumah Baca Asma Nadia Lampung sudah berperan dengan baik meskipun ada beberapa kualitas komunikasi antarpribadi yang mesti ditingkatkan.
Terdapat 3 kualitas yang dikatakan sudah sangat berperan baik (empati, sikap mendukung, dan sikap positif). Sedangkan 2 kualitas lainnya dikatakan cukup berperan dan mesti ditingkatkan (keterbukaan dan kesetaraan) karena dari 3 indikator yang ditanyakan oleh volunteer hanya 2 indikator yang secara keseluruhan dirasakan dalam kegiatan belajar mengajar di Rumah Baca Asma Nadia dan tidak ada kualitas yang tidak berperan dalam komunikasi antarpribadi pada volunteer dengan anak didik.
Hubungan komunikasi antarpribadi volunteer dengan anak didik berperan terhadap peningkatan minat baca anak didik. Peningkatan minat baca terlihat dari intensitas kehadiran yang mencapai rata-rata 25 orang dan jumlah buku
(3)
145
yang dipinjam rata-rata mencapai 15 buku pada bulan januari. Ketika proses komunikasi antarpribadi berjalan secara efektif, maka akan mempengaruhi minat baca dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan karena ketika komunikasi antarpribadi volunteer dan anak didik berjalan efektif maka akan tercipta suasana yang nyaman dan sangat mendukung dalam proses peningkatan minat baca. Apabila di antara keduanya saling akrab, tentu mereka akan lebih terbuka untuk berbicara ketika menghadapi kendala dalam proses belajar di Rumah Baca Asma Nadia.
6.2SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis mengenai peranan komunikasi antarpribadi volunteer Rumah Baca Asma Nadia dalam meningkatkan minat baca anak didik, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai saran dan masukan, yaitu:
1. Pada aspek keterbukaan yang kurang maksimal diharapkan pada volunteer yang kurang intents datang di Rumah Baca Asma Nadia dapat tetap dekat dengan anak didik seperti volunteer yang frekuensi kedatangannya lebih sering.
2. Pada aspek kesetaraan yang kurang maksimal diharapkan volunteer mampu memahami karakter setiap anak didik agar pendapat volunteer dapat diterima oleh anak didik yang tentunya berguna dalam kegiatan komunikasi antarpribadi dengan anak didik di Rumah Baca Asma Nadia agar komunikasi dapat berlangsung lebih efektif.
(4)
146
3. Untuk mencapai target dalam menumbuhkan minat baca anak di Rumah Baca Asma Nadia, sebaiknya pada koleksi bahan bacaan anak didik diperbanyak, baik itu berupa : buku, majalah
4. Penelitian yang peneliti lakukan tidak luput dari kekurangan sehingga penulis berharap agar penelitian yang penulis teliti dapat dikembangkan lagi dengan melakukan penelitian yang lebih baik, sehingga peranan komunikasi antarpribadi volunteer Rumah Baca Asma Nadia dalam aspek Keterbukaan, Empaty, Sikap Mendukung, Sikap Positif, Kesetaraan dapat lebih dideskripsikan lagi guna menjadikan setiap pembaca mengetahui seperti apa peran komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh volunteer Rumah Baca Asma Nadia Lampung.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Buku
.
Bungin, Burhan. 2003.Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
________. 2009. Sosiologi Komunikasi ; Teori, Paradigma, dan Diskursi Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
________. 2004. Ilmu Komunikasi: Teori Dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Erlangga. Jakarta
Kartika, Tina. 2012. Pola Komunikasi dan Identitas Etnik Produk Kajian Etnografi Komunikasi. Bandar Lampung : Anugrah Utama Raharja (AURA)
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung. Citra Aditya Bakti Masyhuri dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian –Pendekatan Praktis dan
Aplikatif. Bandung : PT Refika Aditama
Moelong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif EdisiRevisi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
(6)
Rakhmat, Jalaluddin. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
________. 2005. Psikologi Komunikasi: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rahman, dkk. (1985). Minat Baca Murid SD di Jawa Timur. Jakarta: Depdikbud Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran.Jakarta; Kencana Prenada
MediaGroup
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Soekanto, Soerjono. 1986. Teori Tentang Struktur Sosial Masyarakat. Jakarta: CV Rajawali.
Wiryanto.2004. Pengantar Ilmu Komunikasi .Jakarta: Grasindo
Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Rujukan Elektronik
http://sariberitacoco.blogspot.com/2012/08/minat-baca-masyarakat-indonesia rendah.html#sthash.Egck4hDc.dpuf diakses pada tanggal 11 juni 2014.