25
E. Sasar an 5: Ter wujudnya kebijakan pem ber dayaan lem baga
m asyar akat dalam pem bangunan PP dan PA
Dalam upaya memberikan acuan bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi-organisasi lainnya dalam upaya mewujudkan Kesetaraan Gender dan
Perlindungan Anak, KPP dan PA telah menetapkan terwujudnya kebijakan pembangunan perlindungan anak sebagai salah satu sasaran yang akan dicapai.
Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut, telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kiner ja ber ikut target yang akan dicapai dan realisasi yang
telah dicapai dalam tahun 2009 sebagai berikut:
N O SASARAN
I N D I KATOR K I N ERJA K ET
U RAI AN TARGET
REALI SASI
1. Tewujudnya kebijakan
pemberdayaan Lembaga
M asyarakat dalam
pembangunan PP dan PA
Jumlah Kebijakan
yang akan digunakan
sebagai pedoman
bagi Lembaga
M asyarakat yang
mendukung PP dan PA
3 kebijakan Lembaga
M asyarakat 2 kebijakan
Lembaga M asyarakat
67
Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran ini sudah diperoleh dengan tingkat capaian 67
untuk kegiatan penyusunan NSPK dan Renstr a, sedangkan untuk kebijakan bagi
Lembaga M asyarakat
masih berupa draft pedoman bagi
Lembaga Masyarakat
yang mendukung program pembangunan PP dan PA. Hambatan dan kendala dalam
penyusunan kebijakan bagi
Lembaga Masyarakat
adalah masih adanya beberapa butir yang belum disepakati antara KPP dan PA dengan
Lembaga Masyarakat
, sehingga pada akhir anggaran kegiatan tersebut masih berupa draft.
26 Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, telah ditetapakan 2 program prioritas,
yaitu: Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan dan Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.
Kegiatan yang mendukung Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan adalah : berupa pengkajian dan penyusunan peraturan –
peraturan seperti penyusunan NSPK, Renstra dan Penyusunan Kebijakan Lembaga M asyar akat yang mendukung program pembangunan PP dan PA.
Kegiatan yang mendukung Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak adalah berupa Peningkatan Kapasitas Pengarusutamaan Gender
dan Anak melalui kegiatan Sosialisasi dan Advokasi PUG dan PUA, TOT Politik bagi kader Or sospol di 11 Provinsi, TOT KKG bagi kader Organisasi Keagamaan di 5
Provinsi serta Fasilitasi Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A di 40 Kab Kota.
Selain itu, kegiatan lain yang mendukung sasaran adalah: 1.
Roadshow M enteri ke Organisasi media massa dan Ormas Keagamaan. Dari 10 kegiatan yang direncanakan baru terlaksana 6 kegiatan 60 , hambatan yang
dialami mengapa kegiatan roadshow tidak tercapai 100 karena kegiatan roadshow mengikutsertakan Menter i dan Eselon I di lingkup Kementerian,
sehingga pelaksanaan kegiatan harus menyesuaikan jadwal M enteri dan jajaran Eselon I . Roadshow ini sudah menghasilkan komitmen M enteri dengan
3 Pimpinan Organisasi Keagamaan MUI , WKRI dan PHDI yang diharapkan dapat ditindaklanjuti.
2. Penyusunan dan pencetakan materi KI E Politik Kegiatan ini ber tujuan untuk membantu sarana komunikasi, edukasi dan
informasi bidang politik dalam rangka terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan Gender serta member ikan pemahaman isu str ategis di lingkup politik untuk
memperjuangkan perempuan dalam berbagai jabatn public dan sebagai pengambil keputusan, baik di lembaga Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif.
M ateri KI E berupa Leaflet, booklet, poster dan brosur.
27 3. Penyempurnaan modul TOT KKG bagi Ormas Keagamaan
Kegiatan ini merupakan menyempurnakan modul TOT yang sudah ada. Tim penyusun dalam kegiatan ini, selain dari lingkup KPP dan PA juga melibatkan
Organisasi Keagamaan yang menjadi mitra dan tergabung dalam Tim Pokja Asdep Urusan Organisasi Keagamaan seperti MUI , WKRI , Al-H idayah,
PP.Aisyiyah, PP Muslimat NU, PHDI . Modul TOT ini merupakan bahan ajar yang baku dan komprehensif tentang KKG bagi kader Organisasi Keagamaan.
4. Penyempurnaan buku panduan P2TP2A Kegiatan penyempurnaan buku panduan ini mutlak dilaksanakan mengingat
buku panduan yang ada saat ini sudah tidak akomodatif lagi, sebagai gambaran dalam pendirian P2TP2A disyaratkan perlu adanya suatu kajian. Untuk
menyesuaikan dengan Kebijakan Pemerintah saat ini, maka kajian yang diisyaratkan menjadi tidak diperlukan lagi. Penerima manfaat dari buku
panduan ini adalah I nstitusi Lembaga Organisasi Pr ofesi dan Swasta, Fasilitator yang menangani P2TP2A.
5. Evaluasi tindak lanjut MoU antara Menteri PP dengan 14 Organisasi Keagamaan
Sebagai tindak lanjut dar i Kesepakatan bersama antara M enteri PP dengan 14 Ormas Keagamaan MUI , PP.Muslimat NU, PP. Aisyiyah, PGI , WKRI , PHDI ,
Walubi, M atakin, PP. M uhammadiyah, PP.I RM , GP.Ansor, Pengajian Al- H idayah, FM KI dan Peradah. Dalam rangka mengembangkan dan
menindaklanjuti hasil MOU ter sebut maka diper lukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan dan efektifitas kerjasama yang sudah dilakukan.
Kegiatan ini menghasilkan Rekomendasi antara lain masih diperlukan MOU dengan memperluas jaringan ormas keagamaan lainnya dan melibatkan Ormas
terkait dalam penyusunan kegiatan. 6. Evaluasi pelaksanaan P2TP2A di 9 Provinsi Kab Kota.
Evaluasi ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi ber dasar kan indikator yang ditetapkan dengan tujuan untuk
28 meningkatkan efisiensi dan efektifitas program dan kegiatan P2TP2A agar
dapat menjadi lebih efektif. Disamping itu evaluasi juga sebagai alat manajemen inter nal untuk mengevaluasi proses dan kinerja organisasi serta
pr ogram P2TP2A. Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan akan ter identifikasi permasalahan dan hambatan yang timbul agar langsung dapat diatasi,
kemudian mengkaji apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana.
7. Sosialisasi dan advokasi PUG bagi Organisasi Keagamaan, LSM, Pr ofesi Swasta, Orsospol dan Media Massa di 5 Provinsi
Lembaga Masyarakat, dalam hal ini Organisasi Keagamaan, LSM, Or ganisasi Pr ofesi Swasta, Organisasi Sosial Politik dan I nstitusi Media Massa, masih
harus terus-menerus di intervensi melalui Advokasi dan Sosialisasi strategi PUG. Kagiatan ini sangat penting dalam rangka mempercepat percapaian KKG
disegala bidang, sehingga diperlukan peran dari seluruh komponen masyarakat termasuk di dalamnya lembaga masyarakat. Dari kegiatan tersebut diharapkan
akan meningkatkan pemahaman dan kemampuan lembaga masyarakat dalam pembangunan dalam rangka pengarusutamaan gender, serta mendorong
kesadaran lembaga mesyarakat untuk melakukan upaya-upaya dibidang pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak.
8. Sosialisasi dan advokasi peran aktif WCC di 5 Pr ovinsi Pendirian Women Cr isis Center WCC merupakan wadah pelayanan bagi
perempuan dan anak korban keker asan, untuk menindaklanjuti hasil konferensi Beijing yang telah mencanangkan Zer o Toler ance Policy, yaitu
kebijakan yang tidak mentolerir sedikitpun adanya tindak kekerasan terhadap perempuan. Dengan semakin meningkatnya tindak kekerasan yang ter jadi di
masyarakat, maka perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan WCC di masyarakat. Diharapkan dengan sosialisasi ini
masyarakat yang membutuhkan pelayanan ini dapat memanfaatkannya.
29 9. Pelatihan TOT politik bagi kader Orsospol tingkat Kab Kota
Pelatihan kader Orsospol merupakan forum pelatihan dalam r angka meningkatkan wawasan, kemampuan dan pengetahuan perempuan dibidang
politik, serta meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu strategis pembangunan pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan, khususnya di bidang politik dan pengambilan keputusan serta membangun demokrasi seutuhnya,
sehingga mereka dapat menyusun strategi dan melaksanakan upaya peningkatan partisipasi politik perempuan di daerahnya masing-masing. H asil
dar i kegiatan ini diperolehnya fasilitator sebanyak 528 orang yang tersebar di 11 provinsi.
10. Pelatihan TOT KKG bagi kader Organisasi Keagamaan di 5 Provinsi Kegiatan ini sangat penting karena masih rendahnya komitmen tokoh-tokoh di
organisasi keagamaan dalam mendukung pelaksanaan program PP dan PA. Juga masih banyaknya tafsir ayat-ayat suci yang masih bersifat tekstual, tanpa
melihat konteksnya, sehingga hanya ditafsirkan secara parsial dan tidak komprehensif. Adanya kegiatan ini menghasilkan fasilitator sebanyak 170
or ang yang tersebar di 5 provinsi. Bagi fasilitator telah disediakan bahan ajar yang baku dan komprehensif tentang KKG. H ambatan dan kendala dalam
kegiatan ini adalah pengir iman peser ta sering tidak sesuai dengan kriteria, pada tingkat TOT seharusnya peserta sudah memahami dan mendalami teori
dan konsep gender , bukan pemula yang masih bias gender . 11. Pembentukan Opini di Media Massa
Kegiatan Pembentukan Opini di Media Massa, dari 6 kegiatan yang direncanakan baru terlaksana 3 kegiatan 50. Pembentukan Opini
merupakan kegiatan berupa pemuatan tulisan dan hasil wawancara dengan M eneg. PP di surat kabar nasional dan majalah terbitan Jakar ta yang ditulis
oleh Narasumber Pakar tentang Pemberdayaan Perempuan dan isu-isu strategis Perempuan dan Anak yang dihar apkan akan meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat akan perlunya KKG. Salah satu
30 Narasumber dari kegiatan ini adalah M enteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Pimpinan redaksi media cetak sehingga hambatan dalam kegiatan ini adalah jadwal wawancara antara M enteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dengan Pimpinan redaksi media cetak. H ambatan dalam mewujudkan kebijakan pemberdayaan lembaga masyarakat antara
lain adalah masih dirasakan kurangnya pemahaman tentang konsep gender termasuk strategi PUG di lembaga masyarakat, dan masih lemahnya koordinasi
serta rendahnya komitmen tokoh pimpinan lembaga masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program PP dan PA.
Adapun rekomendasi atau tindak lanjut dalam mengatasi hambatan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Adanya Komitmen yang tinggi dari M enter i terkait dengan Lembaga
M asyarakat dan I nstitusi M edia M assa salah satunya dengan melakukan kunjungan ke I nstitusi M edia Massa dan Organisasi Keagamaan sangat
mendukung untuk mendorong dan memotivasi dalam mendukung keberhasilan pr ogram pembangunan pemberdayaan perempuan.
2. Diper lukan komunikasi yang intensif dan ber kesinambungan antara pemerintah dan lembaga masyarakat dengan mengadakan pertemuan focal
point SKPD, Lembaga Masyarakat untuk membahas pr ogram PP dan PA sebelum dilaksanakannya M usrenbang tingkat kabupaten kota, provinsi dan
Pusat. 3. Tersedianya fasilitator PUG dari Lembaga Masyarakat yang dapat
dimanfaatkan untuk menyebar luaskan program pembangunan PP dan PA. 4. Lembaga Masyarakat diharapkan memiliki program kerja tahunan yang terkait
dengan pr ogram PP dan PA. 5. Sosialisasi gender lebih intensif pada lembaga masyarakat sehingga lembaga
masyarakat tidak memiliki pemahaman yang parsial dan tidak komprehensif. 6. M eningkatkan dan menguatkan peran lembaga masyarakat dalam
mewujudkan par tisipasi dan keter wakilan 30 perempuan di politik dan
31 jabatan publik eksekutif, legislatif, yudikatif dan masyarakat, melalui
pendidikan kewarganegaraan dan politik diberbagai tingkatan dan sasar an, dan memperkuat jaringan ker jasama antara pemer intah pusat dan daerah,
lembaga masyarakat, dunia usaha dan media massa. 7. M enguatkan sinergi dan fungsi lembaga masyarakat guna meningkatkan
pelaksanaan program pember dayaan perempuan dan kesejahteraan dan per lindungan anak.
8. Penguatan kapasitas SDM melalui pelatihan-pelatihan, pendidikan dan study banding.
F. Sasar an 6: Ter wujudnya per janjian antar lem baga