PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF JENGKOL SEED (Pithecelobium lobatum Benth.) 96 % ETHANOL EXTRACT ON PANCREAS HISTOPATHOLOGICAL

APPEARANCE OF WHITE MALE RODENT (Rattus novergicus) STRAIN

Sprague dawley

By

HESTI ARIYANTI

Background: Indonesia in 2014 produced 53 661 tons jengkol and Lampung has contribute 6,750 tons. The content of the jengkol such as tannins, saponins, and alkaloids may increase the secretion and enable early pancreatic enzymes. Thats proccess cause changes in the morphology of pancreatic tissue. This study aimed to determine the effect of jengkol seeds 96 % ethanol extract on pancreatic histopathological appareance of male rodent Sprague dawley.

Methods: The design of this study is experimental with 4 treatment groups. Each group consisted of 5 rodents. Group I (control) was given distilled water, group II (treatment 1) given jengkol seed 96% ethanol extract dose of 1200 mg / kg body weight per day, group III (treatment 2) given jengkol seed 96% ethanol extract dose of 2400 mg / kg body weight per day, group IV (treatment 3) given jengkol seed 96% ethanol extract dose of 4800 mg / kg body weight per day. Data were analyzed using Kruskal-Walis hypothesis test (p < 0.05) and post hoc Mann Whitney test (p < 0.05).

Results: Group I found a score of 0 and 1, group II found a score of 1 and 2, Group III found a score of 1,2, and 3, the group IV found a score of 2 and 3.

Conclusion: The jengkol seeds 96 % ethanol extract can affect the pancreas histopathologic appareance of male rodents Sprague dawley (p = 0.006).


(2)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR

Sprague dawley

Oleh

HESTI ARIYANTI

Latar Belakang: Indonesia tahun 2014 memproduksi jengkol sebesar 53.661 ton dan Lampung ikut berkontribusi sebesar 6.750 ton. Kandungan dalam jengkol seperti tanin, saponin, dan alkaloid dapat meningkatkan sekresi dan mengaktifkan secara dini enzim pankreas. Rangakaian peristiwa ini diduga menyebabkan perubahan morfologi jaringan pankreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus putih jantan galur Sprague dawley.

Metode: Disain penelitian ini adalah eksperimental dengan 4 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol) diberikan akuades, kelompok II (perlakuan 1) diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol dosis 1200 mg/kgBB per hari, kelompok III (perlakuan 2) diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol dosis 2400 mg/kgBB per hari, kelompok IV (perlakuan 3) diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol dosis 4800 mg/kgBB per hari. Data dianalisis menggunakan uji hipotesis Kruskal-Walis (p < 0,05) dan uji post hoc Mann Whitney (p < 0,05).

Hasil: Kelompok I ditemukan skor 0 dan 1, kelompok II ditemukan skor 1 dan 2, kelompok III ditemukan skor 1,2, dan 3, kelompok IV ditemukan skor 2 dan 3.

Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol dapat mempengaruhi gambaran histopatologi pankreas tikus putih jantan galur Sprague dawley (p = 0,006).


(3)

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL

(Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) JANTAN GALUR

Sprague dawley

(Skripsi)

Oleh

HESTI ARIYANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2017


(4)

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR

Sprague dawley

Oleh

HESTI ARIYANTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG


(5)

ABSTRACT

THE EFFECT OF JENGKOL SEED (Pithecelobium lobatum Benth.) 96 % ETHANOL EXTRACT ON PANCREAS HISTOPATHOLOGICAL

APPEARANCE OF WHITE MALE RODENT (Rattus novergicus) STRAIN

Sprague dawley

By

HESTI ARIYANTI

Background: Indonesia in 2014 produced 53 661 tons jengkol and Lampung has contribute 6,750 tons. The content of the jengkol such as tannins, saponins, and alkaloids may increase the secretion and enable early pancreatic enzymes. Thats proccess cause changes in the morphology of pancreatic tissue. This study aimed to determine the effect of jengkol seeds 96 % ethanol extract on pancreatic histopathological appareance of male rodent Sprague dawley.

Methods: The design of this study is experimental with 4 treatment groups. Each group consisted of 5 rodents. Group I (control) was given distilled water, group II (treatment 1) given jengkol seed 96% ethanol extract dose of 1200 mg / kg body weight per day, group III (treatment 2) given jengkol seed 96% ethanol extract dose of 2400 mg / kg body weight per day, group IV (treatment 3) given jengkol seed 96% ethanol extract dose of 4800 mg / kg body weight per day. Data were analyzed using Kruskal-Walis hypothesis test (p < 0.05) and post hoc Mann Whitney test (p < 0.05).

Results: Group I found a score of 0 and 1, group II found a score of 1 and 2, Group III found a score of 1,2, and 3, the group IV found a score of 2 and 3.

Conclusion: The jengkol seeds 96 % ethanol extract can affect the pancreas histopathologic appareance of male rodents Sprague dawley (p = 0.006).


(6)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR

Sprague dawley

Oleh

HESTI ARIYANTI

Latar Belakang: Indonesia tahun 2014 memproduksi jengkol sebesar 53.661 ton dan Lampung ikut berkontribusi sebesar 6.750 ton. Kandungan dalam jengkol seperti tanin, saponin, dan alkaloid dapat meningkatkan sekresi dan mengaktifkan secara dini enzim pankreas. Rangakaian peristiwa ini diduga menyebabkan perubahan morfologi jaringan pankreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus putih jantan galur Sprague dawley.

Metode: Disain penelitian ini adalah eksperimental dengan 4 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol) diberikan akuades, kelompok II (perlakuan 1) diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol dosis 1200 mg/kgBB per hari, kelompok III (perlakuan 2) diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol dosis 2400 mg/kgBB per hari, kelompok IV (perlakuan 3) diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol dosis 4800 mg/kgBB per hari. Data dianalisis menggunakan uji hipotesis Kruskal-Walis (p < 0,05) dan uji post hoc Mann Whitney (p < 0,05).

Hasil: Kelompok I ditemukan skor 0 dan 1, kelompok II ditemukan skor 1 dan 2, kelompok III ditemukan skor 1,2, dan 3, kelompok IV ditemukan skor 2 dan 3.

Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol dapat mempengaruhi gambaran histopatologi pankreas tikus putih jantan galur Sprague dawley (p = 0,006).


(7)

Judul : PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

Nama Mahasiswa : Hesti Ariyanti No Induk Mahasiswa : 1318011079 Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

2. MENGETAHUI Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA NIP. 197012082001121001

Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc NIP. 198504122010122001 dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji:

Ketua : dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc

Sekertaris : Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA

2. Dekan Fakultas Kedokteran:

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA NIP. 197012082001121001


(9)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa:

1. Skripsi dengan judul “PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley” adalah hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiarisme.

2. Hak intelektualistas atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya.

Bandarlampung, Januari 2017 Pembuat Pernyataan,

Hesti Ariyanti NPM 1318011079


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Denpasar pada tanggal 30 Januari 1995 sebagai anak terakhir dari dua bersaudara dari Bapak Agus Surja Widjaja, S.Si dan Ibu Ana Yuniati, S.E.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di Aisyiyah Bustanul Athfal Tuban pada tahun 2001. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Paseban 05 pagi pada tahun 2007. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Jakarta pada tahun 2010. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 77 Jakarta pada tahun 2013.

Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, penulis pernah menjadi Asisten Dosen Farmakologi dan Clinical Skill Lab, serta pernah mengikuti organisasi PMPATD PAKIS Rescue Team.


(11)

S

ebuah persembahan sederhana untuk

Papa, Mama, dan Mba Ayu

Allah will not change the condition of a people

until they change what is in themselves


(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Ekstrak Etanol 96 % Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap Gambaran Histopatologi Pankreas Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague dawley.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :  Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku Rektor Universitas

Lampung;

 Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedoketran Universitas Lampung dan Pembahas;

 dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk meluangkan banyak waktu, memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

 Ibu Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(13)

 dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG selaku Pembimbing Akademik atas nasihat, bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat selama perkuliahan di Fakultas Kedokteran;

 Seluruh staf dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan dalam proses perkuliahan;

 Seluruh staf akademik, administrasi, dan tata usaha Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan selama penulis menjadi Mahasiswa Fakultas Kedokteran;

 Terimakasih Papa, Mama, dan Mba Ayu yang saya hormati dan saya sayangi atas doa, perhatian, dukungan yang mengalir setiap saat. Terimakasih telah memberikan saya pendidikan yang terbaik, baik formal maupun nonformal yang dapat digunakan untuk bekal dimasa depan;

 Sahabat saya “Anti-Wacana” Farras Cahya Puspitha, Nidya Tiaz Putri Azhari, Siti Masruroh, Wulan Noventi yang telah memotivasi saya untuk terus bergerak maju.

 Sahabat saya “YNWA” Dessy Nurlita dan Silvia Mara Asvita yang telah menjadi tumpuan saya setiap jatuh semenjak tahun pertama kuliah

 Sahabat saya “Anak Ayam” Annisa Aprilia dan Cantika Tara Sabilla yang sabar menerima kebiasaan saya.

 “Arbenta” Ara, Julia, Natasyah, Indah, Atika, Dani, Dara, Devita, Rizky, Hafiza, dan Imul yang telah menjadi keluarga dari anak rantau seperti saya.  Teman seperjuangan “Tim Jengkol” Farida Alatas, Bayu Arief Hartanto, dan

Restu Pamanggih atas bantuan kalian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Semoga kita bisa lebih sukses kedepannya;


(14)

 Teman sejawat “CERE13ELLUMS” atas kebersamaan dan kekompakan selama 3,5 tahun perkuliahan. Semoga kita bisa menjadi dokter yang amanah, kebanggaan orangtua, FK Unila, dan Negara;

 Teman KKN “DARRATIH FAMILY” Daryati, Rifky, Rido, Ajito, Tessa, dan

Irfan atas pengalaman menyenangkan selama dua bulan;  “Sahabat SMA” Kenya, Jasmine, Fanny, dan Ilmi;

 “Sahabat SMP” Khuryyah Arinal Khaq, Ni Made Dhiar Wulan Vitaloka, dan Elsa Anindya Putri;

 Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima kasih.

Bandar Lampung, Januari 2017 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

LEMBAR PERNYATAAN... vi

RIWAYAT HIDUP... vii

PERSEMBAHAN... viii

SANWACANA... ..ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1. Pankreas... 4

2.1.1. Anatomi... 4

2.1.2. Histologi... 6

2.1.3. Fisiologi... 7

2.2. Jengkol... 10

2.2.1. Taksonomi... 10

2.2.2. Morfologi... 10

2.2.3. Kandungan... 11

2.3. Hewan Coba... 11


(16)

2.3.2. Morfologi... 12

2.4. Kerangka Teori... 13

2.5. Kerangka Konsep... 14

2.6. Hipotesis... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 16

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 16

3.3. Sampel Penelitian... 17

3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 18

3.4. Bahan dan Alat Penelitian... 18

3.4.1. Bahan Penelitian... 18

3.4.2. Alat Penelitian... 19

3.5. Prosedur Penelitian... 19

3.5.1. Posedur Ekstraksi Biji Jengkol... 19

3.5.2. Prosedur Perlakuan... 20

3.5.3. Prosedur Pembuatan Preparat... 22

3.6. Diagram Alur Penelitian... 25

3.7. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional... 26

3.7.1. Identifikasi Variabel... 26

3.7.2. Definisi Operasional Variabel... 26

3.8. Analisis Data... 26

3.9. Etik Penelitian... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian... 28

4.1.1. Histopatologi Pankreas Tikus... 28

4.1.2. Analisis Histopatologi Pankreas Tikus... 31

4.2. Pembahasan... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 36

5.2. Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA... 37 LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi operasional variabel... 26

2. Hasil skoring histopatologi pankreas tikus... 31

3. Analisis univariat... 32


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Histologi pankreas (a) Makroskopis (b) Mikroskopis... 6

2. Tanaman jengkol... 11

3. Tikus putih... 12

4. Kerangka teori pengaruh ekstrak etanol 96 % biji jengkol terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus... 14

5. Kerangka konsep ekstrak etanol 96 % biji jengkol terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus... 14

6. Diagram alur penelitian... 25

7. Histopatologi pankreas tikus kelompok kontrol... 29

8. Histopatologi pankreas tikus kelompok perlakuan 1... 29

9. Histopatologi pankreas tikus kelompok perlakuan 2... 30


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jengkol merupakan tanaman holtikultura tahunan yang banyak terdapat di Asia Tenggara. Produksi jengkol di Indonesia tahun 2014 sebesar 53.661 ton dan Lampung ikut berkontribusi sebesar 6.750 ton (Kementrian Pertanian, 2014). Tanaman jengkol dikenal mempunyai biji yang digemari rasanya, tetapi juga dihindari karena baunya. Tanaman yang berbau menusuk diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi (Cholisoh & Utami, 2008). Kandungan antioksidan pada jengkol, diantaranya tanin, saponin, dan alkaloid (Gaol, 2014).

Antioksidan yang dipercaya berkhasiat untuk menjaga kesehatan, di sisi lain juga berdampak negatif bagi tubuh, salah satunya pada organ pankreas. Dampak negatif yang dimaksudkan, yaitu tanin, saponin, dan alkaloid dalam jengkol memiliki afinitas yang tinggi terhadap bahan makanan sehingga kerja enzim yang seharusnya berikatan dan memetabolisme bahan makanan tersebut terganggu. Tubuh menginterpretasikan tidak adanya proses metabolisme bahan makanan akibat dari produksi enzim yang kurang,


(20)

sehingga hal ini memicu sel asinar pankreas terus mensekresikan enzim pankreas dan membuat morfologi pankreas menjadi tidak normal. Teori tersebut diperkuat melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Shukri (2011) pemberian jengkol pada tikus yang diinduksi streptozosin menyebabkan penyembuhan sel aktif pankreas dinyatakan dengan penurunan kadar gula darah tikus, sedangkan pemberian 50 g jengkol pada tikus normal menimbulkan efek toksik pada pankreas, yaitu tampak membesar (Shukri et al., 2011).

Uji toksisitas penting untuk mendapat informasi tentang gejala keracunan, penyebab kematian, dan rentang dosis yang mematikan (Ngatidjan, 2006). Uji toksisitas harus dilengkapi dengan pembuatan sediaan histologi dari organ yang dianggap dapat memperlihatkan kelainan (Gunawan, 2007). Uji toksisitas masih jarang dilakukan khususnya pada organ pankreas. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) mempengaruhi gambaran histopatologi pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley ?


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) pada gambaran histopatologi pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Bagi penulis, dapat mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) pada gambaran histopatologis pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pankreas 2.1.1. Anatomi

Pankreas termasuk organ retroperitoneal sejajar dengan vertebrae L2. Bagian-bagian pankreas, yaitu caput, corpus, dan cauda. Hubungan topografis pankreas dengan organ lainnya seperti caput pancreatic melekat dengan duodenum pars descendens dan pars horizontalis (Paulsen & Waschke, 2012). Processus uncinatus bagian bawah caput pancreatic, memanjang ke tengah ke kiri merangkul arteri dan vena mesentrica superior (Moore & Dalley, 2013). Cauda pancreatic berjalan melewati ren sinistra untuk mencapai hilum splenicum (Paulsen & Waschke, 2012).

Pankreas memiliki permukaan depan dan belakang. Facies anterior membentuk posterior bursa omentalis. Facies posterior berfusi dengan peritoneum parietale. Sistem saluran pada pankreas terdiri dari (1) duktus pancreaticus (wirsung) berjalan dari cauda pancreatic menuju caput pancreatic disini ke bawah kemudian menyatu dengan ductus choledochus membentuk ampulla


(23)

hepatopancreatica (vateri) menembus duodenum pars descendens pada papilla duodeni major, (2) ductus pancreaticus accessories bermuara pada duodeni minor (santorini) (Paulsen & Waschke, 2012).

Sistem sirkulasi pankreas antara lain: (1) caput diperdarahi oleh arteri. pancreaticoduodenalis superior anterior et posterior (dari a. gastroduodenalis) dan a. pancreaticoduodenalis inferior anterior et posterior (a. Mesentrisa superior), (2) corpus dan cauda diperdarahi oleh a. Splenica yang bercabang menjadi a. pancreatica dorsalis dan a. pancreatica inferior. Vena-vena pada pankreas sesuai arterinya dan bermuara melalui v. mesentrica superior dan v. splenica ke dalam v. porta hepatica (Paulsen & Waschke, 2012).

Pembuluh limfatik pankreas mengikuti pembuluh darah (Moore & Dalley, 2013). Caput pancreatic nodi lymphoidei pancreaticoduodenales anteriores et posteriors melalui nodi lymphoidei hepatici menuju nodi lymphoidei coeliaci atau langsung ke nodi lymphoidei mesentrici superiors dan akhirnya ke truncus intestinalis. Corpus pancreatic nodi lymphoidei pancreatici superiors et inferiors ke nodi lymphoidei coeliaci, terdapat juga hubungan dengan nodi lymphoidei lumbales retroperitoneal. Cauda nodi lymphoidei splenici (Paulsen & Waschke, 2012).


(24)

2.1.2. Histologi

Pankreas adalah kelenjar campuran eksokrin endokrin. Sel eksokrin pankreas serupa dengan kelenjar parotis. Namun, pankreas tidak terdapat duktus striata dan diantara sel-sel eksokrin pankreas tersebar sel endokrin yang dikenal sebagai pulau (islets) langerhans. Sel eksokrin terdiri dari sel sekretorik mirip anggur yang diselubungi serat retikuler dan kapiler yang dikenal sebagai asinus. Setiap asinus pankreas terdiri dari sel asinar. Setiap asinus pankreas dialiri oleh duktus interkalaris dengan sel-sel awalnya, yaitu sel sentroasinar yang terpulas pucat. Duktus interkalaris bergabung membentuk ductus interlobular yang dilapisi epitel columnar selapis. Sel asinar menghasilkan granula zimogen yang mencapai maksimum pada hewan yang berpuasa. Setiap hari pankreas menyekresikan 1,5 - 2 L getah (Mescher, 2011).

Gambar 1. Histologi pankreas (a) Makroskopis (b) Mikroskopis


(25)

2.1.3. Fisiologi

Pankreas adalah organ yang terletak dibawah dan dibelakang lambung. Enzim-enzim pencernaan pankreas disekresikan oleh asini pankreas dan natrium bikarbonat disekresi oleh duktulus kecil dan duktus lebih besar yang berasal dari asini. Produk kombinasi ini mengalir melalui duktus pankreatikus, bergabung dengan duktus hepaticus sebelum mengeluarkan isinya ke duodenum melalui papila vateri yang dikelilingi sfingter oddi (Guyton & Hall, 2007).

Enzim proteolitik pankreas antara lain (1) tripsinogen disekresikan ke dalam lumen duodenum, diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase (juga dikenal enteropeptidase). Tripsin secara otokatalisis mengaktifkan lebih banyak tripsinogen. Sebagai proteksi tambahan, pankreas menghasilkan inhibitor tripsin, yang menghambat kerja tripsin jika secara tidak sengaja terjadi pengaktifan tripsinogen dalam pankreas, (2) kimotripsinogen diubah tripsin menjadi bentuk aktif kimotripsin, dan (3) prokarboksipeptidase diubah tripsin menjadi bentuk aktif karboksipeptidase. Produk akhir dari proses ini adalah rantai peptide pendek dan asam amino. Mucus yang disekresikan oleh usus halus melindungi dinding usus halus dari kerja enzim proteolitik aktif (Sherwood, 2011).


(26)

Amilase pankreas disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak membahayakan sel sekretorik. Kerjanya sama dengan amilase saliva, yaitu mengubah polisakarida menjadi disakarida maltose. Lipase pankreas disekresikan dalam bentuk aktif dan berperan menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas (Sherwood, 2011).

Natrium bikarbonat (NaHCO3) yang disekresikan oleh sel asinar pankreas. Berperan tidak hanya untuk mengoptimalkan enzim pankreas tetapi juga menetralkan kimus dari lambung sehingga mencegah kerusakan mukosa duodenum akibat asam (Sherwood, 2011). Mekanisme sekresi natrium bikarbonat yang hampir seluruhnya isoosmotik adalah karbon dioksida berdifusi dari sirkulasi ke dalam sel endotel dipengaruhi karbonik anhidrase, bergabung dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3). Asam karbonat kemudian berdisosiasi menjadi ion bikarbonat dan ion hidrogen (HCO3- dan H+). Kemudian ion bikarbonat secara aktif ditranspor bersama ion natrium ke dalam lumen duktulus. Ion hidrogen di dalam sel endotel ditukar dengan ion natrium melalui proses transport aktif sekunder. Proses ini menyebabkan ion natrium ditranspor ke dalam lumen duktus pankreatikus untuk menetralkan kelistrikan ion bikarbonat yang disekresi. Keseluruhan gerakan ion natrium dan bikarbonat menyebabkan osmosis air ke dalam duktus pankreatikus (Guyton & Hall, 2007).


(27)

Sekresi eksokrin pankreas terjadi dalam 3 fase, sama dengan sekresi gastrik, yaitu fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal. Selama fase sefalik, asetilkolin dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus parasimpatis. Selama fase gastrik, terjadi peningkatan sekresi sebagai respon tehadap gastrin. Namun, stimulasi utama sekresi pankreas selama fase intestinal. Asam di duodenum memicu dilepaskannya sekretin yang selanjutnya dibawa oleh darah ke pankreas. Sedangkan kolesistokinin (CCK) dirangsang adanya lemak di duodenum. sistem sirkulasi mengankut CCK ke pankreas untuk meningkatkan sekresi enzim pencernaan. Perbandingan jumlah enzim yang dikeluarkan tidak berbeda berdasarkan jenis makanan. Bukti menunjukkan bahwa CCK berperan dalam adaptasi enzim pencernaan pankreas terhadap perubahan berkepanjangan dalam diet (Sherwood, 2011).

Sel endokrin pankreas adalah (1) sel menghasilkan insulin yang menimbulkan efek menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah, serta mendorong penyerapan bahan-bahan tersebut dalam sel. (2) sel menghasilkan glucagon. (3) Yang lebih jarang, sel D menghasilkan somatostatin yang menimbulkan efek inhibisi terhadap sekresi insulin, glukagon, dan somatostatin itu sendiri (Sherwood, 2011).


(28)

2.2. Jengkol

2.2.1. Taksonomi

Pengelompokkan tumbuhan jengkol terdiri atas: Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Fabales

Suku : Mimosaceae Marga : Pithecellobium

Spesies : Pithecellobium lobatum Benth. (Pandey, 2003).

2.2.2. Morfologi

Pohon jengkol merupakan tumbuhan asli Indonesia yang dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1000 mdpl. Umumnya dijumpai di daerah terbuka atau sedikit ternaungi, lahan yang kurang terawat pada tanah-tanah liat, lempung maupun yang berbatu dengan drainase yang baik. Jengkol tumbuh paling baik di daerah kemarau sedang, yaitu Sumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi Utara. Tinggi pohon mencapai 26 m dengan diameter 40 cm. Batangnya tegak lurus dengan bebas cabang lebih dari 3 m dari permukaan tanah (Arsadi, 2011). Tulang daun menyirip dengan panjang 25 cm. Buah polong berbentuk gepeng berbelit dan berwarna lembayung tua biasanya 3-9 buah dengan lebar diameter 4-5 cm. biji buah berkulit ari tipis dan


(29)

berwarna cokelat mengkilap seperti pada gambar 2 (Bunawan et al ., 2013).

Gambar 2.Tanaman jengkol (sumber: Bunawan et al., 2013).

2.2.3. Kandungan

Dalam 1 buah jengkol terdapat 1010 kalori, air 733 g, lemak 3 g, protein 58 g, kalsium 290 mg, fosfor 600 mg, zat besi 7 mg, karoten 3,73 mg, vitamin B1 1,1 mg, vitamin B2 1,1 mg, vitamin B3 8 mg, dan vitamin C 149 mg (Shukri et al., 2011). Kandungan antioksidan buah jengkol seperti tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid (Gaol, 2014).

2.3. Hewan Coba 2.3.1. Taksonomi

Pengelompokkan tikus terdiri atas: Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata


(30)

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Myomorpha Famili : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

Galur : Sprague dawley (Sholichah, 2007).

2.3.2. Morfologi

Tekstur rambut kasar dan agak panjang, hidung tumpul, bentuk badan silindris agak membesar ke belakang, warna putih, berat 150-600 gram, panjang kepala + badan 150-250 mm, panjang ekor 160-210 mm, lebar telinga 18-24 mm, panjang telapak kaki belakang 40-47 mm (Sholichah, 2007).


(31)

2.4. Kerangka Teori

Alkaloid dapat menyebabkan paralisis dari sistem saraf pusat (Tiwari et al., 2011). Dengan cara memodulasi transmisi kolinergik melalui situs vagal, sehingga regulasi neurohormonal terganggu. Pankreas gagal menghasilkan inhibitor tripsin sebagai proteksi tambahan ketika terjadi pengaktifan tripsinogen dalam pankreas (Saluja et al., 2009).

Tanin adalah antinutrisi dapat mengikat protein dan menimbulkan astrigen (rasa sepat di mulut) (Tandi, 2010). Tanin menurunkan aktivitas enzim tripsin dalam menyerap protein (Ambarningrum et al., 2007). Dihambatnya kerja tripsin dipercaya cukup untuk menstimulasi dilepaskannya CCK dari usus halus yang diikuti peningkatan produksi enzim pankreas (Greaves, 2012)

Saponin adalah suatu glikosida hidrofilik yang dikombinasikan dengan derivat triterpene lipofilik (Cahyadi, 2009). Saponin bersifat seperti sabun berdasarkan kemampuannya membentuk busa (Nuraini, 2007). Saponin mengikat garam empedu membentuk micelle yang tidak dapat diserap oleh usus melainkan langsung diekskresikan lewat feses (Lajuck, 2012). Hasil pencernaan dari lipid yang terdapat pada duonenum, merangsang dilepaskannya CCK (Price & Wilson, 2005).

CCK meningkatkan konversi tripsinogen menjadi tripsin, Setelah tripsin terbentuk maka enzim ini mengaktifkan enzim proteolitik lainnya yang


(32)

menjadi sumber bahaya terhadap pankreas itu sendiri. Kalikrein salah satu enzim yang diaktifkan oleh tripsin. Kerja kalikrein melepaskan kinin dari kininogen menyebabkan vadosilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular, sehingga pankreas tampak edema (Price & Wilson, 2005).

Gambar 4. Kerangka teori pengaruh ekstrak etanol 96 % biji jengkol terhadap gambaran

histopatologi pankreas tikus.

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 5. Kerangka konsep ekstrak etanol 96 % biji jengkol terhadap

gambaran histopatologi pankreas tikus.

Histopatologi pankreas tikus Ekstrak etanol 96 %

biji jengkol

Jengkol

Tanin Saponin Alkaloid

Ikat protein Ikat empedu

Neurohormonal terganggu Tripsin terganggu Lemak di duodenum

Tripsinogen diaktifkan secara prematur

CCK aktif Gagal hasilkan proteksi tambahan

Rusak kolinergik vagus

Elastase Lipase Kalikrein


(33)

2.6. Hipotesis

Terdapat pengaruh ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode Post Test Only Control Group Design. Subjek penelitian yang akan digunakan adalah 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley, sehat, umur 3-4 bulan dengan berat badan 200-250 g yang dibeli dari Palembang Tikus Centre dan dikelompokkan secara randomisasi ke dalam 4 kelompok.

3.2. Waktu dan Tempat

Penelitian telah dilakukan pada bulan September-November 2016 dan dilakukan dibeberapa tempat antara lain:

1. Pembuatan ekstrak di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

2. Pengenceran ekstrak di Laboratorium Biomol Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Pembuatan preparat di Balai Veteriner Provinsi Lampung

4. Terminasi hewan coba dan pembacaan preparat Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(35)

3.3. Sampel Penelitian

Sampel menurut Notoadmodjo (2010) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap memiliki seluruh populasi. Menurut Frederer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah

t (n-1) ≥ 15

Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel setiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi:

4 (n-1) ≥ 15 4n-4 ≥15

4n≥ 19 n ≥ 4,75

Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor (n

≥ 4,75) dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 4 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus dari populasi yang ada. Untuk mengantisipasi hilangnya eksperimen maka dilakukan dengan koreksi:

N = n / (1-f)

Dimana N adalah besar sampel koreksi, n adalah besar sampel awal, dan f adalah perkiraan proporsi drop out sebesar 10% sehingga,

N = 5 / (1–10 %) N = 5 / 0,9


(36)

Jadi sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 6 ekor (N = 5,5 dibulatkan). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi kedalam 4 kelompok.

3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi A. Kriteria inklusi

1. Jantan

2. Berat badan 200-250 g 3. Usia 3-4 bulan

4. Rambut putih

B. Kriteria Ekslusi

1. Penurunan berat badan lebih dari 10 % selama masa adaptasi 2. Rambut kusam dan rontok

3. Kaki patah dan tidak aktif bergerak

3.4. Bahan dan Alat Penelitian 3.4.1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan selama perlakuan, yaitu ekstrak etanol biji jengkol dengan dosis 1200 mg/kgBB, 2400 mg/kgBB, 4800 mg/kgBB, aquades, ekstrak etanol 96 % biji jengkol, tikus putih jantan galur Sprague dawley, dan pakan tikus.


(37)

Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi dengan metode paraffin, yaitu larutan formalin 10 %, alkohol 70 %, alkohol 96 %, alkohol absolut, xylol, pewarna Hematoksisilin Eosin (HE), dan entelan.

3.4.2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan selama perlakuan, yaitu neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g untuk menimbang berat tikus, sonde lambung untuk mencekoki ekstrak biji jengkol, spuit oral 1 cc dan 5 cc, minor set untuk membedah perut tikus (laparatomi), handschoen, kandang tikus, botol minum tikus, dan kamera digital.

Alat yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi, yaitu object glass, deck glass, tissue cassette, rotary microtome, oven, waterbath, platening table, autotechnicome processor, staining jar, staining rack, kertas saring, histoplast, dan paraffin dispenser.

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1. Prosedur Ekstraksi Biji Jengkol

Bahan baku biji jengkol yang masih segar dikumpulkan, dibuang bagian yang tidak diperlukan (sortasi basah), dicuci bersih di bawah air mengalir, dan ditiriskan. Biji jengkol selanjutnya dirajang kecil-kecil dan dikeringkan di bawah matahari, dibuang benda-benda asing


(38)

atau kotoran yang masih tertinggal pada simplisia kering (sortasi kering), kemudian dihaluskan dengan mortar dan lalu disimpan dalam wadah bersih. Dihasilkan serbuk biji jengkol (simplisia) dan selanjutnya dilakukan ekstraksi. Pembuatan ekstrak etanol biji jengkol dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi adalah penarikan simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari. Serbuk simplisia direndam dalam 2 liter etanol 96 % selama 24 jam, selanjutnya disaring hingga didapatkan filtrat. Filtrat tersebut kemudian dievaporasi menggunakan Rotary evaporator hingga dihasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut selanjutnya diencerkan menggunakan aquades sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, yaitu 1200 mg/kgBB, 2400 mg/kgBB, dan 4800 mg/kgBB (Gaol, 2014).

3.5.2. Prosedur Perlakuan

Prosedur perlakuan, pembuatan dan pembacaan preparat disajikan dalam Gambar 6 dan dijelaskan sebagai berikut:

1. Selama 7 hari tikus dibiarkan adaptasi dengan kandang (aklimatisasi) dan diukur berat badannya menggunakan neraca analitik sebelum diberi perlakuan. Selama masa adaptasi dan masa perlakuan, tikus diberi makan pelet ayam serta minum air ad libitum.

2. Tikus sebanyak 20 ekor dikelompokkan dalam 4 kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif, dimana hanya


(39)

diberi akuades per oral. Kelompok 2,3, dan 4 sebagai kelompok perlakuan. Dimana kelompok 2 diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol 1200 mg/kgbb per oral sekali sehari, kelompok 3 diberikan ekstrak etanol 96% biji jengkol 2400 mg/kgbb per oral sekali sehari, kelompok 4 diberikan ekstrak etanol 96% biji jengkol 4800 mg/kgbb per oral sekali sehari.

3. Tikus dipuasakan selama 8-12 jam, kemudian ukur mencekoki tikus kelompok 2, 3 dan 4 dengan ekstrak etanol biji jengkol sebanyak 3 cc, dengan dosis masing-masing 1200, 2400 dan 4800 mg/kgBB selama 14 hari, satu kali setiap hari.

4. Pada hari ke-15, tikus dari tiap kelompok dianastesi dengan

Ketamine˗xylazine 75˗100 mg/kgBB + 5˗10 mg/kgBB secara

intraperitoneal (IP) lalu tikus di euthanasia berdasarkan Institutional Animal Care and Use Committee (IACUC) menggunakan metode cervical dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan dikedua sisi leher di dasar kranium. Sementara tangan lain memegang pada pangkal ekor dan dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tengkorak dan otak dari sumsum tulang belakang..

5. Setelah tikus mati, dilakukan laparotomi, pankreas tikus diambil untuk sediaan mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis dengan metode paraffin dan pewarnaan HE.

6. Sampel pankreas difiksasi dengan formalin 10 % 7. Teknik pembuatan preparat histopatologi


(40)

3.5.3. Prosedur Pembuatan Preparat 1. Fixation

Spesimen berupa potongan organ pankreas yang telah dipotong secara representatif kemudian segera difiksasi dengan formalin 10% selama 3 jam Kemudian, cuci di bawah air mengalir

sebanyak 3−5 kali

2. Trimming

Organ pankreas dibuat kecil ±3 mm. Kemudian, dimasukkan ke embedding cassette.

3. Dehydration

Embedding cassette dikeringkan dari air dengan menggunakan kertas tisu. Perendaman organ pankreas dimulai berturut-turut dengan alkohol 70 %, 96 %, absolut I, II, III masing-masing selama satu jam

4. Clearing

Alkohol dibersihkan dengan menggunakan xylol I, II, III masing-masing selama 30 menit.

5. Impregnasi

Paraffin I dan II digunakan masing-masing selama satu jam dalam inkubator dengan suhu 65,1 ⁰C.

6. Embedding

Tuang paraffin dalam pan, pindahkan satu per satu embedding cassette ke dasar pan. Lepaskan paraffin yang berisi pankreas dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6 ⁰C beberapa saat.


(41)

Potong paraffin sesuai dengan letak jaringan dengan menggunakan scalpel. Letakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing. Blok paraffin siap dipotong dengan mikrotom.

7. Cutting

Sebelum blok paraffin dipotong, dinginkan terlebih dahulu. Lakukan potongan kasar lanjutkan potongan halus sebesar 4˗5 mikron. Pilih lembaran potongan yang paling baik, apungkan pada air dan hilangkan kerutannya dengan cara tekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. Pindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. Dengan gerakan menyendok, ambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan tempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah, cegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan. Slide yang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator (suhu 37oC) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna.

8. Staining

Pilih slide terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia dibawah ini dengan waktu sebagai berikut. Pertama, dilakukan deparafinisasi dalam xylol I selama 5 menit, xylol II selama 5 menit, ethanol absolut selama 1 jam. Kedua, dilakukan hidrasi dalam alkohol 96% selama 2 menit, alkohol


(42)

70% selama 2 menit, air selama 10 menit. Ketiga, dibuat pulasan inti dengan menggunakan Harris Hematoksilin selama 15 menit, dibilas dengan air mengalir, diwarnai kembali dengan eosin selama maksimal 1 menit. Keempat, didehidrasi dengan menggunakan alkohol 70%, 96%, absolut masing-masing selama 2 menit. Kelima, dijernihkan dengan xylol I dan II masing-masing selama 2 menit.

9. Mounting

Letakkan slide diatas kertas tissue pada tempat datar. Kemudian, ditetesi dengan bahan mounting yaitu entelan dan ditutup dengan cover glass, cegah adanya gelembung udara.

10.Baca slide dengan mikroskop

Slide diperiksa dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 x.


(43)

3.6. Diagram Alur Penelitian

Gambar 6. Diagram alur penelitian.

Siapkan alat dan bahan

Timbang BB tikus

Penelitian selama 14 hari

K2

Aquades p.o dosis tunggal

Ekstrak etanol 96 % biji jengkol 2400 mg/kgBB p.o dosis

tunggal

Ekstrak etanol 96 % biji jengkol 4800 mg/kgBB p.o dosis

tunggal Ekstrak etanol 96 %

biji jengkol 1200 mg/kgBB p.o dosis

tunggal

Hari ke-15 tikus di anastesi dan eutanasia

Laparotomi, pankreas diambil

Fiksasi dengan formalin 10%

Kirim sampel ke lab. PA

Amati preparat dibawah mikroskop

Interpretasi


(44)

3.7. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 3.7.1. Identifikasi Variabel

1. Variabel Independen

a. Kontrol negatif pemberian aquadest.

b. Perlakuan 1,2,3 pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol.

2. Variabel Dependen

Gambaran histopatologi pankreas.

3.7.2. Definisi Operasional Variabel

Penjelasan definisi operasional melalui tabel 5x2 dibawah ini:

Tabel 1. Definisi operasional variable.

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Dosis ekstrak etanol 96% biji jengkol

Ekstrak etanol 96% biji jengkol yang diberikan secara oral dengan menggunakan sonde. Analytical Balance, gelas ukur, dan pipet tetes

Dosis dalam penelitian: 1200 mg/kgBB, 2400 mg/kgBB, dan 4800 mg/kgBB Kategori Ordinal Histo- patologi pankreas

Gambaran jaringan pankreas tikus dengan melakukan pengamatan pada perbesaran 400x.

Mikroskop cahaya

Edema parenkim pankreas sebagai berikut:

0 = tak tampak 1 = < 25 % 2 = 25-50 %

3 = > 50 % (De Cock et al., 2007)

Kategori Ordinal

3.8. Analisis Data

Analisis data penelitian diproses dengan aplikasi pengolahan data statistik. Dengan tingkat signifikansi p = 0,05. Hasil penelitian dideskripsikan dengan Analisis Univariat, dilanjutkan dengan metode Chi Squere. Data tidak


(45)

memenuhi syarat maka alternatifnya dipilih uji Kruskal Wallis. Hipotesis dilanjutkan dengan analisis post hoc Mann Whitney.

3.9. Etik Penelitian

Penelitian ini telah lulus Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat 120/UN 26.8/DL/2017.


(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum) terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh kandungan lain biji jengkol terhadap organ pankreas.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh biji jengkol terhadap kadar enzim-enzim pankreas.

3. Peneliti lain disarankan untuk menguji lebih lanjut toksisitas sub akut dan kronik dari ekstrak etanol 96% biji jengkol.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arsadi B. 2011. Kualitas kayu lapis dari kayu bulat berdiameter kecil jenis dadap (Erythrina variegata Lamk.), kemiri (Aleurites moluccana Willd.) dan jengkol (Pithecellobium jiringa Benth. I. C. Nielsen) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ambarningrum TB, Arthadi, Pratiknyo H, Priyanto S. 2007. Ekstrak kulit jengkol (Pithecellobium lobatum): pengaruhnya sebagai antimakan dan terhadap efisiensi pemanfaatan makanan larva instar v Heliothis armigera. J Sains MIPA. 13(3):165-170.

Bryant W, Shariat-Madar W. 2009. Human plasma kallikrein-kinin system: physiological and biochemical parameters. Bentham Science Publishers Ltd.7(3):234-250.

Bunawan H, Dusik L, Bunawan SN, Amin NM. 2013. Botany, traditional uses, phytochemistry, and pharmacology of Archidendron jiringa. Global J Pharmacol. 7(4):474–478.

Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine shrimp lethality test [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Cholisoh Z, Utami W. 2008. Aktivitas penangkapan radikal ekstrak etanol 70 % biji jengkol. Pharmacon. 9(1):33-40

De Cock HEV, Forman MA, Farver TB, Marks SL. 2007. Prevalence and histopathologic characteristics of pancreatitis in cats. Vet Pathol. 44:39-49.

Gaol F. 2014. The effect of djenkol (Pithecellobium lobatum Benth.) seeds ethanol extract on levels of blood glucose, urea, and creatinine in white male


(48)

rats (Rattus norvegicus) Sprague dawley strain induced alloxan. J Majority. 3(3):63-70.

Greaves P. 2012. Histopathology of preclinical toxicity studies.Edisi ke-4. Canada: Elsevier.

Gunawan S. 2007. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Universitas Indonesia.

Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC.

Hillmeister P, Persson B. 2012. The kallikrein-kinin system. Acta Physiol. 206:215–219.

Jia D, Yamamoto M, Otsuki M. 2015. Effect of endogenous cholecystokinin on the course of acute pancreatitis in rats. World J Gastroenterol. 21(25):7742-7753.

Kementrian Pertanian. 2015. Statistik produksi holtikultura tahun 2014. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Lajuck P. 2012. Ekstrak daun salam (Eugenia poliantha) lebih efektif menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dibandingkan statin pada penderita dislipidemia [Tesis]. Bali: Universitas Udayana.

Lunagariya N, Patel NK, Jagtap SC, Bhutani KK. 2014. Inhibitors of pancreatic lipase: state of the art and clinical perspectives. EXCLI J. 13:897-921.

Mescher AL. 2011. Histologi dasar junquiera. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.

Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

Ngatidjan. 2006. Metode laboratorium dalam toksikologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.


(49)

Noel P, Patel K, Durgampudi C, Trivedi RN, de Oliveira C, Crowell MD, et al. 2016. Peripancreatic fat necrosis worsens acute pancreatitis independent of pancreatic necrosis via unsaturated fatty acids increased in human pancreatic necrosis collections.Gut . Author manuscript. 65(1):100-111

Notoadmodjo S. 2010. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuraini AD. 2007. Ekstraksi komponen antibakteri dan antioksidan dari biji teratai (Nymphaea pubescens Willd.) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Palupi NS. 2007. Metode evaluasi efek negatif komponen non gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Pandey BP. 2003. A textbook of botany: angiosperms - taxonomy, anatomy, embryology. New Delhi: S.Chand & Company Ltd.

Paulsen F, Waschke J. 2012. Sobotta: atlas anatomi manusia: organ-organ dalam. Edisi ke-23. Jakarta: EGC.

Prameswari OM, Widjanarko SM. 2014. The effect of pandan wangi leaf to decrease blood glucose levels and pancreatic histopathology at diabetes mellitus rats. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2):16-27.

Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Saluja AK, Singh VP, Phillips P. 2009. Physiology of experimental pancreatitis. Dalam: Berger HG, Bucheler M, Kozarek R, Lerch M, Neoptolemos J, Shiratori K, penyunting. The pancreas: an integrated textbook of basic science, medicine, and surgery. Edisi ke-2. Australia:Blackwell.

Sherwood L. 2011. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Sholichah Z. 2007. Mengenal jenis tikus. Jakarta: Departemen Kesehatan. (5):18-19.


(50)

Shukri R, Mohamed S, Mustapha NM, Hamid AA. 2011. Evaluating the toxic and beneficial effects of jering beans (Archidendron jiringa) in normal and diabetic rats. J Sci Food Agric. 91(14):2697-2706.

Tandi J. 2010. Pengaruh tanin terhadap aktivitas enzim protease. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2010. (1993):567-570.

Tiwari P, Kumar B, Mandeep K, Kaur G, Kaur H. 2011. Phytochemical screening and extraction. Int Pharmaceutica Sci. 1(1):98–106.


(1)

27

memenuhi syarat maka alternatifnya dipilih uji Kruskal Wallis. Hipotesis dilanjutkan dengan analisis post hoc Mann Whitney.

3.9. Etik Penelitian

Penelitian ini telah lulus Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat 120/UN 26.8/DL/2017.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum) terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh kandungan lain biji jengkol terhadap organ pankreas.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh biji jengkol terhadap kadar enzim-enzim pankreas.

3. Peneliti lain disarankan untuk menguji lebih lanjut toksisitas sub akut dan kronik dari ekstrak etanol 96% biji jengkol.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arsadi B. 2011. Kualitas kayu lapis dari kayu bulat berdiameter kecil jenis dadap (Erythrina variegata Lamk.), kemiri (Aleurites moluccana Willd.) dan jengkol (Pithecellobium jiringa Benth. I. C. Nielsen) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ambarningrum TB, Arthadi, Pratiknyo H, Priyanto S. 2007. Ekstrak kulit jengkol (Pithecellobium lobatum): pengaruhnya sebagai antimakan dan terhadap efisiensi pemanfaatan makanan larva instar v Heliothis armigera. J Sains MIPA. 13(3):165-170.

Bryant W, Shariat-Madar W. 2009. Human plasma kallikrein-kinin system: physiological and biochemical parameters. Bentham Science Publishers Ltd.7(3):234-250.

Bunawan H, Dusik L, Bunawan SN, Amin NM. 2013. Botany, traditional uses, phytochemistry, and pharmacology of Archidendron jiringa. Global J Pharmacol. 7(4):474–478.

Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine shrimp lethality test [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Cholisoh Z, Utami W. 2008. Aktivitas penangkapan radikal ekstrak etanol 70 % biji jengkol. Pharmacon. 9(1):33-40

De Cock HEV, Forman MA, Farver TB, Marks SL. 2007. Prevalence and histopathologic characteristics of pancreatitis in cats. Vet Pathol. 44:39-49.

Gaol F. 2014. The effect of djenkol (Pithecellobium lobatum Benth.) seeds ethanol extract on levels of blood glucose, urea, and creatinine in white male


(4)

38

rats (Rattus norvegicus) Sprague dawley strain induced alloxan. J Majority. 3(3):63-70.

Greaves P. 2012. Histopathology of preclinical toxicity studies.Edisi ke-4. Canada: Elsevier.

Gunawan S. 2007. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Universitas Indonesia.

Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC.

Hillmeister P, Persson B. 2012. The kallikrein-kinin system. Acta Physiol. 206:215–219.

Jia D, Yamamoto M, Otsuki M. 2015. Effect of endogenous cholecystokinin on the course of acute pancreatitis in rats. World J Gastroenterol. 21(25):7742-7753.

Kementrian Pertanian. 2015. Statistik produksi holtikultura tahun 2014. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Lajuck P. 2012. Ekstrak daun salam (Eugenia poliantha) lebih efektif menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dibandingkan statin pada penderita dislipidemia [Tesis]. Bali: Universitas Udayana.

Lunagariya N, Patel NK, Jagtap SC, Bhutani KK. 2014. Inhibitors of pancreatic lipase: state of the art and clinical perspectives. EXCLI J. 13:897-921.

Mescher AL. 2011. Histologi dasar junquiera. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.

Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

Ngatidjan. 2006. Metode laboratorium dalam toksikologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.


(5)

39

Noel P, Patel K, Durgampudi C, Trivedi RN, de Oliveira C, Crowell MD, et al. 2016. Peripancreatic fat necrosis worsens acute pancreatitis independent of pancreatic necrosis via unsaturated fatty acids increased in human pancreatic necrosis collections.Gut . Author manuscript. 65(1):100-111

Notoadmodjo S. 2010. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuraini AD. 2007. Ekstraksi komponen antibakteri dan antioksidan dari biji teratai (Nymphaea pubescens Willd.) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Palupi NS. 2007. Metode evaluasi efek negatif komponen non gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Pandey BP. 2003. A textbook of botany: angiosperms - taxonomy, anatomy, embryology. New Delhi: S.Chand & Company Ltd.

Paulsen F, Waschke J. 2012. Sobotta: atlas anatomi manusia: organ-organ dalam. Edisi ke-23. Jakarta: EGC.

Prameswari OM, Widjanarko SM. 2014. The effect of pandan wangi leaf to decrease blood glucose levels and pancreatic histopathology at diabetes mellitus rats. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2):16-27.

Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Saluja AK, Singh VP, Phillips P. 2009. Physiology of experimental pancreatitis. Dalam: Berger HG, Bucheler M, Kozarek R, Lerch M, Neoptolemos J, Shiratori K, penyunting. The pancreas: an integrated textbook of basic science, medicine, and surgery. Edisi ke-2. Australia:Blackwell.

Sherwood L. 2011. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Sholichah Z. 2007. Mengenal jenis tikus. Jakarta: Departemen Kesehatan. (5):18-19.


(6)

40

Shukri R, Mohamed S, Mustapha NM, Hamid AA. 2011. Evaluating the toxic and beneficial effects of jering beans (Archidendron jiringa) in normal and diabetic rats. J Sci Food Agric. 91(14):2697-2706.

Tandi J. 2010. Pengaruh tanin terhadap aktivitas enzim protease. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2010. (1993):567-570.

Tiwari P, Kumar B, Mandeep K, Kaur G, Kaur H. 2011. Phytochemical screening and extraction. Int Pharmaceutica Sci. 1(1):98–106.


Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN

4 32 62

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

1 18 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PENINGKATAN KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN

5 49 55

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithechellobium lobatum Benth.) Terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Aloksan

1 25 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR HDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

1 10 59

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96% BIJI JENGKOL (Pithecollobium Jiringa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER DAN BERAT GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 14 68

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% BIJI JENGKOL (Pithecollobium lobatum) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN GINJAL SERTA PENINGKATAN KADAR UREUM KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

4 45 67

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ARTERI KORONARIA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 13 66

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71