Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithechellobium lobatum Benth.) Terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Aloksan

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium Lobatum Benth.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Oleh

HERPERIAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

The Effect of Jengkol’s Seed Ethanol Extract (Pithecellobium lobatum Benth.) to Triglyceride Levels in Male Sprague Dawley Rats (Rattus norvegicus)

Induced by Alloxan

by Herperian

Background: Diabetes mellitus is a chronic disease caused by the body's inability to produce insulin or because insulin resistance. Diabetes mellitus can lead to a state of dyslipidemia is characterized by increased levels of triglycerides. High levels of triglycerides can lead to coronary heart disease. Seeds of jengkol contain active compounds flavonoids that lower triglyceride levels. The purpose of this research was to find out the effect of jengkol’s seed ethanol extract to trygliceride levels in rats induced by alloxan.

Methods: 25 rats were randomly divided into 5 groups. Group 1 were given standard diet for 14 days. Group 2 induced by alloxan and standart diet for 14 days. Group 3 induced by alloxan and given 600 mg/kgW/day of jengkol’s seed ethanol extract for 14 days. Group 4 induced by alloxan and given 900 mg/kgW/day of jengkol’s seed ethanol extract for 14 days. Group 5 induced by alloxan and given 1200 mg/kgW/day of jengkol’s seed ethanol extract for 14 days. Blood sample was taken from the heart in the fifteenth day.

Results: Based on the ANOVA test, there was not siginficant difference to triglyceride levels in the all of group (p>0,05), although there was a decrease in triglyceride levels compared to the positive control group.

Conclusions: The results show that jengkol’s seed extract has not an effect to triglyceride levels in rats induced by aloxan (p>0,05).


(3)

ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithechellobium lobatum Benth.) Terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Aloksan

Oleh Herperian

Latar Belakang: Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena resistensi insulin. Diabetes Melitus dapat menyebabkan keadaan dislipidemia ditandai dengan kadar trigliserida yang meningkat. Kadar trigliserida yang tinggi dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner. Biji dari tanaman jengkol memiliki kandungan senyawa aktif flavonoid yang mampu menurunkan kadar trigliserida.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol terhadap kadar trigliserida pada tikus putih yang diinduksi aloksan.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok 1 diberikan diet standar selama 14 hari. Kelompok 2 diinduksi aloksan dan diet standar selama 14 hari. Kelompok 3 diinduksi aloksan kemudian ditambahkan dengan pemberian ekstrak etanol biji jengkol dengan dosis 600 mg/kgBB/hari selama 14 hari. Kelompok 4 diinduksi aloksan kemudian ditambahkan dengan pemberian ekstrak etanol biji jengkol dengan dosis 900 mg/kgBB/hari selama 14 hari. Kelompok 5 diinduksi aloksan kemudian ditambahkan dengan pemberian ekstrak etanol biji jengkol dengan dosis 1200 mg/kgBB/hari selama 14 hari Sampel darah kemudian diambil dari jantung pada hari ke-15.

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji ANOVA tidak terdapat perbedaan kadar trigliserida yang bermakna antar tiap kelompok (p>0,05), walaupun ada penurunan kadar trigliserida dibandingkan kelompok kontrol positif.

Simpulan Penelitian: Simpulannya, pemberian ekstrak etanol biji jengkol tidak berpengaruh terhadap kadar trigliserida tikus putih yang diinduksi aloksan (p>0,05).


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Pemikiran... 6

1.Kerangka Teori... 6

2. Kerangka Konsep ... 8

F. Hipotesis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus………. 9

1.Definisi……….. 9

2. Klasifikasi……….. 9

3. Gejala Klinis dan Simptom……… 10

4. Komplikasi ... 11

B. Trigliserida………. 13

1. Definisi……….. 13 2. Metabolisme Trigliserida………... 14


(7)

vii

3. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida………. 15

C. Hiperlipidemia……… 16

1. Definisi……….. 16

2. Etiologi……….. 16

3. Metabolisme Lipoprotein……….. 19

4. Metabolisme Lipoprotein pada Diabetes Melitus……….. 22

5. Pemeriksaan Laboratorium……… 24

6. Hiperlipidemia dan Diabetes Mellitus……… 24

7. Penatalaksanaan Hiperlipidemia………. 25

D. Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)………. 26

1. Definisi ... 26

2. Klasifikasi ... 27

3. Kandungan ... 28

E. Kaitan Flavonoid dan Metabolisme dalam Tubuh ... 29

F. Aloksan Untuk Induksi Diabetes ... 29

G. Tikus Putih (R. novergicus) ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

1. Populasi Penelitian ... 33

2. Sampel Penelitian ... 33

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 34

1. Kriteria Inklusi ... 34

2. Kriteria Eksklusi ... 34

E. Alat dan Bahan Penelitian ... 34

1. Alat Penelitian ... 34

2. Bahan Penelitian... 35

F. Prosedur Penelitian ... 35

1. Prosedur Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth ... 35


(8)

viii

2. Prosedur Penelitian... 36

3. Pengukuran Kadar Trigliserida ... 38

4. Alur Penelitian ... 40

G. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 41

1. Identifikasi Variabel ... 41

2. Definisi Operasional... 41

H. Analisis Data ... 42

I. Ethical Clearance ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 44

1. Kadar Trigliserida ... 44

2. Hasil Uji Analisis ... 46

B. Pembahasan ... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(9)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Kerangka teori ... 7

2.Kerangka konsep ... 8

3.Struktur Kimia Trigliserida………. 14

4.Jalur Metabolisme Lipoprotein………... 22

5.Metabolisme Lipoprotein pada Diabetes ……… 24

6.Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) ... 27

7.Ilustrasi prosedur penelitian ... 40


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.Penyebab Genetik Hiperlipidemia ... 16

2.Penyebab Kelainan Kolesterol dan Trigliserida... 18

3.Identifikasi Jumlah Trigliserida Dalam Darah ... 24

4.Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Biji Jengkol ... 28

5.Definisi Operasional ... 41


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Maksimum larutan sediaan uji untuk hewan

Lampiran 2 Tabel konversi dosis hewan dengan manusia Lampiran 3 Contoh Perhitungan Dosis

Lampiran 4 Contoh perhitungan dosis ekstrak etanol biji jengkol yang akan diberikan pada tikus diabetes.

Lampiran 5 Data Pengukuran Berat Badan Tikus

Lampiran 6 Data Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah dan Trigliserida Lampiran 7 Hasil Pengolahan SPSS

Lampiran 8 Gambar Grafik Pengukuran Lampiran 9 Dokumentasi

Lampiran 10 Hasil Laboratorium Lampiran 11 Ethical Clearance


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif potensial dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Beberapa jenis penyakit yang masuk dalam kelompok penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, hiperlipidemia, dan sebagainya. Salah satu yang harus diwaspadai adalah diabetes mellitus (DM) (Sudoyo, dkk., 2007). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin (WHO, 2011). Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang tidak menular yang menyita banyak perhatian dan sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional, dan lokal. Merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (ADA, 2010).


(13)

Diabetes mellitus adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa yang akan datang. Diperkirakan pada tahun 2000, sebanyak 150 juta orang akan terkena DM dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2010).

Jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 menempati urutan ke-4 setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika (17,7 juta) yakni 8,4 juta orang. Diperkirakan terus meningkat pada tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta), dan Indonesia (21,3 juta) (Wild, 2004). Di Indonesia, DM merupakan ancaman yang serius bagi pembangunan kesehatan karena tingginya kadar glukosa darah secara terus menerus atau berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi diabetes. Berdasarkan penelitian Murray (2000), tiap 19 menit ada satu orang di dunia yang terkena stroke, ada satu orang yang buta, ada satu orang yang gagal ginjal, ada satu orang yang terkena penyakit jantung, dan ada satu orang yang di dunia yang diamputasi karena komplikasi DM (Maulana, 2009). Diabetes mellitus dapat menjadi penyebab aneka penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak, glukoma, destruksi retina mata yang dapat membuat buta, impotensi gangguan fungsi hati, luka yang lama sembuh dan mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus diamputasi, terutama pada kaki dan sebagainya (Pho, 2005).

Pada DM tipe 1, kurangnya kontrol hiperglikemia hanya menyebabkan sedikit kenaikkan kolesterol low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida serta sedikit


(14)

3

perubahan kolesterol high density lipoprotein (HDL). Sekali hiperglikemia diperbaiki, tingkat lipoprotein umumnya kembali normal. Namun pasien dengan DM tipe 2 dikenali dengan “dislipidemia diabetes” adalah karekteristik dari sindroma resistansi insulin, gejala-gejalanya adalah kadar trigliserida tinggi (300- 100 mg/dL), kadar HDL rendah (<30 mg/dL) dan terdapat perubahan kualitatif pada partikel LDL, yaitu menghasilkan partikel padat kecil yang lebih rentan terhadap oksidasi membuatkan mereka lebih aterogenik (McPhee, et al., 2011). Resistensi insulin pada DMT2 memiliki beberapa efek pada metabolisme lemak. Pada keadaan resistensi insulin, hormon sensitive lipase di jaringan adiposa akan menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserida di jaringan adiposa semakin meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentuk trigliserida. Di hati asam lemak bebas akan kembali menjadi trigliserid kembali dan menjadi bagian dari VLDL. VLDL yang dihasilkan pada keadaan resistensi insulin akan sangat kaya dengan trigliserid. (Thevenod, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Nakhjavani et al. (2006) mendapatkan kadar trigliserida yang tinggi pada penderita DMT2 yaitu 208±96 mg/dl. Arora et al. (2007) dalam penelitiannya juga mendapatkan kadar trigliserida yang tinggi pada DM dengan rerata 167,85±27,9 mg/dl. Bhatti et al. mendapatkan kadar trigliserida pada penderita DMT2 dengan rerata 266±15 mg/dl. Kadar trigliserida yang tinggi pada DM disebabkan karena hiperglikemia merupakan manifestasi gangguan


(15)

metabolisme karbohidrat, bila tidak tertanggulangi, segera akan diikuti pula oleh gangguan metabolisme lemak atau dislipidemia (Sugondo,2006).

Kadar kolesterol total dan trigliserida merupakan indikator dislipidemia dan merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat berbahaya dikarenakan penyakit jantung koroner merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak (Price, 2006). Hal ini mengindikasikan bahwa dengan menurunkan angka kejadian dislipidemia maka angka kejadian penyakit jantung koroner diharapkan akan menurun (Anwar, 2004).

Pengobatan yang diberikan untuk mengatasi dislipidemia saat ini belum baik. Banyak efek samping yang mungkin timbul seperti rasa mual, gatal-gatal, sakit kepala, takikardi, hiperurisemia bahkan gangguan fungsi hati akibat penggunaan obat-obatan untuk mengatasi dislipidemia. Karena itu diperlukanlah pengobatan lain yang memiliki efek samping yang lebih rendah, salah satunya dengan menggunakan obat herbal yang berasal dari bahan alami yang sedikit efek sampingnya (Adam, 2009).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit. Obat herbal juga telah diterima secara luas di negara berkembang dan negara maju, 65% dari penduduk negara maju dan 80% penduduk dari negara berkembang telah menggunakan obat herbal (Heinrich, 2004).


(16)

5

Tumbuhan jengkol (Pithecollobium lobatum Benth) merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat indonesia sebagai obat tradisional (Salni, 2011). Jengkol dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik serta baik untuk kesehatan jantung (Roswaty, 2010). Kandungan senyawa kimia aktif pada biji, kulit batang, dan daun jengkol adalah alkaloid, steroid/triterpenoid, glikosida, saponin, flavonoid, dan tannin (Nurussakinah, 2010).

Antioksidan dapat melawan kolesterol jahat (LDL), yang berpotensi menyumbat pembuluh darah. Antioksidan akan mencegah kerusakan sel-sel atau jaringan pembuluh darah. Pada saat yang bersamaan, antioksidan akan meningkatkan kolesterol baik (HDL), yang bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah dan yang termasuk antioksidan adalah flavonoid. (Gsianturi, 2003).

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian mengenai pengaruh lama pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap penurunan kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan?


(17)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak terkait antara lain :

1. Bagi penulis, dapat mengetahui pengaruh lama pemberian ekstrak etanol biji jengkol terhadap penurunan kadar trigliserida pada darah tikus diabetes.

2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi pembaca, dapat memberikan informasi mengenai peranan biji jengkol dalam menurunkan kadar trigliserida.

E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori

Flavonoid dapat mencegah oksidasi LDL 20 kali lebih kuat daripada vitamin E. Flavonoid terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan, menghambat penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi oksidasi nitrit yang dapat melebarkan pembuluh darah, dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker.(Winarsi,2007).


(18)

7

Flavonoid memiliki berbagai potensi bagi kesehatan. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1996 di Finland menyebutkan bahwa flavonoid dapat menurunkan angka kejadian penyakit kardiovaskular. Flavonoid meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga berpengaruh terhadap kadar trigliserida serum (Halliwell, et al., 2005).


(19)

2. Kerangka Konsep

Keterangan : Variabel Independen : Ekstrak Etanol Biji Jengkol Variabel Dependen : Kadar Trigliserida

Gambar 2. Kerangka konsep

F. Hipotesis

Ho : Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) tidak mampu menurunkan pada kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan.

Ha : Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) mampu menurunkan kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan.

Pemberian Aloksan

Kadar glukosa darah tikus 

Peningkatan aktivitas enzim lipoprotein lipase

Trigliserida menurun

Analisis data Ekstrak etanol biji jengkol

(Pithecellobium lobatum Benth.)

Dosis I (600 mg/kgbb) Dosis II (900 mg/kgbb) Dosis III (1.200 mg/kgbb)


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus 1. Definisi

Diabetes mellitus (DM) merujuk kepada sekumpulan kelainan metabolik yang berkongsi phenotype yang sama yaitu hiperglikemia. Terdapat beberapa jenis DM yang penyebabnya merupakan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Bergantung pada masing-masing etiologi, faktor- faktor yang menyebabkan keadaan hiperglikemia adalah kurangnya sekresi insulin, kurang utilisasi glukosa dan peningkatan produksi glukosa. Disregulasi metabolik yang berkaitan dengan DM menyebabkan perubahan patofisiologi sekunder kepada berbagai sistem organ seperti pada jantung, ginjal, mata, saraf dan berbagai organ lain serta menyebabkan komplikasi metabolik seperti hiperlipidemia, ketonemia dan ketonuria (Fauci, et al., 2008).

2. Klasifikasi

Klasifikasi DM dibagi berdasarkan etiologinya. Klasifikasi yang dipakai di Indonesia sesuai dengan klasifikasi menurut American Diabetes Association (ADA) terbagi dalam empat kategori, yaitu:

a. DM tipe 1 (destruksi sel beta, biasanya menjurus ke defisiensi insulin absolut):


(21)

- Autoimun (immune mediated) - Idiopatik

b. DM tipe 2 (biasanya berawal dan resistensi insulin yang predominan dengan defisiensi insulin relatif menuju ke defek sekresi insulin yang predominan dengan resistensi insulin)

c. DM tipe lain-lain

- Defek genetik fungsi sel beta - Defek genetik kerja insulin - Penyakit eksokrin pancreas - Endokrinopati

- Karena obat/zat kimia - Infeksi

- Imunologi

- Sindroma genetik lain

d. Diabetes Melitus Gestasional (Soegondo, 2006).

3. Gejala klinis dan simptom

Gejala klinis DM yang kiasik: mula-mula polifagi, polidipsi, poliuri, dan berat badan naik (Fase Kompensasi). Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Fase Dekompensasi (Dekompensasi Pankreas), yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan berat badan turun (Tjokroprawiro, 2007).


(22)

11

Langkah-langkah diagnostik DM dan TGT (toleransi glukosa terganggu). Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok tersebut di bawah ini (ADA 2006):

1. Kelompok usia dewasa tua (> 45 tahun)

2. Obesitas BB (kg) > 110% BB ideal atau IMT > 25 (kg/rn2). 3. Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)

4. Riwayat DM dalam garis keturunan

5. Riwayat keharnilan dengan: BB lahir bayi> 4000 gram atau abortus berulang

6. Riwayat DM pada kehamilan

7. Dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau Trigliserida >250 mg/dl) 8. Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau glukosa darah puasa

terganggu (GDPT)

4. Komplikasi

a. Diabetik dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan lipid (lemak) dalam aliran darah. Lipid ini meliputi kolestrol, kolestrol ester (senyawa), fosfolipid dan trigliserida. Bahan-bahan ini diangkut dalam darah sebagai bagian dari molekul besar yang disebut lipoprotein. Lipoprotein bersirkulasi yang hanya bergantung pada insulin adalah hanya pada glukosa plasma. Pada DM tipe 1, kurangnya kontrol hiperglikemia hanya menyebabkan sedikit kenaikkan kolesterol low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida serta sedikit perubahan kolesterol high density lipoprotein (HDL). Sekali hiperglikemia diperbaiki, tingkat lipoprotein umumnya kembali normal.


(23)

Namun pasien dengan DM tipe 2 dikenali dengan “dislipidemia diabetes” adalah karekteristik dari sindroma resistansi insulin, gejala-gejalanya adalah kadar trigliserida tinggi (100-300 mg/dL), kadar HDL rendah (<30 mg/dL) dan terdapat perubahan kualitatif pada partikel LDL, yaitu menghasilkan partikel padat kecil yang lebih rentan terhadap oksidasi membuatkan mereka lebih aterogenik (McPhee, et al., 2011).

Karekteristik diabetik dislipidemia adalah: · Peninggian trigliserida

· Penurunan kolestrol HDL

· Pergeseran kolestrol LDL kepada partikel yang padat dan kecil · Risiko terhadap postprandial lipaemia

Profil lipid puasa dianjurkan setiap tahun untuk pasien dengan tingkat lipid yang optimal. Profil lipid harus mencakup pengukuran kolesterol total, kolestrol HDL dan kadar trigliserida. Kolesterol LDL dapat dihitung selama trigliserida dibawah 400 mg/dL menggunakan rumus:

· kolestrol LDL= total kolestrol- kolestrol HDL- (1/3 x triglliserida)

Jika ditemukan peningkatan dari LDL kolestrol dan trigliserida, penilaian klinis dan laboratorium harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab dislipidemia sekunder (Khatib, 2006).

b. Penyakit kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular jangka panjang termasuk penyakit jantung, stroke dan semua penyakit lain dari jantung dan sirkulasi, seperti pengerasan dan penyempitan pembuluh darah memasok darah ke kaki, yang dikenal sebagai


(24)

13

penyakit pembuluh darah perifer. Namun, penyakit jantung dan stroke merupakan dua bentuk paling umum dari penyakit kardiovaskular. Orang dengan diabetes memiliki risiko lima kali lipat peningkatan penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes. Tubuh membutuhkan pasokan darah segar untuk bekerja dengan baik. Sirkulasi darah melalui arteri dari tubuh transfer oksigen dan bahan bakar ke jaringan dan membawa pergi produk yang tidak diinginkan dan limbah yang tubuh tidak perlu. Jika tidak mengikuti gaya hidup sehat atau memiliki sejarah keluarga penyakit kardiovaskular, diabetes, dapat menyebabkan menumpuknya bahan lemak pada dinding arteri. Ini dikenal sebagai aterosklerosis. Jika arteri menjadi terlalu sempit, bahkan tertutup sepenuhnya, itu dapat menyebabkan daerah-daerah tertentu tubuh yang kekurangan oksigen dan nutrisi yang mereka butuhkan (Diabetes UK, 2011).

B. Trigliserida 1. Definisi

Trigliserida adalah ester alkohol gliserol dan asam lemak. Trigliserida terdiri dari tiga molekul asam lemak teresterifikasi menjadi gliserol; zat ini adalah lemak netral yang disintesis dari karbohidrat untuk disimpan dalam sel lemak (Dorland, 2002). Asam lemak yang muncul secara alamiah mengandung jumlah atom karbon yang genap. Ia bisa dijenuhkan (tanpa ikatan ganda) atau tak jenuh (dehidrogenasi dengan jumlah ikatan ganda bervariasi) (Murray et al., 2009). Trigliserida merupakan gliserol yang berikatan dengan 3 asam lemak. Ketiga asam lemak yang berikatan dengan gliserol dapat sama maupun berbeda. Rumus


(25)

kimia trigliserida adalah RCOO-CH2CH(- OOCR’)-OOCR’’, dimana R, R’, R’’ adalah rantai alkil (Nugroho, 2008).

Gambar 3. Struktur Kimia Trigliserida (Nugroho, 2008).

Pada tubuh manusia, lemak yang paling sering terdapat dalam trigliserida adalah (1) asam stearat, yang mempunyai rantai karbon-18 yang sangat jenuh dengan atom hydrogen, (2) asam oleat, yang juga mempunyai rantai karbon-18 tetapi mempunyai satu ikatan ganda dibagian tengah rantai, dan (3) asam palmitat, yang mempunyai 16 atom karbon dan sangat jenuh (Guyton, 2007).

2. Metabolisme Trigliserida

Metabolisme trigliserida dalam tubuh terutama terjadi pada hepar. Jalur metabolisme trigliserida dibagi menjadi 2, yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Pada jalur eksogen, trigliserida yang berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam darah melalui ductus torasikus. Dalam jaringan lemak, trigliserid dan kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali atau dioksidasi (Sulistia, 2005).


(26)

15

Sedangkan pada jalur endogen trigliserida yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL) kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu Intermediate Density Lipoprotein (IDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL). LDL merupakan lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%) (Sulistia, 2005).

3. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida

Kadar trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, diantaranya: Diet tinggi karbohidat (60% dari intake energi) dapat meningkatkatkan kadar trigliserida(U.S. Departement of Health and Human Services, 2001); Faktor genetik, misalnya pada hipertrigliseridemia familial dan disbetalipoproteinemia familial(Widiharto, 2008); Usia, semakin tua seseorang maka terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh sehingga keseimbangan kadar trigliserida darah sulit tercapai akibatnya kadar trigliserida cenderung lebih mudah meningkat; Stres mengaktifkan sistem saraf simpatis yang menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang akan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah, serta meningkatkan tekanan darah. Selain yang tersebut di atas, kadar trigliserida darah juga sangat dipengaruhi kadar hormone dalam darah. Hormon-hormon yang mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah antara lain: Hormon tiroid menginduksi peningkatan asam lemak bebas dalam darah, namun menurunkan kadar trigliserida darah. Hormon insulin menurunkan kadar trigliserida darah, karena insulin akan mencegah hidrolisis trigliserida (Guyton, 2007).


(27)

C. Hiperlipidemia 1. Definisi

Hiperlipidemia adalah peningkatan kolestrol dan trigliserida dalam darah. Kelainan lipid ini boleh menyebabkan keadaan seperti artherosklerosis atau penyakit jantung. Antara jenis kolestrol adalah kolestrol total, high density lipoprotein (HDL) dan low density lipoprotein (LDL) (McPhee, et al., 2011).

2. Etiologi

Hiperlipidemia boleh disebabkan oleh genetik antaranya adalah (Fauci, et al., 2008):

Tabel 1. Penyebab Genetik Hiperlipidemia (Fauci, et al., 2008). Kelainan Genetik Defek pada gene Peningkatan lipoprotein Gambaran klinis Transmisi genetik Insiden 1. Lipoprotein lipase Deficiency LPL (LPL)

Chylomicron Erupsi xanthoma, hepatospleno megali, pankreatitis Autosomal resesif 1/1,000,0 00

2. Familial apolipopro tein C-II deficiency

ApoCII (APOC2)

Chylomicron Erupsi xanthoma, hepatospleno megali, pankreatitis Autosomal resesif <1/1,000, 000


(28)

17

deficiency (APOAv) dan very low density lipoprotein (VLDL) xanthoma, hepatospleno megali, pankreatitis

dominan 000

4. Familial hepatic lipase deficiency Lipase hepar (LIPC) VLDL remnants Artherosklero sis prematur, pankreatitis Autosomal resesif <1/1,000, 000

5. Familial dysbetalipo proteinemia apoE (APOE) Chylomicron dan VLDL remnant Palmar dan tubero erupsi xantoma, penyakit jantung koroner, dan kelainan vaskular Autosomal resesif dan dominan 1/10, 000

6. Familial hyperchole sterolemia Resept or LDL (LDLR) Low density lipoprotein (LDL) Xanthoma tendon, penyakit jantung koroner Autosomal dominan 1/500


(29)

7. Familial defective apoB-100

apoB (APOB)

LDL Xanthoma

tendon, penyakit jantung koroner Autosomal dominan <1/ 1000

Selain itu kelainan dari kolesterol dan trigliserida juga boleh disebabkan oleh (McPhee, e. al., 2011):

Tabel 2. Penyebab Kelainan Kolesterol dan Trigliserida (McPhee, et. al., 2011).

Penyebab Kelainan berhubung lipid

Berat badan berlebihan atau obesitas Peningkatan trigliserida, penurunan kolesterol

HDL

Kurang aktifitas Penurunan kolesterol HDL

Diabetes mellitus Peningkatan trigliserida, peningkatan kolesterol total

Konsumsi alcohol Peningkatan trigliserida dan kolesterol HDL

Hypothyroidism Peningkatan kolesterol total

Peningkatan kolesterol total

Oral contraceptives Peningkatan trigliserida dan kolesterol total

Diuretik Peningkatan kolesterol total dan

trigliserida

Beta blocker Peningkatan kolesterol total dan penurunan

kolesterol HDL


(30)

19

3. Metabolisme Lipoprotein

Untuk lebih mengetahui patogenesis dislipidemia diabetik, sebelumnya akan dibahas mengenai metabolisme lipoprotein. Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur utama yaitu:

a. Jalur metabolisme eksogen b. Jalur metabolisme endogen

c. Jalur reverse cholesterol transport

Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserida, sedang jalur yang ketiga khusus mengenai metabolisme kolesterol-HDL (Adam, 2010).

a. Jalur metabolisme eksogen

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserida dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan dirubah lagi menjadi trigliserida, sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron (Sudoyo, 2006; Adam, 2010).


(31)

Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserida hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserida akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati (Sudoyo, 2006; Adam, 2010).

b. Jalur metabolisme endogen.

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai VLDL. Apoliproprotein yang terkandung dalam VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserida di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi intermediate density lipoprotein (IDL) yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lain dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar


(32)

21

kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti:

- Meningkatnya jumlah LDL kecil padat seperti pada diabetes melitus dan sindroma metabolik.

- Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL (Sudoyo, 2006; Adam, 2010).

c. Jalur reverse cholesterol transport

High densiy lipoprotein (HDL) dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apolipoprotein (apo) A,C,E dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, Kemudian HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol bebas) di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag oleh suatu tranporter yang disebut adenosin triphosphate-binding cassate tranporter-1 atau disingkat ABC-1(Sudoyo, 2006; Adam, 2010).

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lechitin cholesterol acyotranferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger reseptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah


(33)

kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian fungsi HDL sebagai penyerap kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Sudoyo, 2006; Adam, 2010).

G

Gambar 4. Jalur metabolisme lipoprotein (Sudoyo, 2006).

4. Metabolisme Lipoprotein pada Diabetes Melitus

Trigliserida dalam jaringan lemak (adiposa) maupun dalam darah (VLDL dan IDL) akan mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Proses hidrolis ini terjadi oleh karena adanya enzim trigliserid lipase. Terdapat tiga jenis enzim trigliserid lipase yaitu LPL yang terdapat pada endotelium vaskular, hormone sensitive lipase (HSL) di sel adiposa, dan hepatic lipase (HL) di hati. Kerja enzim lipase tersebut sangat tergantung dari jumlah insulin. Di jaringan adiposa, insulin menekan kerja enzim HSL, makin rendah kadar insulin makin aktif kerja hormon tersebut(Sudoyo, 2006; Adam, 2010).

Dalam keadaan normal tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Pada keadaan resistensi insulin, hormon sensitive lipase akan menjadi aktif sehingga


(34)

23

lipolisis trigliserida di jaringan adiposa semakin meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentukan trigliserida. Di hati asam lemak bebas akan menjadi trigliserida kembali dan menjadi bagian dari VLDL. Oleh karena itu VLDL yang dihasilkan pada keadaaan resistensi insulin akan sangat kaya trigliserid, disebut VLDL kaya trigliserida atau VLDL besar (Sudoyo, 2006; Adam, 2010).

Trigliserida yang banyak di VLDL akan bertukar dengan kolesterol ester dari kolesterol-LDL di dalam sirkulasi. Hal ini akan menghasilkan LDL yang kaya trigliserida tetapi kurang kolesterol ester. Trigliserida yang dikandung oleh LDL akan dihidrolisis oleh enzim hepatic lipase (yang biasanya meningkat pada resistensi insulin) sehingga menghasilkan LDL yang kecil padat, yang dikenal dengan LDL kecil padat. Partikel LDL kecil padat ini sifatnya mudah teroksidasi, oleh karena itu sangat aterogenik(Sudoyo, 2006; Adam, 2010).

Trigliserida VLDL besar juga dipertukarkan dengan kolesterol ester dari HDL dan dihasilkan HDL miskin kolesterol ester tapi kaya trigliserida. Kemudian HDL dengan bentuk demikian menjadi lebih mudah dikatabolisme oleh ginjal sehingga jumlah HDL serum menurun. Oleh karena itu pada pasien-pasien dengan diabetes terjadi kelainan profil lipid serum yang khas yaitu kadar trigliserida yang tinggi, kolesterol–HDL rendah dan meningkatnya subfraksi LDL kecil padat, dikenal dengan nama fenotipe lipoprotein aterogenik atau lipid triad (Sudoyo, 2006; Adam, 2010).


(35)

Gambar 5. Metabolisme lipoprotein pada diabetes (Sudoyo, 2006).

5. Pemeriksaan laboratorium

Antara pemeriksaan yang dilakukan adalah tes kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida. Berikut adalah nilai- nilai dalam mengidentifikasi jumlah trigliserida dalam darah (Khatib, 2006):

Tabel 3. Identifikasi Jumlah Trigliserida dalam Darah (Khatib, 2006). Trigliserida (mmol/l) Trigliserida (mg/dl) Klasifikasi

<1.69 <150 Optimal

1.69-2.25 150-159 Menghampiri batas

tinggi

2.26-5.63 200-499 Tinggi

>5.64 >500 Sangat tinggi

6. Hiperlipidemia dan Diabetes Mellitus

Pasien DM tipe 1 selalunya tidak mempunyai masalah hiperlipidemia jika melakukan kontrol glukosa dengan baik. Namun begitu, seperti yang diketahui


(36)

25

penurunan produksi insulin mengakibatkan kerja beberapa enzim untuk melakukan metabolisme lemak yaitu enzim lipoprotein lipase dan lipase sensitive hormone terganggu. Enzim lipoprotein lipase yang menghidrolisis trigliserida dalam sirkulasi tidak terinduksi, sedangkan enzim lipase sensitive hormone yang menghidrolisis trigliserida dalam jaringan tidak terhambat. Akibatnya, kadar lemak dalam sirkulasi darah meningkat dan kadar lemak dalam jaringan adipose menurun. Hiperglikemia juga bersangkutan dengan perubahan transport trigliserida dan kolesterol total. Keadaan juga mengatakan kondisi hiperkolesterolemia terjadi bersamaan hipertrigliserida (Inawati, Syamsudin dan Winarno, 2006).

Sedangkan bagi pasien DM tipe 2 selalunya mempunyai komplikasi metabolik hiperlipidemia walaupun menjalani kontrol glukosa dengan baik. Peningkatan insulin resistensi pada DM tipe 2 mempunyai beberapa efek pada metabolisme lipid yaitu; penurunan aktivitas LPL yang menyebabkan penurunan katabolisme kilomikron dan VLDL. Selain itu terdapat peningkatan perlepasan dari asam lemak bebas dari tisu adipose dan peningkatan sintesa asam lemak di hati serta peningkatan produksi VLDL hati. Pasien dengan DM tipe 2 sering mempunyai kelainan lipid termasuk peningkatan trigliserida dan penurunan HDL (Fauci, et al., 2008).

7. Penatalaksanaan Hiperlipidemia

Berdasarkan ADA dan American Heart Association, penatalaksanaan adalah untuk menurunkan kolesterol LDL, meningkatkan kolesterol HDL, menurunkan trigliserida. Penatalaksanan dilakukan mengikut jenis abnormalitas yang dialami


(37)

pasien. Terapi awal merupakan perubahan diet dan cara hidup pasien yakni menurunkan konsumsi saturasi lemak dan kolesterol, meningkatkan pengambilan lemak tidak saturasi dan karbohidrat, kurangkan merokok dan konsumsi alkohol dan memperbanyak aktifitas. Pembaikan dalam kontrol glukosa juga dapat member penurunan yang signifikan pada kadar trigliserida dan peningkatan bagi kadar kolesterol HDL. Antara obat- obatan yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid adalah HMG- CoA reduktase inhibitor (Statin) merupakan agen yang bagus dalam menurunkan kolesterol LDL dimana mekanisme kerjanya adalah menginhibisi enzim yang berkerja dalam memproduksi kolesterol. Terdapat juga fibrate berfungsi dalam menurunkan trigliserida dan meningkatakan kolesterol HDL. Selain itu, tedapat asam nikotinik (Niasin) yang dapat menurunkan kadar VLDL, LDL dan meningkatkan kolesterol HDL (Fauci, et al., 2008).

D. Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) 1. Definisi

Tumbuhan jengkol atau lebih dikenal dengan tumbuhan Jering adalah termasuk dalam famili Fabaceae (suku biji-bijian). Tumbuhan ini memiliki nama latin Pithecellobium jiringa dengan nama sinonimnya yaitu A.Jiringa, Pithecellobium lobatum Benth., dan Archindendron pauciflorum. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara dengan ukuran pohon yang tinggi yaitu ± 20m, tegak bulat berkayu, licin, percabangan simpodial, cokelat kotor. Bentuk majemuk, lonjong, berhadapan, panjang 10 – 20 cm, lebar 5 – 15 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5 – 1 cm, warna hijau tua. Struktur majemuk, berbentuk seperti tandan, diujung dan ketiak daun, tangkai bulat, panjang ± 3 cm, berwarna ungu kulitnya, bentuk buah


(38)

27

menyerupai kelopak mangkok, benag sari kuning, putik silindris, kuning mahkota lonjong, putih kekuningan. Bulat pipih berwarna coklat kehitaman, berkeping dua dan berakar tunggang. Pohon Jengkol sangat bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat hal ini dikarenakan ukuran pohonnya yang sangat tinggi (Hutauruk, 2010).

Gambar 6: Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.)

2. Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Fabales Suku : Mimosaceae Marga : Pithecellobium


(39)

3. Kandungan

Kandungan senyawa kimia aktif pada biji, kulit batang, dan daun jengkol adalah alkaloid, steroid/triterpenoid, glikosida, saponin, flavonoid, dan tannin (Nurussakinah, 2010), yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah.

a. Saponin, menghambat absorpsi glukosa sehingga dapat berguna sebagai agen terapi diabetes mellitus sebagai agen preventif diabetes (Mikito et al., 1995).

b. Flavonoid, sebagai antioksidan, dapat melindungi kerusakan progresif sel β pankreas oleh karena stress oksidatif, sehingga dapat menurunkan kejadian diabetes mellitus tipe 2 (Song et al., 2005).

c. Tanin, senyawa ini diketahui memacu uptake glukosa dengan meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin dan mencegah adipogenesis (Muthusamy et al., 2008) sehingga timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari.

Berdasarkan percobaan analisis fitokimia oleh Elysa pada tahun 2011, didapatkan bahwa terdapat kandungan senyawa saponin, flavonoids dan tanin dari biji jengkol.

Tabel 4. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Biji Jengkol (Elysa, 2011).

No Skrining Hasil

1. Alkaloid +

2. Flavonoid +

3. Glikosida +


(40)

29

5. Tanin +

6. Triterpenoid/ steroid +

Keterangan : + = mengandung golongan senyawa

- = tidak mengandung golongan senyawa

Sumber : Elysa (2011)

E. Kaitan Flavonoid dengan Metabolisme dalam Tubuh

Winarsi (2007), menerangkan bahwa flavonoid dapat mencegah oksidasi LDL 20 kali lebih kuat daripada vitamin E. Flavonoid terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan, menghambat penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi oksidasi nitrit yang dapat melebarkan pembuluh darah, dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker.Flavonoid memiliki berbagai potensi bagi kesehatan. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1996 di Finland menyebutkan bahwa flavonoid dapat menurunkan angka kejadian penyakit kardiovaskular. Flavonoid meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga berpengaruh terhadap kadar trigliserida serum (Halliwell, et al., 2005). F. Aloksan Untuk Induksi Diabetes

Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk induksi diabetes pada binatang percobaan. Efek diabetogeniknya bersifat antagonis dengan glutathion yang bereaksi dengan gugus SHnya (sulfihydril). Mekanisme aksi dalam menimbulkan perusakan yang selektif belum diketahui dengan jelas. Beberapa hipotesis tentang mekanisme aksi yang telah diajukan antara lain : pembentukan khelat terhadap Zn, interferensi dengan enzim-enzim sel, serta deaminasi dan dekarboksilasi asam amino (Suharmiati, 2003).


(41)

Aloksan menimbulkan pengaruh diabetogenik secara mendadak dan selektif merusak sel, dengan demikian mengurangi atau mencegah produksi insulin (Turner, 1976). Suharmiati (2003) menambahkan, bahwa penelitian terhadap mekanisme kerja aloksan secara in vitro menunjukkan bahwa aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria yang mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion kalsium dari mitokondria ini mengakibatkan gangguan homeostasis yang merupakan awal dari matinya sel. Aloksan menjalankan aksi diabetoganiknya ketika obat ini diberikan secara parenteral, intravena, intraperitonium dan subkutan. Dosis aloksan yang dibutuhkan untuk menginduksi diabetes tergantung pada jenis spesiesnya karena tidak semua spesies peka terhadap aloksan. Tikus misalnya sangat peka terhadap aloksan sedangkan marmot nampaknya tidak sensitif terhadap zat yang sama (Djojosoebagio, 1996 dalam Anggarani, 2005).

G. Tikus putih (R. norvegicus)

Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian. Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm (Depkes 2011).


(42)

31

Tikus putih merupakan salah satu hewan percobaan yang paling banyak digunakan dalam penelitian. Berikut adalah klasifikasi taksonomi tikus putih (Rattus norvegicus) menurut Suckow et al.(2006):

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Subordo : Myomorpha Family : Muridae

Superfamiliy : Muroidea Subfamiliy : Murinae Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus Galur/Strain : Sprague Dawley


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test-Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan pada saat sebelum diberikan perlakuan dan pada saat akhir penelitian setelah dilakukannya perlakuan dengan membandingkan hasil pada kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif dan membandingkan hasil pada kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan. Menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague Dawley dengan berat badan 200-300 gram, berumur 3-4 bulan yang dibagi menjadi 5 grup untuk digunakan sebagai penelitian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2013. 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(44)

33

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Notoadmodjo (2012) adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague Dawley dengan berat badan 200-300 gram, berumur 3-4 bulan yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

2. Sampel Penelitian

Sampel menurut Notoadmodjo (2012) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap memiliki seluruh populasi. Sampel penelitian sebanyak 25 ekor yang dipilih secara acak yang dibagi dalam 5 kelompok dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Menurut Frederer (Supranto, 2007) rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah :

t (n-1) > 15

Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel setiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi :

5 (n-1) > 15 5n-5 > 15

5n > 20 n > 4

Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor (n > 4) dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 5 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus dari populasi yang ada.


(45)

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi

a. Sehat.

b. Memiliki berat badan antara 200 – 300 gram. c. Jenis kelamin jantan.

d. Berusia ± 3 – 4 bulan.

2. Kriteria Eksklusi

a. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus atau genital).

b. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium.

E. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Timbangan Ohaus dengan tingkat ketelitian 0,1 g, untuk menimbang berat tikus.

2. Spuit oral 10 cc, untuk mencekoki ekstrak biji jengkol

3. Glukometer (GlucoDrTM) dan Glukotest strip (GlucoDrTM strip test) 4. Kapas dan alkohol.


(46)

35

2. Bahan penelitian

a. Hewan coba berupa tikus putih jantan (Rattus novergicus) jantan galur Sprague Dawley berasal dari IPB dan memenuhi kriteria inklusi. Mendapat pakan standar dan minum secara ad libitum.

b. Ekstrak etanol 96% biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) c. Aloksan monohidrat yang diperoleh dari toko bahan kimia.

F. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

a. Cara pembuatan ekstrak etanol biji jengkol :

Bahan baku biji jengkol tua yang masih segar dikumpulkan, dibuang bagian yang tidak diperlukan (sortasi basah), dicuci bersih di bawah air mengalir, dan ditiriskan. Biji jengkol selanjutnya dirajang kecil-kecil dan dikeringkan di bawah matahari hingga kering, dibuang benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering (sortasi kering), kemudian dihaluskan dengan blender dan disimpan dalam wadah bersih. Serbuk biji jengkol (simplisia) ditimbang dengan seksama dan selanjutnya dilakukan ekstraksi (Chandra, 2012).

Pembuatan ekstrak etanol biji jengkol dilakukan dengan metode perkolasi. Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut perkolator dimana simplisia terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan (Syamsuni, 2006). Serbuk simplisia direndam dengan etanol 96%, selanjutnya


(47)

dipindahkan massa tersebut sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, tambahakan etanol 96% secukupnya hingga simplisia terendam dan terdapat cairan penyari di atasnya, perkolator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Kemudian kran perkolator dibuka dan dibiarkan cairan ekstrak menetes dengan kecepatan 1 ml per menit dan ditambahkan etanol 96% berulang-ulang secukupnya dengan meletakkan corong pisah di atas perkolator dan diatur kecepatan penetesan cairan penyari sama dengan kecepatan tetesan perkolat, sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan jika perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat kemudian disuling dan diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50˚C menggunakan rotary evaporator, kemudian dipekatkan dengan bantuan alat freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak kental (Depkes, 2000a).

2. Prosedur Penelitian

a. Tikus sebanyak 25 ekor, dikelompokkan dalam 5 grup. Grup pertama sebagai kontrol negatif (-), dimana tidak akan diberikan aloksan. Grup kedua adalah kontrol positif (+) dimana grup ini hanya akan diberi aloksan secara subkutan. Grup ketiga adalah grup 1 grup dengan pemberian dosis I ekstrak etanol biji jengkol dengan pemberian aloksan subkutan. Grup keempat adalah grup dengan pemberian dosis II ekstrak etanol biji jengkol, dan diberikan pula aloksan subkutan Grup kelima adalah grup dengan pemberian dosis III ekstrak etanol biji jengkol dan diberikan pula aloksan


(48)

37

subkutan. Kemudian tikus akan ditaruh di laboratorium selama satu minggu sebagai adaptasi.

b. Mengukur kadar glukosa darah puasa tikus sebelum perlakuan.

c. Pemberian aloksan monohidrat 120 mg/kgBB secara subkutan. Setelah diinduksi tikus tetap diberikan makanan dan minuman ad libitum, tunggu dalam 10 hari, dan ukur kadar glukosa darahnya. Tikus dianggap diabetes apabila kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl (Triplitt, et al., 2008) dan telah dapat digunakan untuk pengujian. Selanjutnya disebut sebagai tikus diabetes.

d. Memuasakan tikus selama 8-12 jam, kemudian ukur kadar glukosa darah tikus.

e. Mencekoki tikus dengan ekstrak etanol biji jengkol selama 14 hari, satu kali setiap hari. Tikus tetap diberikan makan ad libitum.

f. Mengukur kadar trigliserida tikus setelah 14 hari.

g. Pengambilan Sampel Darah Tikus. Pengambilan sampel darah dilakukan pada akhir penelitian. Tikus dikeluarkan dari kandang dan ditempat terpisah dengan tikus lainnya kemudian ditunggu beberapa saat untuk mengurangi penderitaan pada tikus akibat aktivitas antara lain, pemindahan, penanganan, gangguan antar kelompok, dan penghapusan berbagai tanda yang pernah diberikan. Setelah itu, tikus dianestesi dengan Ketamine-xylazine 75-100 mg/kg + 5-10 mg/kg secara IP kemudian tikus di euthanasia berdasarkan Institusional Animal Care and Use Committee (IACUC) menggunakan metode cervical dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan dikedua sisi leher di dasar tengkorak atau


(49)

batang ditekan ke dasar tengkorak. Dengan tangan lainnya, pada pangkal ekor atau kaki belakang dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tulang leher dan tengkorak (AVMA, 2013). Setelah tikus dipastikan mati, darah di ambil melalui jantung dengan menggunakan alat suntik sebanyak ±2 cc, kemudian langsung dimasukkan ke dalam vacutainer SST(Yellow Top) yang sudah berisi Clot activator dan Inner separator.

3. Pengukuran Kadar Trigliserida 1. Penyiapan serum

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dimasukkan darah kedalam tabung sentrifuge, disentrifunge selama 15 menit pada kecepatan 6000 rpm, Diambil serum darah, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi.

2. Pengukuran absorban blanko

Disiapkan alat dan bahan, dipipet 10 µL aquadest kedalam kuvet, ditambahkan 1000 µL reagen trigliserida,diinkubasi pada suhu 25˚C selama 20 menit, lalu diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjan ggelombang 546 nm. 3. Pengukuran absorban standar

Disiapkan alat dan bahan, dipipet 10 µL larutan standar kedalam kuvet, ditambahkan 1000 µL reagen trigliserida , diinkubasi pada suhu 25˚C selama 20 menit, diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.


(50)

39

4. Pengukuran absorban sampel

Disiapkan alat dan bahan, dipipet 10 µL aquadest kedalam kuvet, ditambahkan 1000 µL reagen trigliserida, diinkubasi pada suhu 25˚C selama 20 menit, Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.


(51)

Tidak Induksi aloksan Induksi aloksan Induksi aloksan Induksi aloksan Induksi aloksan Hanya diberikan makanan dan minuman ad libitum Hanya diberikan makanan dan minuman ad libitum Cekok ekstrak etanol biji jengkol Dosis 1200 mg/KgBB, 1x sehari, 14

hari Cekok ekstrak etanol biji jengkol Dosis 900 mg/KgBB, 1x sehari, 14

hari Cekok ekstrak etanol biji jengkol Dosis 600 mg/KgBB, 1x sehari, 14

hari 4. Alur Penelitian

Tikus dianesthesia kemudian dieuthanasia Interpretasi hasil Kontrol (-) Kontrol (+) Grup 3 Grup 4 Grup 5 Ukur kadar gula darah tikus sebelum induksi aloksan

Ukur kadar gula darah tikus setelah 10 hari induksi aloksan

Ukur kadar trigliserida tikus pada hari ke – 14 dan membandingkan hasil dari kelima grup tersebut


(52)

41

G. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.).

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida dalam darah tikus.

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 5. Definisi Operasional

Variabel Definisi Skala Jenis

Variabel Ekstrak etanol

biji jengkol

Ekstrak etanol biji jengkol diberikan pada tikus berupa suspensi dengan dosis 600 mg/KgBB (dosis I), 900

mg/KgBB (dosis II), dan 1200 mg/KgBB (dosis III).

Mg/KgBB Numerik

Kadar Trigliserida

Kadar trigliserida darah tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley secara intraorbita


(53)

H. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan meliputi : a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan presentasi, hasil dari setiap variabel ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi, sehingga dapat mengetahui karakteristik atau gambaran dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel. Uji statistik yang digunakan adalah oneway ANOVA, dengan derajat kemaknaan (taraf signifikansi) yang dipakai adalah (α = 0,05), sehingga bila p < α maka hasil perhitungan statistik bermakna dan bila p > α maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna.

J. Ethical Clearance

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. 2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit

mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) ≥ 15,


(54)

43

dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi.

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum.

b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga 20-25°C, kemudian hewan coba terbagi menjadi 3-4 ekor tiap kandang. Animal house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba. c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program

kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan, pada penelitian hewan coba diberikan perlakuan dengan menggunakan nasogastric tube dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta euthanasia dengan metode yang manusiawi oleh orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan coba sesuai dengan IACUC (Ridwan, 2013).


(55)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap kadar trigliserida pada tikus (Rattus norvegicus) galur sprague dawley yang diinduksi aloksan tidak terbukti secara statistik atau tidak bermakna untuk menurunkan kadar trigliserida tikus berdasarkan uji One way ANOVA (p = 0,611).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian ekstrak biji jengkol dengan dosis yang berbeda dan waktu yang lebih lama pada pemberian perlakuan pada kelompok perlakuan dalam menurunkan kadar trigliserida tikus. Agar dapat mencapai hasil yang signifikan dan menimbulkan efek terapi;

2. Perlu dilakukan uji toksisitas biji jengkol yang digunakan agar tidak terjadi efek samping yang merugikan manusia;

3. Perlu mempuasakan tikus sebelum diambil darahnya untuk pemeriksaan agar tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan trigliserida;


(56)

56

4. Perlu diperhatikan faktor-faktor yang memungkinkan mempengaruhi hasil penelitian seperti pemberian pakan dan minum, kondisi kandang, faktor stres tikus, penyakit tikus serta faktor internal lainnya seperti imunitas.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, JMF. 2009. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S. (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing Hlm 1984 – 1992.

Adam JMF. Dislipidemia diabetes dan Risiko Kardiovaskuler Peran Statin Sebagai Pencegahan. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Berkala X Ilmu Penyakit Dalam. Padang 2010:254-73.

Adam JMF. Dislipidemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor Sudoyo AW dkk. Jilid III Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.2006:1948-54.

Anwar, TB. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

American Diabetes Association. 2012. Harrison’s Principle of Internal Medicine 18th ed. United States of America

American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and Clasiffication of Diabetes Melitus. Diabetes Care, Volume 35, Supplement 1, January 2012.

American Diabetes Association. 2012. Standards of Medical Care in Diabetes- 2012. Diabetes Care, Volume 35, Supplement 1, January 2012.

American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, volume 33, supplement 1

American Veterinary Medical Association. 2013. Guidelines for Euthanasia of Animals. pp. 30, 38, 48.

Anggarani, N. 2005. Pengaruh Dekok Daun tapak Dara (Catharanthus rosens) sebagai Anti Hiperglikemia pada Tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi dengan alloxan. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang : Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan MIPA FKIP UMM.

Arora M, Koley S, Gupta S, Sandhu JS, 2007. A study on lipid profile and body fat in patients with diabetes mellitus. Anthropologist, 9(4): 295-98


(58)

Banerji MA, Lebowitz J, Chaiken RL, Gordon D, Kral JG, and Lebovitz HE, 1997. Relationship of viseralalceraladipose tissue and glucose disposal is independentof sex in black NIDDM subjects. Am J Physiol 273, E425–432 Bresnahan, J. 2004. Biological and Physiological Data on Laboratory Animal.

USA : Kansas State University.

Chandra, B. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Palembang : Penerbit Buku Kedokteran.

Dahlan, MS. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan RI. 2005.Jumlah Diabetes Indonesia Rangking Ke-4 di Dunia. http://www.Depkes.go.id/index.php?option=news dan taks,diakses tanggal 10 Oktober 2013.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000a. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi I. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000b. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional edisi 1. Pusat Penelitian Farmasi, Badan Penelitiandan Pengembangan:Jakarta.

Ditjen POM. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. 1-2 hlm.

Djojosoebagio S, Piliang WG. 1996. Fisiologi Nutrisi. Jakarta: UI-Press.

Elysa. 2011. Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang diinduksi Aloksan. Skripsi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara

Fatmawati, E. 2008. Pengaruh Lama Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata ness.) Terhadap Kadar Kolesterol, LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan Trigliserida Darah Tikus (Rattus norvegicus) Diabetes. Skripsi. Malang : UIN

Fauci, A.S., Braunwald E., Kasper D.L. 2012. Harrison’s Principle of Internal Medicine 18th ed. United States of America.

Fithriani, N.A. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Kadar Trigliserida Serum Tikus Wistar Hiperlipidemia. Jurnal.

Gsianturi. 2003. Apel Buah Ajaib Penangkal Penyakit.http://www.gizi.net/cgibin/ berita/fullnews.cgi?newsid1053939416,47933, diakses 10 Oktober


(59)

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Halliwell B, Rafter J, Jenner A . 2005. Dietary Polyphenols and Health: Proceeding of the International Conference on Polyphenols and Health. American Journal of Clinical Nutrition. Volume 81(1): 215S- 217S.

Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., and Williamson, E.M. 2004. Fundamentals of Pharmacognosy and phytotherapy. United Kingdom: Churchill Livingstone. Pp.288.

Hutauruk, J.E. 2010). Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.). Skripsi. FMIPA, USU

IDF. 2009. Diabetes Atlas, International Diabetic Federation, 4th edition.

Inawati, Syamsudin, Winarno H. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Inai (Lawsonia inermis Linn) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa, Kolesterol Total dan Trigliserida Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kimia Indonesia. Volume 1 Nomor (2): 71-7

Kahn R, Buse J, Ferrannini E, Stern M. 2005. The metabolic syndrome: timefor a critical appraisal: joint statement from the American Diabetes Association and the European Association for the Study of Diabetes.Diabetes Care 28, 2289 –2304

Khatib NM, Quazi ZS, Gaidhane AM, Waghmare TS, Goyal RC. 2008. Risk factors of type 2 diabetes mellitus in rural Wardha: A community based study. Int J Diabetes. vol 28 (3):79-82.

Masharani, U. 2011. Diabetes Mellitus. In Mc Phee, S. J., Papadakis, M. A., & Rabow, M. W. 2011. Current Medical Diagnosis and Treatment 2012. New York: McGraw-Hill.

Maulana, M. 2009. Mengenal Diabetes Mellitus Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Katahati.

Mayes PA. Lipid yang Memiliki Makna Fisiologis. Di dalam: Hartono A, alih bahasa, Bani AP, Tiara MN, editor. Biokimia Harper, 25 th ed. Jakarta: EGC,2003:148 hlm.

Mc Phee, S. J., Papadakis, M. A., & Rabow, M. W. 2011. Current Medical Diagnosis and Treatment 2012. New York: McGraw-Hill.

Mikito, Atsuchi,Yamashita, Chiaki, Iwasaki, Yoshio. 1995. A Triterpenoid Saponin, Extraction Thereof and Use To Treat or Prevent Diabetes Mellitus. Japan.

Murray, RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Klinik Edisi 27. Jakarta: EGC.


(60)

Muthusamy, S., Kanagarajan, S., dan Ponnusamy, S. 2008. Efficiency of RAPD and ISSR Marker System in Accessing Genetic Variation of Rice Bean (Vigna umbellata) Landraces. Electronic Journal of Biotechnology. 11 (3) : 1 – 8.

National Institutes of Health . U.S. Department of Health and Human Services.20 01. Ayurvedic Pharmacopoeia of India Part I Vol.1, 1st Ed. NewDelhi: The Controlle of Publications Civil Lines

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho B A dan Purwaningsih E, 2006. Perbedaan Diet Ekstrak Rumput Laut

(Eucheuma sp) dan insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemik. Media Medika Indonesia Vol. 41 (1) : 23-30.

Nurussakinah. 2010. Skrinning Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli. Skripsi. Fakultas Farmasi, USU, Medan

Pandey, B.P. (2003). A Textbook of Botany Angiospermis. New Delhi: S. Chand & Company Ltd. 105 hlm.

Pho, K. 2005. Diabetes Melitus.http://www.nlm.nih.gou/medlineplus/ency/article/ 000305html, diakses 10 Oktober 2013.

Fessenden RJ and Fessenden JS, “ Organic Chemistry,” Third Edition, University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002, Massachuset, USA

Ridwan E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc. 63(3): 112-6.

Roswaty, A. 2010. All About Jengkol & Petai. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 4 hlm.

Salni, Marisa H, dan Mukti RW. 2011. Isolasi Senyawa Antibakteri Dari Daun Jengkol (Pithecolobium lobatum Benth) dan Penentuan Nilai KHM-nya. Jurnal Penelitian Sains. Volume 14 Nomor (1) : 38-41.

Song, Y., JoAnn E.M., Julie E. B., Howard D.S., Simin L. 2005. Association of Dietary Flavonoids with Risk of Type 2 Diabetes, and markers of Insulin Resistance and Systemic Inflammation in Women : A Prospective Study and Cross-Sectional Analysis. Journal of the American College of Nutrition, Volume 24, Issue 5.

Suckow MA, Weisbroth SH, Franklin CL. 2006. The Laboratory Rat. Amsterdam: Elsevier Press.


(61)

Sudoyo, A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata K.M., dan Setiadi S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Jilid ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sugondo, S., 2006. Obesitas. Dalam: Sudoyono, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I., simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III. Edisi 4. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1919-192

Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktifitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Cermin Dunia Kedokteran. (140): 8-13.

Sulistia G.G. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru. pp: 427-8, 364-5

Supranto J. 2007. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rhineka Cipta.

Sudheesh, S, G. Pressankumar, S. Vijayakumar and N.R. Vijayalashmi. 1997. Hypolipidemic Effect of Flavonoids from Solanum Melongena. Plant Foods for Human Nutrition, 51: 321-30.

Suyatna, FD. 2007. Hipolipidemik. Hlm 373 – 388 Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (ed). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.

Suyono, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Jilid ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 166-171.

Szkudelski T, 2001. The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β Cell Of The Rat Pancreas, Physiology Research, 50 : 536 – 54.

Thevenod, F., 2008. Pathophysiology of Diabetes Mellitus Type 2 : Roles of Obesity, Insulin Resistance and β-cell dysfunction. 19: 1-18

Tjokroprawiro, A. 2003. Diabetes Melitus : Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi, Edisi III. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 1-16

Tjokroprawiro, A., 2007. Hidup Sehat dan Berbahagia Bersama Diabetes Mellitus. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Triplitt, C.L., Reasner, C.A., dan Isley, W.L. 2008. Diabetes Mellitus. Editor: Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh edition.


(1)

Banerji MA, Lebowitz J, Chaiken RL, Gordon D, Kral JG, and Lebovitz HE, 1997. Relationship of viseralalceraladipose tissue and glucose disposal is independentof sex in black NIDDM subjects. Am J Physiol 273, E425–432 Bresnahan, J. 2004. Biological and Physiological Data on Laboratory Animal.

USA : Kansas State University.

Chandra, B. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Palembang : Penerbit Buku Kedokteran.

Dahlan, MS. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan RI. 2005.Jumlah Diabetes Indonesia Rangking Ke-4 di Dunia. http://www.Depkes.go.id/index.php?option=news dan taks,diakses tanggal 10 Oktober 2013.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000a. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi I. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000b. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional edisi 1. Pusat Penelitian Farmasi, Badan Penelitiandan Pengembangan:Jakarta.

Ditjen POM. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. 1-2 hlm.

Djojosoebagio S, Piliang WG. 1996. Fisiologi Nutrisi. Jakarta: UI-Press.

Elysa. 2011. Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang diinduksi Aloksan. Skripsi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara

Fatmawati, E. 2008. Pengaruh Lama Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata ness.) Terhadap Kadar Kolesterol, LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan Trigliserida Darah Tikus (Rattus norvegicus) Diabetes. Skripsi. Malang : UIN

Fauci, A.S., Braunwald E., Kasper D.L. 2012. Harrison’s Principle of Internal Medicine 18th ed. United States of America.

Fithriani, N.A. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Kadar Trigliserida Serum Tikus Wistar Hiperlipidemia. Jurnal.

Gsianturi. 2003. Apel Buah Ajaib Penangkal Penyakit.http://www.gizi.net/cgibin/ berita/fullnews.cgi?newsid1053939416,47933, diakses 10 Oktober


(2)

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Halliwell B, Rafter J, Jenner A . 2005. Dietary Polyphenols and Health: Proceeding of the International Conference on Polyphenols and Health. American Journal of Clinical Nutrition. Volume 81(1): 215S- 217S.

Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., and Williamson, E.M. 2004. Fundamentals of Pharmacognosy and phytotherapy. United Kingdom: Churchill Livingstone. Pp.288.

Hutauruk, J.E. 2010). Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.). Skripsi. FMIPA, USU

IDF. 2009. Diabetes Atlas, International Diabetic Federation, 4th edition.

Inawati, Syamsudin, Winarno H. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Inai (Lawsonia inermis Linn) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa, Kolesterol Total dan Trigliserida Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kimia Indonesia. Volume 1 Nomor (2): 71-7

Kahn R, Buse J, Ferrannini E, Stern M. 2005. The metabolic syndrome: timefor a critical appraisal: joint statement from the American Diabetes Association and the European Association for the Study of Diabetes.Diabetes Care 28, 2289 –2304

Khatib NM, Quazi ZS, Gaidhane AM, Waghmare TS, Goyal RC. 2008. Risk factors of type 2 diabetes mellitus in rural Wardha: A community based study. Int J Diabetes. vol 28 (3):79-82.

Masharani, U. 2011. Diabetes Mellitus. In Mc Phee, S. J., Papadakis, M. A., & Rabow, M. W. 2011. Current Medical Diagnosis and Treatment 2012. New York: McGraw-Hill.

Maulana, M. 2009. Mengenal Diabetes Mellitus Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Katahati.

Mayes PA. Lipid yang Memiliki Makna Fisiologis. Di dalam: Hartono A, alih bahasa, Bani AP, Tiara MN, editor. Biokimia Harper, 25 th ed. Jakarta: EGC,2003:148 hlm.

Mc Phee, S. J., Papadakis, M. A., & Rabow, M. W. 2011. Current Medical Diagnosis and Treatment 2012. New York: McGraw-Hill.

Mikito, Atsuchi,Yamashita, Chiaki, Iwasaki, Yoshio. 1995. A Triterpenoid Saponin, Extraction Thereof and Use To Treat or Prevent Diabetes Mellitus. Japan.

Murray, RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Klinik Edisi 27. Jakarta: EGC.


(3)

Muthusamy, S., Kanagarajan, S., dan Ponnusamy, S. 2008. Efficiency of RAPD and ISSR Marker System in Accessing Genetic Variation of Rice Bean (Vigna umbellata) Landraces. Electronic Journal of Biotechnology. 11 (3) : 1 – 8.

National Institutes of Health . U.S. Department of Health and Human Services.20 01. Ayurvedic Pharmacopoeia of India Part I Vol.1, 1st Ed. NewDelhi: The Controlle of Publications Civil Lines

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho B A dan Purwaningsih E, 2006. Perbedaan Diet Ekstrak Rumput Laut

(Eucheuma sp) dan insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemik. Media Medika Indonesia Vol. 41 (1) : 23-30.

Nurussakinah. 2010. Skrinning Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli. Skripsi. Fakultas Farmasi, USU, Medan

Pandey, B.P. (2003). A Textbook of Botany Angiospermis. New Delhi: S. Chand & Company Ltd. 105 hlm.

Pho, K. 2005. Diabetes Melitus.http://www.nlm.nih.gou/medlineplus/ency/article/ 000305html, diakses 10 Oktober 2013.

Fessenden RJ and Fessenden JS, “ Organic Chemistry,” Third Edition, University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002, Massachuset, USA

Ridwan E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc. 63(3): 112-6.

Roswaty, A. 2010. All About Jengkol & Petai. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 4 hlm.

Salni, Marisa H, dan Mukti RW. 2011. Isolasi Senyawa Antibakteri Dari Daun Jengkol (Pithecolobium lobatum Benth) dan Penentuan Nilai KHM-nya. Jurnal Penelitian Sains. Volume 14 Nomor (1) : 38-41.

Song, Y., JoAnn E.M., Julie E. B., Howard D.S., Simin L. 2005. Association of Dietary Flavonoids with Risk of Type 2 Diabetes, and markers of Insulin Resistance and Systemic Inflammation in Women : A Prospective Study and Cross-Sectional Analysis. Journal of the American College of Nutrition, Volume 24, Issue 5.

Suckow MA, Weisbroth SH, Franklin CL. 2006. The Laboratory Rat. Amsterdam: Elsevier Press.


(4)

Sudoyo, A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata K.M., dan Setiadi S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Jilid ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sugondo, S., 2006. Obesitas. Dalam: Sudoyono, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I., simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III. Edisi 4. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1919-192

Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktifitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Cermin Dunia Kedokteran. (140): 8-13.

Sulistia G.G. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru. pp: 427-8, 364-5

Supranto J. 2007. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rhineka Cipta.

Sudheesh, S, G. Pressankumar, S. Vijayakumar and N.R. Vijayalashmi. 1997. Hypolipidemic Effect of Flavonoids from Solanum Melongena. Plant Foods for Human Nutrition, 51: 321-30.

Suyatna, FD. 2007. Hipolipidemik. Hlm 373 – 388 Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (ed). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.

Suyono, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Jilid ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 166-171.

Szkudelski T, 2001. The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β Cell Of The Rat Pancreas, Physiology Research, 50 : 536 – 54.

Thevenod, F., 2008. Pathophysiology of Diabetes Mellitus Type 2 : Roles of

Obesity, Insulin Resistance and β-cell dysfunction. 19: 1-18

Tjokroprawiro, A. 2003. Diabetes Melitus : Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi, Edisi III. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 1-16

Tjokroprawiro, A., 2007. Hidup Sehat dan Berbahagia Bersama Diabetes Mellitus. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Triplitt, C.L., Reasner, C.A., dan Isley, W.L. 2008. Diabetes Mellitus. Editor: Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh edition.


(5)

United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc. Halaman: 1205, 1207, 1209, 1213.

Turner, C. Donnel dan Joshep T. Bagnara. 1976. General Endocrinology, (terj): Harsojo, Med. V.,Endoktrionologi Umum Edisi ke enam. Yogyakarta: Airlangga University press.

Widowati,L., B. Dzulkarnain, dan Sa’roni. 1997. Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus. Jakart; .Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Wijayakusuma, H. 2000. Potensi Tumbuhan Obat Asli Indonesia Sebagai Produk Kesehatan dalam Risalah Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. 25 hlm.

Wild, S., Roglic G., Green A., Sicree R., King H. 2004. Global Prevalence of Diabetes. American Diabetes Association, Diabetes Care, 27 (5).

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. 185 hlm.


(6)

Dokumen yang terkait

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

5 51 113

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN

4 32 62

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

1 18 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PENINGKATAN KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN

5 49 55

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR HDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

1 10 59

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN DAN MADU TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK

2 27 69

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96% BIJI JENGKOL (Pithecollobium Jiringa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER DAN BERAT GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 14 68

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% BIJI JENGKOL (Pithecollobium lobatum) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN GINJAL SERTA PENINGKATAN KADAR UREUM KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

4 45 67

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

1 8 50