Seni Pertunjukan Sebagai Media Komunikasi Simbolik

80 pengalaman ber sama yang member i ar ti pada pesan dan simbol yang dikir im oleh pengir im, dan diter ima ser ta ditafsir kan oleh pener ima.Sur anto : 2005 Tidak selur uh definisi dikemukakan di sini, akan tetapi ber dasar kan definisi yang ada di atas dapat diambil pemahaman bahw a :  Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi. Dilihat dar i sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi ter gantung kepada desain pesan atau infor masi dan car a penyampaiannya. Menur ut konsep ini pengir im dan pener ima pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.  Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengir im pesan atau komunikator memiliki per an yang paling menentukan dalam keber hasilan komumikasi, sedangkan komunikan atau pener ima pesan hanya sebagai objek yang pasif.  Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yai tu pengir im, pesan, dan pener ima pesan pada posisi yang seimbang. Pr oses ini menuntut adanya pr oses encoding oleh pengir im dan decoding oleh pener ima, sehingga infor masi dapat ber makna.

2.2 Seni Pertunjukan Sebagai Media Komunikasi Simbolik

Sebenar nya ada banyak sekali penelitian tentang seni per tunjukan, akan tetapi tidak secar a eksplisit dinyatakan mengenai bagaimana komunikasi pada per tunjukan itu ber langsung. Alasannya adalah bahw a kesadar an kita 81 kur ang dilengkapi dengan topangan pemikir an ilmu di luar pengetahuan seni. Seni per tunjukan adalah media komunikasi, kar ena apa yang menjadi gagasan atau ide dar i komunikator sang pencipta pasti akan dikomunikasikan kepada publiknya. Oleh sebab itu har us diyakini bahw a pasti ada maksud dibalik suatu per tunjukan, tujuan sang pencipt, gagasan atau pesan yang ingin disampaikan penciptanya. Dengan demikian, seni per tunjukan sebagai media komunikasi akan jelas dilihat dar i per an dan fungsinya lihat Fiske, 1990:18; Bandem, 1996:32-33. Seni per tunjukan sebenar nya memiliki fleksibilitas untuk menampilkan w ujud seninya, baik sebagai media pr esentasi maupun r epr esentasi. Gagasan dar i sang pencipta akan hadir dalam ber bagai macam seni, misal: seni tar i, seni per tunjukan, seni r upa, seni patung, dan lain sebagaiya. Gagasan atau ide ini diciptakan oleh pelaku seni dengan tafsir makna ter sendiri, yang kemudian diamati, ditonton, atau diapr esiasi oleh penikmat seni dengan tafsir makna ter sendiri pula. Seni per tunjukan memiliki inter aksi dengan masyar akatnya, dimana setiap or ang atau masyar akat ingin melibatkan dirinya dengan car a menonton, mengapr esiasi, mengamati, menginter pr etasi, mengkr itisi dan bahkan ingin melibatkan diri menjadi pelaku dalam per istiw a per tunjukan ter sebut. Inter aksi di sini lebih dipandang sebagai inter aksi simbolik, ar tinya komunikasi atau pr oses per tukar an simbol yang diber i makna Mulyana, 2002: 68. James Lull memper tegas ar ti komunikasi seni per tunjukan, sebagai suatu konstr uksi makna melalui per tukar an bentuk-bentuk simbolik Lull, 1998: 223. Dar i penger tian ini cukup member ikan penegasan bahw a seni per tunjukan mengindikasikan pr oses komunikasi simbolik, inter pr etatif, tr ansaksional, dan kontekstual yang member i r uang inter pr etasi dan har apan ber beda ter hadap apa yang disampaikan dalam suatu per tunjukan Lustig dan Koester dalam Liliw er i, 2003:13. Ar ah seni per tunjukan sebagai media komunikasi simbolik ber kisar pada pemahaman tentang simbol dan pr oses penyimbolan ter hadap seni 82 per tunjukan yang membutuhkan pengetahuan lebi h luas. Pr oses penyimbolan menjadi salah satu bentuk intelektualitas insan seni yang memiliki kepekaan akademis dan akademisi yang memiliki kepekaan kesenimanan. Seper ti diungkapkan oleh Goethe, sedangkan Coler idge dan Geor ge MacDonald bahw a simbol sesungguhnya mengambil bagian dalam r ealitas yang membuatnya dapat dimenger ti sebagai sebuah subtansi kar ena simbol begitu melekat pada kehidupan r eligius manusia yang memiliki nilai-nilai spiritualitas tinggi. Dillistone mengar tikan symbol sebagai sebuah kat a atau bar ang yang mew akili atau mengingatkan suatu entitas yang lebih besar Dillistone, 2002: 18-19. Simbol tak ter kait dengan sebuah kehidupan di luar kehidupan manusia dan hal ini menandakan betapa er atnya hubungan antar a simbol dan manusia. Er nst Cassir er menyebutkan bahw a manusia adalah animal symbolicum dimana manusia tak per nah melihat, menemukan, dan mengenal dunia secar a langsung kecuali melalui ber bagai simbol Cassir er , 1944: 23-26. Sementar a par a antr opolog, Kr oeber dan Kluckhohn dengan konsepsi budayanya mengatakan bahw a“budaya ter dir i dar i pola-pola, eksplisit atau implisit, tentang dan untuk per ilaku yang diper oleh dan dipindahkan melalui simbol-simbol, membangun capaian-capaian yang dipilah dar i kelompok manusia, ter masuk jelmaan- jelmaannya dalam ar tifak-ar tifak” Kr oeber dan Kluckhohn dalam Ber r y, 1999: 326. Demikian pentingnya pengetahuan tentang simbol, maka dalam konteks komunikasi seni per tunjukan, simbol adalah sesuatu yang dipertukar kan baik dalam komunikasi ver bal maupun non-ver bal. Lebih lanjut, komunikasi yang menyangkut seni per tunjukan tidak sekedar komunikasi sebagai tindakan pr aktis dan pr agmatis Bakker dalam Her usatoto, 2003: 15, namun lebih tinggi yaitu sebuah tindakan pencapaian nilai-nilai ideal, nilai- nilai kualitas. Seni per tunjukan dalam per istiw a komunikasi adalah tindakan- tindakan ekspr esif yang bisa hanya mengatakan sesuatu tentang dunia apa adanya juga bisa ber maksud mengubah tatanan dunia ter sebut secar a 83 metapor is Leach, 1976: 43. Oleh kar enanya, bentuk penyimbolan dalam seni per tunjukan Indonesia secar a umum per lu mer ujuk pada benang mer ah tr adisi yang menjadi landasan pola pikir budaya masyar akatnya. Dalam sebuah penciptaan kar ya seni, bukan tidak mungkin apabila komunikator , mencoba untuk menggambar kan suatu gejala dan per istiw a yang ter jadi dalam masyar akat lalu membangun pesan lew at ber bagai bentuk, sebagai contoh antar a lain Wayang Waton Sandosa. Pesan-pesan dar i sang komunikator ini lalu dituangkan ke dalam seni per tunjukan. Ger akan, musik, baju, dll ini ber fungsi ber macam-macam, sementar a pesan yang ingin disampaikan ini ter gantung dar i konteksnya. Suatu kar ya seni diciptakan dan ditujukan kepada publiknya komunikan dan dimungkinkan publik atau penonton mampu menangkap pesan yang dibawa oleh sebuah kar ya seni per tunjukan ter sebut.

2.3 Proses Kr eatif