Sasar an 3: Ter wujudnya kebijakan pem bangunan per lindun gan

16 2. M engoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfataan sumber-sumber daya dan dana utnuk mewujudkan tujuan dan sasran-sasaran startegis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian kiner janya masih berada di bawah target yang ditetapkan. 3. M elakukan penelitian dan kajian yang mendalam atau kuantitas target dari indikator kiner ja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perencanaan Kinerja tahun 2009 merupakan perencanaan tahunan terakhir dari rentang waktu periode Renstra, sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.

C. Sasar an 3: Ter wujudnya kebijakan pem bangunan per lindun gan

anak Dalam upaya memberikan acuan bagi sektor terkait di nasional, propinsi dan kabupaten kota, serta bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi- organisasi lainnya dalam upaya mewujudkan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak KPA sebagai suatu proses yang panjang dan ber kelanjutan, KPP dan PA telah menetapkan terwujudnya kebijakan pembangunan perlindungan anak sebagai salah satu sasaran yang akan dicapai. Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target yang akan dicapai dan realisasi yang telah dicapai dalam tahun 2009 sebagai berikut: N O SASARAN I N D I K ATOR K I N ERJA K ET U RAI AN TARGET REALI SASI 1. Jumlah kebijakan pembangunan perlindungan anak 2 kebijakan 4 kebijakan 200 17 Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa target indikator yang digunakan untuk dapat mengukur pencapaian sasaran ini dapat dipenuhi dengan tingkat capaian di atas 100, bahkan mencapai 200. Adapun 4 empat kebijakan yang dihasilkan pada tahun 2009 berupa : 1. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan M inimal Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang di kabupaten kota. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 46 ayat 1 Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat 1, untuk mengatur tata cara dan mekanisme Pelayanan Terpadu telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Car a dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang. Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat 1 PP 9 tahun 2008 maka M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan telah menetapkan Peraturan M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan M inimum Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan atau Korban Perdagangan Orang di Kabupaten Kota. SPM dimaksudkan sebagai pedoman bagi daerah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan serta pertanggungjawaban penyelenggaraan PPT bagi saksi dan atau korban tindak pidana perdagangan orang. 2. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten Kota Layak Anak KLA. Dalam r angka mengembangkan suatu model pembangunan yang mempertimbangkan pemenuhan hak dan kebutuhan anak sejak pr oses perencanaan, implementasi hingga pengawasan dan penilaiannya, maka Kementerian PP dan PA telah mengembangkan kebijakan kabupaten kota layak anak KLA sebagai langkah awal dalam rangka menciptakan pembangunan yang peduli terhadap hak, kebutuhan, dan kepentingan anak. 18 Kebijakan KLA telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara PP Nomor 02 tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten Kota Layak Anak. Kebijakan KLA dimaksudkan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan kabupaten kota melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutkan untuk memenuhi hak anak. 3. Peraturan M enter i Negara PP Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kabupaten Kota Layak Anak. Dalam rangka mendorong pelaksanaan kebijakan KLA di kabupaten kota maka sejak tahun 2009 telah diber ikan penghargaan kepada Bupati Walikota yang dinilai berprestasi dalam mewujudkan KLA. Untuk member ikan pedoman dan acuan bagi tim penilai dan tim verifikasi dalam menilai kabupaten kota yang telah mewujudkan KLA, agar dalam melakukan penilaian dilakukan secara obyektif, independen, netral, dan transparan, maka telah ditetapkan Peraturan M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kabupaten Kota Layak Anak. Penilaian dilakukan secara bertahap dengan member ikan penilaian terutama yang ber kaitan dengan adanya: 1 kebijakan yang telah dibuat terkait dengan perlindungan anak di daerahnya; 2 pengorganisasian yang dibentuk atau yang ada di daerah terkait dengan pemenuhan hak dan perlindungan anak; 3 pr ogram dan kegiatan yang dilakukan terkait dengan anak; 4 keuangan yang meliputi besarnya anggaran yang peduli terhadap anak baik yang bersumber pada APBD, donor dan lainnya; dan 5 adanya panduan kerja dan pelaporan masalah anak. 4. Peraturan Menteri Negara PP dan PA Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Keker asan terhadap Anak RAN PKTA. Dengan melihat eskalasi kekerasan terhadap anak yang tinggi dan adanya komitmen internasional yang sangat kuat dalam menghapuskan segala bentuk praktik kekerasan terhadap anak diharapkan akan mendorong untuk semakin 19 membaiknya kemauan politik nasional di bidang anak. Untuk itu telah disusun Rencana Aksi Nasional RAN Penghapusan Keker asan Terhadap Anak sebagai suatu aksi secara nasional yang jelas member ikan pedoman serta petunjuk kepada lembaga pemerintah untuk melakukan apa, dengan cara bagaimana, serta kapan harus dilaksanakan, sehingga pencegahan dan penanganan anak korban kekerasan dapat lebih terintegrasi dan dapat dilaksanakan secara optimal. RAN Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Terhadap Anak yang telah ditetapkan dalam Peraturan M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2010 terbagi dalam 5 program, yaitu: 1 Pencegahan dan Par tisipasi Anak, 2 Rehabilitasi Kesehatan, Rehabilitasi Sosial, 3 Pemulangan dan Reintegrasi Sosial, 4 Pengembangan Norma dan Penegakan Hukum, dan 5 Koordinasi dan Ker jasama. Pencapaian sasaran di atas tidak terlepas dar i berhasilnya pelaksanaan beberapa kegiatan yang menjadi pendukungnya, di antaranya : 1. Pertemuan finalisasi draft kebijakan Kota Layak Anak KLA dan uji coba dibeberapa daerah khususnya kabupaten kota yang menjadi pilot project KLA. 2. Advokasi dan sosialisasi visualisasi pengembangan kabupaten kota layak anak ke kecamatan dan desa kelurahan. 3. Penyusunan Panduan Penilaian dalam rangka Pember ian Penghar gaan KLA. 4. Pemberian penghargaan Kabupaten Kota Layak Anak bertepatan dengan Puncak Peringatan Hari Anak Nasional H AN tanggal 23 Juli 2009. 5. Up-dating Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan terhadap Anak RAN PKTA dan penyusunan payung hukum RAN PKTA. Secara umum keseluruhan pencapaian sasaran tersebut tidak mengalami hambatan atau kendala yang cukup berarti, namun demikian masih terdapat beberapa hambatan kecil antara lain dengan belum disepakatinya bentuk payung hukum, dan belum terumuskannya variabel indikator komposit yang menunjukan anak itu sejahtera dan terlindungi. 20 Guna menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan tersebut kami merekomendasikan bahwa perlu peningkatan status hukum untuk percepatan pengembangan KLA dalam bentuk Peraturan Presiden, kebijakan dan pr ogr am KPA hendaknya dipetakan prioritas tiap-tiap daerah yang ditetapkan melalui strategi PUH A. Selain itu, apabila dilihat capaian indikator kiner ja sasaran tersebut yang dicapai dihasilkan secara nyata pada tahun 2007 s.d 2009, dapat dikatakan bahwa tujuan ketiga yakni mewujudkan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan perlindungan anak yang telah ditetapkan dapat dicapai selama kurun waktu Renstra Revisi Kementerian PP dan PA 2007 – 2009. Secara ter inci terurai dalam matr iks berikut ini: N o I ndikator kiner ja 20 0 7 20 0 8 20 0 9 Tar get Realisasi Tar get Realisasi T ar get Realisasi 1. Jumlah kebijakan pembangunan perlindungan anak - - 1 2 2 4 D . Sasar an 4: Ter wujudnya kebijakan pem ban gunan yang r esponsif gender Salah satu upaya untuk mempersempit kesenjangan gender dalam pembangunan adalah dengan melakukan intervensi pada proses penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan sektor , dengan mempertimbangkan peran, kebutuhan, permasalahan, aspirasi dan pengalaman maupun persepsi yang berbeda antar a perempuan dengan laki-laki, khususnya faktor-faktor yang membatasi partisipasi salah satu pelaku dalam pelaksanaan, dan pengelolaan program dan kegiatan. Apabila perbedaan-perbedaan ter sebut tidak menjadi pertimbangan dalam pr oses perencanaan program dan anggaran pembangunan, akan dapat mengakibatkan kurang efisien dan efektifnya sasaran pelaksanaan program dan kegiatan. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi untuk mempercepat pencapaian kebijakan pr ogram dan kegiatan yang responsif gender, sehingga dapat mengakomodasikan seluruh pelaku pembangunan. 21 Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, Kementerian PP dan PA telah melakukan upaya penyusunan kebijakan pembangunan yang responsif gender. Untuk tahun 2009, pencapaian sasaran sebagaimana ter sebut di atas dapat dilihat pada matriks di bawah ini: N O SASARAN I ND I K ATOR K I N ERJA K ET. URAI AN TAR GET REALI SASI 1. Terwujudnya kebijakan KPP tentang pelaksanaan PUG di berbagai bidang pembangunan Adanya kebijakan, pelaksanaan PUG di Pusat dan daerah 2 kebijakan 2 kebijakan 100 Dar i matr iks di atas dapat dilihat bahwa dar i target indikator kiner ja yang ditetapkan untuk mengukur pencapaian sasaran tercapai 100 . Dua keebijakan adalah: 1. Panduan Penyusunan Pengintegrasian I su Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Per tanian. 2. Panduan Penyusunan Pengintegrasian I su Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Pekerjaan Umum. Alasan diwujudkannya kebijakan tersebut di atas sebagai berikut : 1. Menurut Badan Pusat Statistik BPS akhir tahun 2008: jumlah penduduk miskin adalah 41.1 juta jiwa atau 22 per sen dari total penduduk I ndonesia. Angka ini naik dari angka pada bulan Maret 2007 yaitu sebanyak 37,2 juta jiwa atau 17 persen dar i total penduduk I ndonesia BPS dalam Lintas Berita. Dari jumlah penduduk miskin tersebut, sekitar 60 persennya berada di perdesaan yang tentu saja sumber pendapatan utamanya berasal dari sektor pertanian. Sebagian besar 80 memiliki usaha mikro dan atau menguasai lahan dengan luasan kurang dari 0,3 hektar. Angka kemiskinan yang masih tinggi di wilayah perdesaan tersebut menjadi bukti bahwa pembangunan pertanian yang berorientasi hanya kepada produksi tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma 22 pembangunan pertanian dar i yang berorientasi pada pr oduksi tersebut menjadi pembangunan pertanian yang mengutamakan sumberdaya pelaku pembangunan pertanian people center ed agr icultur al development. Seperti diketahui bersama pembangunan sektor per tanian ber tujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agr ibisnis yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani. Ketahanan pangan lebih berkaitan er at dengan peningkatan produksi, di samping aspek distr ibusi dan konsumsi. Sedangkan pengembangan agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani lebih ber kaitan dengan peningkatan pr oduktivitas, mutu hasil dan efisiensi usaha pertanian. Dengan adanya panduan dalam mengintegrasikan isu gender ke dalam perencanaan dan penganggaran sektor pertanian, program dan kegiatan pembangunan di Departemen Pertanian diharapkan mampu mempercepat per tumbuhan ekonomi, meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi kemiskinan, melindungi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. I ntegrasi PUG dalam pembangunan per tanian merupakan suatu proses untuk menilai implikasi suatu peraturan, kebijakan, program kegiatan pembangunan pertanian terhadap para pelaku pembangunan, baik perempuan maupun laki- laki. Di lain pihak, PUG merupakan suatu strategi untuk menjadikan para pelaku pembangunan sebagai satu kesatuan yang solid. M ereka mempunyai peran sesuai dengan kapasitas terbaiknya, sehingga kalau kekuatan tersebut dimanfaatkan secara optimal, hasilnya juga menjadi optimal. Penguatan peran tersebut ditingkat akar rumput menjadi lebih strategis, baik melalui berbagai pr ogram pendampingan, maupun pelatihan secara terprogram. Diharapkan, pada akhirnya peningkatan kualitas tersebut dapat tercermin dalam melakukan pr oses pembangunan, mulai dari pr oses identifikasi masalah dan penentuan prioritas kegiatan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi berbagai kegiatan pr ogram pembangunan pertanian. Untuk itu semua, 23 diper lukan kebijakan integrasi PUG di dalam seluruh pr ogram pembangunan pertanian. Dengan diter bitkannya panduan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi para penanggung jawab program, para perencana sub-sektor di unit kerja perencanaan lingkup Departemen Pertanian, dalam melaksanakan penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender atau Per for mance Based Budgeting dengan ber basis analisis gender . 2. M asalah pekerjaan umum adalah masalah yang menyangkut infrastruktur, baik yang berkaitan dengan infrastruktur jalan, struktur dan design bangunan, peremajaan pemukim kumuh sampai kepada masalah air bersih dan sanitasi. I nfrsatruktur jalan mempunyai peran yang penting dalam sistem transportasi nasional dan mempunyai makna yang strategis dalam perspkektif kesejahteraan rakyat, dengan melayani sekitar 92 angkutan penumpang dan 90 angkutan barang pada jaringan jalan yang ada, demikian halnya dengan masalah penataan permukiman kumuh, merupakan per soalan kesejahteraan masyarkat juga karena menurut data yang ada di Indonesia terdapat 8 juta keluarga yang belum memiliki rumah layak huni atau rumah sehat. M asalah air adalah kita berbicara masalah kehidupan, karena kalau tubuh manusia tidak mendapatkan air maka akibatnya akan fatal dan bisa menyebabkan kematian. H al ini berarti bahwa pemenuhan kebutuhan air bagi manusia merupakan salah satu hak asasi yang harus dipenuhi, tetapi dalam kenyataannya sekitar 80 masyarakat Indonesia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan belum memiliki akses terhadap air bersih. Seper ti diketahui bersama pembangunan sektor pekerjaan umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan. Dengan adanya panduan dalam mengintegrasikan isu gender ke dalam perencanaan dan penganggar an sektor infrastruktur , program dan kegiatan pembangunan di Departemen Pekerjaan Umum diharapkan mampu 24 meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, mempercepat per tumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan ker ja baru, mengurangi kemiskinan, melindungi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat I ndonesia baik laki-laki maupun perempuan. I ntegrasi PUG dalam pembangunan peker jaan umum merupakan suatu pr oses untuk menilai implikasi suatu peraturan, kebijakan, program kegiatan pembangunan pertanian terhadap para pelaku pembangunan, baik perempuan maupun laki-laki. Di lain pihak, PUG merupakan suatu strategi untuk menjadikan para pelaku pembangunan sebagai satu kesatuan yang solid. M ereka mempunyai peran sesuai dengan kapasitas terbaiknya, sehingga kalau kekuatan tersebut dimanfaatkan secara optimal, hasilnya juga menjadi optimal. Penguatan peran tersebut ditingkat akar rumput menjadi lebih strategis, baik melalui berbagai program pendampingan, maupun pelatihan secara terprogram. Diharapkan, pada akhirnya peningkatan kualitas tersebut dapat tercermin dalam melakukan pr oses pembangunan, mulai dari pr oses identifikasi masalah dan penentuan prioritas kegiatan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi berbagai kegiatan program pembangunan per tanian. Untuk itu semua, diper lukan kebijakan integrasi PUG di dalam seluruh program pembangunan peker jaan umum. Dengan diter bitkannya panduan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi para penanggung jawab program, para perencana sub-sektor di unit kerja perencanaan lingkup Departemen Pekerjaan Umum, dalam melaksanakan penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender atau Per for mance Based Budgeting dengan berbasis analisis gender. Kegiatan tahun 2009 yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini adalah: 1. Pengintegrasian Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran Departemen Pertanian. 2. Pengintegrasian Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran Departemen Pekerjaan Umum. 25

E. Sasar an 5: Ter wujudnya kebijakan pem ber dayaan lem baga