12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kesiapan Kerja
1. Pengertian Kesiapan Kerja I Wayan Sukita 2002: 10, “the mayor goal vocational instruction is to
prepare students for successful employment in the labor market ” artinya tujuan
utama pembelajaran kejuruan adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi pekerja yang sukses didunia kerja. Oleh karena itu, lulusan sekolah menengah
kejuruan diharapkan mampu dan siap untuk menjadi pekerja yang sukses didunia kerja, baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai wirausahawan.
Customer Service Institute of Australia I Wayan Sukita 2005: 11, menyatakan bahwa:
Work readiness can be viewed as both a process and a goal that involves developing a student’s workplace-related attitudes, values,
knowledge and skill. This enables students to become increasingly aware and confident of their role and responsibilities.
Artinya kesiapan kerja dapat dilihat sebagai suatu proses dan tujuan yang melibatkan pengembangan kerja siswa yang berhubungan dengan sikap, nilai,
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjadi semakin sadar dan yakin akan peran dan tanggung jawab mereka. Oleh karena
itu, proses pengembangannya perlu dilakukan secara sistematik dan terencana yang tertuang dalam program kesiapan kerja.
Kesiapan readiness menurut kamus psikologi adalah “tingkat
perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk
13
mempraktikan sesuatu” Chaplin, 2006: 419. Dan juga dikemukakan bahwa kesiapan meliputi kemampuan untuk menempatkan dirinya jika akan
melakukan serangkaian gerakan yang berkaitan dengan mental dan jasmani. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Slameto 2003: 113 mendefinisikan
kesiapan sebagai berikut: Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi responsjawaban didalam cara tertentu
terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan perpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kondisi mencakup setidak-
tidaknya 3 aspek, yaitu: a kondisi fisik, mental dan emosional; b kebutuhan- kebutuhan, motif dan tujuan; keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang
lain yang telah dipelajari. Hal diatas juga menunjukkan bahwa kondisi fisik yang temporer misal
lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain serta kondisi fisik yang permanen misal cacat tubuh tidak termasuk pada kondisi fisik yang mempengaruhi kematangan.
kondisi mental yang menyangkut kecerdasan, sedangkan kondisi emosional berhubungan dengan motif atau dorongan yang akan mempengaruhi kesiapan.
Kebutuhan yang disadari akan mendorong usaha atau membuat seseorang siap untuk berbuat. Mempelajari keterampilan, pengetahuan dan pengertian
permulaan juga akan mempengaruhi kesiapan. Jika dijabarkan maka kesiapan kerja terbagi dalam dua aspek: aspek teknis yang berhubungan dengan latar
belakang keilmuan yang dipelajari atau keahlian yang diperlukan di dunia kerja, yang kemudian disebut technical skills atau hard skills; dan aspek non teknis
14
yang mencakup motivasi, adaptasi, komunikasi, kerja sama tim, problem solving, manajemen stres, kepemimpinan yang kemudian disebut soft skills.
Hartati 2006: 13 menyatakan kesiapan terhadap sesuatu akan terbentuk jika telah tercapai perpaduan antara tingkat kemasakan, pengalaman-
pengalaman yang diperlukan, serta keadaan mental dan emosi yang serasi. Berdasarkan batasan-batasan ini, maka kesiapan dapat diartikan sebagai
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sesuai dengan tingkat kematangan, pengalaman masa lalu, keadaan mental dan emosi
orang yang bersangkutan. Sedangkan kesiapan kerja menurut Sugihartono 1991:15 diartikan sebagai berikut : Kesiapan kerja adalah kondisi yang
menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, mental serta pengalaman belajar, dan dengan adanya keserasian tersebut individu
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaan.
Disamping itu untuk mencapai hasil kerja yang baik dan memuaskan, diperlukan kemampuan yang dapat menunjang pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan tersebut. Pekerja yang baik dan produktif adalah pekerja yang memenuhi syarat yaitu pekerja yang mempunyai sifat dan kemampuan jasmani
yang diperlukan, memiliki kecerdasan dan mempunyai pengetahuan yang cukup guna melakukan pekerjaan dengan memenuhi prestasi standar yang
memuaskan, dan memperhatikan aspek keamanan, kuantitas dan kualitas. Dalam hal ini prestasi standar yang dimaksud adalah tingkat hasil yang harus
15
dicapai oleh pekerja yang memenuhi syarat, tanpa harus berusaha terlalu keras sewaktu bekerja, karena telah mengetahui, memahami prosedur, dan memiliki
kemampuan. Pekerja yang baik dan produktif tersebut merupakan pekerja yang telah memiliki kesiapan kerja.
Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dapat digolongkan menjadi 2 komponen, yaitu: 1 kemampuan yang terdiri dari mental dan
kemampuan fisik, 2 pengetahuan yaitu petunjuk koqnitif bagi calon tenaga kerja. Arnold dan Feldman I Wayan Sukita, 2002: 15 mengungkapkan bahwa
Kemampuan fisik dapat diidentifikasi menjadi 9 aspek yaitu: 1 semangat yang kuat, 2 menggunakan kekuatan otot, 3 mempertahankan tenaga, 4 mampu
melakukan tindakan sewaktu-waktu diperlukan, 5 memiliki kelenturan tubuh, 6 melakukan gerakan tubuh secara dinamis, 7 mampu mengkoordinasi secara
serentak gerakan anggota tubuh, 8 memelihara keseimbangan tubuh, 9 mempertahankan stamina.
Brady 2009: 4, kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi, seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya untuk
mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu untuk mempertahankan suatu pekerjaan. Pada kesiapan kerja tersebut mencakup segala sesuatu yang
dimiliki oleh seseorang baik kemampuan maupun perilaku yang diperlukan pada setiap pekerjaan.
Pada pengertian ini kesiapan kerja lebih merujuk pada faktor-faktor pribadi seseorang bukan pada faktor luar atau lingkungannya. Berdasarkan
16
pendapat ini pula, dapat diketahui bahwa orang yang memiliki kesiapan kerja tidak hanya orang yang sudah bekerja saja tetapi seseorang yang belum bekerja
juga dapat dikatakan memiliki kesiapan kerja jika faktor-faktor pribadi itu terdapat pada orang tersebut. Jadi, orang-orang yang telah memiliki seperangkat
kemampuan dan perilaku diri yang diperlukan pada setiap pekerjaan tersebut bisa dikatakan mampu untuk bekerja.
Mengenai kemampuan kerja, Wagner 2006:1 mengungkapkan bahwa kemampuan untuk menyesuaikan suatu pekerjaan dapat pula diartikan sebagai
ketrampilan kesiapan kerja: Work readiness skills are a set of skills and behaviors that are necessary for any job. Work readiness skills are sometimes
called soft skills, employability skills, or job readiness skills. Kemampuan kesiapan kerja ini umumnya disebut dengan soft skill. Dari
pengertian diatas dapat diketahui bahwa kemampuan kesiapan kerja soft skills adalah seperangkat keahlian dan perilaku yang diperlukan seseorang untuk
setiap pekerjaan. Seperangkat keahlian dan perilaku yang diperlukan seseorang untuk setiap pekerjaan. Seperangkat keahlian dan perilaku tersebut meliputi
keterampilan transisi, komunikasi, kualitas diri, dan ketrampilan terhadap teknologi Wagner, 2006: 2-4.
Hal ini sejalan dengan pendapat Brady yang menyatakan bahwa kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi yang menggambarkan kesiapan kerja.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, terdapat kesamaan unsur yang mencirikan seperangkat kemampuanya terhadap kesiapan kerja yaitu
17
komunikasi, keterampilan terhadap teknologi yang pada pendapat Brady hanya menyebutnya dengan keterampilan, kemudian kualitas diri. Brady lebih
menfokuskan pada tanggung jawab, fleksibilitas, dan pandangan terhadap diri serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan
kematangan psikis serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai kemampuan dan sikap positif untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai
dengan ketentuan tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil maksimal.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja Kesiapan kerja seseorang berhubungan dengan banyak faktor, baik dalam
diri siswa intern maupun dari luar diri siswa ekstern.Keberhasilan setiap individu didunia kerja selain ditentukan oleh penguasaan bidang kompetensinya
juga ditentukan oleh bakat, minat, tekad serta kepercayaan diri sendiri. Sikap, tekad, semangat dan komitmen akan muncul seiring dengan kematangan
pribadi seseorang. Tigkat kematangan seseorang merupakan suatu saat dalam proses
perkembangan yang sempurna dalam arti siap digunakan. Sedangkan pengalaman yang mempengaruhi keiapan mental dalam bekerja dapat diperoleh
dari lingkungan pendidikan dan keluarga. Oleh sebab itu, pada saat seseorang
18
memilih pekerjaan hendaknya terjadi suatu proses yang selaras antara diri, pekerjaan dan lingkungan keluarga A. Muri Yusuf, 2002: 86
Herminanto Marsono, 2010: 53 terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja antara lain:
a. Tingkat kemasakan Menunjukan pada proses perkembangan atau pertumbuhan yang
sempurna dalam arti siap digunakan, kesiapan dibedakan menjadi kesiapan fisik yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan kesiapan mental yang
berhubungan dengan kejiwaan. b. Pengalaman sebelumnya
Merupakan pengalaman-pengalaman tertentu yang diperoleh yang mempunyai kaitan dengan lingkungan, kesempatan yang tersedia, pengaruh
dari luar yang tidak disengaja. Pengalaman merupakan salah satu faktor penentu karena dapat menciptakan suatu lingkungan yang dapat
mempengaruhi perkembangan kesiapan seseorang. c. Keadaan mental dan emosional yang serasi
Keadaan ini meliputi keadaan kritis, memiliki pertimbangan yang logis dan obyektif, bersikap dewasa dan emosi yang terkendali, mempunyai
kemampuan untuk
menerima, kemampuan
untuk maju
serta mengembangkan keahliannya.
19
Dalyono 2009: 53 menyatakan bahwa kesiapan berkaitan dengan beberapa faktor sebagai berikut:
a. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis. Ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti
tubuh pada umumnya, alat-alat indra dan kapasitas intelektual. b. Motivasi
Menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan
sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja seseorang meliputi faktor dari diri siswa intern dan faktor yang berasal dari luar siswa ekstern. Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri siswa yaitu kematangan fisik maupun psikis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi lingkungan keluarga
dan pengalaman praktek kerja lapangan. 3. Komponen dan Bentuk Kesiapan Kerja
a. Komponen Kesiapan kerja Komponen kesiapan kerja pada penelitian ini mengacu pada
komponen yang digunakan oleh Brady di Amerika. Penulis menggunakan komponen kesiapan kerja Brady dengan alasan komponen-komponen
tersebut sudah melalui proses penelitian dan pengembangan-pengembangan. Kesiapan kerja sangat penting bagi siswa menengah kejuruan, yang mana
20
siswa menengah kejuruan sedang mempersiapkan dirinya untuk memasuki dunia kerja. Karena pada konteks ini, kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat
pribadi, seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu
untuk mempertahankan pekerjaan yang sudah didapatkannya Brady, 2009:4. Menurut Brady 2009:2, Kesiapan kerja mengandung enam
komponen yaitu: responsibility, flexibility, skills, communication, self view, dan health safety. Komponen tersebut yaitu sebagai berikut:
a Responsibility Tanggung Jawab Gardner Brady, 2009: 5, tanggung jawab melibatkan integritas
pribadi, kejujuran, dan kepercayaan. Dalam karya rintisannya, Kohlberg Brady, 2009: 5 menteorikan tahapan penilaian yang dimulai dengan
perilaku-perilaku ekternal yang dimonitor hinnga tahapan yang lebih formal, ketika seseorang menerima tanggung jawab untuk tindakan
mereka tanpa menghiraukan pengawasan dari orang lain, yaitu tanggung jawab yang diberlakukan terhadap diri sendiri demi kode etik dan demi
melakukan hal yang benar. Dalam studi Good Work mereka, Gardner dan rekan-rekannya 2001 menemukan bahwa lebih dari dua pertiga pekerja
diindustri mengerti bahwa tanggung jawab terhadap tempat kerja merupakan hal yang penting. Penelitian ini lebih lanjut melaporkan
bahwa bekerja tidak hanya mengharuskan pekerja untuk memikul tanggung jawab untuk diri mereka sendiri, tetapi juga tanggung jawab
21
terhadap rekan kerja, terhadap tempat kerja, dan terhadap pemenuhan tujuan kerja Brady, 2009: 5. Menurut Parker Brady, 2009: 5, definisi
yang lebih luas dari tanggung jawab ini dianggap sebagai unsur utama yang diperlukan bagi pekerja diabad ke-21.
Pekerja yang bertanggung jawab berangkat bekerja tepat waktu dan berhenti bekerja pada waktunya. Mereka menghargai perkakas dan
peralatan, memenuhi standar kualitas kerja, mengendalikan pemborosan dan kerugian, dan menjaga privasi serta kebijakan rahasia organisasi.
Mereka bekerja selama sehari dan mendapatkan upah dari hasil kerja seharinya tersebut Brady, 2009:2. Dengan kata lain, seseorang yang
memiliki tanggung jawab, mereka akan berangkat bekerja tepat waktu dan berhenti bekerja tepat pada waktunya, memenuhi standar kualitas
kerja yang ditetapkan oleh perusahaan, tidak boros, menghargai dan berhati-hati dalam menggunakan peralatan, dan dapat menjaga rahasia
organisasi. Tanggung jawab berarti kewajiban pekerja untuk melakukan fungsi
yang diberikan kepadanya sesuai dengan kemampuan dan arahan. Tanggung jawab tercakup didalamnya dapat diandalkan, menurut Ros Jay
Brady, 2009: 11, dapat diandalkan yaitu dalam hal menjaga ketepatan waktu dalam bekerja dan apabila pekerja diberi tugas maka dilakukan
tanpa harus diingatkan. Lebih dari itu, pekerja yang bertanggung jawab akan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya dan berupaya untuk
22
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Tanggung jawab berhubungan erat dengan kedisiplinan. Menurut Ros Jay Brady: 2009:
13, kedisiplinan ini berhubungan dengan mengerjakan pekerjaan dengan baik dan tidak hadir terlambat. Pekerja yang disiplin akan berfokus
terhadap pekerjaan daripada terlalu banyak menghabiskan waktu untuk istirahat, atau mengobrol dengan rekan kerja. Pekerja yang berasumsi
terhadap pekerjaan termasuk pekerja yang bertanggung jawab. Berdasarkan berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
tanggung jawab berarti dapat diandalkan dan dapat dipercaya, hal tersebut meliputi:
1 Disiplin kerja 2 Memenuhi standar kualitas kerja
3 Berfokus terhadap pekerjaan 4 Pemeliharaan peralatan-peralatan kerja
5 Menjaga rahasia. b Flexibility Fleksibilitas
Moorhouse Caltabiano Brady, 2009: 5, fleksibilitas adalah faktor daya tahan yang memungkinkan individu pekerja untuk
beradaptasi dengan perubahan dan menerima kenyataan di tempat kerjanya yang baru. Jangka hidup life span, teori perkembangan karir
ruang kerja life space berpendapat bahwa proses hidup dan kerja adalah
23
fenomena yang dinamis dan statis, dan bahwa konteks atau ruang dimana hidup dan kerja terjadi, juga dinamis.
Savickas Brady, 2009: 5, pada saat ini memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan dilihat sebagai komponen yang penting
dalam teori jangka hidup life span, dan teori ruang-hidup life space. Dalam hal ini, leksibilitas diperlukan bila kita sedang menyesuaikan diri
dengan peran dan situasi kerja baru yang berubah-ubah. Hayes, dkk Brady, 2009: 5, model-model teoritis lainnya
menghubungkan fleksibilitas dengan proses kognitif-perilaku, yaitu pikiran serta keyakinan mengarah pada perilaku. Teori kognitif perilaku
ACT menyatakan bahwa ketaatan dan keterikatan terhadap masa lalu yang terkonsep dan ketakutan terhadap masa depan yang sangat dominan,
menyebabkan penghindaran dan kekakuan, dan hanya melalui proses mengalami dunia yang lebih langsunglah akan dapat dicapai sikap hati-
hati, penerimaan terhadap kenyataan, mengatasi keyakinan yang kaku tentang realitas dan ketakutan terhadap masa depan dan kemudian
beromitmen terhadap tindakan pro fleksibilitas. Pekerja fleksibel mampu beradaptasi dengan perubahan dan
tuntutan di tempat kerja. Pekerja percaya bahwa situasi kerja berubah- ubah dan bahwa perubahan dlam lingkungan kerja adalah hasil yang
dapat diprediksi dari pertumbuhan atau pengurangan tenaga kerja, tidak tetapnya permintaan untuk suatu produk atau jasa, dan kekuatan pasar.
24
Pekerja sadar bahwa mereka mungkin perlu lebih aktif dan siap beradaptasi dengan perubahan jadwal kerja, tugas, jabatan, lokasi kerja,
dan jam kerja Brady, 2009: 2. Artinya, kehidupan kerja yang dinamis menuntut pekerja untuk lebih aktif dan siap beradaptasi dengan
perubahan jadwal kerja, tugas, jabatan, lokasi kerja, dan jam kerja. Untuk itu, pekerja yang fleksibel mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
kerja dan perubahan-perubahannya. Fleksibilitas merupakan upaya seseorang untuk menyesuaikan diri
secara mudah dan cepat. Pekerja tidak canggung dan kaku dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan dengan
pekerjaan. Ros Jay Brady: 2009: 13 mengatakan bahwa fleksibilitas sama halnya dengan mampu beradaptasi atau mampu menyesuaikan diri.
Beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif menurut Ros Jay Brady: 14, yaitu :
1 Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang
mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan disamping
kelebihan-kelebihannya. Orang tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri, dan tidak suka apalagi merusak
keadaan dirinya walaupun menurut penilaiannya, dirinya kurang memuaskan. Hal ini bukan berarti bersikap pasif menerima keadaan
25
yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan mengembangkan
kemampuannya secara
maksimal untuk
menyesuaikan dengan lingkungan. 2 Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan diluar
dirinya secara obyektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki
ketajaman dalam memandang kenyataan, dan mampu memperlakukan kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Mereka mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula mau menerima kritik, saran dan masukan dari orang lain.
3 Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan obyektif di luar dirinya. Karakteristik ini
ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya. Terjadi perimbangan yang rasional
antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya. 4 Memiliki perasaan yang aman dan memadai. Pada karakteristik ini,
seseorang tidak memiliki rasa cemas ataupun ketakutan dalam hidupnya khususnya dalam dunia kerja serta tidak mudah dikecewakan
oleh keadaan sekitarnya. Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa
26
terancam dirinya oleh lingkungan dimana dia berada, dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menrima kenyataan
terhadap keterbatasan
maupun kekurangan-kekurangan
dalam lingkungannya.
5 Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran. Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan diluar
dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginanya.
6 Terbuka dan sanggup menerima umpan balik. Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersiakp dan berbicara atas dasar kenyataan
sebenarnya, ada kemampuan belajar dari keadaan sekitarnya, khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya
dan berlapang dada dalam menrima masukan dari orang lain. 7 Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. Hal ini
tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain, yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempuyai pengertian
yang dalam, dan bersikap wajar. 8 Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras
dengan hak dan kewajibannya. Karakteristik ini bermakna bahwa seseorang mampu memenuhi dan melaksanakan norma yang berlaku
tanpa adanya paksaan dalam seiap perilakunya. Sikap dan perilakunya
27
selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas kesadaran diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa fleksibilitas merupakan ketahanan pekerja untuk beradaptasi dengan perubahan-
perubahan dan tuntutan yang ada di tempat kerja. Fleksibiltas tersebut meliputi :
1 Kemampuan untuk lebih aktif dengan tuntutan kerja 2 Kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang berbeda
3 Kemampuan untuk menerima berbagai perubahan lingkungan kerja 4 Kemampuan untuk mengikuti aturan yang berlaku
5 Kemampuan untuk bekerja lembur. c Skills Keterampilan
Seseorang yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan keahlian yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Mereka mampu
mengidentifikasi kelebihan mereka dan merasa telah memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada saat yang sama, mereka
bersedia untuk belajar keterampilan baru sebagai tuntutan pekerjaan dan turut serta dalam pelatihan karyawan dan program pendidikan yang
berkelanjutan Brady, 2009: 2. Friedman Brady, 2009: 5, keterampilan yang berhubungan dengan
pekerjaan, asset
intelektual, dan
keahlian akan
mendominasi perekonomian millennium baru yang didorong oleh pengetahuan.
28
Menurut Parker Brady, 2009: 5, keterampilan ini tidak hanya mencakup keterampilan mikro yang khusus untuk sebuah pekerjaan atau profesi,
tetapi juga keterampilan makro seperti belajar bagaimana cara belajar. Teori penentuan diri self determination theory mengidentifikasi
kompetensi sebagai salah satu dari tiga kebutuhan dasar dan usaha untuk belajar serta penguasaan keterampilan baru yang diperlukan untuk
kesejahteraan individu. Menurut Luyckx Brady, 2009: 5, kepuasan terhadap kompetensi mendorong optimalnya fungsi dan kecenderungan
terhadap pertumbuhan dan penguasaan yang berkelanjutan. Seseorang yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan keahlian
yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Mereka mampu mengidentifikasi kelebihan mereka dan merasa telah memenuhi syarat
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada saat yang sama, mereka bersedia untuk belajar keterampilan baru sebagai tuntutan pekerjaan dan
turut serta dalam pelatihan karyawan dan program pendidikan yang berkelanjutan Brady, 2009: 2. Dengan kata lain, keterampilan disini
adalah kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang dan dibawa ke dalam situasi kerja baru, mampu mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan sehingga merasa telah memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan tersebut, usaha untuk belajar keterampilan baru sebagai
tuntutan pekerjaan dengan mengikuti pelatihan atau pendidikan yang berkelanjutan.
29
Mengenai keterampilan yang lebih khusus, A. Muri Yusuf 2002: 68, mengungkapkan bahwa keterampilan lebih merujuk pada
kemampuan yang lebih spesifik dengan cepat, akurat, efisien, dan adaptif dengan melibatkan gerakan tubuh dan atau dengan memakai alat. Hal ini
lebih merujuk pada kemampuan menggunakan alat-alat sesuai dengan prosedur penggunaan, kemampuan merawat alat-alat, dan kemampuan
memperbaiki alat kerja dengan kerusakan ringan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
tidak hanya mencakup keterampilan yang khusus melainkan juga keterampilan yang lebih umum dalam pekerjaan. Keterampilan tersebut
mencakup: 1 Kemampuan menyediakan sarana produksi bidang perikanan
2 Kemampuan memproduksi pakan 3 Kemampuan menguasai ketrampilan produksi
4 Kemampuan memasarkan hasil produksi 5 Usaha untuk belajar keterampilan baru.
d Communication Komunikasi Homans Brady, 2009: 6, teori komunikasi pertukaran socialsocial
exchange digunakan untuk mendukung dimasukkanya sebuah ukuran untuk mengatasi masalah hubungan interpersonal ditempat kerja. Menurut
Porath Bateman Brady, 2009: 6, kompetensi social telah terbukti dapat memprediksi kinerja secara positif.
30
Studi yang telah dilakukan oleh Kambur dan Van Dyne 2007 mengenai hubungan pertukaran sosial ditempat kerja, ditemukan bahwa
hubungan kerja yang berkualitas tinggi tidak hanya terkait dengan kinerja tugas, tetapi juga terkait dengan para pekerja yang membantu pengawas
dan rekan kerja mereka. Dalam studi lain, dukungan tugas task support adalah tipe dukungan yang paling dapat memprediksi kepuasan kerja.
Selain kinerja, kekuatan hubungan kerja juga dikaitkan dengan perilaku interpersonal warga negara yang lebih baik, dan dukungan sosial di
tempat kerja workplace social support juga telah diketahui dapat memprediksi masa kerja Brady, 2009: 6.
Dalam hal ini komunikasi yang dimaksud terkait dengan hubungan interpersonal. Menurut Jalaludin Rakhmat 2007: 129, terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal yaitu percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka. Kualitas komunikasi yang baik tidaklah
diukur dari keseringan seseorang melakukan komunikasi interpersonal, tetapi bagaimana komunikasi tersebut dilakukan Jalaludin Rakhmat,
2007: 129. Artinya komunikasi berkualitas baik bukan diukur dari berapa kali melakukan komunikasi, tetapi cara yang dilakukan tersebut dapat
efektif. Seseorang yang siap bekerja memiliki kemampuan komunikasi
yang memungkinkan pekerja untuk berhubungan secara interpersonal ditempat kerja. Pekerja mampu mengikuti petunjuk, meminta bantuan,
31
dan menerima umpan balik serta kritik. Pekerja juga saling menghormati dan berhubungan baik dengan rekan kerja Brady, 2009: 2.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan komunikasi merupakan kemampuan yang memungkinkan pekerja untuk berhubungan
secara interpersonal di tempat kerja yang dipengaruhi oleh faktor percaya, sikap sportif dan sikap terbuka sehingga tidak akan timbul perselisihan-
perselisihan yang akan menghambat pekerjaan. Komunikasi tersebut meliputi:
1 Kemampuan untuk memiliki sifat suportif 2 Kemampuan untuk bisa bekerjasama dengan oranglain
3 Kemampuan untuk percaya terhadap orang lain 4 Kemampuan untuk menerima umpan balik serta kritik dari oranglain
5 Kemampuan mengikuti petunjuk kerja e Self View Pandangan Terhadap Diri
Swamn, Chang-Schneider, Mc Clarty Brady, 2009: 6, dimasukkannya pandangan terhadap diri ke dalam Kesiapan Kerja
mencerminkan peran penting yang dimainkan teori-diri dalam pemahaman terhadap individu dan bagaimana setiap orang memandang
dirinya dalam hidup dan situasi kerja. Di sini, pandangan terhadap diri digunakan secara umum untuk mencakup konseptualisasi diri, yang
meliputi konsep teori Roger, kekuatan ego teori Freud, identitas
32
keberhasilan teori Glasser, identitas diri teori Erikson, dan self efficacy teori Bandura Brady, 2009: 6.
Dalam bidang pengembangan karir dan psikologi kejuruan, teori konsep diri dari Donald E. Super dan self efficacy dari Betz, terus
menerus mempengaruhi perencanaan karir dan pengambilan keputusan. Teori konsep diri dan self efficacy secara terus menerus mempengaruhi
perncanaan karir
dan pengambilan
keputusan, dalam
bidang pengembangan karir dan psikologi kejuruan. Sosiolog Victor Gecas
Brady, 2009: 6, mendefinisikan konsep diri self concept sebagai konsep yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai suatu
makhluk fisik, social, dan spiritual atau norma. Dengan kata lain, konsep diri merupakan persepsi diri seseorang sebagai makhluk fisik, social, dan
spiritual. Konsep diri mencakup penghargaan diri self esteem, kemanjuran diri self efficacy, dan pemantauan diri self monitoring.
Adapun self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu. Dengan kata lain, self
efficacy adalah kepercayaan terhadap kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas. Cukup dengan mengatakan bahwa keyakinan
seseorang tentang dia atau dirinya sendiri dan kemampuannya untuk mengatasi, beradaptasi, dan tampil didunia kerja sangatlah penting. Self
efficacy umum yang tinggi dikaitkan dengan individu yang berkinerja kuat di dalam organisasi dan self efficacy khusus dikaitkan dengan
33
kesuksesan dalam ranah tertentu, sperti tugas kerja dan peran kerja Betz dalam Brady, 2009: 6.
Markus Nurius Brady, 2009: 6, konsep-konsep seperti possible self juga telah diketahui dalam membantu individu mempertimbangkan
situasi kerja dan peran kerja dimasa depan. Pandangan terhadap diri terkait dengan proses-proses intrapersonal seseorang yaitu kepercayaan
terhadap diri dan pekerjaan mereka sendiri. Pekerja yang siap sadar akan pengakuan diri yang mencakup rasa cukup, penerimaan, dan rasa percaya
terhadap diri serta kemampuan mereka sendiri atau self efficacy. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pandangan
terhadap diri merupakan kemampuan dalam diri seseorang yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap dirinya bahwa mampu atau
tidaknya dalam menjalankan tugas. Pandangan terhadap diri tersebut meliputi :
1 Kemampuan untuk memahami diri sendiri 2 Kemampuan untuk menghargai diri sendiri
3 Kemampuan untuk mengendalikan atau mengontrol diri sendiri 4 Kemampuan untuk mengevaluasi diri
5 Kemampuan untuk percaya terhadap kemampuan yang dimiliki. f Healt Safety Kesehatan dan Keselamatan
Kesehatan dan keselamatan pekerja merupakan masalah dunia. Markas Perserikatan Buruh Internasional memperkirakan bahwa setiap
34
tahun terdapat 337 juta kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan dan 2 juta orang diseluruh dunia menderita penyakit yang terkait dengan kerja.
Dalam beberapa kasus, praktik-praktik kesehatan dan keselamatan kerja telah disiapkan akan tetapi kepatuhan pekerja kurang Brady, 2009: 6.
Menurut teori Bandura Dalyono, 2009: 6, kepercayaan individu terhadap kemampuan diri untuk berperilaku dan bertindak pada tingkat
tertentu adalah prinsip dasar teori efektifitas diri self efficacy. Efektifitas Diri Khusus Untuk Kesehatan Health-Specific-Self-efficacy menerapkan
teori ini untuk kemampuan kesehatan dan keselamatan seperti nutrisi, latihan fisik, berhenti merokok, serta penolakan terhadap alkohol, dan
beberapa penelitian yang disebutkan menandakan bahwa self efficacy yang nyata merupakan pemrediksi perilaku kesehatan dan keselamatan
Schwarzer Renner, dalam Brady, 2009: 6. kontrol sosial yang terkait dengan kesehatan positif juga telah diketahui dapat berpengaruh terhadap
perilaku-perilaku kesehatan dan keselamatan, dan kemauannya untuk mengikuti kebijakan-kebijakan di tempat kerjanya serta larangan-larangan
yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan. Oleh karena itu, seseorang yang siap bekerja menjaga kebersihan
dan kerapihan pribadi. Pekerja tetap siaga untuk sehat secara fisik dan mental. Mereka menggunakan mekanika tubuh yang tepat untuk
mengangkat dan membengkokkan serta mengikuti prosedur keselamatan saat menggunakan alat atau mengoperasikan peralatan dan mesin. Bila
35
diperlukan, pekerja memakai peralatan untuk keselamatan atau pakaian yang tepat. Pekerja juga mematuhi peraturan larangan merokok dan
larangan menggunakan obat-obatan terlarang di tempat kerja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
komponen kesehatan dan keselamatan kerja meliputi: 1 Kemampuan untuk mengikuti peraturan di tempat kerja
2 Mempraktikkan perilaku kesehatan dan keselamatan 3 Menjalankan tugas sesuai dengan prosedur yang ada
4 Menjaga kebersihan dan kerapihan pribadi 5 Kemampuan mengendalikan stress dan kelelahan kerja.
b .
Bentuk Kesiapan Kerja Dalam uraian diatas terlihat bahwa dalam kesiapan kerja terdapat dua
bentuk yang hendaknya saling berkesinambungan. Kedua bentuk tersebut adalah Soft Skill dan hard skill.
1 Soft Skills Kemampuan psikis atau keterampilan yang menyangkut soft skill,
Skills adalah kemampuanketerampilankecakapan seseorang untuk melakukan sesuatu hal dengan baik, seperti yang diungkapkan Greene
and Burleson Marsono, 2010: 27, “Skills refers to an individual’s or a group’s ability to carry out processes that promote perceptions of
competence ”. Hopson dan Scally Hartati, 2006: 20 menyatakan bahwa,
kecakapan yang diperlukan seseorang untuk dapat tumbuh dan mampu
36
hidup diperlukan antara lain kecakapan membaca, menulis dan berhitung, kecakapan mencari informasi, kecakapan berfikir dan memecahkan
masalah secara konstruktif, kecakapan mengeksplorasi potensi dirinya dan mengembangkannya, kecakapan mengatur waktu, kecakapan
mengembangkan minat, nilai dan keyakinan diri, kecakapan merumuskan tujuan yang akan dicapai, dan kecakapan untuk mengatur stress.
Kecakapan yang diperlukan untuk berhubungan secara efektif dengan seseorang antara lain kecakapan berkomunikasi secara efektif,
kecakapan memelihara persahabatan, kecakapan mendapatkan bantuan orang lain, kecakapan mengendalikan konflik, kecakapan berempati,
kecakapan kemampuan menyampaikan saran dan mendapatkan masukan. Sedangkan kecakapan yang diperlukan untuk mampu berhubungan
dengan masyarakat secara efektif antara lain memiliki kepercayaan diri, kecakapan mempengaruhi orang lain dan system, bagaimana kerja dalam
kelompok, bagaimana mengekspresikan perasaan secara konstruktif, bagaimana bernegoisasi, kompromi dan membuat kontrak, dan kecakapan
membangun kekuatan bersama orang lain. Sementara itu, Anwar 2006: 25 mengungkapkan bahwa, karakter
dan keterampilan afektif yang mendukung seseorang untuk berhasil dalam pekerjaannya sebagai berikut: 1 tanggung jawab, 2 sikap positif
terhadap pekerjaan, 3 jujur, hati-hati, teliti, dan efisien, 4 hubungan antar pribadi, kerja sama, dan bekerja dalam tim, 5 percaya diri dan
37
memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, 6 penuh antusias dan motivasi, 7 disiplin dan penguasaan diri, 8 berdandan dan
berpenampilan menarik, 9 memiliki integritas pribadi; dan 10 mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain.
Tripathy Marsono, 2010: 28 mengemukakan: “soft skilss is the human intangible, the initiative, the attitude, and the character. It
represents what people feel, what they tend to do, in contrast to what they can do
”. Soft skills adalah sifat manusia, insiatif, sikap, dan karakter, serta mewakili apa yang orang rasakan, apa yang cenderung mereka lakukan,
berbeda dengan apa yang bisa mereka lakukan. Tyas Catur Pramudi Marsono, 2010: 29 menyatakan bahwa, Soft
skills adalah sikap dasar perilaku, yakni keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain termasuk dengan dirinya sendiri.
Atribut soft skills meliputi nilai, motivasi, perilaku, karakter dan sikap”.
Sejalan dengan hal tersebut, Paul 1991: 29 menyatakan bahwa, sikap terhadap diri sendiri dapat ditinjau dari beberapa sikap: 1 sikap jujur,
terbuka, harga diri, 2 disiplin, bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri; 3 daya juang, penguasaan diri, 4 kebebasan dan tanggung jawab.
Konsep dari soft skills merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional. Soft skills sendiri
diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal. Hal ini
38
sesuai dengan pernyataan Poppy Yuniawati 2009: 34 yang mengatakan bahwa, soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain interpersonal skills dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri intrapersonal skills yang mampu mengembangkan unjuk
kerja secara maksimal. Lebih lanjut, Parson Marsono, 2010: 30
menyatakan bahwa, ”soft skills are personal attributes that enhance an individual’s interactions,
job performance and career propects ”. Soft skills adalah sifat seseorang
yang menambah pengaruh seseorang, etos kerja dan prospek karir. Ia menggolongkan soft skills menjadi dua yaitu personal attributes dan
interpersonal abilities. 1 personal attributes meliputi: a optimism; b common; c sense; d responsibility; e a sense of humor; f integrity;
g time-management; dan h motivation.2 interpersonal abilities meliputi: a empathy; b leadership; c communication; d good
manners; e sociability; dan f the ability to teach. Hidayatno Marsono, 2010: 31 berpendapat bahwa, secara garis
besar soft
skills bisa
digolongkan kedalam
dua kategori:
personalintrapersonal skills dan interpersonal skills. Personal skills merupakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri
menjadi lebih baik self development yang mencakup: 1 personal time management; 2 problem solving skills; 3 research skills; 4
kreativitas; 5 learning capability; dan 6 team thinks kemampuan
39
untuk berfikir sebagai bagian dari tim. Interpersonal skills merupakan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, baik
oranglain secara individu one to one atau sebagai audiens one to many yang mencakup: 1 negosiasi; 2 interview; 3 sikap dan penampilan
sesuai dengan situasi; 4 listening skills; 5 public speaking and presentation; 6 affective meetings; 7 writing reports and proposals;
8 project management; 9 working with teams. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan
soft skills adalah sikap dasar perilaku, yakni keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain interpersonal skills dan
berhubungan dengan dirinya sendiri Intrapersonal skills. Secara garis besar soft skills bisa digolongkan kedalam tiga kategori:, ketiga kategori
tersebut yaitu, 1 personalintrapersonal skills meliputi: a percaya diri, b jujur, c Mengendalikan emosi d Mempunyai ambisi untuk maju
dan berusaha. 2 interpersonal skills yang meliputi: a empati , b kepemimpinan, c hubungan antar pribadi, d pergaulan dimasyarakat.
3 Profesional, meliputi: a manajemen waktu, b keterampilan memecahkan masalah, c tanggung jawab, d Memiliki sikap kritis.
2 Hard skills
Menurut Finch dan Crunkilton I Wayan Sukita, 2002: 24 menyatakan hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang
40
ilmunya serta sebagai kemampuan seseorang terhadap suatu hal yang meliputi semua tugas-tugas kecakapan, sikap nilai sebagai sesuatu yang
penting untuk menunjang keberhasilannya dalam menyelesaikan suatu tugas. Menurut Helmut Noken dan Eber I Wayan Sukita, 2002: 25 hard
skill dinyatakan sebagai keahlian menggunakan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan.
Menurut Mardi Rasyid I Wayan Sukita, 2002: 25 menyatakan bahwa Hard skill sebagai suatu penampilan yang ekonomis dalam
mencapai tujuan dalam arti hemat dalam menggunakan bahan, waktu dan tenaga yang dikeluarkan atau dapat diartikan bahwa Hard skill adalah
kecekatan, kecakapan dan kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan benar.
Menurut Leghbody I Wayan Sukita, 2002:25 Hard skill mempunyai tiga sifat, yaitu:
a. Hard skill pada dasarnya terdiri dari gabungan aktual yang diatur dan diselaraskan menurut situasi dengan melibatkan nilai indra.
b. Hard skill dipelajari sedemikian rupa sehingga pengertian tentang obyek atau situasi dan sikap kerja dapat dipelajari dalam suatu
program latihan kerja yang berulang-ulang. c. Hard skill adalah suatu rangkaian seluruh pola keterampilan yang
didalamnya terdapat banyak proses kerja yang diatur dan diselaraskan menurut urutan waktu.
41
Hard skill siswa dapat diberikan selama proses belajar berlangsung. Pembentukan keterampilan psikomotor pada Sekolah Menengah
Kejuruan dengan adanya kegiatan praktek di sekolah hal ini dimaksudkan untuk melatih keterampilan kerja siswa secara langsung karena seorang
dapat dikatakan memiliki hard skill yang baik setelah melalui serangkaian latihan yang terencana, bertahap dan terlatih.
Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada masalah kemampuan psikis atau keterampilan yang menyangkut soft skill karena
sesuai dengan data di lapangan masalah yang ada pada kesiapan kerja terletak pada aspek soft skill.
B. Soft skills Dalam Kesiapan Kerja.