83
metapor is Leach, 1976: 43. Oleh kar enanya, bentuk penyimbolan dalam seni per tunjukan Indonesia secar a umum per lu mer ujuk pada benang mer ah tr adisi
yang menjadi landasan pola pikir budaya masyar akatnya. Dalam sebuah penciptaan kar ya seni, bukan tidak mungkin apabila
komunikator , mencoba untuk menggambar kan suatu gejala dan per istiw a yang ter jadi dalam masyar akat lalu membangun pesan lew at ber bagai bentuk,
sebagai contoh antar a lain Wayang Waton Sandosa. Pesan-pesan dar i sang komunikator ini lalu dituangkan ke dalam seni per tunjukan. Ger akan, musik,
baju, dll ini ber fungsi ber macam-macam, sementar a pesan yang ingin disampaikan ini ter gantung dar i konteksnya. Suatu kar ya seni diciptakan dan
ditujukan kepada publiknya komunikan dan dimungkinkan publik atau penonton mampu menangkap pesan yang dibawa oleh sebuah kar ya seni
per tunjukan ter sebut.
2.3 Proses Kr eatif
Jika ber bicar a mengenai seluk beluk komunikator , khususnya dalam pembuatan pesan Wayang Waton oleh komunikator , maka tidaklah luput dar i
penger tian pr oses kr eatif. Menur ut Fr eud Dar ma, 1995:42 yang dimaksud pr oses kr eatif pada dasar nya mer upakan sambungan kenangan di masa kecil.
Imajinasi masa lalunya sastr aw an kembali untuk diungkapkan dalam bentuk penulisan kr eatif, yang mer upakan r angkaian masa lalu, kini, dan nanti.
Mangunw ijaya 1999:124 mengatakan bahw a pr oses kr eatif pada dasar nya dimulai jauh pada usia sangat aw al ketika masih kanak-kanak.
Didikan or ang tua, dunia sekeliling, suasana pendidikan di sekolah, dan sebagainya mer upakan dunia per angsang kr easi dan pembina kar ya yang tidak
boleh diabaikan dampaknya bagi seor ang penulis. Secar a seder hana kar ya sastr a dapat dikatakan sebagai sar ana untuk ber komunikasi. Namun,
bagaimanakah komunikasi itu ter jadi pada kar ya sastr a, sehingga apa yang ingin disampaikan oleh sastr aw an sampai kepada pembacanya. Sastr a penuh
84
dengan tanda-tanda dan memiliki sistem, yang secar a lebih besar dikaitkan dengan kode. Oleh kar ena itu, untuk menafsir kan dan memahaminya
diper lukan pemahaman atas kode-kode yang ada dalam kar ya sastr a ter sebut. Sastr aw an hidup dalam ber bagai jenis r angkaian kode, ia hanya bisa
menyampaikan pesannya dengan memper gunakan kode-kode itu sebagai alatnya. Kode-kode itu akan ber hubungan dengan sosial-budaya yang
dipahami oleh sastr aw an, sehingga seor ang pembaca kr itikus setidaknya “mengetahui” sosial-budaya mana yang digambar kan dalam kar ya itu, sehingga
memudahkannya untuk memahami kode-kode dalam sebuah kar ya sastr a. Seor ang pengelola sanggar di Ser ang
5
menyebut kan bahw a pr oses kr eatif adalah r angkaian kegiatan seor ang seniman dalam menciptakan dan
melahir kan kar ya-kar ya seninya sebagai ungkapan gagasan dan keinginannya. Pr oses penciptaan ini tidak ter jadi dan ditur unkan dar i r uang kosong. Tapi
pada hakikatnya hanyalah usaha memodifikasi mengubah menyesuaikan sesuatu yang telah ada sebelumnya. Misalnya, seor ang pelukis membuat
sebuah lukisan kar ena sebelumnya telah ada pelukis lain dan kar ya lukisan lainnya. Di situlah seniman ber upaya dengan ker as menampilkan sesuatu yang
lain dar i apa yang sudah ada, sehingga melahir kan suatu r ealitas bar u yang kemudian diakui sebagai hasil ciptaannya. Selain itu Hur lock E.B
6
mengemukakan bahw a kr eativitas adalah suatu pr oses yang menghasilkan sesuatu yang bar u, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk
atau susunan yang bar u.
5
Sum ber: ht t p: rum ahdunia.net wm print.php?ArtID=361
6
Hurlock, E. B, 1997, Psikologi perkembangan: Suatu pendekat an sepanjang rent ang kehidupan.
Ist iwidayant i dan Soedjarw o penerjem ah. Ridwan M .S. Edit or. Jakarta: Penerbit Erlangga.
85
Edw ar d De Bono, dalam bukunya
Lat er al Thinking: A Text book of Cr eat ivit y
, mengemukakan bahw a dalam pr oses kr eatif ada empat tahapan yang penting, yaitu:
1. Latar Belakang atau Akumulasi Pengetahuan