ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PEMUKIMAN DI KECAMATAN SEBERANG ULU I KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2004-2012

(1)

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PEMUKIMAN DI KECAMATAN SEBERANG ULU I KOTA PALEMBANG

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2004-2012

Oleh

NOVA FITRIA RESIWIYASA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PEMUKIMAN DI KECAMATAN SEBERANG ULU I KOTA PALEMBANG

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2004-2012

Oleh

Nova Fitria Resiwiyasa

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis luas lahan yang berubah menjadi pemukiman, arah perkembangannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang tahun 2004-2012.

Penelitian ini menggunakan metode eksploratif yakni mencari hubungan gejala-gejala sosial maupun fisik. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis peta, unit pemetaan dan unit analisis. Objek penelitian merupakan satuan lahan Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang yang mengalami perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman tahun 2004-2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Luas lahan pemukiman mengalami perubahan seluas 68,77 ha (4,09%). (2) Arah perubahan pemukiman Kecamatan Seberang Ulu I mengarah ke arah Tenggara, dengan pola pemukiman memanjang yakni memanjang mengikuti jalan, pinggiran sungai, dan pusat-pusat fasilitas umum dengan perubahan yang paling banyak yakni Kelurahan 15 Ulu. (3) Faktor penyebab perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman terdiri dari faktor non fisis dan fisis.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Geografi ... 7

2. Lahan dan Penggunaan Lahan ... 12

3. Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 13

4. Pemukiman ... 19

B. Kerangka Pikir ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Metode Penelitian ... 28

B. Alat dan Bahan ... 28

1. Alat yang Digunakan ... 28

2. Bahan yang Digunakan ... 29

C. Objek Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian ... 29

1. Variabel Penelitian ... 29

2. Indikator Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Teknik Observasi ... 31

2. Teknik Dokumentasi ... 31

F. Teknik Analisis Data... 32

1. Analisis Peta ... 32


(7)

G. Diagram Alur Penelitian ... 33

1. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data ... 33

2. Tahap Pembuatan Peta dan Analisis Data Peta ... 34

3. Tahap Pengecekan Lapangan ... 34

4. Tahap Analisis ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Kondisi Fisis Daerah Penelitian ... 36

1. Letak Astronomis ... 36

2. Letak Administratif ... 37

3. Topografi ... 39

4. Keadaan Iklim ... 41

5. Jenis Tanah ... 44

6. Keadaan Hidrologi ... 45

B. Kondisi Non Fisis Daerah Penelitian ... 47

1. Kependudukan ... 47

a. Pertumbuhan Pendudukan ... 47

b. Kepadatan Penduduk ... 49

2. Faktor Ekonomi ... 50

a. Harga Tanah ... 50

C. Hasil Analisis Penelitian ... 51

1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang tahun 2004 dan 2012 Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan tahun 2004 dan 2012 Skala 1:40.000 ... 51

2. Perubahan Penggunaan Lahan untuk Pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang tahun 2004-2012 . 53

3. Penggunaan Lahan untuk Pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang tahun 2004 dan 2012 ... 57

D. Pembahasan... 60

1. Perubahan Luas Lahan Pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan tahun 2004-2012 ... 60

2. Arah Perkembangan Pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan tahun 2004-2012 .. 61

3. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan untuk Pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan 2004-2012 ... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76


(8)

LAMPIRAN

1. Perbandingan Guna Lahan Eksiting Kota Palembang tahun 2004 Terhadap Rencana Guna Lahan tahun 1999-2009 ... 79 2. Data Curah Hujan Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang

tahun 2003-2012 ... 78 3. Langkah-langkah Cara Pembuatan Peta Menggunakan


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan lahan kini kian berkembang pada wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhanpenduduk yang tinggi. Peningkatan pertumbuhan penduduk yang tinggi membuat penggunaan lahan bertambah, karena setiap aktivitas yang dihasilkan manusia memerlukan lahan. Misalnya, untuk tempat tinggal, tempat usaha, tempatkerja, tempat rekreasi, tempat hiburan, tempat pendidikan dan lain sebagainya semua pembangunannya berdiri pada suatu lahan.

Lahan adalah sebagian lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi, serta benda yang ada di atasnya, sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang (Sitanala 1989 dalam I Gede Sugiyanta 2003:8).

Penggunaan lahan yang terjadi pada setiap wilayah juga merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakatyang salah satunya adalah pemukiman. Pemukiman merupakan kebutuhan pokok manusia yang sangat penting. Pemukiman tak lepas peranannya dalam mempengaruhi mutu kehidupan masyarakat. Penggunaan lahan untuk pemukiman kian meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan lainnya untuk menunjang kehidupan itu sendiri.


(10)

Masyarakat lebih cenderung memilih pemukiman pada wilayah yang dekat dengan sarana fasilitas yang tersedia demi melancarkan semua kegiatan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup.Seperti pada daerah perkotaan yangwilayahnya terus meningkat perubahan penggunaan lahannya, bahkan menjadi incaran penduduk untuk bermukim karena daerah seperti ini biasanya tak lepas dari perencanaan pemerintah sehingga fasilitas yang ada di dalamnya sangat lengkap dan memadai.

Kota Palembang memiliki 14 kecamatan dengan total luas wilayah sebesar 36484,94 ha. Penggunaan lahan yang terjadi di Palembang di dominasi oleh pembangunan pemukiman yakni sebesar 10909,40 ha (29,90%) pada tahun 2004. Dalam perencanaan Kota Palembang, pada tahun 2009 pemerintah Kota Palembang merencanakan peningkatan penggunaan lahan di semua sektor lahan, terkecuali seperti hutan wisata, hutan kota, dan cagar budaya yang semakin berkurang. Hal ini berdasarkan hasil analisis BAPPEDA Kota Palembang tahun 2004.

Perkembangan penggunaan lahan jika terus berkembang maka menyebabkan lahan semakin kritis dan membuat lahan yang tersedia semakin berkurang kegunaannya. Perubahan ini mengakibatkan terjadinya ketidaknyamanan dan ketidakseimbangan antara kondisi lahan dan penggunaan lahan. Hal ini mengakibatkan ketidakselarasan antara alam dengan kebutuhan masyarakat akan lahan untuk tempat tinggal.

Berdasarkan laporan fakta dan analisis RTRW Kota Palembang dari BadanPerencanaan Pembangunan Daerah Kota Palembang (2004:3).


(11)

“Kondisi topografi wilayah Sumatera Selatan dibagian daratan Pulau

Sumatera ditandai oleh punggungan Pegunungan Bukit Barisan di barat yang semakin menurun ke arah timur sampai pesisir dengan hamparan dataran rendah berawa-rawa. Dan bagian wilayah Seberang Ulu pada umumnya mempunyai topografi yang relatif datar dansebagian besar dengan tanah asli berada dibawah permukaan air pasang maksimum Sungai Musi (+ 3,75 m diatas permukaan laut) kecuali lahan-lahan yang telah dibangun (dan akan dibangun) dimana permukaan tanah telah mengalami penimbunan (reklamasi)”.

Lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang. Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Seberang Ulu I, dari segi pertumbuhan penduduk dan banyak perubahan pada penggunaan lahan pada kecamatan ini khususnya pemukiman. Perubahan penggunaan lahan mengakibatkan rusaknya fungsi lahan itu sendiri, karena dari segi topografi kecamatan ini merupakan daerah yang datar dan banyak terdapat rawa sehingga untuk membuat suatu bangunan harus mengeruk tanah pada wilayah yang tidak terpakai, dan tanah tersebut untuk digunakan untuk menimbun kembali pada suatu lahan yang akan dibangun.

Luas wilayah Kecamatan Seberang Ulu I adalah1685,08ha. Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kecamatan Seberang Ulu I ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya.Pertambahan penduduk yang kian naik setiap tahunnya, ini akan berpengaruh pada penggunaan lahan yang merubah fungsi lahan dan memicu berkurangnya lahan seperti, lahan ladang, sawah, pepohonan/hutan dan rawa. Keadaan alam Kecamatan Seberang Ulu I mempunyai banyak lahan rawa-rawa. Rawa-rawa berfungsi untuk menyimpan cadangan air tanah. Sekarang yang terjadi pada Kecamatan Seberang Ulu I, perlahan-lahan lahan rawa-rawa berubah menjadi pemukiman warga.


(12)

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Seberang Ulu I Tahun 2004-2012

Kel. Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 15 Ulu 16.957 17.389 17.614 17.949 18.229 18.513 23.354 26.486 26.924 1 Ulu 12.365 12.573 12.784 13.029 13.230 13.436 12.546 12.279 12.779 Tuan Kentang 11.233 11.534 11.660 11.885 12.067 12.255 11.331 11.580 12.706

2 Ulu 7.879 8.298 8.638 8.806 8.939 9.079 10.247 8.928 9.014

3-4 Ulu 19.590 19.743 19.816 20.192 20.508 20.827 21.664 19.864 20.141 5 Ulu 23.467 23.790 23.919 24.371 24.754 25.137 26.117 24.399 24.402 7 Ulu 17.689 17.765 17.898 18.238 18.522 18.810 17.402 17.764 17.954 8 Ulu 9.877 10.076 10.359 10.560 10.721 10.888 10.421 11.826 12.142 Silaberanti 15.634 15.855 16.262 16.572 16.829 17.091 18.119 19.270 19.911 9-10 Ulu 13.098 13.387 13.657 13.919 14.134 14.354 13.289 13.079 13.494 Jumlah 147.789 150.410 152.607 155.521 157.933 160.390 164.490 165.475 169.467 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2012

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penelitian ini mengkaji tentanganalisis suatu perubahan lahan untuk pemukimanselama kurun waktu 9 tahun. Karena untuk melihat suatu perubahan yang terjadi perlu membandingkan beberapa tahun untuk melihat perubahan yang terjadi. Sehingga pada penelitian ini mengkaji tentang “Analisis perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan tahun 2004-2012”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dijabarkan di atas, titik permasalahan perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2004-2012, antara lain:

1. Berapa luas hektar lahan yang berubah menjadi pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2012?

2. Kearah manakahperkembangan pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2012?


(13)

3. Apa yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2012?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui luas lahan yang berubah menjadi pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2012?

2. Untuk mengetahui arah perkembangan pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2012?

3. Untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2012?

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dalam jenjang Strata I.

2. Sebagai bentuk penggunaan ilmu yang telah didapat kedalam lapangan secara langsung.

3. Sebagai bahan informasi tambahan bagi pihak-pihak terkait tentang perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman.


(14)

4. Sebagai penunjang bahan ajar mata pelajaran Geografi SMA kelas X semester I, terutama hubungannya dengan pokok bahasan Sumber Daya Alam Indonesia, sub pokok bahasan Lahan Potensial dan Lahan Kritis.

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi pihak Perencanaan Daerah Kota Palembang dalam usaha mengembangkan lahan pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup objek yaitu perubahan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

2. Ruang lingkup subjek yaitu para penduduk dan pihak-pihak yang terkait dalam perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

3. Ruang lingkup tempat dan waktu yaitu Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Propnsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2012.

4. Ruang lingkup ilmu yaitu geografi pemukiman.

Geografi Pemukiman adalah studi geografi mengenai perkembangan pemukiman di suatu wilayah di permukaan bumi. Yang dibahas pada Geografi Pemukiman yaitu bilamana suatu wilayah mulai dihuni manusia; bagaimana perkembangan pemukiman itu selanjutnya; bagaimana bentuk pola pemukiman; dan faktor-faktor geografi apakah yang mempengaruhi perkembangan dan pola pemukiman (Nursid Sumaatmadja, 1988:55-56).


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Geografi

Geografi sebuah kata yang tidak asing bagi kita semua. Geografi biasanya identik dengan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Padahal sebenarnya pengetahuan tentang geografi tidak hanya sebatas tentang bumi saja. Geografi dalam cakupannya sangat luas, karena geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi (gejala geosfer) serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam konteks keruangan (spatial) dan kewilayahan.

Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja (1997:11) menyatakan bahwa.

“Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Fenomena yang di maksud adalah gejala yang ada di permukaan bumi, baik lingkungan alam maupun mengenai makhluk hidup yang di dalamnya termasuk manusia dengan segala aktivitasnya guna memenuhi kebutuhan hidup”.

Sedangkan menurut Bintarto (1976:7) menyatakan bahwa.

“Geografi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kaitan, sesama antara manusia, ruang, ekologi, kawasan dan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kaitan sesama tersebut. Pengertian ruang disini


(16)

ialah sesuatu yang menyediakan akomodasi dan memungkinkan aktivitas, sedangkan pengertian ekologi dalam rangka definisi geografi merupakan suatu studi mengenai interelasi antara organisme dengan lingkungan. Istilah kawasan dalam hal ini diartikan sebagai suatu daerah yang memiliki homogenitas sosial, ekonomi, kultur, demografi dan sebagainya”.

Menurut teori di atas, segala aktivitas manusia tak lepas dari ruang wilayah. Misalnya, manusia akan menetap pada suatu wilayah yang bukan daerah asalnya karena faktor pekerjaan atau pun keluarga dan mereka biasanya memutuskan untuk bermukim atau menetap pada suatu wilayah yang sudah banyak penduduk atau sebaliknya. Semua kegiatan tersebut menimbulkan penggunaan lahan yang belum terpakai sebelumnya menjadi sebuah tempat bermukim. Jadi penyebaran manusia yang terjadi di muka bumi ini merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan bermasyarakat demi memenuhi tuntutan hidup dari manusia itu sendiri.

Sehubungan dengan penelitian analisis perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Tahun 2004-2012, maka penelitian ini bertitik tekan pada perubahan penggunaan lahan terutama untuk pemukiman.

a. Pendekatan Geografi

Menurut Bintarto (1976:25), pendekatan geografi meliputi tiga tahapan yang akan dibahas dalam sub-sub sebagai berikut:

1) Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)

Merupakan suatu analisa yang memperhatikan faktor-faktor pengaruh terhadap lokasi sesuatu aktivitas. Misalnya lokasi suatu kegiatan pertanian dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan alam seperti: tanah, suhu, lereng, dan hidrologi. Faktor-faktor lain yang berasal dari lingkungan sosial terutama aspek ekonomi seperti: jarak dari pasaran atau tempat tinggal, jalur-jalur transportasi dan lain-lain.

2) Pendekatan Ekologi (Ecological Approach)

Merupakan suatu analisa yang memperhatikan interaksi dan faktor-faktor yang menjadi penentu dari timbulnya suatu bentuk kegiatan. Selain dari


(17)

itu analisa ekologi juga memperlihatkan sistem yang terbentuk oleh faktor-faktor interaksi dan penganalisaan bagaimana sistem itu berfungsi. 3) Pendekatan Kewilayahan

Kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi disebut analisis kompleks wilayah. Suatu anggapan bahwa interaksi antarwilayah akan berkembang karena pada hakikatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain. Oleh karena itu, terdapat permintaan dan penawaran antarwilayah tersebut.

Sehubungan dengan pendekatan geografi, dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekologi. Dari penjelasan di atas pendekatan ekologi adalah hubungan antara unsur-unsur lingkungan alam sebagai pengendali dan keanekaan kehidupan sebagai akibatnya. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada hubungan manusia dan alam ataupun hubungan kehidupan dengan lingkungan. Perubahan pola penggunaan lahan menjadi pemukiman merupakan salah satu contoh fenomena yang dapat dikaji menggunakan pendekatan ekologi.

b. Konsep Geografi

Menurut SEMLOK (1989 dan 1990) dalam Amien dan Suharyono (1994:26) konsep-konsep esensial geografi meliputi:

1) Konsep Lokasi

Merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi, dan merupakan jawaban atas pertanyaan pertama dalam geografi.

2) Konsep Jarak

Jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial, ekonomi maupun juga untuk kepentingan pertanahan. Jarak


(18)

berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan (air, tanah subur, pusat pelayanan).

3) Konsep Keterjangkauan

Suatu tempat dapat dikatakan dalam keadaan terasing atau terisolasi kalau tempat itu sukar dijangkau (dengan sarana komunikasi atau angkutan) dari tempat-tempat lain itu.

4) Konsep Pola

Geografi mempelajari pola-pola bentuk dan persebaran fenomena, memahami makna atau artinya, serta berupaya untuk memanfaatkannya dan di mana mungkin juga menginvertensi atau memodifikasi pola-pola guna mendapatkan manfaat yang lebih besar.

5) Konsep Morfologi

Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara geologi) yang lazimnya disertai erosi dan sedimentasi hingga ada yang berbentuk pulalu-pulau, dataran luas yang berpegunungan dengan lereng-lereng tererosi, lembah-lembah dan daratan aluvialnya.

6) Konsep Aglomerasi

Merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit yang paling menguntungkan baik mengingat kesejenisan gejala maupun adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan.


(19)

7) Konsep Nilai Kegunaan

Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang atau golongan penduduk tertentu. 8) Konsep Interaksi/Interdependensi

Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi daya-daya, objek atau tempat satu dengan yang lain. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada di tempat yang lain.

9) Konsep Diferensiasi Areal

Diferensiasi areal antara lain mendorong terjadinya interaksi antara tempat (desa) yang satu dengan yang lain, yakni dalam bentuk mobilitas penduduk dan pertukaran barang atau jasa-jasa (buruh tani, penyewaan alat pertanian dan sebagainya).

10) Konsep Keterkaitan Keruangan

Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di satu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan atau kehidupan sosial.

Atas uraian konsep-konsep geografi tersebut, yang berhubungan dengan penelitian ini menggunakan konsep lokasi dan pola. Konsep lokasi mengaitkan dengan dimana letak yang mengalami perubahan, dan ketepatan lokasi tersebut dalam upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan sehari-hari.


(20)

Sedangkan dengan konsep pola, dalam penelitian ini untuk mengetahui ke arah mana perseberan pemukiman yang terjadi pada Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang.

2. Lahan dan Penggunaan Lahan

Menurut Aldrich (1981) dalam Bambang Purbowaseso (1996:275), lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan (situs), yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik alami yaitu iklim, geologi, tanah, topografi, hidrologi dan biologi.

Lahan yang disediakan oleh alam tak lepas dari penggunaannya yang dilakukan oleh manusia termasuk di dalamnya akibat dari kegiatan-kegiatan manusia seperti penggunaan lahan untuk pemukiman. Hal ini membuat lahan semakin terpakai menjadi rusak karena manusia tidak memikirkan dampak kedepannya dari pembangunan itu sendiri. Seperti di daerah penelitian ini kebanyakan adalah lahannya rawa-rawa, persawahan dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat untuk mendirikan suatu tempat tinggal biasanya melakukan reklamasi, hal ini membuat lahan semakin kritis dan tidak sesuai dengan fungsinya tersebut.

Lahan pemukiman menurut Cosmas Batubara (1984) dalam I Gede Sugiyanta (2003:74) dapat diartikan sebagai.

“Suatu tempat atau suatu daerah bagi masyarakat atau penduduk berkumpul dan hidup bersama serta menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan kajian atau pengkajian mengenai pengembangan dan pembangunan pemukiman karena akan terkait dengan aspek permasalahan yang luas yaitu sosial budaya, ekonomi, hukum dan pertahanan keamanan”.


(21)

Segala aktivitas manusia berhubungan dengan lokasi dan lokasi itu sendiri tercakup pada suatu wilayah. Semakin berkembang manusia itu sendiri maka akan banyak lahan yang berpengaruh dalam aktivitas manusia itu sendiri.

Penggunaan lahan (land use) pada hakekatnya menggambarkan keadaan fisik permukaan bumi. Menurut Lillesand dan Kiefer (1993) mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sebagai contoh pada penggunaan lahan untuk pemukiman yang terdiri atas pemukiman, rerumputan, dan pepohonan.

Pengaruh perkembangan penduduk dan kemajuan suatu kota juga mempengaruhi penggunaan lahan. Pertambahan jumlah penduduk berarti pertambahan terhadap makanan dan kebutuhan lain yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya lahan. Sehingga penggunaan lahan dari waktu ke waktu kian bertambah, lama-lama menyebabkan lahan menjadi kritis.

3. Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Menurut Muiz (2009), perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang dapat bersifat permanen maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial-ekonomi masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan komersial maupun industri.

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada daerah penelitian ini kebanyakan merupakan lahan rawa-rawa, persawahan, semak belukar, hutan, lahan terbuka hijau dan lain sebagainya. Sehingga dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk


(22)

membuat semakin banyak lahan yang terpakai. Jika lahan-lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya dijadikan dengan pemukiman maka akan mengakibatkan kerusakan lahan yang akan timbul dikemudian hari.

Perubahan lahan yang terjadi pada suatu wilayah yang mengakibatkan lahan sebelumnya masih alami ketika manusia membutuhkan suatu rumah untuk bermukim karena aktivitas manusia kian bertambah, hal ini menyebabkan lahan berkurang. Pada dasarnya tempat tinggal merupakan kebutuhan pokok manusia, tanpa tempat tinggal mereka tidak dapat memaksimalkan dalam aktivitas.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Semakin banyak aktivitas manusia maka semakin pula banyak penggunaan lahan terjadi karena segala aktivitas manusia memerlukan lahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari penggunaan lahan itu akan merubah struktur lahan yang ada dan menyebabkan penggunaan lahan.

Menurut Bintarto (1976:8) dari hubungan yang dinamis ini timbul suatu bentuk aktivitas yang menimbulkan perubahan. Perubahan yang terjadi adalah perubahan struktur penggunaan lahan melalui proses perubahan penggunaan lahan, meliputi:

- Perubahan perkembangan (development change), yaitu perubahan yang terjadi setempat dengan tidak perlu mengadakan perpindahan, mengingat masih adanya ruang, fasilitas dan sumber-sumber setempat. - Perubahan lokasi (location change), yaitu perubahan yang terjadi pada sutau tempat yang mengakibatkan gejala perpindahan suatu bentuk aktivitas atau perpindahan sejumlah penduduk ke daerah lain karena daerah asal tidak mampu mengatasi masalah yang timbul dengan sumber dan swadaya yang ada.

- Perubahan tata laku (behavioral change), yakni perubahan tata laku penduduk dalam usaha menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam hal restrukturisasi pola aktivitas.


(23)

Gambar 1. Bagan Hubungan Manusia, Lingkungan dan Perubahan

Pemilihan tempat bemukim atau memutuskan untuk menetap pada suatu daerah, manusia akan mencari wilayah-wilayah yang mempermudah dalam memenuhi hidupnya, seperti yang dikemukakan Nursid Sumaatmadja (1988:192) berikut.

“Faktor fisis yang mempengaruhi pertumbuhan dan pemukiman

penduduk adalah keadaan tanah, keadaan hidrologi, iklim, morfologi, dan sumber daya lainnya. Faktor fisis ini mempengaruhi bentuk, kecepatan, dan perluasan pemukiman, ke dalam faktor sosial berkenaan pemukiman penduduk ini termasuk karakter demografisnya, struktur dan organisasi sosial, dan relasi di antara pemukiman penduduk yang menghuni pemukiman tersebut. Faktor budaya yang mempengaruhi pertumbuhan pemukiman yaitu tradisi setempat, daya seni, kemampuan teknologi, dan kemampuan ilmu pengetahuan penduduk berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya setempat. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pemukiman, yaitu harga tanah, kemampuan daya beli penduduk, lapangan penghidupan, transportasi dan komunikasi

setempat”.

1) Faktor Fisik

- Kondisi Tanah

Tanah merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi penyebaran penggunaan lahan (Barlowe, 1986). Sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah merupakan faktor fisik lahan

Perubahan Perubahan Perkembangan Perubahan Lokasi Perubahan Sikap Perubahan secara fisik, ada gerakan perluasan Terjadi perpindahan karena tempat semula sudah penuh Pengaturan/ penyesuaian sikap terhadap tempat yang didiami


(24)

yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan yang diterapkan mendapatkan hasil yang maksimal.

Teori di atas menjelaskan bahwa kondisi tanah sangat berperan dalam penggunaan lahan karena tanah merupakan bagian dari lahan yang nilai kegunaannya terus dimanfaatkan manusia dalam menunjang suatu pembangunan khususnya untuk pemukiman.

- Kondisi Iklim

Menurut Mather (1986) dalam Gandasasmita (2001), iklim merupakan faktor fisik yang sulit dimodifikasi dan paling menentukan keragaman penggunaan lahan. Unsur-unsur iklim seperti hujan, penyinaran matahari, suhu, angin, kelembaban dan evaporasi, menentukan ketersediaan air dan energi, sehingga secara langsung akan mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Penyebaran dari unsur-unsur iklim ini bervariasi menurut ruang dan waktu, sehingga penggunaan lahan juga beragam sesuai dengan penyebaran iklimnya.

- Kondisi Topografi

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk didalamnya adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Menurut Hardjowigeno (1993) peranan topografi terhadap penggunaan lahan dibedakan berdasarkan unsur-unsurnyaadalah.

“Elevasi dan kemiringan lereng. Peranan elevasi terkait dengan

iklim, terutama suhu dan curah hujan. Elevasi juga berpengaruh terhadap peluang untuk pengairan. Peranan lereng terkait dengan kemudahan pengelolaan dan kelestarian lingkungan. Daerah yang


(25)

berlereng curam mengalami erosi yang terus-menerus sehingga tanah-tanah ditempat ini bersolum dangkal, kandungan bahan organik rendah dan perkembangan horison lambat dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan air tersedia bagi

tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan

vegetasi di tempat tersebut dan seterusnya juga mempengaruhi pembentukan tanah.

2) Faktor Sosial

- Pertumbuhan Penduduk

Penduduk adalah aspek utama pembangunan, maka pengetahuan tentang tingkah laku dan perkembangan penduduk merupakan hal yang penting dalam suatu pembangunan masyarakat.

Menurut Bintarto (1977:72) jumlah penduduk adalah suatu kelompok yang terdiri dari individu-individu yang sejenis dan mendiami atau menempati suatu wilayah dengan batas-batas tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, jumlah penduduk mempunyai peranan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Setiap bertambahnya penduduk akan semakin banyak pula sarana dan prasara yang dibutuhkan oleh penduduk, dan pembangunan akan kian berkembang.

Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:86), pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus-menerus (continous). Dalam penelitian ini menggunakan laju pertumbuhan penduduk eksponensial karena penelitian ini menganalisis dari tahun 2004-2012 sehingga terlihat pertumbuhan


(26)

penduduk pada daerah penelitian yang menjadi faktor perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman.

- Fasilitas Umum

Menurut Yaya Sutarya (1987:33), dalam lingkungan perkotaan yang sangat menunjang adalah.

“Ketersediaan fasilitas umum guna menunjang kelancaran dan

kemudahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Fasilitas umum merupakan sarana dan prasarana penunjang guna memperlancar dan mempermudahkan pergerakan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Berdasarkan teori di atas, fasilitas umum dianggap mempengaruhi perkembangan penggunaan lahan. Setiap fasilitas umum pada dasarnya membutuhkan lahan, dan keberadaannya dari tahun ke tahun pasti mengalami pertambahan seiring dengan kebutuhan manusia yang beraneka ragam.

3) Faktor Ekonomi - Harga Tanah

Harga tanah adalah penilaian atas tanah yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satuan luas tertentu pada pasaran lahan (Riza, 2005). Harga tanah ditentukan oleh nilai tanah atau harga tanah mencerminkan tinggi rendahnya nilai tanah. Dalam hubungan ini, perubahan nilai tanah serta penentuan nilai dengan harga tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menunjang kemanfaatan, kemampuan dan produktifitas ekonomis tanah tersebut.


(27)

Faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah adalah topografi, karena topografi mempengruhi kedudukan dari suatu bangunan sehingaa dapat mempengaruhi harga tanah maupun bangunan di tempat-tempat tertentu. Misalnya keadaan topografi yang bergelombang atau yang berbukit-bukit, maka pengerjaan atas pembangunan tersebut akan memerlukan biaya, tenaga, dan perlakuan yang lebih terhadap lahan tesebut sehingga harga tanah tersebut menjadi mahal.

4. Pemukiman

Menurut I Gede Sugiyanta (1995:4), pada dasarnya pemukiman adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan tanah (lingkungan). Manusia bermukim untuk memudahkan semua aktivitas yang dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Selanjutnya, menurut Bintarto (1976) menyantumkan dua tafsiran mengenai pemukiman (settlement), yaitu: Pertama, dalam artian sempit memperhatikan sususan dan penyebaran bangunan (antara lain: rumah, gedung, sekolah, kantor, pasar, dan sebagainya); kedua dalam arti luas memperhatikan bangunan, jaringan jalan, dan pekarangan yang menjadi salah satu sumber penghidupan penduduk.

Mengenai pemukiman, beliau merumuskannya sebagai suatu tempat daerah berkumpulnya penduduk dan hidup bersama, serta dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya.


(28)

Pemukiman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Pembangunan pemukiman meliputi pembangunan rumah pada suatu lokasi yang di tata dengan prasarana dan sarana lingkungan, sehingga merupakan suatu pemukiman yang fungsional bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. Pemilihan lokasi untuk mendirikan suatu pemukiman pun pada dasarnya masyarakat memilih lokasi yang dekat dengan sarana dan prasarana untuk mencukupi kebutuhan masyarakat tersebut, karena di dalam pemukiman itu mencakup semua aspek yang dibutuhkan pada manusia untuk melangsungkan hidupnya ke arah yang lebih baik.

a. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pemukiman

Kebutuhan akan pemukiman di pengaruhi dengan pertambahan penduduk yang terjadi pada suatu wilayah sehingga memerlukan tempat untuk bermukim.

“Kebutuhan hidup manusia antara lain: pangan sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, diantara kebutuhan tersebut pemukiman menempati posisi sentral. Dengan demikian peningkatan pemukiman akan meningkatkan pula kualitas hidup” (Sumitro Djojohadikusumo dalam Daldjoeni 1978:17).

Pengadaan pemukiman pada kawasan yang kondisi penduduknya kian meningkat merupakan salah satu bentuk dari kebutuhan penduduk yang harus terpenuhi. Kebutuhan dari penduduk perekonomian rendah sampai atas direalisasikan dengan membangun pemukiman demi kepuasan penduduk terhadap kebutuhannya akan tempat tinggal.

Menurut Robinson dalam I Gede Sugiyanta (1995:14), faktor-faktor yang mempengaruhi pemukiman, antara lain:


(29)

1) Letak Pemukiman

Pemukiman bukanlah merupakan hal yang sembarangan, suatu fakta penting menunjukkan dan perlu untuk di catat bahwa pemukiman itu apakah besar atau kecil, harus memiliki letak/tempat yang berkenaan dengan ketentuan-ketentuan fundamental secara geografis. Jarang sekali pemukiman terjadi secara kebetulan, walaupun ada beberapa hal terjadi adalah diluar ketentuan yang telah disebutkan di atas, sebagai contoh ada pemukiman tertentu tumbuh karena disebabkan perkumpulan kerohanian. Pada permulaan, seperti contoh pada abad pertengahan dimana komunikasi yang demikian sulit dan penduduk sangat mementingkan diri sendiri sifat individu yang lebih menonjol, sehingga mereka memilih tempat-tempat yang mungkin dapat memberikan kemudahan untuk melakukan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhannya sendiri. 2) Persediaan Air

Pertama dan yang utama manusia memerlukan air untuk kebutuhan minum. Air adalah merupakan kebutuhan primer manusia dan sudah jelas bahwa manusia cenderung tinggal di daerah-daerah yang tersedia cukup air dan paling tidak mendekati daerah-daerah yang airnya mudah didapat. 3) Tanah Pertanian

Setelah air, makanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang berikutnya, maka dari itu tempat yang memberikan tanah yang subur dan bagus untuk peternakan dan pertanian sangat dicari.


(30)

4) Tanah Kering

Daerah yang baik untuk bendungan atau penggenangan air sungai lebih dicari/dipilih untuk daerah pemukiman/perkampungan tua di dunia, seperti yang terjadi di Euphrates, dataran rendah Irak, tapi karena banjir yang sering terjadi manusia membangun rumah panggung.

5) Perlindungan (Shelter)

Hal ini serupa yaitu manusia memilih daerah-daerah yang teduh dan berlindung dari udara dingin dan lain-lain, ini adalah faktor lain yang sangat penting di luar peritmbangan.

6) Kemungkinan Pertahanan

Pada zaman dahulu faktor keamanan dari serangan tetangga yang bermusuhan dan perampokan adalah merupakan hal yang sangat penting.

Dari keenam faktor yang telah disebutkan di atas pada prinsipnya manusia dalam memilih tempat tinggal untuk bermukim akan selalu mencari tempat yang mendukung untuk melakukan aktivitas, karena faktor yang mendukung akakn memberikan kemudahan-kemudahan dalam melakuakn kehidupan.

Menurut Prayogo Mirhad dalam Eko Budihardjo (1984:109), untuk menetapkan lokasi pemukiman ditinjau dari segi tata guna tanah hal yang perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Tanah yang secara ekonomis telah sukar dikembangkan secara produktif, misal:

- Bukan daerah persawahan

- Bukan daerah kebun-kebun yang baik

- Bukan daerah usaha seperti, pertokoan, perkantoran, hotel, pabrik/industri

2) Tidak merusak lingkungan yang telah ada, bahkan kalau dapat memperbaikinya


(31)

3) Sejauh mungkin dipertahankan tanah yang berfungsi sebagai reservoir air tanah, penampung air hujan dan penahan air laut.

b. Pola Pemukiman

Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Pemukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk terfokus dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat untuk melangsungkan hidupnya. Pengertian pola dan sebaran pemukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran pemukiman membicarakan hal dimana terdapat pemukiman dan atau tidak terdapat pemukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola pemukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya.

Pemukiman meliputi tiga hal seperti yang dikemukakan Daldjoeni (1978:17) yaitu.

“Pertama suprastruktur yaitu berbagai komponen fisik tempat manusia beraktivitas, kedua insfrastruktur yaitu prasarana bagi gerak manusia perhubungan dan komunikasi, sirkulasi tenaga dan materi untuk kebutuhan jasmani, yang ketiga pelayanan (service) yaitu segala hal yang mencakup pendidikan, kesehatan, gizi, rekreasi dan kebudayaan”.

Pemukiman pada hakekatnya adalah wujud hidup bagi manusia, oleh karena itu mengandung banyak aspek-aspek kehidupan manusia. Menurut Soeprapto (1976), mengenai pemukiman menjelaskan.

“Pola pemukiman yang ideal tidak dapat terlepas dari struktur masyarakat yang dicita-citakan oleh rakyat Indonesia sendiri yaitu masyarakat Indonesia, berazas kekeluargaan dan religius. Ditinjau dari struktur masyarakat, pola pemukiman yang ideal adalah pemukiman yang bentuk perumahan, sarana umum, fasilitas sosial, maupun penataannya


(32)

dapat menunjang perwujudan dan cita-cita dari pada masyarakat itu sendiri”.

K. Wardiyatmoko (2006:150) mengungkapkan tentang pola pemukiman yaitu pola persebaran pemukiman sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah, tata air, topografi, dan ketersediaan sumber daya alam. Ada tiga pola pemukiman dalam hubungannya dengan bentang alamnya antara lain:

1) Pola Pemukiman Memanjang

Pola memanjang pemukiman penduduk dikatakan memanjang apabila rumah-rumah yang dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan pada kawasan pemukiman yang berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai. 2) Pola Pemukiman Terpusat

Pola pemukiman ini mengelompok membentuk unit-unit yang kecil dan menyebar. Pola terpusat merupakan pola pemukiman penduduk di mana rumah-rumah yang dibangun memusat pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan pada kawasan pegunungan. Pola ini biasanya dibangun oleh penduduk yang masih satu keturunan.

3) Pola Pemukiman Tersebar

Pola pemukiman tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau daerah gunung api dan daerah-daerah yang kurang subur. Pada pola tersebar, rumah-rumah penduduk dibangun di kawasan luas dna bertanah kering yang menyebar dan sedikit renggang satu sama lain.

Menurut Robinson dalam I Gede Sugiyanta (1995:27), faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada pola pemukiman, antara lain:


(33)

1) Persediaan Air

Kurangnya persediaan air permukaan menyebabkan pemusatan pemukiman penduduk di pinggiran atau di sepanjang sisi aliran sungai, dekat dengan sumber air, hal ini menyebabkan terjadinya pemukiman yang mengelompok.

2) Permukaan yang Kasar

Permukaan yang kasar menyebabkan manusia sulit untuk mengusahakan/mengerjakan tanah, daerah yang terjal menyebabkan konsentrasi pemukiman penduduk cenderung pada daerah lembah atau daerah yang rendah dan relatif datar.

3) Perdamaian dan Keamanan

Adanya hukum dan peraturan lainnya yang diterapkan, maka perdamaian akan menyebabkan kondisi yang aman. Semua itu adalah baik untuk penyebaran dan perpindahan penduduk keluar dari perkampungan.

4) Pengaruh Ekonomi

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa devaluasi uang dan sewa tanah juga menyebabkan terjadinya penyebaran penduduk.

5) Pengaruh Sosial

Kondisi sosial budaya dapat berpengaruh terhadap penyebaran pemukiman penduduk, sebagai contoh adanya kebiasaan pembagian warisan, tanah akan diberikan kepada anak-anak pemilik tanah, sehingga terjadi pemecahan-pemecahan tanah yang memungkinkan terjadi pengembangan dan penyebaran pemukiman/perkampungan karena tanah yang dibagikan tidak pada satu tempat saja.


(34)

6) Pengaruh Sejarah

Penduduk yang datang dan menghuni daerah kolonisasi memperkenalkan bentuk pemukiman.

B. Kerangka Pikir

Masalah yang terjadi pada penelitian ini, pembangunan yang terjadi pada lokasi penelitian sangatlah banyak menggunakan lahan. Mengingat aktivitas dan kebutuhan manusia akan lahan menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang semakin banyak terjadi. Pemukiman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk mengembangkan hidupnya dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pembangunan pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I ini sangat berkembang. Kebutuhan akan lahan untuk pemukiman pun semakin bertambah dan persebaran pemukiman pada Kecamatan Seberang Ulu I semakin berkembang. Jika semakin semakin banyak lahan yang terpakai tidak sesuai dengan fungsi lahan itu sendiri di khawatirkan akan menyebabkan ketidakseimbangan alam dengan lingkungan hidup manusia.

Menentukan dan memilih lahan untuk pemukiman, perlu dipilih dicari daerah yang bebas bencana, baik bencana alam maupun akibat buatan manusia. Kecuali hal tersebut, juga mempunyai ketersediaan air yang cukup dan bersih, serta mempunyai kemudahan-kemudahan lainnya, misalnya dekat dengan jalan raya, dekat dengan fasilitas-fasilitas umum antara lain pasar, pusat-pusat pelayanan masyarakat. Selain itu topografi Kecamatan Sebrang Ulu I ini merupakan dataran rendah berawa-rawa, kebanyakan dipakai sebagai lahan pertanian. Dengan demikian, pembangunan masih tetap berjalan di Kecamatan Seberang Ulu I ini


(35)

mengalami penggunaan lahan yang banyak penggunaan lahan non pertanian yakni pemukiman. Dari uraian tersebut, pada lokasi penelitian ini kebanyakan lahan yang akan dimanfaatkan ditimbun dengan tanah (reklamasi) agar dapat didirikan suatu bangunan di atasnya. Dengan demikian di khawatirkan akan terjadinya banyak dampak yang akan terjadi seperti banjir. Karena dari fungsi rawa-rawa dan persawahan tadi yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan air semenjak dilakukan pembangunan di sana-sini dampak yang terjadi sudah dirasakan oleh penduduk yakni ketika hujan air yang turun kepermukaan bumi tidak mengalir dan meresap dengan cepat lagi terkadang menjadi genangan air bahkan banjir.

Dari permasalahan di atas kaitannya dengan penelitian ini adalah dari topografi dan faktor lingkungan yang dimiliki kecamatan ini memungkinkan bahwa pembangunan terus terjadi dan berkembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ke arah mana perkembangan pemukiman yang berubah, berapa lahan yang berubah, dan apa yang menyebabkan penggunaan lahan tersebut.


(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah.

“Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala sosial maupun fisik untuk mengetahui bentuk hubungan tersebut. Penelitian perlu memperluas dan mempertajam dasar-dasar empiris mengenai hubungan di antara gejala sosial atau gejala-gejala fisik sehingga ia benar-benar mampu merumuskan hipotesis-hipotesis yang berarti bagi penelitian lanjutan”.

Berdasarkan pengertian di atas eksploratif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan gejala-gejala sosial maupun fisik untuk mengetahui hubungan penelitian ini, sehingga dapat diinterpretasikan sejelas-jelasnya. Dalam penelitian ini untuk mencari-cari perubahan lahan yang terjadi pada penggunaan lahan untuk permukiman yang terjadi pada Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang tahun 2004-2012.

B. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan a. Komputer

Komputer yang digunakan dalam pembuatan peta dan menganalisis peta dengan menggunakan program:


(37)

1) R2V, untuk mendigitasi hasil interpretasi Peta. 2) Arc Info, untuk menganalisis hasil digitasi.

3) Arc View, untuk mengukur luas penggunaan lahan dan menglayout peta.

2. Bahan yang digunakan

a. Peta Administrasi Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2013. b. Peta Topografi Kecamatan Seberang Ulu I.

c. Peta penggunaan lahan Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2004. d. Peta penggunaan lahan Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2012.

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah satuan wilayah di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

D. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:48) variabel penelitian dapat diartikan sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik penelitian suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang berkenaan dengan variabel penelitian adalah satuan lahan yang mengalami perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang.

2. Indikator Penelitian

Dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman yang terjadi di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang, dapat di lihat dari aspek fisik, seperti:


(38)

a. Topografi

Topografi adalah perbedaan tinggi rendahnya daerah dipermukaan bumi. Kemiringan lereng merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah yang sangat berpengaruh dalam penggunaan lahan dan banyak mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan. Untuk klasifikasi mengenai kemiringan lereng dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Klasifikasi Kemiringan Lereng

No. Kemiringan (%) Klasifikasi

1. 0,00-8,00 Datar

2. 8,01-15,00 Landai

3. 15,01-25,00 Agak Curam

4. 25,01-45,00 Curam

5. 45,01 atau lebih Sangat Curam

Sumber: Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (1994) dalam Prapto Suharsono (1985:39)

b. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah pertambahan penduduk setiap tahunnya, dalam hal ini yang dijadikan perhatian adalah pertumbuhan penduduk di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang dari tahun 2004 sampai tahun 2012 disetiap lingkungannya.

Penggolongan pertumbuhan penduduk dibagi ke dalam tiga indikator, yaitu: - Pertumbuhan penduduk rendah jika pertumbuhan penduduk kurang dari

1%.


(39)

- Pertumbuhan penduduk tinggi jika pertumbuhan penduduk lebih dari 2% (Saidiharjo dan Martono, 1983:60).

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:44) mendefinisikanobservasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Dalam geografi fisik peneliti ingin untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi, maka peneliti dapat memperoleh data fisik langsung di lapangan melalui pengukuran-pengukuran dan pengumpulan data lapangan lainnya.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang bersifat sekunder seperti data:

Tabel 3. Kebutuhan Data Sekunder Penelitian

No. Jenis Data Data yang Diperlukan Sumber

1. 2. Peta Atribut -Administrasi -Topografi

-Penggunaan Lahan -Luas Wilayah -Fasilitas Umum -Kondisi Penduduk -Data Curah Hujan

Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2003-2012

BAPPEDA Kota Palembang, Kecamatan Seberang Ulu I, Badan Pusat Statistik Kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan, Stasiun Klimatologi Kenten Palembang

Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:60), data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti tidak secara langsung dari subjek atau objek yang diteliti, tetapi melalui pihak lain seperti instansi-instansi atau lembaga-lembaga yang terkait,


(40)

perpusatakaan, arsip perorangan, dan lain sebagainya. Dalam teknik dokumentasi ini adalah untuk membantu peneliti menemukan jawaban atas permasalahan yang terjadi pada penelitian ini yakni faktor apa yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman yang terjadi di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang tahun 2004-2012.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis peta. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis peta adalah untuk mengtahui faktor-faktor fisik yang terjadi pada perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang.

1. Analisis Peta

Menurut Pabundu Tika (2005:49), untuk penelitian geografi fisik, peta dan foto udara diperlukan untuk pengamatan dan pengecekan objek-objek tertentu di lapangan. Peta dan foto udara tersebut sangat membantu peneliti untuk mengecek berbagai objek yang bersangkut paut dengan penelitian, seperti lokasi penelitian, penentuan sampel, perubahan fenomena di lokasi penelitian, dan sebagainya.

Penelitian ini menggunakan peta Penggunaan Lahan untuk Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2004 dan 2012, untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan:


(41)

b. Arah perubahan dan sebaran penggunaan lahan permukiman di Kecamatan Sebrang Ulu I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan tahun 2004 dan 2012.

2. Unit Pemetaan dan Unit Analisis

Dalam penelitian ini selain untuk mengetahui berapa luas yang berubah dan kearah mana perkembangan pemukiman itu berubah juga menganalisis yang menyebabkan lahan itu berubah menjadi pemukiman. Untuk mengetahui faktor fisik yang terjadi pada daerah penelitian, maka digunakanlah pendekatan geomorfologi dengan menggunakan unit lahan sebagai satuan pemetaan dan satuan analisa.

Tahap analisis dengan menggunakan peta adalah untuk mendapatkan peta satuan lahandengan didukung oleh peta-peta seperti, topografi dan penggunaan lahan. Kegunaan analisis ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di daerah penelitian bisa terjadi. Informasi yang didapatkan dari peta akan dibahas pada penelitian ini untuk mengungkap faktor fisik yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan tersebut.

G. Diagram Alur Penelitian

1. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data

Tahap ini dilakukan untuk mencari data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan berupa data spasial dan data statistik. Satuan wilayah yang digunakan dalam analisis adalah Kecamatan Seberang Ulu I. Data dikumpulkan dari berbagai sumber terkait.


(42)

2. Tahap Pembuatan Peta dan Analisis Data Peta

Peta dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah peta penggunaan lahan Kota Palembang tahun 2004 dan 2012. Peta diolah dengan program R2V untuk mendigitasi daerah penelitian yakni Kecamatan Seberang Ulu I. Setelah itu dengan program Arc View peta diolah untuk dijadikan peta tentatif penggunaan lahan tahun 2004 dan 2012 Kecamatan Seberang Ulu I, untuk memperjelas penganalisisan maka dilakukan pendigitasian kembali pada lahan pemukiman untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan pemukiman pada tahun 2004-2012.

3. Tahap Pengecekan Lapangan

Pengecekan lapangan dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data dengan peta penggunaan lahan sementara, sehingga hasil akhir data yang diperoleh memiliki akurasi yang dibutuhkan pada proses analisis data penelitian. Setelah peta di layout dilakukanlah pengecekan lapangan untuk memastikan perubahan pada peta benar terjadi.

4. Tahap Analisis

Analisis perubahan penggunaan lahan di kecamatan Seberang Ulu I ini menggunakan teknik analisis peta, dari peta pemukiman 2004 dan 2012 di layout kemudian dilakukan overlay untuk mengetahui arah perkembangan perubahan pemukiman dari tahun 2004-2012 dan ditambah dari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I.


(43)

28

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Peta Penggunaan Lahan Kota Palembang

tahun 2012 Skala 1:60.000 Digitasi

Menggunakan R2V

Kebutuhan Data Sekunder Penelitian Keadaan Topografi Keadaan Iklim Jenis Tanah Keadaan Hidrologi Keadaan Penduduk Harga Tanah Peta Tentatif Penggunaan Lahan Kecamatan Seberang Ulu I

tahun 2004 Peta Penggunaan Lahan

Kota Palembang tahun 2004 Skala 1:117.000 Digitasi Menggunakan R2V Peta Tentatif Penggunaan Lahan Kecamatan Seberang Ulu I

tahun 2012

Peta Pemukiman Kecamatan Seberang Ulu I

tahun 2004 Samakan Skala Menggunakan Arc View Digitasi Menggunakan R2V Digitasi Menggunakan R2V Peta Pemukiman Kecamatan Seberang Ulu I

tahun 2012

Peta Pemukiman Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2004 Skala 1:25.000

Peta Pemukiman Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2012 Skala 1:25.000 Cek Lapangan

OverlayMenggunak

an Arc View

Peta Perubahan Lahan Pemukiman Kecamatan Seberang Ulu I

tahun 2004-2012 Skala 1:25.000 Data Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk 2004-2012 Kecamatan Seberang Ulu I (sumber: Badan Pusat Statistik Kota

Palembang) Data Curah Hujan

Kecamatan Seberang Ulu I tahun

2003-2012 (sumber: Stasiun Klimatologi Kelas II

Kenten Kota Palembang)

Data Jenis Tanah Kecamatan Seberang Ulu I (sumber: BAPPEDA Kota Palembang) Keadaan Air Kecamatan Seberang Ulu I (sumber: BAPPEDA Kota Palembang dan Observasi Lapangan) Data Topografi

(sumber: BAPPEDA

Kota Palembang) Observasi Lapangan

Tujuan Peta Topografi Kecamatan Seberang Ulu I Skala 1:40.000 Sarana Fasilitas Ketersediaan Fasilitas Umum Kecamatan Seberang Ulu I (sumber: Monografi Kecamatan Seberang Ulu I)

Peta Harga Tanah Kecamatan Seberang Ulu I Skala 1:40.000 Peta Persebaran Fasilitas Umum Kecamatan Seberang Ulu I Skala 1:40.000 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan

Penggunaan Lahan di Kecamatan Seberang Ulu I

Kota Palembang tahun 2004-2012

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan untuk Pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota

Palembang tahun 2004-2012


(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Seiring bertambahnya penduduk maka kegiatan manusia memerlukan lahan, maka dari itu penggunaannya pun kian bertambah dan fungsinya pun sedikit berkurang sebagaimana alam menyediakan untuk manusia. Seperti di Kecamatan Seberang Ulu I, penggunaan lahan untuk pemukiman kian bertambah yang mengakibatkan lahan seperti lahan sawah, rawa, pepohonan/hutan, dan blukar semakin berkurang luasannya dan nilai kegunaannya. Hasil dari analisis penelitian ini yakni:

1. Luas lahan pemukiman selama kurun waktu 9 tahun yang mengalami bertambah seluas 68,77 ha (4,09%).

2. Arah perkembangan pemukiman yang terjadi selama 9 tahun yakni dari tahun 2004-2012 di Kecamatan Seberang Ulu I ini kearah Tenggara dengan membentuk pola pemukiman memanjang yakni semakin mendekati jalan arteri primer yang terdapat pada Kecamatan Seberang Ulu I, mendekati sungai dan mendekati fasilitas umum yang tersedia. Wilayahnya yang perkembangannya sangat tinggi adalah Kelurahan 15 Ulu.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang yakni dipengaruhi dari faktor non fisis yang terdiri dari pertumbuhan penduduk, harga tanah,


(45)

dan persebaran fasilitas umum sedangkan dari faktor fisis yang terdiri dari keadaan topografi, hidrologi, dan jenis tanah.

B. Saran

Saran pada penelitian ini yakni kepada pemerintah daerah Kota Palembang dan instansi-instansi yang terkait terhadap penggunaan tata ruang Kota Palembang lebih memperhatikan lahan yang akan dijadikan untuk pembangunan terutama untuk pemukiman dan bagi pemerintah diharapkan dapat mengendalikan dan memperhatikan laju pertumbuhan penduduk dan dapat mengarahkan penyebaran penduduk terhadap suatu wilayah. Oleh karena itu, pemerataan fasilitas umum sangat diperhitungkan matang-matang keberadaannya, karena mempengaruhi masyarakat untuk pindah atau menetap terhadap wilayah yang dekat dengan fasilitas umum yang memadai.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muiz. 2009. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Sukabumi (Tesis). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim. 1980/1981. Proyek Inventasrisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional (DEPDIKBUD). Pola Pemukiman Pedesaan Kalimanta Barat. Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya. Pontianak. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Palembang. 2004.

Laporan Fakta dan Analisis: Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang. Palembang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palembang. 2004-2012. Kecamatan dalam Angka: Kecamatan Sebrang Ulu I. Palembang.

__________. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Palembang: Data Agregat Per Kecamatan. Artikel, Agustus, hlm. 7.

Bambang Purbowaseso. 1996. Penginderaan Jauh Terapan. UI Press. Jakarta. Benyamin Lakitan. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Bintarto. 1976. Pengantar Geografi Pembangunan. PT. P.B. Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta.

__________. 1977. Pengantar Geografi Kota. UP. Spring. Yogyakarta.

Daldjoeni. 1978. Manusia Penghuni Bumi: Bunga Rampai Geografi Sosial. Alumni. Bandung.

Eko Budihardjo. 1984. Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Alumni. Bandung.

Gandasasmita. 2001. Analisis Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Daerah Aliran Sungai Cimanuk Hulu Jawa Barat (Disertasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(47)

__________. 2003. Geomorfologi (Diktat). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kecamatan Seberang Ulu I. 2012. Monografi Kecamatan Seberang Ulu I tahun 2012. Palembang

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Moch. Amien dan Suharyono. 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdikbud.

Moh. Papundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta. Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan. Alumni. Bandung.

__________. 1997. Metode Pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Bandung. Rosana. 1996. Hidrologi (Diktat). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Subarjo. 2003. Meteorologi dan Klimatologi (Diktat). FKIP Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Sudarmi. 2005. Geografi Regional Indonesia (Diktat). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untunk SMA Kelas XII. Erlangga. Jakarta. Wilson, E. M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung.


(48)

(49)

Lampiran 1. Perbandingan Guna Lahan Eksiting Kota Palembang tahun 2004 Terhadap Rencana Guna Lahan tahun 1999-2009

No. Penggunaan Lahan

Luas Penggunaan Lahan (Ha)

Tahun 2004 Rencana Tahun 2009 Luas % Luas %

1. Permukiman

10909.40 29,90 13677.00 39,81

2. Permukiman Rawa 1855.00 5,40

3. Perdagangan & Jasa 248.45 0,68 1829.00 5,32

4. Perkantoran 126.00 0,35

437.00 1,27

5. Pemerintahan 73.05 0,20

6. Industri 759.91 2,08 2705.00 7,87

7. Pertanian 3600.30 9,87 7321.00 21,31

8. Hutan Wisata

2073.42 5,68

46.75 0,14

9. Hutan Kota 348.00 1,01

10. Cagar Budaya 209.25 0,61

11. Rawa 1396.35 3,83 3382.00 9,84

12. Lain-Lain:

(Sempadan Sungai, RTH, Sarana, Perkebunan, Peternakan, Jalan, Lahan Kosong, Pariwisata/ Rekreasi, Pemanfaatan Khusus, Taman Kota, Kuburan/ Pemakaman, Jalur Hijau Tegangan Tinggi, Bandara, Terminal, TPA, Kolam dan Danau)

15595.83 42,75 735.00 2,14

13. Perairan 1702.23 4,67 1808.00 5,26

Jumlah Total 36484.94 100,00 36484.94 100,00


(50)

(51)

Lampiran 3. Langkah-langkah Cara Pembuatan Peta Menggunakan Program R2V, Arc Info, dan Arc View

a. Langkah Kerja pada Software R2V

- Buka program R2V yang ada pada shortcut desktop.

- Klik dua kali icon R2V sehingga muncul lembar kerja R2V. - Buka peta yang akan digunakan, gambar peta harus selalu dalam format

TIFF Files (*.tif). o Klik Open.

o Pilih gambar peta yang akan digunakan. o Klik Open.

- Setelah gambar peta muncul hal pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan titik koordinat peta, dengan cara:

o Pilih icon Control Point Editor pada menu bar.

o Letakkan di keempat pojok peta pada pertemuan sumbu X dan Y. Setelah di klik pada salah satu titik pertemuan sumbu X dan Y maka akan muncul kotak dialog untuk menentukan koordinat. Isi sesuai dengan angka pada sumbu X (6 angka) dan sumbu Y (7 angka) lalu Ok. o Buat keempat titik koordinat pada setiap pertemuan sumbu.

- Setelah selesai menentukan keempat titik koordinat lalu mulai melakukan digitasi peta, dengan cara:

o Klik icon Line Editor yang berfungsi untuk mengaktifkan icon icon yang ada.


(52)

o Lalu klik icon Draw/Trace Line untuk mulai mendigitasi peta. Sebelum dilakukan digitasi sebaiknya perbesar gambar minimal pembesaran 3x untuk memudahkan proses digitasi dan untuk meminimalisir kesalahan yang dibuat. Untuk memperbesar gambar dapat menggunakan tombol F2 pada keyboard atau klik icon Zoom in

. Sedangkan untuk memperkecil dapat menggunakan tombol F3 atau icon Zoom out .

o Setelah itu kita dapat langsung memulai digitasi.

o Agar lebih jelas dan melihat peta utuh yang telah di digitasi maka dapat klik icon Show Image sehingga peta awal akan hilang, dan akan muncul gambar hasil digitasi.

o Kemudian pertemuan antar node disatukan agar tidak terjadi kesalahan saat melayout peta dengan menggunakan icon Snap Node atau dengan klik kanan pada akhir Node lalu pilih Snap Node To.

- Lakukan Snap pada setiap pertemuan garis.

- Setelah semua dilakukan Snap Node lalu berikan ID (identitas) untuk setiap garis dengan cara klik icon Show Line Ids .

- Setelah semua selesai simpan file dengan mengklik tombol Ctrl + S pada keyboard atau dengan klik File lalau pilih Save dengan format prj.

- Untuk dapat melanjutkan pada program yang selanjutnya maka file yang telah selesai disimpan harus di eksport (masih pada program R2V) Dengan cara klik File pilih Eksport Vector lalu ganti file type menjadi .shp lalu save.


(53)

b. Langkah Kerja Pada Software ArcInfo

- Buka program ArcInfo atau ArcW yang ada pada desktop .

- Klik dua kali icon ArcW .

- Maka akan muncul jendela kerja ArcInfo.

- Umumnya tulisan yang muncul yaitu (c:\)[arc] karena tiap komputer dapat berbeda, jika belum muncul ketik CD\ lalu Enter .

- Ketik D: - Ketik Dir/P

- Ketik CD_Folder yang akan dibuka

Catatan: Saat akan membuka folder kita harus mengetikkan sesuai dengan nama folder yang tertera.

- Dir/P

- Jika peta yang akan dibuka sudah ada (dalam bentuk .shp) maka ketik Shapearc_Nama File yang akan dibuka_File Baru (Misal TES)

- Clean_File Baru yang sudah dibuat sebelumnya (TES)

Maka peta sudah ada di ArcInfo dengan folder yang baru. Jika kita sudah yakin peta yang dibuat sudah benar dan tidak ada kesalahan maka kita dapat langsung keluar dengan cara ketik Quit atau Q

Akan tetapi jika masih belum yakin dan mau mengecek peta yang telah dibuat dapat dibuka dengan cara:

o Arcedit


(54)

o Mapex_TES

o Edit_TES

o Drawen_all;draw (gambar peta yang telah dibuat akan muncul) o Untuk melihat kesalahan ketik Drawen_node_dangle;draw

(jika terdapat kotak merah di dalam gambar maka berarti peta yang dibuat ada kesalahan) jika tidak ada kesalahan dapat langsung Quit o Untuk memperbesar peta ketik Map_*;draw

o Sedangkan untuk memperkecil gambar ketik Map_def;draw

- Setelah semua kesalahan selesai diperbaiki maka dapat langsung disimpan dengan ketik Save

- Quit

- Clean_TES

- Quit

c. Langkah Kerja Pada Software ArcViewGIS

- Buka program ArcViewGIS yang ada pada desktop. - Pilih With New untuk file yang baru dibuat.

Jika sudah pernah ada file yang disimpan maka pilih Open Existing File. - Pilih file yang akan dibuka yaitu file yang telah disimpan pada program

ArcInfo lalu ok.


(55)

- Gambar peta yang telah dibuat akan muncul. Jika peta yang muncul masih berbentuk garis maka peta tersebut ada kesalahan saat di program ArcInfo, biasanya terjadi karena tidak di Clean.

- Check list kotak kecil yang ada di sebelah kiri. - Klik View.

- Pilih Properties lalu ganti nama menjadi “Peta Administrasi”. - Ganti skala pilih Map Unit ganti CentiMeter dan KiloMeter. - Klik Theme.

- Pilih Properties lalu ganti nama menjadi “Legenda”.

- Untuk mengganti warna dapat dilakukan dengan cara mengklik dua kali kotak kecil yang ada pada bagian kiri atas lalu ganti Legend Type menjadi Unique Value, Value Fields diganti sesuai folder yang dibuat pada ArcInfo (misal TES_) lalu ubah warna sesuai keinginan. Label diberi nama masing masing kabupaten, lalauklik Apply.

- Klik View.

- Pilih layout, pilih landscape, kemudian klik Ok. - Untuk dibuat dalam kertas ukuran A4:

o Klik kanan pada peta. o Tekan tombol delete.

o Klik Layout > Pilih page setup > Page setup diganti A4. o Ukuran isi 2cm.

o Ok.

- Klik layout.


(56)

- Kemudian hilangkan ckeck list pada grid, dan check list pada Snap to

Grid”.

- Kemudian bingkaikan peta dengan cara: klik agak lama ikon draw rangtacle point, lalu pilih draw rectangle . Kemudian buatkan garis tepi. Untuk mengatur ukuran garis gunakan ikon pointer .

- Masukkan peta dengan cara:

o Pilih view frame , kotakkan pada peta. o Pada view pilih peta administrasi pilih ok. - Masukkan legenda:

o Pilih view frame kembali, pilih legend frame buatkan garis. o Pada kotak dialog pilih “legenda” pilih ok.

- Langkah selanjutnya lakukan hal yang sama untuk memasukkan semua komponen-komponen peta sesuai dengan ikon yang ada.

- Untuk memasukkan tulisan untuk memberikan identitas pada peta klik ikon teks .

- Untuk mengganti pada warna tulisan caranya dengan cara: o Klik pada tulisan.

o Klik windows, pilih show symbol window. - Masukkan koordinat dengan cara:

o klik peta.

o Pilih file > Extension > graticule & measured gride > ok.

- Kemudian klik icon Graticule and grid , lalu pilih next. - Pilih Line.


(57)

- Klik Priview. - Pilih Finish.

- Klik petan kemudian pilih ikon bring to front agar peta berada di atas garis.

- Jika semua komponen telah ada dan dirapikan maka simpan peta tersebut.

Klik icon save Kemudian pilih folder untuk menyimpan peta kemudian ok.

d. Overlay (Tumpang Susun)

- Untuk mengoverlay adalah untuk menganalisis perbandingan suatu perubahan suatu wilayah. Misalnya, peta lahan pemukiman tahun 2004 dan peta penggunaan lahan pemukiman tahun 2012.

- Buka peta peta tersebut pada program ArcInfo.

- Setelah peta yang diinginkan telah ada Pertama berikan ID pada polygon. - Ketik Ef_Label

- Add

- 8381

*8381 jika terdapat banyak polygon dan akan diberikan ID yang sama.

*831 jika semua polygon yang ada berbeda.


(58)

- Klik pada polygon yang akan diberikan ID.

- Lakukan sampai semua polygon telah diberi ID dengan langkah yang sama dimulai pada add.

- Jika semua telah diberi ID ketik save

- Quit

- Clean_Nama file

- Tables

- Sel_File.PAT

- List

- Tambah kolom/ item untuk skor nama ID

- Additem

- Buat nama kolom atau item yang baru. Misalnya Skorlah - 5

- i

-- Resel_(File_ID)_=_1

- Calculate_Skorlah_=_70

- Asel

- Ulangi sampai ID terakhir dengan langkah yang sama dimulai dari langkah Resel_(File_ID)_=_1


(59)

- Quit - Clean_file - Build_file

- Ulangi semua langkah diatas untuk peta yang lainnya hingga semua peta selesai sehingga dapat langsung dilakukan overlay.

- Union_(Peta 1)_(Peta 2)_(File Baru 1)

- Union_(File Baru 1)_(Peta 3)_(File Baru 2)

- Build_(File Baru 2) - Tables

- Sel_(File Baru 2)

- List

- Additem

- Skortotal

- 16

- i

- Calc_skortotal_=_Skorting_+_skorlah_+_skormir

- Asel

- List

- Additem

- Kelas

- 16


(60)

- enter 2 kali sampai muncul tulisan enter command

- hitung jumlah kelas interval dengan cara data tertinggi dikurangi data terendah lalu dibagi jumlah kelas

- resel_skortotal_>_49 - calculate_kelas_=_1

- Asel

- Ulangi sampai kelas terakhir dengan langkah yang sama dimulai dari langkah resel_skortotal_>_

- Quit

- Build_file

- Quit

- Setelah selesai buka peta tersebut pada program ArcView untuk


(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KUALITAS AIR SUNGAI MUSI DI KELURAHAN 1 ULU KECAMATAN SEBERANG ULU 1 PALEMBANG AHUN 2012

1 10 51

Analisis optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi industri kecil kerupuk ikan (kemplang) (studi kasus di sentra industri kecil kerupuk kemplang kelurahan Satu Ulu, kecamatan Seberang Ulu, kota Palembang , propinsi Sumatera Selatan )

0 16 90

Perencanaan Lanskap Budaya Tepian Sungai Musi di Kecamatan Seberang Ulu I dan Seberang Ulu II Kota

0 17 75

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2004 Dan Tahun 2011.

1 6 18

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2004 Dan Tahun 2011.

0 2 13

PENDAHULUAN Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2004 Dan Tahun 2011.

1 6 17

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta Tahun 2003-2008.

0 1 14

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SAWAH DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten Tahun 2004 Dan 2012.

0 1 17

PENDAHULUAN Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten Tahun 2004 Dan 2012.

0 0 19

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SAWAH DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten Tahun 2004 Dan 2012.

0 1 15