DIMENSI KARAKTER DALAM KEGIATAN PRAMUKA DI SMP PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
DIMENSIONS OF CHARACTER IN SCOUT IN SMP PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG
ACADEMIC YEAR 2013/2014 By :
HERI USMANTO
Abstract
This study aims to determine how the dimensions of the students character is formed in scouting activaties. This study used a qualitative approach, the case study method. Methods data collection used in interviews, observation and documentation.
The results of this study indicate that the dimentions of character in the scout can shape the attitudes of studens, namely: (1) the scouts form end student devotion, (2) the scouts will form end student discipline, (3) the scouts form end student honesty, (4 ) the scouts will form end student independence, (5) the scouts form end students responsible, (6) the scouts form end courtesy and etiqutte and manners of students.
(2)
DIMENSI KARAKTER DALAM KEGIATAN PRAMUKA DI SMP PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh : HERI USMANTO
Abstrak
Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui bagaimana dimensi karakter siswa terbentuk dalam kegiatan kepramukaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode case study. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi karakter dalam kegiatan pramuka dapat membentuk sikap siswa yaitu: (1) Kegiatan pramuka membentuk ketaqwaan siswa, (2) Kegiatan pramuka membentuk kedisiplinan siswa, (3) Kegiatan pramuka membentuk kejujuran siswa, (4) Kegiatan pramuka membentuk kemandirian siswa, (5) Kegiatan pramuka membentuk tanggung jawab siswa, (6) Kegiatan pramuka membentuk sopan santun dan tata krama serta budi pekerti siswa.
(3)
DIMENSI KARAKTER DALAM KEGIATAN PRAMUKA
DI SMP PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
(Tesis)
Oleh
HERI USMANTO
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
(4)
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1. Alur pikir pembangunan pendidikan karakter... 24 2.2 Kerangka Pikir ... 61 3.1 Triangulasi Tehnik Pengumpulan Data ... 65 3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
wawancara ... 66 3.3 Model Interaktif Miles dan Huberman ... 72
(6)
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
SANWACANA ... viii
MOTTO ... x
PERSEMBAHAN ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 10
1.3 Rumusan Masalah ... 10
1.4 Tujuan Penelitian ... 11
1.5. Kegunaan Penelitian... 11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 11
1.6.1 RuangLingkupIlmu ... 12
1.6.2 RuangLingkupObjekPenelitian ... 13
1.6.3 RuangLingkupsubyekPenelitian ... 13
1.6.4 RuangLingkupTempatPenelitian... 13
1.6.5 Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 14
2.1.Pendidikan Karakter ... 14
2.1.1. Pengertian Karakter ... 14
2.1.2. PenerapanPendidikanKarakter di sekolah ... 18
2.1.3. Nilai-nilaiDasarPendidikanKarakter ... 25
2.2.Kegiatan Ekstrakurikuler ... 35
2.2.1 Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler ... 36
2.2.2 Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler ... 38
2.3. Kepramukaan ... 41
(7)
2.3.3.Kegiatan Pramuka Mengandung Unsur-unsur membentuk karakter ... 46
2.3.4.Nilai-nilai Kepramukaan ... 51
2.3.5.Tujuan dan Tugas Pokok Gerakan Kepramukaan ... 52
2.4. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS) ... 55
2.4.1. Batasan Ilmu Pengetahuan IPS ... 55
2.4.2. Hakekat Pendidikan Ips... 58
2.4.3. Tujuan Pendidikan IPS ... 59
2.5. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 60
B. Kerangka Pikir ... 61
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 62
3.2 Uji Instrumen ... 64
3.3 Populasi dan Teknik Penentuan Informan ... 67
3.3.1. Populasi ... 67
3.3.2. Teknik penentuan Informan ... 68
3.4. Sumber data dan Teknik Pengumpulan data ... 68
3.4.1. Sumber data ... 68
3.4.2. Teknik Pengumpulan data ... 69
3.3.2.1 Wawancara ... 69
3.3.2.2 Observasi ... 70
3.3.2.3 Dokumentasi ... 70
3.5.Teknik Analisis Data ... 71
3.6. Pemeriksaan Keabsahan data ... 73
3.7. KonsepKebutuhan Data Penelitian ... 74
3.8. TahapPenelitian ... 74
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 75
4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan SMP Perintis 1 ... 75
4.1.2 Sejarah Berdirinya SMP Perintis 1 ... 76
4.1.3 Struktur Organisasi SMP Perintis 1 ... 77
4.1.4 Keadaan Guru Dan Karyawan SMPPerintis1 ... 77
4.1.5 Fasilitas di SMPPerintis 1 ... 79
4.1.6 Gedung Sekolah ... 79
4.2. Hasil Penelitian ... 80
4.2.1 Pentingnya Kegiatan Pramuka ... 80
4.2.2 Karakter Dalam Kegiatan Pramuka ... 81
4.2.2.1 Ketaqwaan dan menghargai kepercayaan orang lain ... 83
4.2.2.2 Kedisiplinan dan kepatuhan ... 89
4.2.2.3 Kejujuran dan Berbuat baik ... 96
(8)
4.2.2.6 Sikap Sopan dan Santun ... 118
4.3. Pembahasan ... 127
4.3.1 Olah Hati ... 127
4.3.1.1 Ketaqwaan/ Religius ... 127
4.3.1.2 Kejujuran ... 129
4.3.2 Olah Raga ... 130
4.3.2.1 Kemandirian ... 130
4.3.2.2 Kedisiplinan ... 132
4.3.3 Olah Rasa ... 134
4.3.3.1 Sopan Santun ... 134
4.3.4 Olah Pikir ... 136
4.3.4.1 Tanggung Jawab ... 136
4.4 Diagram dimensi karakter dalam pramuka ... 137
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 140
5.1 Kesimpulan ... 140
5.2 Saran ... 142
(9)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 148
2. Intrumen Pedoman Wawancara Dengan Pembina pramuka ... 149
3. Hasil Wawancara dengan Pembina pramuka ... 151
4. Instrumen Pedoman Wawancara Dengan anggota pramuka ... 157
5. Hasil Wawancara dengan siswa pramuka ... 159
6. Instrumen Pedoman Observasi ... 169
7. Hasil Observasi ... 170
8. Surat Izin Penelitian ... 172
9. Surat Keterangan Telah Penelitian ... 173
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
1.1 Prilaku siswa yang tidak mencerminkan nilai karakter bangsa siswa SMP
Perintis 1Bandar Lampung ... 4
2.1 Deskripsi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ... 21
2.2 Jangkauan sikap dan perilaku nilai budi pekerti ... 23
2.3 Kegiatan Ekstrakurikuler Dan Nilai-Nilai Karakter ... 39
2.4 Pelatihan Pendidikan Karakter Melalui KegiatanKepramukaan ... 42
3.1 Tahap-Tahap Analisis Data Penelitia ... 72
4.1 Nama-nama Guru SMP Perintis 1 Bandar Lampung ... 78
(11)
(12)
(13)
(14)
x
Moto
“Cari terus inspirasi, kembangkan kreasi,
gali sumber potensi dan kejar terus
prestasi”
“
kebahagiaan bukan terletak dari harta
ataupun benda yang dimiliki tetapi
manusia yang selalu mensyukuri apa
yang dimilkinya
”
(Heri Usmanto)
(15)
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis bernama Heri Usmanto, dilahirkan di Sarolangun Jambi, pada tanggal 12 maret 1987 yang merupakan putra ke 4 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Khaidir dan Ibu Kamina.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:
1. Sekolah Dasar diselasaikan di SDN 207 / VII Desa Taman Bandung Lubuk Napal II Kabupaten Sarolangun Propinsi Jambi, pada tahun 2001.
2. SMP diselesaikan di SMPs Perintis LKMD Lubuk Napal I Kabupaten Sarolangun Propinsi Jambi Pada Tahun 2004.
3. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) diselesaikan di SMKN I Bangko Propinsi Jambi Pada Tahun 2007
4. S1 diselesaikan pada tahun 2012 di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
5. 2012 – 2014 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
(16)
viii SANWANCANA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Dimensi karakter dalam kegiatan pramuka di SMP Perintis 1 Bandar Lampung Tahun 2013-2014”.
Tesis ini di buat untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri penulis sendiri, penulisan tesis ini pun tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc. Selaku Rektor Universitas Lampung
2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung sekaligus pembahas dan selalu memberikan bimbingan.
3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
(17)
ix Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung dan pembimbing I Penulisan Tesis.
7. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.E., S.Pd., M.M selaku Sekretaris Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.
8. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd selaku pembimbing II penulisan tesis.
9. Bapak Dr. Risma Margaretha S, M. Hum selaku pembahas II penulisan tesis. 10.Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.
11.Bapak Umar Dhani, S. Pd.I selaku kepala SMP Perintis 1 Bandar Lampung 12.Bapak Doso Hartono, S. Pd selaku pembina pramuka SMP Perintis 1 Bandar
Lampung.
13.Bapak dan ibu guru SMP Perintis 1 Bandar Lampung.
14.Rekan-rekan angkatan 2012 Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.
(18)
x Hambali, Budi, Sulis, Dadang, Wahyudin, Asrin, wartoyo, Eko, Dani, dan Irvan Ulva Triwanda.
16.Serta kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik yang Bapak, Ibu, Saudara berikan, akan selalu mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,
(19)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik fisik maupun moril, sehingga pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia khususnya menjadikan manusia yang lebih bermanfaat dan berkualitas. Pendidikan juga dapat memajukan bangsa dan berguna untuk mengubah bangsa agar mampu bersaing diranah internasional. Melalui pendidikan maka suatu bangsa dapat berdiri kokoh di tengah-tengah globalisasi dunia. Perubahan pendidikan kearah yang lebih maju ini tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa adanya seseorang yang memiliki kompetensi dibidang pendidikan yang menjadi salah satu faktor terciptanya kemajuan bangsa. Dengan demikian salah satu cara untuk memajukan suatu bangsa, maka diperlukan orang-orang yang memiliki karakter agar tercipta suatu bangsa yang maju dan berkembang.
Karakter sudah sering di perbincangkan oleh banyak kalangan di berbagai kesempatan, namun pada kenyataannya masih banyak orang yang mengabaikan nilai karakter tersebut. Karakter merupakan sesuatu yang harus dibentuk, dibangun dan dikembangkan serta dimantapkan pada diri seseorang dan pembentukkan karakter pada seseorang itu pun membutuhkan waktu yang cukup
(20)
lama. Pembentukan nilai karakter ini berlangsung bertahap dimulai dari yang terkecil hingga terbesar. Membangun nilai karakter sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan selanjutnya meluas hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembentukan karakter seorang anak dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang dipengaruhi dari dalam diri siswa untuk berkembang. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhinya seperti lingkungan teman sebaya, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peranan dalam pembentukan karakter dan menentukan bekal kepribadian seorang anak yang akan menjadi penerus masa depan. Keluarga sebagai unit sosial terkecil dimasyarakat hendaknya dapat menjadi wahana penanaman, pembangunan, dan pembentukan nilai karakter anak bangsa yang mandiri dan bertanggung jawab.
Pendidikan karakter merupakan suatu usaha pendidikan dalam mengupayakan adanya karakter dalam diri peserta didik, agar peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan saja, melainkan juga memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan. Namun, pendidikan dilaksanakan tidak hanya sekedar mengejar nilai-nilai saja, melainkan memberikan pengarahan kepada peserta didik agar dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pribadi peserta didik.
(21)
SMP Perintis 1 Bandar Lampung berlokasi di Kelurahan Palapa Kecamatan Palapa Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. SMP Perintis 1 ini merupakan sekolah yang memiliki status Swasta dan cukup diminati oleh lulusan siswa-siswi sekolah tingkat dasar yang akan melanjutkan pendidikannya, disisi lain letaknya yang strategis serta akses yang mudah terjangkau oleh kendaraan menambah minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah tersebut. SMP Perintis 1 Bandar Lampung selalu terus berbenah diri untuk lebih baik di masa yang akan datang dimana SMP Perintis 1 Bandar Lampung memiliki beberapa tujuan, yaitu: (1) Menghasilkan siswa cerdas, trampil, terdidik dan berbudaya berdasarkan iman dan taqwa, diharapkan siswa dan siswi di SMP Perintis 1 Bandar Lampung tidak hanya pintar dalam segi akademik, tetapi juga berbudi pekerti yang luhur. (2) SMP Perintis 1 Bandar Lampungmelaksanakan pembelajaran bimbingan secara efektif, sehingga diharapkan siswa dan siswi dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. (3) Menumbuhkan semangat kepada seluruh warga sekolah, sehingga seluruh pihak yang terkait memiliki keunggulan secara intensif. (4) Membantu setiap siswa untuk mengenali potensi yang mereka miliki, sehingga dapat dikembangkan secara optimal, dan dapat menjadi bekal untuk masa depan mereka. (5) Membimbing siswa secara intensif sehingga menimbulkan penghayatan terhadap pendidikankarakter dan juga prilaku yang santun dan menjadi dasar bagi mereka dalam bertingkah laku.
(22)
Keadaan masa sekarang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak pelajar yang menyepelekan aturan tata tertib dan sopan santun, seperti kurang menghormati orangtua, tidak menghargai pendapat orang lain, bersikap acuh, berbohong, kurang disiplin, saling mengejek, lebih suka bertengkar dan lain-lain. Hal tersebut merupakan contoh cerminan lunturnya karakter bangsa Indonesia.Oleh sebab itu, penanaman nilai karakter anak selain dilakukan dalam lingkungan keluarga juga harus dilakukan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Jika seorang anak tidak mengenal dan memahami nilai karakter bangsa maka akan berakibat pada kemerosotan nilai bangsa itu sendiri.
Hasil observasi peneliti menemukan tentang perkembangan sikap/perilaku siswa yang cenderung kurang/tidak memiliki sikap yang mencerminkan nilai karakter bangsa, berikut disajikan data tentang sikap atau prilaku siswa yang tidak sesuai dengan pembangunan karakter bangsa.
Tabel.1. Prilaku siswa yang tidak mencerminkan nilai karakter bangsa SMP Perintis 1 Bandar Lampung
No Indikator
Kategori
Sering Kadang-kadang Tidak pernah 1 Berbohong pada Orang
Tua tentang pembayaran sekolah
30 20 15
2 Berkelahi / tawuran 25 20 20
3 Tidak disiplin ( datang terlambat, tidak mengerjakan PR
35 20 10
4 Tidak hormat kepada guru dan orang lain.( Tidak memiliki sikap sopan dan santun)
40 20 5
5 Tidak Mandiri
15 15 35
(23)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kurangnya nilai karakter yang tertanam pada jiwa peserta didik atau siswa, sehingga siswa cenderung melakukan tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang siswa atau seorang pelajar, dimana masih banyak sekali siswa atau pelajar yang suka berbohong kepada guru dan orang tuanya, berkelahi atau tawuran, tidak disiplin seperti datang terlambat dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak memiliki sopan santun kepada guru dan orang lain, tidak memiliki jiwa kemandirian dan bergaya hidup mewah.
Penanaman watak, karakter, jiwa dan jati diri bangsa ini dilakukaan dengan pendidikan,Seseorang yang berkarakter akan memiliki kepribadian yang lebih baik dan santun. Seseorang yang berkarakter akan mempertahankan kepribadiannya yang baik dengan tetap mengembangkannya untuk mencapai tujuan yang mulia. Melalui pendidikan formal maupun non formal diharapkan dapat mengarahkan pada penanaman nilai karakter, etika, moral dan norma-norma pendidikan kepada anak agar menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, berwawasan luas dan berilmu pengetahuan dengan keterampilan yang tinggi dalam kemajuan zaman serta tetap berpijak pada nilai-nilai dan norma-norma sesuai dengan kepribadian dan jati diri bangsa yaitu Pancasila.
Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini telah diselenggarakan oleh sekolah menengah pertama adalah salah satu media potensial dalam rangka penanaman nilai-nilai karakter bangsa pada peserta didik.
(24)
Jalur ekstrakurikuler dilaksanakan melalui jalur organisasi seperti kegiatan kepramukaan, PMR, Paskibraka, seni tari, dan berbagai macam olahraga yang terintegrasi dalam sekolah. Terutama pendidikankepramukaan yang merupakan salah satu bagian dari kegiatan estrakulikuler yang wajib diikuti oleh para pesertadidik karena pendidikan kepramukaan menjadi salah satu ujung tombang didalam upaya untuk pembentukan karakter siswa.
Menurut kajian Merrys Pradipta (2008:2) mengenai fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Pendidikan pramuka merupakan subsistem Pendidikan Nasional mempunyai peran penting bagi terwujudnya Pendidikan Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional yaitu Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: Beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, Berahlaq mulia, Sehat, Berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri, dan Menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.Gerakan pramuka selain melengkapi tujuan
(25)
Pendidikan Nasional juga berperan sebagai wadah pembinaan generasi muda yang sangat potensial dalam prinsip dasar metodik kepramukaan.
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan Pramuka dengan kode kehormatannya satya dan dharma pramuka merupakan mutiara, sumber lahirnya nilai nilai karakter positif yang mampu menempatkan pribadinya sebagai insan Indonesia yang seutuhnya. Satya dan dharma pramuka adalah mutiara, apabila mutiara tersebut telah bersemayam dalam hati maka akan menyinari setiap gerak dan langkahnya, karena apa yang bersemayam dalam hati kita itulah yang akan keluar sebagai tindakan dan perilaku. Jika mutiara ini telah tertanam kuat maka akan melahirkan dan membentuk suatu karakter dalam individu.
Pendidikan kepramukaan merupakan sebuah organisasi yang dikemas dalam kegiatan yang menarik dan menyenangkan serta mengandung nilai-nilai pendidikan. Pendidikan kepramukaan tersebut di laksanakan diruangan maupun diluar rungan sehingga memberikan unsur rekreatif untuk peserta didik.Kegiatan kepramukaan terbuka untuk siswa, tanpa membedakan asal-usul, ras, suku dan agama. Jadi, salah satu hal yang mendasari gerakan ini adalah asas nondiskriminasi, asalkan siswa itu secara sukarela mematuhi tujuan, prinsip-prinsip dan metode gerakan pramuka. Karena Tujuan dari gerakan pramuka adalah untuk mendidik dan membina anak muda indonesia dengan tujuan agar mereka menjadi:
(26)
1. Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, tinggi moral, tinggi kecerdasan, terampil, kuat dan sehat jasmani.
2. Warga negara Republik Indonesia berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, dapat membangun diri sendiri secara mandiri, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, serta memiliki kepedulian terhadap sesama dan alam lingkungan, baik lokal, nasional maupun internasional.
Pembina pramuka sebagai stakeholder pendidikan kepramukaan hendaknya memahami bahwa praktek penghayatan melalui kegiatan ulang janji merupakan satu hal yang paling inti dan sakral, karena inilah awal yang menentukan keberhasilan dalam rangka pembentukan karakter adik adik kita. Apabila kita gali lebih dalam tentang metode pendidikan kepramukaan sebetulnya banyak cara yang kita tempuh dalam rangka pembentukan karakter yang sesuai dengan jati diri bangsa, namun ada hal lain yang juga sering kita lupakan bahwa kepiawaian,kesungguhan dan ketulusan hati seorang pembina juga memegang peranan penting. Karena ketulusan seorang pembina dapat menimbulkan aura tersendiri yang juga akan mewarnai adik-adik kita.
(27)
Pembina pramuka penggalang hendaknya sekurang-kurangnya berusia 20 tahun, dan telah mengikuti kursus pelatihan pembinaan mahir pramuka dasar, karena peranannya selain sebagai pembina juga sebagai orang tua, kakak, mitra, konsultan, motivator dan fasilitator bagi para anggota pramuka penggalang. Dimana Pembina pramuka penggalang di SMP Perintis 1 Bandar Lampung sebanyak 2orang terdiri dari pembina putra dan pembina putri dandidampingi oleh senior-senior dari anggota pramuka.
Mencermati hal ini, perlu pengutamaan pendidikan nilai karakter sejak dini bagi setiap individu. Pendidikan nilai karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan Bangsa dan Negara Indonesia. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar Pendidikan nilai karakter segera digalakkan kembali dalam lembaga pendidikan.Permasalahan pendidikan pada pendidikan nilai karakter di sekolah menengah pertama perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Kepramukaan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena kepramukaan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.Sebagai alternatif yang bersifat preventif, kepramukaan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari kepramukaan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
(28)
Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti akan meneliti tentang“Dimensi KarakterDalam Kegiatan Kepramukaan di SMP Perintis 1 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/ 2014”.
1.2. Fokus Penelitian
Bertolak dari permasalahan yang telah dikemukakan, maka fokus penelitian ini pada jalur Kegiatan Ekstrakulikulerkhusunya pada kegiatan pramuka.Pertimbangan yang mendasari pemilihan fokus penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pembinaan sikap karakter siswa berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kesiswaan yang terencana dan terprogram dengan baik di sekolah.
2. Faktor motivasi dan dorongan dari kepala sekolah dan guru-guru berkaitan dengan respon siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kesiswaan di sekolah.
3. Adanya keterkaitan antara kegiatan kepramukaansebagai salah satu kegiatan ekstarkurikuler dengan Karater siswa.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalahdan fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka secara operasional permasalahan yang akan diteliti ialah bagaimana dimensi karakter dalam kegiatan kepramukaan di SMP Perintis 1 Bandar
(29)
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimanadimensi karakter dalam kegiatan kepramukaan di SMP
Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/ 2014”.
1.5. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoretis :
Mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikanilmu Pengetahuan sosial serta kajian pendidikan nilai moral pancasila.
2. Secara Praktis :
Hasil penelitian ini akanmenggugah pihak-pihak yang terkait pada proses pendidikan di sekolah untuk memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler khususnya Kepramukaan di SMP Perintis 1 Bandar Lampung.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berada pada jalur kegiatan ekstrakurikuler khususnya pada dimensi karakter dalam kegiatan kepramukaan yang merupakan salah satu konsep kajian dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
(30)
1.6.1. Ruang Lingkup Ilmu
Berdasarkan kajian keilmuan dalam pembuatan tesis ini penulis menggunakan kajian keilmuan IPS yang masuk kedalam tradisi IPS sebagai penelitian mendalam dan IPS sebagai kritik kehidupan sosial. Mulanya ada tiga tradisi Social Studies yang mengalami perkembangan menjadi lima tradisi, kelima tradisi Social Studies tersebut yaitu:
1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan 2. IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial. 3. IPS sebagai penelitian mendalam.
4. IPS sebagai kritik kehidupan sosial.
5. IPS sebagai pengembangan pribadi individu.
Dalam pembelajaran tertentu saja tidak dapat secara langsung menyampaikan kalimat tradisi tersebut sebagai materi. Oleh karena itu, dalam kurikum pembelajaran IPS kelima tradisi tersebut dikembangan menjadi sepuluh tema. Kesepuluh tema menurut NCSS (1984) dapat dikembangkan sebagai berikut:(1) Budaya, (2) Waktu, kontinuitas dan perubahan, (3) Orang, tempat dan lingkungan, (4) Individu, pengembangan dan identitas, (5) Individu kelompok dan lembaga, (6) Kekuasaan wewenang dan pemerintahan, (7) Produksi, distribusi dan konsumsi, (8) Sain, teknologi dan masyarakat, (9) Koneksi global dan, (10) Cita-cita dan praktek warganegara.
(31)
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah IPS sebagai ilmu pengembangan pribadi individu, dimana kegiatan kepramukaan yang berkaitan dengan kajian pendidikan moral dan karakter yang berisi sikap kedisiplinan, nilai dan moral serta untuk mendidik siswa agar bisa mandiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang akan dihadapi mereka nantinya dalam kehidupan masyarakat.
1.6.2. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah dimensi karakter dalam kegiatan kepramukaan di SMP Perintis 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
1.6.3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan di SMP Perintis 1 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2013/2014.
1.6.4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Perintis 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
1.6.5. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian ini.
(32)
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 2.1. Pendidikan Karakter 2.1.1. Pengertian Karakter
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Menurut Sofan Amri dkk (2011:4) Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
(33)
15
Lebih lanjut dijelaskan, Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertolenransi dan berbagai hal terkait kainnya.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di sekolah sebenarnya dapat dicapai dengan baik.
Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut
(34)
16 dikelompokan dalam : Olah hati (Spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik (Physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi
(35)
17 permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik disekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster:
1. Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
2. Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
3. Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.
(http://pndkarakter.wordpress.com/category/tujuan-dan-fungsi-pendidikan-karakter/)
(36)
18 2.1.2. Penerapan Pendidikan Karakter di sekolah
Menurut E. Mulyasa (2012;8) Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Oleh karena itu, pendidikan karakter siswa sekolah sangat penting, diantaranya dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan konseling (selain dari pendidikan agama), yang selama ini memang sudah diselenggarakan sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler ini merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter, kemampuan, rasa tanggung jawab sosial, bekerja sama, menghargai orang lain, serta mengembangkan potensi dan prestasi peserta didik. Peningkatan mutu akademik peserta didik dengan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
(37)
19 Selain itu, Bimbingan dan Konseling (BK) juga merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter siswa sekolah, dimana BK ini sebagai media pengarah dan pembimbing siswa mempunyai tujuan untuk mendorong: perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang, mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Jadi sangat jelas bahwa BK merupakan salah satu komponen yang sangat penting didalam dunia pendidikan sebagai salah satu yang dapat mendorong pembentukan karakter yang baik pada siswa.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
(38)
20 Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di Sekolah perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Menurut Sofan Amri dkk (2011:31) Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik Sekolah mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
(39)
21 Berikut ini akan dideskripsikan mengenai nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Tabel 2.1 Deskripsi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
No Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja
keras/ketekunan
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
(40)
22
No Nilai Deskripsi
9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
(41)
23
No Nilai Deskripsi
16. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggungjawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas. dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber: Hasan, dkk. (2010: 9-10)
Nilai-nilai karakter yang berkaitan dengan nilai-nilai kepahlawanan yaitu nilai budi bekerti. Budi pekerti dapat dikatakan identik dengan moralitas dan perilaku. Secara ringkas menuliskan butir-butir nilai budi pekerti yang berkaitan dengan sikap dan perilaku dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Jangkauan sikap dan perilaku nilai budi pekerti
No.
Jangkauan Sikap dan
Perilaku
Butir-butir Nilai Budi Pekerti 1. Sikap dan
perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan
Berdisiplin, beriman, bertaqwa, berpikir jauh ke depan, bersyukur, jujur, mawas diri, pemaaf, pemurah, pengabdian
2. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri
Bekerja keras, berani memikul resiko (the risk taker), berdisiplin, berhati lembut/berempati, berpikir matang, berpikir jauh ke depan (future orinted, visioner), bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bertanggungjawab, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, meng-hargai karya orang lain, menghargai kesehatan dan menghargai waktu.
(42)
24
No.
Jangkauan Sikap dan
Perilaku
Butir-butir Nilai Budi Pekerti 3. Sikap dan
perilaku dalam hubungannya dengan keluarga
Bekerja keras, berpikir jauh ke depan, bijaksana, cerdik, cermat, jujur, berkemauan keras, lugas, menghargai kesehatan, menghargai waktu, tertib, pemaaf, pemurah, pengabdian, ramah tamah, rasa kasih sayang, rela berkorban, sabar, setia, adil, hormat, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tepat janji/amanah, terbuka. 4. Sikap dan
perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa
Bekerja keras, berpikir jauh ke depan, bertenggang rasa/toleran, bijaksana, cerdik, cermat jujur, berkemauan keras, lugas, setia, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemurah, pengabdian, ramah tamah, rasa kasih sayang, rela berkorban, adil, hormat, tertib, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tepat janji/amanah, terbuka.
5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar
Bekerja keras, berpikir jauh ke depan, menghargai kesehatan, pengabdian.
Sumber: Diadaptasi dan dikembangkan dari Sedyawati (1997) dalam Hariyanto (2012: 47).
Sebagai gambaran dan pedoman, dalam rangka melaksanakan pendidikan terintegrasi karakter dan dalam membentuk siswa-siswi untuk menjadi generasi berkarakter, maka pendidikan harus melalui alur sebagai berikut.
(43)
25
2.1.3 Nilai-nilai Dasar Pendidikan Karakter
Menurut Ratna Megawangi (2009:93), pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Nilai-nilai dasar pendidikan karakter yang perlu ditanamkan kepada anak anak adalah nilai-nilai universal. Adapun nilai-nilai universal yang perlu ditanamkan kepada anak-anak adalah sebagai berikut:
1) Ketaatan Kepada Tuhan dan Bertakwa (religious)
Takwa adalah terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bertakwa adalah menjalankan takwa (Fajri dan Senja, 2007:786). Para guru harus mampu mengarahkan anak didik menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Orang yang bertakwa akan sadar bahwa dirinya hanya hamba Tuhan yang harus bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukannya di dunia. Menurut penjelasan tentang Undang-Undang Dasar 1945, disebutkan bahwa salah satu dari empat pokok pikiran yang terkandung dalam “Pembukaan UUD” ialah “negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Berdasarkan pokok pikiran ini, UUD “harus mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara, untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita – cita moral rakyat yang luhur”. Didalam dasa dharma pramuka yang
(44)
26 pertama hampir senada dengan bunyi dari sila petama pancasila yang mmenganjurkan semua masayarakat agar berketuhan dan mempunyai keyakinan. Ketuhanan Yang Maha esa selalu memberikan jalan keluar tanpa terjadi pertentangan antara satu nilai dengan nilai yang lainnya. Dilema selalu ada solusi dalam koridor Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena secara fenomena kehidupan beragama kita justru terus mengalami kemajuan. Semangat pendiri bangsa untuk meletakkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila memberi harapan Indonesia mencapai kebesaran. Semangat religius yang dimiliki bangsa Indonesia bahkan sebelum Proklamasi 1945 memiliki dimensi – dimensi moral guna menopang peradaban yang dicita – citakan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Komitmen atas Ketuhanan tidak akan membuat seseorang terperosok ke jurang tindakanpidana. Budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur akan menimbulkan karakter dan kepribadian. Sikap mental berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa akan senantiasa menyuburkan karakter dan kepribadian beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(45)
27
2) Kedisiplinan dan Kepatuhan (dicipline)
Menurut M Rahman (1999:68) berpendapat bahwa disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hati serta wajib mentaati peraturan-peraturan ataupun tata tertib. Dilingkungan sekolah siswa harus disiplin mulai dari disiplin waktu, tata tertib, berpakaian, ataupun disiplin dalam belajar, sedangkan dilingkungan rumah siswa harus disiplin dalam setiap peraturan yang sudah dibuat pada keluarga tersebut seperti pulang tepat pada waktunya, mengerjakan pekerjaan rumah sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, serta dilingkungan mayarakat siswa harus bisa disiplin seperti dalam mengikuti peraturan-peraturan yang ada didalam masyarakat
Menurut Amir Achin (1990:57) pengertian disiplin adalah pematuhan secara sadar akan aturan-aturan yang telah ditetap serta kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Disiplin adalah usaha menaati tata tertib, baik tata tertib di sekolah, instansi, maupun lain-lain. Para guru harus mampu menanamkan disiplin yang tinggi kepada para peserta didiknya. Kedisiplinan harus dimulai pada saat masuk sekolah. Budaya tepat waktu harus ditegakkan. Siapa yang terlambat datang ke sekolah harus terkena sanksi atau hukuman sesuai dengan peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah.
(46)
28 Kedisiplinan menjadi kunci pokok menjadi seorang pemimpin, seorang pemimpin juga tidak harus memimpin tetapi juga mau dipimpin, penanaman kedisiplinan akan mempengaruhi kepribadian siswa misalnya : saya akan menjadi tegas dan pemberani dalam arti yang positif, bertanggung jawab tentang apa yang diperbuat. Kedisiplinan harus dimulai lebih awal, kita membiasakan secara bertahap, sedikit demi sedikit karena kedisiplinan merupakan syarat mutlak untuk meraih suatu kesuksesan yang kita inginka.
Disiplin disatu sisi adalah sikap hidup atau prilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar. Sikap dan perilaku ini dianut sebagai keyakinan bahwa hal itulah yang benar dan kesadaran bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Didalamnya terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang menyesuaikan dengan norma yang berlaku dalam lingkungan sosial dan lingkungan budaya setempat. Disisi lain disiplin adalah alat untuk menciptakan prilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi mau pun sebagai kelompok atau pun masayarakat. Dalam konteks ini disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku manusia.
(47)
29
3) Kejujur dan Berbuat Baik (honest)
Menurut Fajri dan Senja (2007 : 406) Jujur adalah dapat dipercaya, tidak bohong, berkata apa adanya). Kejujuran saat ini merupakan hal yang langka. Para guru harus mampu memberikan contoh kepada para peserta didiknya untuk mampu berlaku jujur. Ketika jujur diajarkan di sekolah-sekolah, maka para peserta didik tidak akan berani berbohong karena telah terbiasa jujur. Kebiasaan jujur ini jelas harus menjadi fokus utama dalam pendidikan di sekolah. Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini maka mereka akan dapat menyikapinya namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Kejujuran berarti kesesuaian antara lahir dan batin, ucapan dan perbuatan, serta berita dan fakta.
Bersikap jujur adalah menyatakan apa adanya; terbuka; konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan; berani karena benar; dapat dipercaya. Kejujuran adalah sifat yang baik yaitu termasuk sifat terpuji yang memiliki para Rasul. Salah satu tanda kejujuran adalah menyampaikan amanat kepada yang memilikinya. Jujur (kejujuran) adalah sikap dan perilaku untuk bertindak dengan sesungguhnya danapa adanya, tidak berbohong, tidak dibuat-buat, tidak ditambah-tambah dan tidak dikurangi, dan tidak menyembunyikan informasi. Dengan demikian sikap jujur adalah
(48)
30 kecenderungan dalam diri seseorang untuk berbuat atau berperilaku yang sesunguhnya dengan apa adanya, tidak berbohong, tidak mengada-ada, tidak menambah dan tidak mengurangi, serta tidak menyembunyikan informasi.
Jujur atau kejujuran merupakan salah satu aspek karakter yang yang dikembangkan dalam diri anak didik. Karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut orang akan mengenalnya ”ia seperti apa”. Karakter akan menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yangg ada.
4) Mandiri (independent)
Menurut Poerwodarminto W. J. S. (1985:625) Istilah kemandirian berasal dari kata mandiri yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang berarti berdiri sendiri. Dalam perpektif ilmu ekonomi, sikap kemandirian sseseorang merupakan bagian dari wiraswata. Manusia wiraswasta adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk berprestasi. Ia senantiasa memiliki motivasi yang besar untuk maju berprestasi. Dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun, manusia wiraswasta mampu menolong dirinya sendiri di dalam mengatasi segala permasalahan yang terjadi di dalam kehidupannya. Dengan kekuatan yang ada pada dirinya, manusia
(49)
31 wiraswasta mampu berusaha mampu untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Kemandiriaan adalah individu yang mampu mengahapi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu bertindak secara dewasa serta keadaan seseorang dalam kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Anak yang terbiasa mandiri biasanya akan jauh lebih berhasil hidupnya daripada anak yang kurang mandiri. Mandiri bukan hanya mampu berdiri di atas kakinya sendiri, tetapi juga mampu membawa dirinya untuk tidak bergantung penuh kepada orang lain. Kemandirian harus ditanamkan kepada para peserta didik bila ingin anak menjadi mandiri.
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas dari cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandiriaan tinggi relative mampu menghadapi segala permasalahan karna individu yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada. bila kita menilik kata mandiri. Pada hakekatnya manusia diciptakan dalam berbagai tabiat dan fitrahnya untuk bermasyarakat dan mandiri oleh karena itu manusia dalam hidupnya harus mampu memecahkan masalah serta berfikir dengan baik. Seorang Pramuka tidak ada yang boleh bermalas-malasan, harus kreatif, inovatif, dan
(50)
32 mandiri dalam menghadapi tantangan hidup. Inilah mental yang dibutuhkan untuk menyukseskan pembangunan bangsa Indonesia. Apalagi dalam memasuki jaman sekarang ini, tingkat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kemandirian, karena satu dan lainnya saling terkait dan pada dasarnya tujuan dari keduannya adalah membantu siswa untuk dapat berdiri sendiri.
5) Bertanggung jawab (responsible)
Menurut Wicaksono FS (2014: 73) tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya seperti berkewajaiban memikul, berkewajiban menaggung dan berkewajiban menangung semua akibat dari apa yang sudah dilakukan. Sedengkan dalam kamus besar bahasa indonesia tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku akan perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja dan tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya tanggung jawab adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya Para guru harus mampu mengajak para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab. Mampu mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukannya dan berani menanggung segala risiko dari apa yang telah diperbuatnya. Rasa tanggung jawab ini harus ada dalam diri para peserta didik.
(51)
33 Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu : 1. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiapp orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri. Contohnya: Rudi membaca sambil berjalan. Meskipun sebentar-bentar ia melihat ke jalan tetap juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lubang. Ia harus beristirahat diruma beberapa hari. Konsekuensi tinggal dirumah beberapa hari merupakan tanggung jawab ia sendiri akan kelengahannya.
2. Tanggung Jawab kepada Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Contohnya: Dalam sebuah keluarga biasanya memiliki peraturan-peraturan sendiri yang bersifat mendidik, suatu hal peraturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota keluarga. Sebagai kepala keluarga (Ayah) berhak menegur atau bahkan memberi hukuman. Hukuman tersebut merupakan tanggung jawab terhadap perbuatannya.
(52)
34 3. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi denhan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina orang lain yang mungkin lebih sederhana dari pada dia. Karena ia termasuk dalam orang yang keya dikampungnya. Ia harus bertanggung jawab atas kelakuannya tersebut. Sebagai konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh masyarakat sekitar.
http://anwarabdi.wordpress.com/2013/06/01/manusia-dan-tanggung-jawab/
6) Sopan dan Santun (polite)
Menurut Sofyan Sauri(2006:75) Sopan santun merupakan istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia. Pengejawantahan atau perwujudan dari sikap sopan santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Dalam budaya jawa sikap sopan salah satu nya ditandai dengan perilaku menghormati kepada orang
(53)
35 yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong.
Sopan adalah tertib menurut aturan, santun, dan hormat. Karakter sopan ini harus dilatihkan kepada peserta didik dan dicontohkan bagaimana cara berlaku sopan kepada orang lain, terutama kepada mereka yang telah lebih tua daripadanya. Tentu karakter kesopanan harus diperlihatkan dan dijunjung tinggi. Sering kali kita melihat karakter anak sekolah yang kurang sopan, baik dalam berbicara maupun bertindak. Hal inilah yang harus diubah dalam pendidikan karakter bangsa.
2.2. Kegiatan Ekstrakurikuler.
Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilakukan di luar sekolah atau di dalam sekolah untuk lebih memperluas wawasan dan kemampuan. Ekstrakurikuler juga kadang dilakukan pada waktu liburan sekolah, baik di sekolah atau di luar sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara pelajaran, menyalurkan bakat dan minat.
Sutisna, (1983:57) menjelaskan “Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan yang diselenggarakan di sekolah di luar maupun di dalam jam pelajaran biasanya. “Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dan sekolah yang lain bias saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah”.
(54)
36 Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya dalam bidang olah raga, kesenian, berbagai macam keterampilan.
Menurut Arikunto (1988:57), “kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan”. Pendapat diatas menjelaskan bahwa kegiatan ekstra kurikuler buakn suatu kegiatan yang wajib diikuti siswa karena kegiatan tersebut diluar program (kurikulum) yang ada. Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan disekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan diluar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.
2.2.1. Tujuan dan Ruang Lingkup kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan esktrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut B. Suryosubroto ( 2002:272) adalah:
1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
(55)
37 2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi manusia seutuhnya yang positif.
3. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Lebih lanjut Suryosubroto menegaskan bahwa ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal pada kegaiatan yang dapat menunjang serta dapat mendukung program ekstrakurikuler dan program kokuliluler. Jadi ruang lingkup kegiatan ekstrakulikuler adalah berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program intrakulikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program intrakulikuler dan program kokulikuler.
Lebih lanjut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan menegaskan bahwa ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal pada kegiatan yang dapat menunjang serta dapat mendukung program intrakurikuler dan program kokurikuler. Jadi ruang lingkup ekstrakurikuler adalah berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program intrakurikuler dan program kokurikuler.
(56)
38 2.2.2. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua jenis, yaitu bersifat rutin dan bersifat periodik. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin adalah bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus-menerus, seperti latihan bola voly, sepak bola, dan sebagianya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti lintas alam, kemping, pertandingan olah raga dan sebagainya. Menurut Hadari Nawawi (2001) jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yaitu:
1. Pramuka sekolah 2. Olah raga dan kesenian
3. Kebersihan dan keamanan sekolah 4. Tabungan belajar
5. Majalah sekolah ataupun majalan dinding 6. Warung atau kantin sekolah
7. Usaha kesehatan sekolah
Selanjutnya Depdikbud (1987: 27) kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua jenis :
a. Kegiatan yang bersifat sesaat, misalnya karyawisata dan bakti social. b. Jenis kegiatan yang bersifat kelanjutan , misalnya Pramuka, PMR,
Olahraga dan sebagianya
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat atau berkelanjutan, yaitu jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus-menerus selama
(57)
39 satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu program kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya diperlukan waktu yang lama.
2. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik atau sesaat, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan waktu-waktu tertentu saja.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah:
1. Kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa secara perorangan atau kelompok ditetapkan oleh sekolah berdasarkan minat siswa, tersedianya fasilitas yang diperlukan serta adanya guru petugas untuk itu, bilamana kegiatan tersebut memerlukannya.
2. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk diberikan kepada siswa hendaknya diperhatikan keselamatannya dan kemampuan siswa serta kondisi social budaya setempat.
(Depdikbud, 1987: 58)
Tabel: 2.3. Kegiatan Ekstrakurikuler Dan Nilai-Nilai Karakter No Bentuk Kegiatan
Ekstrakulikuler
Nilai-nilai karakter 1 Pembiasaan Akhlak
Mulia
Religius, Taat kepadaTuhan YME, Syukur, Ikhlas, Sabar, Tawakkal.
2 Masa Orientasi Siswa (MOS)
Percaya Diri, Patuh pada aturan-aturan sosial, Bertanggungjawab, Cinta Ilmu, Santun, Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain. 3 Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS)
Percaya Diri, Kreatif dan Inovatif, Mandiri, Bertanggung jawab, Menepati Janji, Berinisiatif, Disiplin, Visioner, Pengabdian/dedikatif, Bersemangat, Demokratis
4 Tatakrama dan Tata Tertib
Kehidupan Sosial Sekolah
Dapat Dipercaya, Jujur, Menempati Janji, Rendah Hati, Malu Berbuat salah, Pemaaf, Berhati Lembut, Disiplin, Bersahaja, Pengendalian Diri, Taat Peraturan, Toleran, Peduli sosial dan lingkungan
(58)
40 No Bentuk Kegiatan
Ekstrakulikuler
Nilai-nilai karakter
5 Kepramukaan
Percaya Diri, Patuh pada aturan-aturan sosial, Menghargai keberagaman, Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, Mandiri, Pemberani, Bekerja Keras, Tekun, Ulet/Gigih, Disiplin, Visioner, Bersahaja, Bersemangat, Dinamis, Pengabdian, Tertib, Konstruktif
6 Upacara Bendera Bertanggungjawab, Nasionalis, Disiplin, Bersemangat, Pengabdian, Tertib, Berwawasan Kebangsaan
7 Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
Rela Berkorban, Pemberani, Disiplin, Bersemangat, Pengabdian, Toleran, Menghargai Keberagaman, Kebersamaan, Nasionalis
8 Pendidikan Berwawasan Kebangsaan
Cinta tanah air, Menghargai keberagaman, Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Peduli sosial dan lingkungan, Demokratis, Tidak rasis, Menjaga persatuan, Memiliki semangat membela bangsa/Negara
9 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Patuh pada aturanaturan sosial, Bergaya
hidup sehat, Peduli social dan lingkungan, Cinta keindahan
10 Palang Merah Remaja (PMR)
Bergaya hidup sehat, Disiplin, Peduli social dan lingkungan
11 Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Percaya diri, Patuh pada aturan-aturan sosial, Bergaya hidup sehat, Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Disiplin.
Sumber: Buku Panduan Untuk Pembina Pramuka Penggalang Baden powell (2008: 44-45)
(59)
41 2.3. Kepramukaan
2.3.1. Pengertian Kepramukaan
Pada umumnya yang dimaksud dengan kegiatan kepramukaan adalah suatu kegiatan yang mana selalu mengutamakan keluhuran budi, keluhuran watak, ketinggian mental, moral dan kecerdasan, keterampilan serta kesehatan jasmani da n rohani. Gerakan Pramuka merupakan salah satu nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Rakyat Muda yang Suka Berkarya.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
Menurut Wiyani ( 2012: 57) Pendidikan kepramukaan dapat diartikan sebagai suatu proses pembinaan yang berkesinambungan bagi sumber daya manusia pramuka baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang sasarannya menjadikan mereka sebagai manusia yang mandiri, peduli, tanggung jawab dan berpegang teguh pada norma dalam masyarakat.”. Dalam UU No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa :
Pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat;
(60)
42 pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka; gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian.
Tabel.2.4. Pelatihan Pendidikan Karakter Melalui KegiatanKepramukaan. Kualitas Untuk
Membentuk Karakter
Sifat Yang Termasuk Kedalamnya
Latihan Pramuka Yang Dapat Menanamkan Hal
Tersebut Ketakwaan Ketaatan Kepada Tuhan,
Kewajiban bertengga, dan Mengahargai orang Lain.
Perbuatan baik, Mempelajri alam. Penyampaian Risalah Tuhan
Harga Diri Tanggung Jawab dan dapat di percaya
Tanggung jawab yang diberikan kepada anak-anak dan kepercayaan diri mampu menyelesaikan tugas.
Disiplin Diri Kepatuhan, sifat yang hemat, ketenangan hati, watak yang baik dan kesucian.
Tata cara berkemah, latihan upacara, menabung di Bank dan tidak merokok.
Mandiri Keadilan, Kecekatan,
Kemampuan, keberanian dan Ketabahan
Pramuka laut,
Berenang,latihan jurit, P3k dan berkemah.
Kecerdasan Pengamatan, Pengambilan, Keputusan/ kesimpulan, penggunaan nalar dan pengutan ingatan
Mencari jejak memetakan, interaksi simbolik, kecepatan dan ketepatan menangani keadaan darurat( Emergensi) Tidak
Mementingkan diri sendiri
Kekesatria, keramahan rela berkorban kecintaan kepada tanah air, dan kesetiaan
Prilaku yang baik, menjadi teman bagi hewan,tindakan penyelamatan nyawa. Permainan yang jujur dan adil dan kemampuan membidik
Hidup Bermakna selera Humor
Pandangan mengenai keindahan alam dan seni
Mempelajari alam, music, menggambar dan puisi Enerji Ambisi, kesehatan, penguatan
sumber daya, keterampilan dan kegembiraan.
Hobi, kerajinan tangan, Latihan Merintis, permainan, latihan-latihan, makanan dan kebersihan diri.
Sumber: Buku Panduan Untuk Pembina Pramuka Penggalang Baden powell (2008: 44-45)
(61)
43 2.3.2 Prinsip Metode Pendidikan Kepramukaan
a. Prinsip Sukarela.
1) Menjadi anggota Gerakan Pramuka dilandaskan jiwa sukarela berarti berjiwa tulus, ikhlas, tanpa pamrih, mengutamakan kewajiban, bukan berarti harus mengesampingkan hak antara hak dan kewajiban hendaknya seimbang.
2) Menjadi anggota Gerakan Pramuka bukan adanya tekanan atau paksaan dari pihak manapun.
3) Seorang Pembina pramuka dilandasi rasa ketulusan hati dalam mendidik anggotanya tanpa minta imbalan materi atau gaji. Mengngat sifat kepramukaan adalah sukarela.(Santosa Lukman 2011: 41)
b. Prinsip Kehormatan Pramuka.
Kode kehormatan pramuka adalah norma atau aturan tingkah laku Pramuka. Berikut adalah kode kehormatan pramuka:
1) Kode kehormatan Pramuka Siaga adalah Dwi Satya dan Dwi Dharma 2) Kode kehormatan Pramuka penggalang adalah Tri Satya dan Dasa Dharma 3) Kode kehormatan Pramuka Penegak/Pandega adalah Tri Satya dan Dasa
Dharma.
c. Prinsip Sistem Tanda Kecakapan
Ada dua kecakapan pada Geraka Pramuka yaitu 1). Tanda kecakapan umum, dan 2). tanda kecakapan Khusus. Kedua kecakapan bisa diperoleh melalui uji kemampuan. Tujuan tanda kecakapan bagi setiap anggota Pramuka adalah
(62)
44 memotivasi anak didik, agar giat belajar dan bekarya. Tentu saja setiap anggota Pramuka yang mendapat tanda kecakapan merupakan prestasi dan penghargaannya yang diberi Pembina Pramuka.( Sunardi Andri Bob 2010:24)
d. Sistem Beregu
1) Maksud dan tujuan sistem beregu adalah pengelolaan satuan Pramuka bertujuanMengembangkan dan membina dalam hal bertanggung jawab, bermoral, berkemampuan, dan berdemokrasi tahun. Ciri kelompok umur siaga adalah terikat oleh induk semangnya, maka cara mendidiknya adalah cara keluarga yang sarat dengan kasih sayang, kegembiraan, kelincahan perilakunya.
2) Pramuka Penggalang, kelompok umur penggalang adalah 11 sampai 15 tahun. Cara mendidiknya adalah sesuai dengan tingkat perkembangan usianya.
3) Pramuka Pandega, kelompok umur pandega adalah 21 sampai 25 tahun. Pada taraf usia ini sudah terlibat dalam konteks kehidupan masyarakat. e. Prinsip Kegiatan Mengandung Unsur Edukatif
Kegiatan yang mengandung unsur edukatif (pendidikan) di kepramukaan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan kesehatan kepribadian yang positif.
Disamping tujuan tersebut, kegiatan kepramukaan dapat menumbuhkan sejumlah hal berikut: (1) Menanamkan rasa percaya diri (2), Menciptakan rasa tanggung jawab (3), Menumbuhkan semangat gotong royong (4), Membentuk
(63)
45 jiwa toleransi (5), Mengasah imajinatif dan daya cipta.(Santosa Lukman 2011:12)
f. Prinsip Swadaya
Arti swadaya adalah berdikari, usaha sendiri, tidak menggantungkan oranng lain. Kegiatan Pramuka dengan biaya swadaya berarti kegiatan tanpa tergantung orang lain, biaya sendiri, usaha sendiri. Namun bukan berarti bersifat materiil, melainkan inmateriil artinya kegiatan kepramukaan dengan prinsip swadaya berikut:
1) Berusaha keras hingga berhasil atau sukses.
2) Mampu menghadapi persoalan dengan upaya sendiri yang demokratis. 3) Memecahkan persoalan secara seksama, teliti, terperinci, terstruktur. 4) Jika mampu menghadapi masalah, maka berkonsultasi pada orang yang
mengerti, paham, pengalaman. Bukan berarti menggantungkan diri pada orang lain. (Lukys,Riyanto 2002:83)
g. Prinsip Hidup Sederhana
Hidup seorang anggota Pramuka adalah hidup sederhana, hidup ini adalah hidup bersahaja, wajar -wajar saja. Maka pola hidup sederhana Pramuka itu adalah (1) Senang bersama (2), Gembira bersama (3), Pakaian seragam yang sama (4), Susah bersama (5) Selalu hidup rukun (6) Bergotong royong bersama menghadapi kesulitan (Lukys,Riyanto. 2002:84)
(64)
46 h. Sistem Satuan Terpisah
Di dalam Gerakan Pramuka, ada 2 jenis kelamin yaitu anggota Pramuka putera dan Pramuka puteri. Kedua jenis kelamin ini dipisahkan, sehingga ada satuan Pramuka putera dan satuan Pramuka puteri. Pada satuan Pramuka putera dibina oleh Pembina putera, sedangkan satuan Pramuka puteri dibina oleh Pembina puteri, namun dalam Pramuka Siaga putra boleh dibina oleh Pembina puteri. (Lukys,Riyanto.2002:84)
i. System Among
Sistem among adalah memelihara, mengasuh dan menjaga. Seorang Pembina pramuka dituntut sejumlah sikap yaitu: (1) Sikap teladan (2), Sikap bijak (3), Sikap kasih saying (4), Sikap bertanggung jawab(5), Sikap disiplin. (Lukys,Riyanto.2002:85)
2.3.3 Kegiatan Pramuka Mengandung Unsur-Unsur yang Membentuk Karakter
Menurut Mukson (2008 :23-24 ) Pendidikan Pramuka mempunyai banyak kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk karakter pada diri siswa, diantaranya yaitu:
1) Peraturan Baris-berbaris (PBB)
Peraturan baris-berbaris banyak mengandung unsur disiplin. Karena dibutuhkan kekompakan dan ketepatan dalam melaksanakan aba-aba dari pemimpinnya. Mulai dari cara mereka berkumpul, mengatur barisan, memberi dan melaksanakan aba-aba dengan tepat, mengatur keselarasan
(1)
142 5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, dapat disampaikan saran-saran yang perlu menjadi bahan masukan siswa, kepala sekolah, pembina pramuka dan semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap dunia pendidikan.
1. Siswa agar lebih rajin dan disiplin dalam mengikuti kegiatan kepramukaan sehingga, para siswa mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasinya.
2. Kepala Sekolah sering mengevaluasi ke bawah dalam hal latihan di lapangan agar ada peningkatan dalam latihan sesuai dengan program-program yang telah direncanakan. Sehingga mampu menjadi pramuka-pramuka yang dapat diandalkan dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Para Pembina Pramuka diharapkan mampu menciptakan kegiatan yang variatif dan bermanfaat agar dapat mengurangi kebosanan dalam berlatih dan melaksanakan kegiatan yang dijalankan, serta sejalan dengan dinamika masyarakat setempat, sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat. Disamping itu kepada para Pembina kalau ada kesempatan untuk dapat meningkatkan kualifikasi pendidikan kepramukaan sebagaimana yang diharapkan agar sesuai dengan ketentuan.
4. Kepada gugus depan (gudep) SMP Perintis 1 Bandar lampung, agar dapat berperan lebih aktif lagi dalam mengembangkan potensi-potensi siswa –
(2)
143 siswi yang aktif di dalam kegiatan pramuka. Agar semua siswa-siswi anggota pramuka memiliki karakter yang positif.
5. Kepada Kwarda dan kwarcab Provinsi Lampung, sebaiknya dapat berperan aktif di dalam mensosialisasikan tentang manfaat dan pentingnya mengikuti kegiatan kepramukaan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 1988. Pengelolan Kelas dan Siswa.CV Rajawali.Jakarta Arlyn J. Melcher, 1995. Struktur dan proses organisasi,.Rineka Cipta. Jakarta Amir. Achin. 1990. Pengelolaan kelas dan iteraksi belajar (ujung pandang). Pres.
IKIP Ujung Pandag.
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. 2009. SK Kwarnas No 203 Tahun 2009. Jakarta
--- 2005 Pasal 1 ayat 1 dan 2. Jakarta B. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah.Rineka Cipta.
Jakarta
Bogdan, R.C., & Biklen, S.K.B., 1998. Qualitative Research for Education to Theory and Methods, Allyn and Bacon, Inc, Boston
Baden – Powell, 2008. AIDS TO SCOUTMASTERSHIP Panduan untuk Pembina Pramuka Penggalang. Pustaka Tunas Media. Jakarta.
Direktorat pendidikan, 1987. Tentang pendidikan menengah kejuruan. Citra Rineka. Bandung.
Depdikbud, 1987. Tentang kegiatan ekstrakurikuler . Citra Umbara. Bandung. ---, 1996. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan.Depdikbut. Jakarta.
E. Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara. Jakarta. Fajri dan Senja. 2007. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Difa Publisher. Jakarta. Hasan, Said Hamid dkk. 2010. Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa.
(4)
Heriyanto. 2012. Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa Pada Layanan American Corner Di Upt Perpustakaan Iain Walisongo Semarang Menurut Association Of College And Research Libraries. Semarang: Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Semarang.
Hasbullah, 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Raja Grapindo Persada. Jakarta Hartati Sri, 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan kepramukaan di SMA YP Unila Bandar lampung tahun 2009/2010
http://pndkarakter.wordpress.com/category/tujuan-dan-fungsi-pendidikan-karakter/( diakses pada hari Minggu 28 juli 2013 pukul23.10 Wib) http://curhat-santri.blogspot.com/2013/04/manfaat-kegiatan
ekstrakurikuler-untuk-pengembangan-diri-anak.html. /( diakses pada hari Minggu 28 juli 2013 pukul23.10 Wib)
http://pramuka-online-netima.blogspot.com/2011/08/tujuan-dan-tugas-pokok-gerakan-pramuka.html /( diakses pada hari Minggu 28 juli 2013 pukul23.10 Wib)
http://anwarabdi.wordpress.com/2013/06/01/manusia-dan-tanggung-jawab/ (diakses pada hari jumat 13 juni 2014 pukul 23.10 Wib)
Irma Dahlia.2014. Optimalisasi Pendidikan Karakter Dengan Metode Pembiasaan. Fkip Universitas Lampung.Lampung
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di sekolah Menengah Pertama. Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.
Lukys, Riyanto.2002. Pegangan Lengkap Gerakan Pramuka. Terbit Terang. Surabaya.
Merrrys Padipta. 2008. Manfaat EkstraKulikuler PMR. Dikutip dari http://merryspradipta.blogspot.com/2013/05/manfaat-ekstrakulikuler-pmr-sosiologi.html. Diakses hari minggu 28 Juli 2013 Pukul 17.23 Wib.
Moleong, Lexy, J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Rosdakarya, Bandung
Mukson. 2008. Buku panduan materi Pramuka Penggalang. Petraya Offset. Seamarang
Miles, BM., & Huberman, A.M, 1992, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Rohadi, R.T., Universitas Indonesia, Jakarta
(5)
M. Rachman. (1999). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Grasindo Jakarta.
Nawawi, Hadari. 2001. Administrasi Sekolah. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Patimah. (2011). Pendidikan Karakter Melalui Program Ekstrakurikuler. Diakses darihttp://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/PENDIDIKANKARA KTER_PATIMAH_16759.pdf.html pada tanggal 12 Nopember 2013, Jam 13.00 WIB.
Pargito. 2010. Dasar-dasar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Lampung: Universitas Lampung (Unila).
Poerwodarminto,W .j .S., 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta
Ratna Megawangi. 2009. Pendidikan Karakter. Indonesia Heritage Foundation. Jakarta Timur.
Santosa Lukman dan Zakiyah nita, 2011. Buku Pintar Pramuka.Interpree book Yogyakarta
Sofan Amri, Ahmad Jauhari dan Tatik Elisa. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Pt Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Sofyan Sauri.2006. Pendidikan Berbahasa Santun. PT genesindo. Bandung. Sunardi Andri Bob, 2010 Boyman Ragam Latih Pramuka. Nusa Muda. Bandung Sunardi, Andri Bob, 2001. Pandauan Pembina pramuka. http:/
scribd.com/doc/206373/ Fungsi-Dan-SifatKepramukaan. (20 Juli 2013) Soeparman, M, 1980. pedoman pramuka.http:/ budayageblog wordpress.com 2009/08/15/pramuka-praja-muda-karana.(20 Juli 2013)
Sutisna. 1983. Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritika untuk Praktek Profesional. Angkasa. Bandung.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.:Alfabeta. Bandung.
Somantri,N.2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS . Penerbit Remadja Rosda karya . bandung.
(6)
Tim Panduan penyelesaian. 2011. Tanda Kecakapan Umum Penggalang. Pegangan Pembina Penggalang. Kwartil Nasional Pramuka-Jakarata. Tim Penyusun kamus pusat bahasa. 2007. Departemen pendidikan nasional,
kamus besra bahasa Indonesia. Balai pustaka. Jakarta.
Undang-Undang No 12 tahun 2010. Tentang Gerakan Pramuka. Jakarta. --- N0 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Unila, 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Unila. Bandar Lampung Winkel, W.S & Hastusti Sri. 2006. Bimbningan dan Konseling. Media Abdi.
Yogjakarta.
Wicaksono FS. 2014. Tanggung jawab Pemegang saham direksi dan komisaris. Visi Media. Jakarta
Wiyani Novan Ardy. 2012. Pendidikan karakter dan kepramukaan. Yogyakarta. Citra aji panama.
Yeni Suparina. 2013. Persepsi siswa terhadap pemakaian atribut pramuka tanpa latihan di SMA Negeri 1 Negeri Besar Kecamatan Kabupaten Way Kanan tahun Pelajaran 2012/2013. Fkip Universitas Lampung. Lampung