Prosedur Perlakuan Prosedur Pembuatan Preparat

atau kotoran yang masih tertinggal pada simplisia kering sortasi kering, kemudian dihaluskan dengan mortar dan lalu disimpan dalam wadah bersih. Dihasilkan serbuk biji jengkol simplisia dan selanjutnya dilakukan ekstraksi. Pembuatan ekstrak etanol biji jengkol dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi adalah penarikan simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari. Serbuk simplisia direndam dalam 2 liter etanol 96 selama 24 jam, selanjutnya disaring hingga didapatkan filtrat. Filtrat tersebut kemudian dievaporasi menggunakan Rotary evaporator hingga dihasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut selanjutnya diencerkan menggunakan aquades sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, yaitu 1200 mgkgBB, 2400 mgkgBB, dan 4800 mgkgBB Gaol, 2014.

3.5.2. Prosedur Perlakuan

Prosedur perlakuan, pembuatan dan pembacaan preparat disajikan dalam Gambar 6 dan dijelaskan sebagai berikut: 1. Selama 7 hari tikus dibiarkan adaptasi dengan kandang aklimatisasi dan diukur berat badannya menggunakan neraca analitik sebelum diberi perlakuan. Selama masa adaptasi dan masa perlakuan, tikus diberi makan pelet ayam serta minum air ad libitum. 2. Tikus sebanyak 20 ekor dikelompokkan dalam 4 kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif, dimana hanya diberi akuades per oral. Kelompok 2,3, dan 4 sebagai kelompok perlakuan. Dimana kelompok 2 diberikan ekstrak etanol 96 biji jengkol 1200 mgkgbb per oral sekali sehari, kelompok 3 diberikan ekstrak etanol 96 biji jengkol 2400 mgkgbb per oral sekali sehari, kelompok 4 diberikan ekstrak etanol 96 biji jengkol 4800 mgkgbb per oral sekali sehari. 3. Tikus dipuasakan selama 8-12 jam, kemudian ukur mencekoki tikus kelompok 2, 3 dan 4 dengan ekstrak etanol biji jengkol sebanyak 3 cc, dengan dosis masing-masing 1200, 2400 dan 4800 mgkgBB selama 14 hari, satu kali setiap hari. 4. Pada hari ke-15, tikus dari tiap kelompok dianastesi dengan Ketamine˗xylazine 75˗100 mgkgBB + 5˗10 mgkgBB secara intraperitoneal IP lalu tikus di euthanasia berdasarkan Institutional Animal Care and Use Committee IACUC menggunakan metode cervical dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan dikedua sisi leher di dasar kranium. Sementara tangan lain memegang pada pangkal ekor dan dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tengkorak dan otak dari sumsum tulang belakang.. 5. Setelah tikus mati, dilakukan laparotomi, pankreas tikus diambil untuk sediaan mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis dengan metode paraffin dan pewarnaan HE. 6. Sampel pankreas difiksasi dengan formalin 10 7. Teknik pembuatan preparat histopatologi

3.5.3. Prosedur Pembuatan Preparat

1. Fixation Spesimen berupa potongan organ pankreas yang telah dipotong secara representatif kemudian segera difiksasi dengan formalin 10 selama 3 jam Kemudian, cuci di bawah air mengalir sebanyak 3−5 kali 2. Trimming Organ pankreas dibuat kecil ±3 mm. Kemudian, dimasukkan ke embedding cassette. 3. Dehydration Embedding cassette dikeringkan dari air dengan menggunakan kertas tisu. Perendaman organ pankreas dimulai berturut-turut dengan alkohol 70 , 96 , absolut I, II, III masing-masing selama satu jam 4. Clearing Alkohol dibersihkan dengan menggunakan xylol I, II, III masing- masing selama 30 menit. 5. Impregnasi Paraffin I dan II digunakan masing-masing selama satu jam dalam inkubator dengan suhu 65,1 ⁰C. 6. Embedding Tuang paraffin dalam pan, pindahkan satu per satu embedding cassette ke dasar pan. Lepaskan paraffin yang berisi pankreas dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6 ⁰C beberapa saat. Potong paraffin sesuai dengan letak jaringan dengan menggunakan scalpel. Letakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing. Blok paraffin siap dipotong dengan mikrotom. 7. Cutting Sebelum blok paraffin dipotong, dinginkan terlebih dahulu. Lakukan potongan kasar lanjutkan potongan h alus sebesar 4˗5 mikron. Pilih lembaran potongan yang paling baik, apungkan pada air dan hilangkan kerutannya dengan cara tekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. Pindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. Dengan gerakan menyendok, ambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan tempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah, cegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan. Slide yang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator suhu 37 o C selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna. 8. Staining Pilih slide terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia dibawah ini dengan waktu sebagai berikut. Pertama, dilakukan deparafinisasi dalam xylol I selama 5 menit, xylol II selama 5 menit, ethanol absolut selama 1 jam. Kedua, dilakukan hidrasi dalam alkohol 96 selama 2 menit, alkohol 70 selama 2 menit, air selama 10 menit. Ketiga, dibuat pulasan inti dengan menggunakan Harris Hematoksilin selama 15 menit, dibilas dengan air mengalir, diwarnai kembali dengan eosin selama maksimal 1 menit. Keempat, didehidrasi dengan menggunakan alkohol 70, 96, absolut masing-masing selama 2 menit. Kelima, dijernihkan dengan xylol I dan II masing-masing selama 2 menit. 9. Mounting Letakkan slide diatas kertas tissue pada tempat datar. Kemudian, ditetesi dengan bahan mounting yaitu entelan dan ditutup dengan cover glass, cegah adanya gelembung udara. 10. Baca slide dengan mikroskop Slide diperiksa dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 x.

3.6. Diagram Alur Penelitian

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN

4 32 62

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

1 18 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PENINGKATAN KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN

5 49 55

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithechellobium lobatum Benth.) Terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Aloksan

1 25 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR HDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

1 10 59

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96% BIJI JENGKOL (Pithecollobium Jiringa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER DAN BERAT GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 14 68

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% BIJI JENGKOL (Pithecollobium lobatum) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN GINJAL SERTA PENINGKATAN KADAR UREUM KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

4 45 67

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ARTERI KORONARIA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 13 66

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71