index.php option=com docman&task=doc &gid=111&Itemid=121.

(1)

BAB I I I

AK U N TABI LI TAS K I N ERJA

Data dan informasi untuk penyusunan laporan ini bersumber dar i dokumen Rencana Kinerja Tahun 2009, Penetapan Kiner ja Tahun 2009, dan laporan tahunan setiap Satuan Kerja (Satker) yang dituangkan datanya ke dalam formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS), serta didasarkan pada analisis diskripsi yang telah disusun oleh setiap Satker di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Per lindungan Anak (KPP dan PA).

Pr ogram dan kegiatan yang dilakukan oleh KPP dan PA pada tahun 2009 merupakan implementasi dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam Renstra Kementerian Nengara Pemberdayaan Perempuan (KNPP) Tahun 2007-2009, Rencana Kinerja Tahun 2007-2009, dan Penetapan Kiner ja Tahun 2009.

Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan KPP dan PA dalam mencapai tujuh sasaran tersebut, berikut analisis dan hambatan dalam pencapaiannya, berikut ini akan diuraikan kinerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2009 dilihat dari masing-masing sasar an strategis yang telah ditetapkan.

A. Sasar an 1: Ter wujudnya kebijakan pen ingkatan kualitas hidup per em puan

Dalam Tahun Anggaran 2009, untuk capaian sasaran tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Per lindungan Anak telah mencapai target yang ditetapkan, yaitu menghasilkan 4 buah kebijakan sebagaimana dalam matr iks berikut di bawah ini:


(2)

N O SASARAN

I N DI K ATOR K I N ERJA

K ET URAI AN TARGET R EAL I SASI %

1. Terwujudnya kebijakan pembangunan PKH P

Rancangan Peraturan pemerintah tentang pornografi

1 kebijakan 1 kebijakan 80

Kebijakan perluasan cakupan penggunaan ASI

1 pedoman 1 pedoman 100

Pedoman RAN Peningkatan Posisi dan Peran Perempuan untuk M endukung Peningkatan Posisi & Peran Perempuan di Lembaga Eksekutif

1 pedoman 1 pedoman 95

Kebijakan Pendidikan tentang Iptek bagi

perempuan

1 kebijakan 1 kebijakan 75

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa target indikator yang digunakan untuk dapat mengukur pencapaian sasaran ini dapat dipenuhi dengan tingkat capaian masing-masing indikator ber beda-beda:

1. Peraturan Pemer intah tentang Por nografi menjadi target yang ingin dicapai pada tahun 2009. Capaian target kurang lebih 80% karena PP ini sudah selesai dalam tahap Rancangan Peraturan Pemerintah namun karena adanya kendala dimana naskah RPP ini sekarang masih dalam proses harmonisasi oleh Kementerian H ukum dan HAM yang menjadi kewenangannya.

2. Penyusunan Pedoman Pekan ASI dibuat setiap tahun. Pedoman ini dibuat sebagai suatu pedoman tentang pember ian ASI agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perempuan dalam pemberian ASI kepada bayi


(3)

mereka, agar anak-anak bangsa Indonesia menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Telah tercapai target 100% dan pedoman ini difokuskan pada perluasan cakupan penggunaan ASI .

3. Dalam r angka peningkatan par tisipasi politik perempuan pada tahun 2009 difokuskan pada bidang eksekutif, mengingat pada tahun-tahun sebelumnya lebih difokuskan pada bidang legislatif dalam rangka meningkatkan keter wakilan perempuan di lembaga legislatif pada Pemilu Tahun 2009. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran dan posisi perempuan di lembaga eksekutif, telah dilakukan penyusunan Pedoman Rencana Aksi Nasional (RAN) Peningkatan Peran dan Posisi Perempuan untuk mendukung Peningkatan Posisi dan Perempuan di Lembaga Eksekutif. Capaian target kurang lebih 95% dikarenakan pedoman ini masih dalam proses tahap akhir penyempurnaan. 4. Salah satu upaya untuk peningkatan akses perempuan di dalam teknologi,

dibuat suatu kebijakan iptek bagi perempuan pesisir .. Kebijakan ini baru pada taraf rekomendasi kesepakatan antara Kementerian Pemberdayaan Per empuan dengan kementerian/ lembaga pemerintah terkait antara lain Kominfo dan Kementerian Ristek untuk memudahkan perempuan dalam mengakses teknologi khususnya bagi perempuan pesisir. Capaian target kurang lebih 75% ini dikarenakan penyusunan kebijakan ini masih pada tahap rekomendasi kesepakatan.

Tidak ditemui adanya hambatan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di atas. Namun kegiatan yang dilaksanakan masih merupakan tahap awal dalam pembuatan suatu kebijakan dan masih harus ditindaklanjuti untuk lebih disempurnakan.

Adapun rekomendasi atau tindak lanjut dar i pencapaian sasaran sebagaimana tersebut di atas adalah sebagai ber ikut:

1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pornografi diharapkan dapat disahkan menjadi Peraturan Pemerintah pada tahun ber ikutnya.

2. Sebagai tindak lanjut penyusunan kebijakan pendidikan iptek bagi perempuan yang saat ini baru pada tahap adanya rekomendasi kesepakatan antar


(4)

kementerian/ lembaga ter kait, dihar apkan pada tahun berikutnya dibuat suatu Peraturan yang dapat memberikan kesempatan yang lebih luas lagi kepada perempuan dalam penggunaan iptek dan tidak hanya untuk perempuan pesisir. 3. Pedoman RAN Peningkatan Posisi dan Peran Perempuan di lembaga eksekutif ini untuk tahun 2010 dapat dijadikan dasar dalam mendorng Kementerian dan Lembaga terkait untuk membuat suatu kebijakan yang responsif gender dalam upaya mendukung peningkatan posisi dan peran perempuan di lembaga eksekutif.

Selain itu, apabila dilihat capaian indikator kiner ja sasaran tersebut yang dicapai/ dihasilkan secara nyata pada tahun 2007 s.d 2009, dapat dikatakan bahwa tujuan pertama yakni ”Ter wujudnya kebijakan peningkatan kualitas hidup perempuan” yang telah ditetapkan dapat dicapai selama kurun waktu Renstra Revisi KNPP 2007 – 2009. Secar a ter inci terurai dalam matriks berikut ini:

N o I ndikator kiner ja

20 0 7 20 0 8 20 0 9

Tar get Realisasi Tar get Realisasi Tar get Realisasi 1. Jumlah

kebijakan Peningkatan Kualitas H idup Perempuan

4 4 4 3 4 4

B. Sasar an 2: Ter wujudnya kebijakan pem bangunan per lindun gan per em puan

Pada tahun 2009, ada 6 kebijakan pembangunan perlindungan perempuan. 6 kebijakan tersebut dapat dilihat pada matr iks berikut ini:

N O SASARAN

I N D I KATOR KI N ERJA

K ET U RAI AN TARGET REALI SASI %

1 Jumlah Draft

Kebijakan Perempuan Kepala Keluarga

1 kebijakan 1 draft kebijakan

100

2 Jumlah draft

Kebijakan dan perangkat

1 kebijakan 1 draft kebijakan


(5)

N O SASARAN

I N D I KATOR KI N ERJA

K ET U RAI AN TARGET REALI SASI %

hukum perlindungan perempuan di daerah rawan konflik dan bencana

3 Jumlah Draft

kebijakan strategi pelembagaan nilai-nilai budaya damai didaerah rawan konflik dan bencana

1 kebijakan 1 draft kebijakan

100

4 Jumlah draft

RAN impelmentasi Resolusi 1325 tentang wanita, perdamaian dan kekerasan

1 kebijakan 1 draft kebijakan

100

5 Jumlah draft

Pedoman umum pelaksanaan perlindungan perempuan

1 kebijakan 1 draft kebijakan

100

6 Jumlah draft

perlindungan perempuan dalam bidang kesehatan

1 kebijakan 1 draft kebijakan

100

Berdasarkan matriks di atas, sasaran pr ogram terwujudnya kebijakan pembangunan perlindungan perempuan merupakan sasaran yang mempunyai andil besar dalam membangun kehidupan dalam upaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan per empuan melalui kebijakan-kebijakan perlindungan perempuan baik dalam perbaikan perangkat hukum di daerah konflik dan bencana, perlindungan perempuan sebagai kepala keluarga, perlindungan perempuan dalam pelembagaan nilai-nilai budaya, kebijakan sistem perlindungan perempuan lansia


(6)

nasional. Adapun implementasinya kebijakan diharapkan sebagai acuan para pengambil kebijakan di daerah dalam per lindungan perempuan.

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai sasaran ini adalah belum sinkron dan terkoordinasi antara program kegiatan pusat dan daerah, karena permasalahan dan pokok prioritas program daerah yang ber beda-beda.

Langkah-langkah yang perlu diambil adalah mengoptimalisasi peranan Pemerintah daerah terutama melakukan sinkronisasi, konsolidasi dan shar ing exper ience

dengan berbagai stakeholder dalam upaya penanganan perlindungan perempuan. Dalam realisasi pelaksanaan sasaran ini tampak bahwa sudah sesuai dengan target yang dtelah ditetapkan, hal ini menunjukkan bahwa Deputi Perlindungan Perempuan telah berhasil dalam melaksanakan kiner janya.

Dalam pencapaian sasaran, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya diperoleh gambar an sebagai berikut:

N O. SASARAN U RAI AN TAH U N AN GGARAN

20 0 7 20 0 8 20 0 9 1. Tersusunnya kebijakan

pembangunan untuk perlindungan

perempuan

Tersusunnya kebijakan pembangunan untuk

perlindungan perempuan

8 5 1

Pada tahun anggaran 2009 hampir semua sasaran dapat dicapai secara optimal, sehingga boleh dikatakan dalam 5 tahun periode pembangunan perlindungan perempuan dan upaya pember dayaan perempuan atau masuk dalam 3 tahun renstr a tidak ada kendala yang berarti, hanya ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan :

1. Bagaimana mengupayakan koordinasi, membangun dan memperkuat jejaring/ kemitr aan dengan berbagai lembaga pemer intah dan non pemerintah di tingkat nasional, propinsi dan Kabupaten/ kota. H al ini untuk menunjukkan komitmen yang kuat sebagai dasar merumuskan kebijakan perlindungan dan pemberdayaan perempuan.


(7)

2. M engoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfataan sumber-sumber daya dan dana utnuk mewujudkan tujuan dan sasran-sasaran startegis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian kiner janya masih berada di bawah target yang ditetapkan.

3. M elakukan penelitian dan kajian yang mendalam atau kuantitas target dari indikator kiner ja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perencanaan Kinerja tahun 2009 merupakan perencanaan tahunan terakhir dari rentang waktu periode Renstra, sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.

C. Sasar an 3: Ter wujudnya kebijakan pem bangunan per lindun gan anak

Dalam upaya memberikan acuan bagi sektor terkait di nasional, propinsi dan kabupaten/ kota, serta bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi-organisasi lainnya dalam upaya mewujudkan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak (KPA) sebagai suatu proses yang panjang dan ber kelanjutan, KPP dan PA telah menetapkan terwujudnya kebijakan pembangunan perlindungan anak sebagai salah satu sasaran yang akan dicapai.

Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target yang akan dicapai dan realisasi yang telah dicapai dalam tahun 2009 sebagai berikut:

N O SASARAN I N D I K ATOR K I N ERJA K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

1. Jumlah

kebijakan pembangunan perlindungan anak


(8)

Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa target indikator yang digunakan untuk dapat mengukur pencapaian sasaran ini dapat dipenuhi dengan tingkat capaian di atas 100%, bahkan mencapai 200%. Adapun 4 (empat) kebijakan yang dihasilkan pada tahun 2009 berupa :

1. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan M inimal Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang di kabupaten/ kota.

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 46 ayat (1) Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1), untuk mengatur tata cara dan mekanisme Pelayanan Terpadu telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Car a dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/ atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) PP 9 tahun 2008 maka M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan telah menetapkan Peraturan M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan M inimum Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/ atau Korban Perdagangan Orang di Kabupaten/ Kota.

SPM dimaksudkan sebagai pedoman bagi daerah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan serta pertanggungjawaban penyelenggaraan PPT bagi saksi dan/ atau korban tindak pidana perdagangan orang.

2. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/ Kota Layak Anak (KLA).

Dalam r angka mengembangkan suatu model pembangunan yang mempertimbangkan pemenuhan hak dan kebutuhan anak sejak pr oses perencanaan, implementasi hingga pengawasan dan penilaiannya, maka Kementerian PP dan PA telah mengembangkan kebijakan kabupaten/ kota layak anak (KLA) sebagai langkah awal dalam rangka menciptakan pembangunan yang peduli terhadap hak, kebutuhan, dan kepentingan anak.


(9)

Kebijakan KLA telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara PP Nomor 02 tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/ Kota Layak Anak. Kebijakan KLA dimaksudkan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan kabupaten/ kota melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutkan untuk memenuhi hak anak.

3. Peraturan M enter i Negara PP Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kabupaten/ Kota Layak Anak.

Dalam rangka mendorong pelaksanaan kebijakan KLA di kabupaten/ kota maka sejak tahun 2009 telah diber ikan penghargaan kepada Bupati/ Walikota yang dinilai berprestasi dalam mewujudkan KLA.

Untuk member ikan pedoman dan acuan bagi tim penilai dan tim verifikasi dalam menilai kabupaten/ kota yang telah mewujudkan KLA, agar dalam melakukan penilaian dilakukan secara obyektif, independen, netral, dan transparan, maka telah ditetapkan Peraturan M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kabupaten/ Kota Layak Anak.

Penilaian dilakukan secara bertahap dengan member ikan penilaian terutama yang ber kaitan dengan adanya: 1) kebijakan yang telah dibuat terkait dengan perlindungan anak di daerahnya; 2) pengorganisasian yang dibentuk atau yang ada di daerah terkait dengan pemenuhan hak dan perlindungan anak; 3) pr ogram dan kegiatan yang dilakukan terkait dengan anak; 4) keuangan yang meliputi besarnya anggaran yang peduli terhadap anak baik yang bersumber pada APBD, donor dan lainnya; dan 5) adanya panduan kerja dan pelaporan masalah anak.

4. Peraturan Menteri Negara PP dan PA Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Keker asan terhadap Anak (RAN PKTA).

Dengan melihat eskalasi kekerasan terhadap anak yang tinggi dan adanya komitmen internasional yang sangat kuat dalam menghapuskan segala bentuk praktik kekerasan terhadap anak diharapkan akan mendorong untuk semakin


(10)

membaiknya kemauan politik nasional di bidang anak. Untuk itu telah disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan Keker asan Terhadap Anak sebagai suatu aksi secara nasional yang jelas member ikan pedoman serta petunjuk kepada lembaga pemerintah untuk melakukan apa, dengan cara bagaimana, serta kapan harus dilaksanakan, sehingga pencegahan dan penanganan anak korban kekerasan dapat lebih terintegrasi dan dapat dilaksanakan secara optimal.

RAN Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Terhadap Anak yang telah ditetapkan dalam Peraturan M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2010 terbagi dalam 5 program, yaitu: 1) Pencegahan dan Par tisipasi Anak, 2) Rehabilitasi Kesehatan, Rehabilitasi Sosial, 3) Pemulangan dan Reintegrasi Sosial, 4) Pengembangan Norma dan Penegakan Hukum, dan 5) Koordinasi dan Ker jasama.

Pencapaian sasaran di atas tidak terlepas dar i berhasilnya pelaksanaan beberapa kegiatan yang menjadi pendukungnya, di antaranya :

1. Pertemuan finalisasi draft kebijakan Kota Layak Anak (KLA) dan uji coba dibeberapa daerah khususnya kabupaten/ kota yang menjadi pilot project KLA. 2. Advokasi dan sosialisasi visualisasi pengembangan kabupaten/ kota layak anak

ke kecamatan dan desa/ kelurahan.

3. Penyusunan Panduan Penilaian dalam rangka Pember ian Penghar gaan KLA. 4. Pemberian penghargaan Kabupaten/ Kota Layak Anak bertepatan dengan

Puncak Peringatan Hari Anak Nasional (H AN) tanggal 23 Juli 2009.

5. Up-dating Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan terhadap Anak (RAN PKTA) dan penyusunan payung hukum RAN PKTA.

Secara umum keseluruhan pencapaian sasaran tersebut tidak mengalami hambatan atau kendala yang cukup berarti, namun demikian masih terdapat beberapa hambatan kecil antara lain dengan belum disepakatinya bentuk payung hukum, dan belum terumuskannya variabel indikator komposit yang menunjukan anak itu sejahtera dan terlindungi.


(11)

Guna menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan tersebut kami merekomendasikan bahwa perlu peningkatan status hukum untuk percepatan pengembangan KLA dalam bentuk Peraturan Presiden, kebijakan dan pr ogr am KPA hendaknya dipetakan prioritas tiap-tiap daerah yang ditetapkan melalui strategi PUH A.

Selain itu, apabila dilihat capaian indikator kiner ja sasaran tersebut yang dicapai/ dihasilkan secara nyata pada tahun 2007 s.d 2009, dapat dikatakan bahwa tujuan ketiga yakni mewujudkan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan perlindungan anak yang telah ditetapkan dapat dicapai selama kurun waktu Renstra Revisi Kementerian PP dan PA 2007 – 2009. Secara ter inci terurai dalam matr iks berikut ini:

N o I ndikator kiner ja

20 0 7 20 0 8 20 0 9

Tar get Realisasi Tar get Realisasi T ar get Realisasi 1. Jumlah

kebijakan pembangunan perlindungan anak

- - 1 2 2 4

D . Sasar an 4: Ter wujudnya kebijakan pem ban gunan yang r esponsif gender

Salah satu upaya untuk mempersempit kesenjangan gender dalam pembangunan adalah dengan melakukan intervensi pada proses penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan sektor , dengan mempertimbangkan peran, kebutuhan, permasalahan, aspirasi dan pengalaman maupun persepsi yang berbeda antar a perempuan dengan laki-laki, khususnya faktor-faktor yang membatasi partisipasi salah satu pelaku dalam pelaksanaan, dan pengelolaan program dan kegiatan. Apabila perbedaan-perbedaan ter sebut tidak menjadi pertimbangan dalam pr oses perencanaan program dan anggaran pembangunan, akan dapat mengakibatkan kurang efisien dan efektifnya sasaran pelaksanaan program dan kegiatan. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi untuk mempercepat pencapaian kebijakan pr ogram dan kegiatan yang responsif gender, sehingga dapat mengakomodasikan seluruh pelaku pembangunan.


(12)

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, Kementerian PP dan PA telah melakukan upaya penyusunan kebijakan pembangunan yang responsif gender. Untuk tahun 2009, pencapaian sasaran sebagaimana ter sebut di atas dapat dilihat pada matriks di bawah ini:

N O SASARAN I ND I K ATOR K I N ERJA K ET.

URAI AN TAR GET REALI SASI ( %) 1. Terwujudnya

kebijakan KPP tentang

pelaksanaan PUG di berbagai bidang pembangunan

Adanya kebijakan, pelaksanaan PUG di Pusat dan daerah

2 kebijakan 2 kebijakan 100

Dar i matr iks di atas dapat dilihat bahwa dar i target indikator kiner ja yang ditetapkan untuk mengukur pencapaian sasaran tercapai 100 %. Dua keebijakan adalah:

1. Panduan Penyusunan Pengintegrasian I su Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Per tanian.

2. Panduan Penyusunan Pengintegrasian I su Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Pekerjaan Umum.

Alasan diwujudkannya kebijakan tersebut di atas sebagai berikut :

1. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) akhir tahun 2008: jumlah penduduk miskin adalah 41.1 juta jiwa atau 22 per sen dari total penduduk I ndonesia. Angka ini naik dari angka pada bulan Maret 2007 yaitu sebanyak 37,2 juta jiwa atau 17 persen dar i total penduduk I ndonesia (BPSdalam Lintas Berita). Dari jumlah penduduk miskin tersebut, sekitar 60 persennya berada di perdesaan yang tentu saja sumber pendapatan utamanya berasal dari sektor pertanian. Sebagian besar (80%) memiliki usaha mikro dan atau menguasai lahan dengan luasan kurang dari 0,3 hektar.

Angka kemiskinan yang masih tinggi di wilayah perdesaan tersebut menjadi bukti bahwa pembangunan pertanian yang berorientasi hanya kepada produksi tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma


(13)

pembangunan pertanian dar i yang berorientasi pada pr oduksi tersebut menjadi pembangunan pertanian yang mengutamakan sumberdaya pelaku pembangunan pertanian (people center ed agr icultur al development).

Seperti diketahui bersama pembangunan sektor per tanian ber tujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agr ibisnis yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani. Ketahanan pangan lebih berkaitan er at dengan peningkatan produksi, di samping aspek distr ibusi dan konsumsi. Sedangkan pengembangan agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani lebih ber kaitan dengan peningkatan pr oduktivitas, mutu hasil dan efisiensi usaha pertanian.

Dengan adanya panduan dalam mengintegrasikan isu gender ke dalam perencanaan dan penganggaran sektor pertanian, program dan kegiatan pembangunan di Departemen Pertanian diharapkan mampu mempercepat per tumbuhan ekonomi, meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi kemiskinan, melindungi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

I ntegrasi PUG dalam pembangunan per tanian merupakan suatu proses untuk menilai implikasi suatu peraturan, kebijakan, program/ kegiatan pembangunan pertanian terhadap para pelaku pembangunan, baik perempuan maupun laki-laki. Di lain pihak, PUG merupakan suatu strategi untuk menjadikan para pelaku pembangunan sebagai satu kesatuan yang solid. M ereka mempunyai peran sesuai dengan kapasitas terbaiknya, sehingga kalau kekuatan tersebut dimanfaatkan secara optimal, hasilnya juga menjadi optimal. Penguatan peran tersebut ditingkat akar rumput menjadi lebih strategis, baik melalui berbagai pr ogram pendampingan, maupun pelatihan secara terprogram. Diharapkan, pada akhirnya peningkatan kualitas tersebut dapat tercermin dalam melakukan pr oses pembangunan, mulai dari pr oses identifikasi masalah dan penentuan prioritas kegiatan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi berbagai kegiatan/ pr ogram pembangunan pertanian. Untuk itu semua,


(14)

diper lukan kebijakan integrasi (PUG) di dalam seluruh pr ogram pembangunan pertanian.

Dengan diter bitkannya panduan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi para penanggung jawab program, para perencana sub-sektor di unit kerja perencanaan lingkup Departemen Pertanian, dalam melaksanakan penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender atau

Per for mance Based Budgeting dengan ber basis analisis gender .

2. M asalah pekerjaan umum adalah masalah yang menyangkut infrastruktur, baik yang berkaitan dengan infrastruktur jalan, struktur dan design bangunan, peremajaan pemukim kumuh sampai kepada masalah air bersih dan sanitasi. I nfrsatruktur jalan mempunyai peran yang penting dalam sistem transportasi nasional dan mempunyai makna yang strategis dalam perspkektif kesejahteraan rakyat, dengan melayani sekitar 92% angkutan penumpang dan 90% angkutan barang pada jaringan jalan yang ada, demikian halnya dengan masalah penataan permukiman kumuh, merupakan per soalan kesejahteraan masyarkat juga karena menurut data yang ada di Indonesia terdapat 8 juta keluarga yang belum memiliki rumah layak huni atau rumah sehat.

M asalah air adalah kita berbicara masalah kehidupan, karena kalau tubuh manusia tidak mendapatkan air maka akibatnya akan fatal dan bisa menyebabkan kematian. H al ini berarti bahwa pemenuhan kebutuhan air bagi manusia merupakan salah satu hak asasi yang harus dipenuhi, tetapi dalam kenyataannya sekitar 80% masyarakat Indonesia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan belum memiliki akses terhadap air bersih.

Seper ti diketahui bersama pembangunan sektor pekerjaan umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Dengan adanya panduan dalam mengintegrasikan isu gender ke dalam perencanaan dan penganggar an sektor infrastruktur , program dan kegiatan pembangunan di Departemen Pekerjaan Umum diharapkan mampu


(15)

meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, mempercepat per tumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan ker ja baru, mengurangi kemiskinan, melindungi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat I ndonesia baik laki-laki maupun perempuan.

I ntegrasi PUG dalam pembangunan peker jaan umum merupakan suatu pr oses untuk menilai implikasi suatu peraturan, kebijakan, program/ kegiatan pembangunan pertanian terhadap para pelaku pembangunan, baik perempuan maupun laki-laki. Di lain pihak, PUG merupakan suatu strategi untuk menjadikan para pelaku pembangunan sebagai satu kesatuan yang solid. M ereka mempunyai peran sesuai dengan kapasitas terbaiknya, sehingga kalau kekuatan tersebut dimanfaatkan secara optimal, hasilnya juga menjadi optimal. Penguatan peran tersebut ditingkat akar rumput menjadi lebih strategis, baik melalui berbagai program pendampingan, maupun pelatihan secara terprogram. Diharapkan, pada akhirnya peningkatan kualitas tersebut dapat tercermin dalam melakukan pr oses pembangunan, mulai dari pr oses identifikasi masalah dan penentuan prioritas kegiatan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi berbagai kegiatan/ program pembangunan per tanian. Untuk itu semua, diper lukan kebijakan integrasi (PUG) di dalam seluruh program pembangunan peker jaan umum.

Dengan diter bitkannya panduan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi para penanggung jawab program, para perencana sub-sektor di unit kerja perencanaan lingkup Departemen Pekerjaan Umum, dalam melaksanakan penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender atauPer for mance Based Budgeting dengan berbasis analisis gender. Kegiatan tahun 2009 yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini adalah:

1. Pengintegrasian Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran Departemen Pertanian.

2. Pengintegrasian Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran Departemen Pekerjaan Umum.


(16)

E. Sasar an 5: Ter wujudnya kebijakan pem ber dayaan lem baga m asyar akat dalam pem bangunan PP dan PA

Dalam upaya memberikan acuan bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi-organisasi lainnya dalam upaya mewujudkan Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak, KPP dan PA telah menetapkan terwujudnya kebijakan pembangunan perlindungan anak sebagai salah satu sasaran yang akan dicapai. Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut, telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kiner ja ber ikut target yang akan dicapai dan realisasi yang telah dicapai dalam tahun 2009 sebagai berikut:

N O SASARAN I N D I KATOR K I N ERJA K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI ( %) 1. Tewujudnya

kebijakan pemberdayaan Lembaga M asyarakat dalam

pembangunan PP dan PA

Jumlah Kebijakan yang akan digunakan sebagai pedoman bagi Lembaga M asyarakat yang

mendukung PP dan PA

3 kebijakan Lembaga M asyarakat

2 kebijakan Lembaga M asyarakat

67 %

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran ini sudah diperoleh dengan tingkat capaian 67 % untuk kegiatan penyusunan NSPK dan Renstr a, sedangkan untuk kebijakan bagi Lembaga M asyarakat masih berupa draft pedoman bagi Lembaga Masyarakat yang mendukung program pembangunan PP dan PA. Hambatan dan kendala dalam penyusunan kebijakan bagi Lembaga Masyarakat adalah masih adanya beberapa butir yang belum disepakati antara KPP dan PA dengan Lembaga Masyarakat, sehingga pada akhir anggaran kegiatan tersebut masih berupa draft.


(17)

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, telah ditetapakan 2 program prioritas, yaitu: Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan dan Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.

Kegiatan yang mendukung Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan adalah : berupa pengkajian dan penyusunan peraturan – peraturan seperti penyusunan NSPK, Renstra dan Penyusunan Kebijakan Lembaga M asyar akat yang mendukung program pembangunan PP dan PA.

Kegiatan yang mendukung Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak adalah berupa Peningkatan Kapasitas Pengarusutamaan Gender dan Anak melalui kegiatan Sosialisasi dan Advokasi PUG dan PUA, TOT Politik bagi kader Or sospol di 11 Provinsi, TOT KKG bagi kader Organisasi Keagamaan di 5 Provinsi serta Fasilitasi Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di 40 Kab/ Kota.

Selain itu, kegiatan lain yang mendukung sasaran adalah:

1. Roadshow M enteri ke Organisasi media massa dan Ormas Keagamaan. Dari 10 kegiatan yang direncanakan baru terlaksana 6 kegiatan (60 %), hambatan yang dialami mengapa kegiatan roadshow tidak tercapai 100 % karena kegiatan roadshow mengikutsertakan Menter i dan Eselon I di lingkup Kementerian, sehingga pelaksanaan kegiatan harus menyesuaikan jadwal M enteri dan jajaran Eselon I . Roadshow ini sudah menghasilkan komitmen M enteri dengan 3 Pimpinan Organisasi Keagamaan (MUI , WKRI dan PHDI ) yang diharapkan dapat ditindaklanjuti.

2. Penyusunan dan pencetakan materi KI E Politik

Kegiatan ini ber tujuan untuk membantu sarana komunikasi, edukasi dan informasi bidang politik dalam rangka terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan Gender serta member ikan pemahaman isu str ategis di lingkup politik untuk memperjuangkan perempuan dalam berbagai jabatn public dan sebagai pengambil keputusan, baik di lembaga Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif. M ateri KI E berupa Leaflet, booklet, poster dan brosur.


(18)

3. Penyempurnaan modul TOT KKG bagi Ormas Keagamaan

Kegiatan ini merupakan menyempurnakan modul TOT yang sudah ada. Tim penyusun dalam kegiatan ini, selain dari lingkup KPP dan PA juga melibatkan Organisasi Keagamaan yang menjadi mitra dan tergabung dalam Tim Pokja Asdep Urusan Organisasi Keagamaan (seperti MUI , WKRI , Al-H idayah, PP.Aisyiyah, PP Muslimat NU, PHDI ). Modul TOT ini merupakan bahan ajar yang baku dan komprehensif tentang KKG bagi kader Organisasi Keagamaan. 4. Penyempurnaan buku panduan P2TP2A

Kegiatan penyempurnaan buku panduan ini mutlak dilaksanakan mengingat buku panduan yang ada saat ini sudah tidak akomodatif lagi, sebagai gambaran dalam pendirian P2TP2A disyaratkan perlu adanya suatu kajian. Untuk menyesuaikan dengan Kebijakan Pemerintah saat ini, maka kajian yang diisyaratkan menjadi tidak diperlukan lagi. Penerima manfaat dari buku panduan ini adalah I nstitusi/ Lembaga/ Organisasi Pr ofesi dan Swasta, Fasilitator yang menangani P2TP2A.

5. Evaluasi tindak lanjut MoU antara Menteri PP dengan 14 Organisasi Keagamaan

Sebagai tindak lanjut dar i Kesepakatan bersama antara M enteri PP dengan 14 Ormas Keagamaan (MUI , PP.Muslimat NU, PP. Aisyiyah, PGI , WKRI , PHDI , Walubi, M atakin, PP. M uhammadiyah, PP.I RM , GP.Ansor, Pengajian Al-H idayah, FM KI dan Peradah). Dalam rangka mengembangkan dan menindaklanjuti hasil MOU ter sebut maka diper lukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan dan efektifitas kerjasama yang sudah dilakukan. Kegiatan ini menghasilkan Rekomendasi antara lain masih diperlukan MOU dengan memperluas jaringan ormas keagamaan lainnya dan melibatkan Ormas terkait dalam penyusunan kegiatan.

6. Evaluasi pelaksanaan P2TP2A di 9 Provinsi/ Kab/ Kota.

Evaluasi ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi (ber dasar kan indikator yang ditetapkan) dengan tujuan untuk


(19)

meningkatkan efisiensi dan efektifitas program dan kegiatan P2TP2A agar dapat menjadi lebih efektif. Disamping itu evaluasi juga sebagai alat manajemen inter nal untuk mengevaluasi proses dan kinerja organisasi serta pr ogram P2TP2A. Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan akan ter identifikasi permasalahan dan hambatan yang timbul agar langsung dapat diatasi, kemudian mengkaji apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana.

7. Sosialisasi dan advokasi PUG bagi Organisasi Keagamaan, LSM, Pr ofesi/ Swasta, Orsospol dan Media Massa di 5 Provinsi

Lembaga Masyarakat, dalam hal ini Organisasi Keagamaan, LSM, Or ganisasi Pr ofesi/ Swasta, Organisasi Sosial Politik dan I nstitusi Media Massa, masih harus terus-menerus di intervensi melalui Advokasi dan Sosialisasi strategi PUG. Kagiatan ini sangat penting dalam rangka mempercepat percapaian KKG disegala bidang, sehingga diperlukan peran dari seluruh komponen masyarakat termasuk di dalamnya lembaga masyarakat. Dari kegiatan tersebut diharapkan akan meningkatkan pemahaman dan kemampuan lembaga masyarakat dalam pembangunan dalam rangka pengarusutamaan gender, serta mendorong kesadaran lembaga mesyarakat untuk melakukan upaya-upaya dibidang pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak.

8. Sosialisasi dan advokasi peran aktif WCC di 5 Pr ovinsi

Pendirian Women Cr isis Center (WCC) merupakan wadah pelayanan bagi perempuan dan anak korban keker asan, untuk menindaklanjuti hasil konferensi Beijing yang telah mencanangkan Zer o Toler ance Policy, yaitu kebijakan yang tidak mentolerir sedikitpun adanya tindak kekerasan terhadap perempuan. Dengan semakin meningkatnya tindak kekerasan yang ter jadi di masyarakat, maka perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan WCC di masyarakat. Diharapkan dengan sosialisasi ini masyarakat yang membutuhkan pelayanan ini dapat memanfaatkannya.


(20)

9. Pelatihan/ TOT politik bagi kader Orsospol tingkat Kab/ Kota

Pelatihan kader Orsospol merupakan forum pelatihan dalam r angka meningkatkan wawasan, kemampuan dan pengetahuan perempuan dibidang politik, serta meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu strategis pembangunan pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan, khususnya di bidang politik dan pengambilan keputusan serta membangun demokrasi seutuhnya, sehingga mereka dapat menyusun strategi dan melaksanakan upaya peningkatan partisipasi politik perempuan di daerahnya masing-masing. H asil dar i kegiatan ini diperolehnya fasilitator sebanyak 528 orang yang tersebar di 11 provinsi.

10. Pelatihan/ TOT KKG bagi kader Organisasi Keagamaan di 5 Provinsi

Kegiatan ini sangat penting karena masih rendahnya komitmen tokoh-tokoh di organisasi keagamaan dalam mendukung pelaksanaan program PP dan PA. Juga masih banyaknya tafsir ayat-ayat suci yang masih bersifat tekstual, tanpa melihat konteksnya, sehingga hanya ditafsirkan secara parsial dan tidak komprehensif. Adanya kegiatan ini menghasilkan fasilitator sebanyak 170 or ang yang tersebar di 5 provinsi. Bagi fasilitator telah disediakan bahan ajar yang baku dan komprehensif tentang KKG. H ambatan dan kendala dalam kegiatan ini adalah pengir iman peser ta sering tidak sesuai dengan kriteria, pada tingkat TOT seharusnya peserta sudah memahami dan mendalami teori dan konsep gender , bukan pemula yang masih bias gender .

11. Pembentukan Opini di Media Massa

Kegiatan Pembentukan Opini di Media Massa, dari 6 kegiatan yang direncanakan baru terlaksana 3 kegiatan (50%). Pembentukan Opini merupakan kegiatan berupa pemuatan tulisan dan hasil wawancara dengan M eneg. PP di surat kabar nasional dan majalah terbitan Jakar ta yang ditulis oleh Narasumber/ Pakar tentang Pemberdayaan Perempuan dan isu-isu strategis Perempuan dan Anak yang dihar apkan akan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan perlunya KKG. Salah satu


(21)

Narasumber dari kegiatan ini adalah M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Pimpinan redaksi media cetak sehingga hambatan dalam kegiatan ini adalah jadwal wawancara antara M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan dengan Pimpinan redaksi media cetak.

H ambatan dalam mewujudkan kebijakan pemberdayaan lembaga masyarakat antara lain adalah masih dirasakan kurangnya pemahaman tentang konsep gender termasuk strategi PUG di lembaga masyarakat, dan masih lemahnya koordinasi serta rendahnya komitmen tokoh/ pimpinan lembaga masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program PP dan PA.

Adapun rekomendasi atau tindak lanjut dalam mengatasi hambatan yang dihadapi adalah sebagai berikut:

1. Adanya Komitmen yang tinggi dari M enter i terkait dengan Lembaga M asyarakat dan I nstitusi M edia M assa salah satunya dengan melakukan kunjungan ke I nstitusi M edia Massa dan Organisasi Keagamaan sangat mendukung untuk mendorong dan memotivasi dalam mendukung keberhasilan pr ogram pembangunan pemberdayaan perempuan.

2. Diper lukan komunikasi yang intensif dan ber kesinambungan antara pemerintah dan lembaga masyarakat dengan mengadakan pertemuan focal point SKPD, Lembaga Masyarakat untuk membahas pr ogram PP dan PA sebelum dilaksanakannya M usrenbang tingkat kabupaten/ kota, provinsi dan Pusat.

3. Tersedianya fasilitator PUG dari Lembaga Masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk menyebar luaskan program pembangunan PP dan PA. 4. Lembaga Masyarakat diharapkan memiliki program kerja tahunan yang terkait

dengan pr ogram PP dan PA.

5. Sosialisasi gender lebih intensif pada lembaga masyarakat sehingga lembaga masyarakat tidak memiliki pemahaman yang parsial dan tidak komprehensif. 6. M eningkatkan dan menguatkan peran lembaga masyarakat dalam


(22)

jabatan publik (eksekutif, legislatif, yudikatif dan masyarakat), melalui pendidikan kewarganegaraan dan politik diberbagai tingkatan dan sasar an, dan memperkuat jaringan ker jasama antara pemer intah (pusat dan daerah), lembaga masyarakat, dunia usaha dan media massa.

7. M enguatkan sinergi dan fungsi lembaga masyarakat guna meningkatkan pelaksanaan program pember dayaan perempuan dan kesejahteraan dan per lindungan anak.

8. Penguatan kapasitas SDM melalui pelatihan-pelatihan, pendidikan dan study banding.

F. Sasar an 6: Ter wujudnya per janjian antar lem baga

Dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah menetapkan terwujudnya perjanjian antar lembaga sebagai salah satu sasaran yang akan dicapai dengan indikator kinerjanya. Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kiner ja ber ikut target yang akan dicapai dan realisasi yang telah dicapai dalam tahun 2009 sebagai berikut:

1. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender adalah sebagai berikut:

I ND I K ATOR K I N ERJA

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Jumlah M oU antara KPP dan PA dengan

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota

15 provinsi 200

kabupaten/ kota

15 provinsi

-100

Dar i matriks di atas dapat dilihat bahwa target yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran ini telah tercapai 100 % hanya di provinsi. Sementara target untuk kabupaten/ kota tidak dapat diwujudkan karena ada kebijakan fasilitasi hanya sampai tingkat provinsi.


(23)

2. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Per lindungan Anak melalui Deputi Bidang Peningkatan Kualitas H idup Perempuan adalah sebagai ber ikut:

I ND I K ATOR K I N ERJA

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Jumlah M OU : Dengan K/ L Dengan Pemda

Dengan LSM

13 K/ L 33 Prov 100 Kab/ kota 10 lembaga

13 K/ L 33 Prov 23 Kab/ kota 10 lembaga

100 100 23 100

Perjanjian antar lembaga meliputi perjanjian dengan Kementerian/ Lembaga, Provinsi, Kabupaten-Kota, dan Lembaga masyarakat melalui stimulan yang meliputi 5 bidang yaitu pendidikan perempuan, kesehatan perempuan, ekonomi perempuan, partisipasi politik perempuan dan sosial budaya dan lingkungan untuk pembentukan dan pengembangan forum PKHP. Pencapaian target dengan K/ L telah mencapai 100% begitu pula dengan lembaga masyarakat. Sedangkan dengan kabupaten kota, dalam target renstra 2007-2009 adalah 100 Kab/ Kota, namun realisasinya hanya 23%. Ini dikarenakan pada saat pembuatan renstra tidak mengacu pada anggaran yang tersedia, sehingga pada saat pelaksanaan pagu anggaran yang ada tidak dapat mencakup sebanyak 100 Kab/ Kota.

3. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Perlindungan Perempuan adalah sebagai berikut:

SASARAN U RAI AN TAH U N AN GGARAN

20 0 7 20 0 8 20 0 9 Terwujudnya

kebijakan pemberdayaan lembaga masyarakat dalam

Terbentuknya wadah-wadah kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah di tingkat nasional,


(24)

SASARAN U RAI AN TAH U N AN GGARAN 20 0 7 20 0 8 20 0 9 pembangunan PP

dan PA

propinsi dan kabupaten kota

Terbentuknya jaringan kerja dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten kota

2 M OU 2 M OU 2 M OU

Dar i matriks di atas dapat diketahui bahwa per janjian mengenai terbentuknya wadah-wadah kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten kota pada tahun 2007 sebanyak 5 MOU, pada tahun 2008 sebanyak 5 MOU, dan pada tahun 2009 juga sebanyak 5 M OU.

Sementara perjanjian mengenai ter bentuknya jaringan kerja dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah di tingkat nasional, pr opinsi dan kabupaten kota pada tahun 2007 sebanyak 2 M OU, pada tahun 2008 sebanyak 2 M OU, dan pada tahun 2009 sebanyak2 MOU.

4. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Per lindungan Anak adalah sebagai ber ikut:

D a r i

m a

I ND I K ATOR K I N ERJA

K ET

U RAI AN TARGET R EAL I SASI %

Jumlah M OU : Dengan K/ L Dengan Pemda Dengan LSM Bilateral M ultilateral

11 Pemda 200 Pemda Kab 2 lembaga

20 prov Kab

4 LSM peduli anak

1 badan dunia


(25)

M atriks di atas menunjukan bahwa target indikator-indikator yang digunakan untuk dapat mengukur pencapaian sasaran ini sebagian besar sudah dapat dipenuhi dengan capaian 100%.

Selain itu, matriks tersebut menujukan bahwa M OU atau Surat Perjanjian Ker jasama antara Kementer ian Pember dayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan pemerintah propinsi dan kabupaten/ kota serta organisasi/ lembaga peduli anak tentang fasilitasi program PP dan PA melalui Stimulan telah dilakukan sesuai target bagi Kelembagaan PP dan PA Pr ovinsi, Kabupaten/ Kota dan LSM.

I ndikator yang belum mencapai target adalah Kementerian/ lembaga pemerintah yang telah mengintegrasikan kebijakan PA ke dalam kebijakan kementerian/ lembaga. Namun demikian, beberapa kementerian/ lembaga pemerintah di nasional yang telah mengintegrasikan kebijakan PP dan PA dalam kebijakan masing-masing antara lain adalah :

a. Kementer ian Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas); b. Kementer ian Hukum dan H AM (UU Pengadilan Anak); c. Kementer ian Dalam Neger i (UU 23/ 2006 tentang Adminduk) d. Kementer ian Kesehatan (UU Kesehatan)

e. Kementer ian Sosial (PP Pengangkatan anak)

f. Kepolisian dengan pendirian Unit Perlindungan Perempuan dan Anak; g. Kementer ian Tenaga Kerja dengan meratifikasi beberapa konvensi

inter nasional tentang pekerja anak; h. Bappenas

i. Kementer ian Luar Neger i j. BKKKBN.

Selain itu, beber apa pr ovinsi dan kabupaten/ kota telah mengintegrasikan ke dalam Peraturan Daerah antara lain dengan diterbitkannya Peraturan Daerah tentang Akta Kelahir an Bebas Biaya dan menurut catatan Kementerian PP dan PA sudah ada 191 Perda. Selain itu, sudah ada beberapa daerah yang telah


(26)

menetapkan Perda yang khusus mengenai perlindungan anak dan Perda tentang Perdagangan Perempuan dan anak.

Ber bagai upaya terus dilakukan agar Kementerian/ lembaga pemerintah baik di nasional, propinsi, maupun kabupaten/ kota mengintegrasikan kebijakan PA ke dalam kebijakan kementerian/ lembaga. Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti:

a. Penyusunan strategis Pengarusutamaan H ak Anak;

b. Sosialisasi berbagai kebijakan dan pr ogram baru ber kaitan dengan PA; c. Rapat koordinasi;

d. Penyusunan laporan negar a tentang pelaksanaan Konvensi H ak Anak. 5. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga M asyarakat:

I ND I K ATOR K I N ERJA

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI ( %)

Jumlah M OU dengan Pemda

10 M OU Provinsi, 40 MOU Kab/ Kota

10 M OU Provinsi, 40 M OU Kab/ Kota

100

100

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa target indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran ini telah tercapai 100 %. Dilihat dari tingkat keberhasilan, Kegiatan Peningkatan kapasitas PUG bagi Lembaga M asyarakat di 10 Provinsi berupa Sosialisasi dan Advokasi kepada Pimpinan dan anggota Lembaga M asyarakat terkait yang mendukung program pembangunan PP dan PA. H asil yang diharapkan dari kegiatan ini merupakan meningkatnya pemahaman dan kesadaran bagi Pimpinan dan anggota Lembaga Masyarakat tentang Pengarusutamaan Gender dalam mewujudkan KKG. H ambatan dan Kendala yang dialami dalam kegiatan ini salah satunya adalah tingginya tingkat


(27)

mutasi di kalangan Lembaga M asyarakat sehingga mater i yang didapat belum tersosialisasi di lingkungan Organisasinya.

Kegiatan Sosialisasi pembentukan P2TP2A dan TOT Manajemen Pengelola P2TP2A sudah dilaksanakan di 40 Kab/ Kota, tetapi dar i hasil pemantauan pada akhir tahun anggaran 2009, ternyata baru 8 Kab/ Kota (Kab.5o Kota, Kab. Klaten, Kab.Kuningan, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Bolaang M ongondow, Kab. Sambas, Kota Bogor dan Kota Cirebon) yang telah membentuk P2TP2A, jadi baru sekitar 20% yang melaporkan pembentukan P2TP2A ke KPP dan PA. H ambatan dan kendala dari kegiatan ini berupa kurangnya komitmen dari Pemda, dukungan sarana dan prasarana, dana ter masuk SDM yang mau bekerja sebagai tenaga volunteer serta masih rendahnya kemitraan dan kerjasama antara Pemda dengan Lembaga Masyarakat. Disamping itu Kab/ Kota yang sudah mendapatkan fasilitasi pembentukan masih mengharapkan adanya tindak lanjut kegiatan dari Pemer intah Pusat berupa pelatihan yang mendukung ketrampilan pimpinan dan anggota P2TP2A. H ambatan lain, masih ada daerah yang telah membentuk P2TP2A tetapi belum melaporkan ke Pusat sehingga tidak terdata.

Kegiatan tahun 2009 yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini adalah : 1. Peningkatan Kapasitas PUG bagi Lembaga M asyarakat di 10 Provinsi 2. Fasilitasi Pembentukan P2TP2A dan TOT Manajemen Pengelola P2TP2A. G. Sasar an 7: Ter wujudnya tata kepem er intahan yan g baik

Terwujudnya tata keper intahan yang baik, ditunjukkan dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1. M eningkatnya Sosialisasi dan Pemberitaan Program PP dan PA


(28)

I N D I K ATOR SASARAN

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Jumlah pemberitaan program PP dan PA di media masa

36 kali 36 kali 100

Penerbitan Media Perempuan

6 edisi 6 edisi 100

Dar i indikator ter sebut dapat digambarkan bahwa sasaran tercapai 100 %. Kegiatan-kegiatan yand telah dilakukan dalam rangka untuk mencapai sasaran tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan Kehumasan dan Pr otokol; b. Penyelenggaraan Per temuan Bakohumas; c. Pertemuan Forum War tawan

d. Roadshow ke Media

e. Kunjungan Jurnalistik/ Press tour f. Pameran, Publikasi dan Pr omosi; g. Pengelolaan Perpustakaan

h. Pengelolaan Kotak Pos 1000 dan

i. Penyusunan Materi dan Pelaksanaan KI E j. Diklat Teknis Kehumasan

2. M eningkatnya kualitas pelayanan administrasi umum

Pengelolaan berbagai program/ kegiatan lembaga dipengaruhi oleh ketersediaan komponen pendukung yang memadai. Salah satu diantaranya adalah pengelolaan administrasi umum.

Pengelolaan administrasi umum yang efektif dan efisien, terutama dalam kaitannya dengan administrasi keuangan, kepegawaian, sarana dan prasarana, kerumahtanggaan dan pelayanan penerbitan SPM akan sangat mendukung peningkatan kinerja lembaga.

H asil yang dicapai dalam kegiatan ini adalah pengadaan sistem informasi keuangan, pengelolaan gaji PNS, capacity building, pendidikan dan pelatihan


(29)

baik struktural, fungsional maupun teknis, sistem infor masi kepegawaian, belanja keperluan seharí-hari per kantoran, belanja inventar is kantor, belanja langganan daya dan jasa, belanja perjalanan biasa dalam dan luar neger i, belanja modal peralatan dan mesin, ser ta pengadaan per lengkapan kantor. Kegiatan-kegiatan seperti ter sebut di atas sangat ber manfaat bagi pegawai, dan KPP dan PA.

a. Pegawai, yaitu: (1) meningkatnya kesejahteraan pegawai; dan (2) meningkatnya productivitas dan kiner ja individu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yaitu memperoleh layanan keadministrasian yang baik, memuaskan, efektif dan efisien di bidang keuangan, kepegawaian, dan penyediaan sarana dan prasarana kerumahtanggaan.

3. M eningkatnya kompetensi aparatur KPP dan PA

Dalam rangka mendukung implementasi pembangunan kapasitas (capacity building) pegawai di lingkungan KPP dan PA, dilatarbelakangi masih banyaknya pegawai yang belum memahami tugas dan fungsi serta peran KPP dan PA.

Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas pegawai KPP dan PA perlu dilaksanakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, era globalisasi, dan era otonomi, ser ta pembangunan pemberdayaan perempuan di masa yang akan datang, serta amanat perundang-undangan yang terus berkembang. Di samping itu seluruh pegawai KPP dan PA perlu memahami berbagai peraturan seiring dengan permasalahan yang terjadi di masa kini.

Sehubungan dengan itu Bir o Umum telah melakukan ber bagai pendidikan dan pelatihan baik diklat struktural, fungsional maupun diklat teknis.


(30)

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pegawai yang mampu mendukung secara optimal tugas dan fungsi KPP dan PA.

H asil yang dicapai pada kegiatan ini adalah terwujudnya pegawai KPP dan PA yang kompeten dan profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal.

Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah adanya rasa percaya diri pegawai KPP dan PA dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

4. Pengawasan

Sehubungan dengan itu diperlukan pengembangan dan penerapan system pertanggung jawaban yang tepat, transparan dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemer intahan dan pembangunan dapat ber langsung secara efektif dan efesien, ber daya guna, bersih dan ber tanggung jawab serta bebas dari segala bentuk praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Pengawasan sebagai bagian dari fungsi manajemen pemerintah yang memegang peranan sangat penting dan strategis. Oleh karena itu pengawasan khususnya pengawas internal di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga harus di selenggarakan secara efektif, efisien berdaya guna dan hasil guna.

I ndikator yang digunakan adalah terlaksananya audit secara efektif. I N D I K ATOR SASARAN

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Persentase audit keuangan dan kinerja yang akunmatriks

7 satker 7 satker 100%

Persentase hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti


(1)

M atriks di atas menunjukan bahwa target indikator-indikator yang digunakan untuk dapat mengukur pencapaian sasaran ini sebagian besar sudah dapat dipenuhi dengan capaian 100%.

Selain itu, matriks tersebut menujukan bahwa M OU atau Surat Perjanjian Ker jasama antara Kementer ian Pember dayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan pemerintah propinsi dan kabupaten/ kota serta organisasi/ lembaga peduli anak tentang fasilitasi program PP dan PA melalui Stimulan telah dilakukan sesuai target bagi Kelembagaan PP dan PA Pr ovinsi, Kabupaten/ Kota dan LSM.

I ndikator yang belum mencapai target adalah Kementerian/ lembaga pemerintah yang telah mengintegrasikan kebijakan PA ke dalam kebijakan kementerian/ lembaga. Namun demikian, beberapa kementerian/ lembaga pemerintah di nasional yang telah mengintegrasikan kebijakan PP dan PA dalam kebijakan masing-masing antara lain adalah :

a. Kementer ian Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas); b. Kementer ian Hukum dan H AM (UU Pengadilan Anak); c. Kementer ian Dalam Neger i (UU 23/ 2006 tentang Adminduk) d. Kementer ian Kesehatan (UU Kesehatan)

e. Kementer ian Sosial (PP Pengangkatan anak)

f. Kepolisian dengan pendirian Unit Perlindungan Perempuan dan Anak; g. Kementer ian Tenaga Kerja dengan meratifikasi beberapa konvensi

inter nasional tentang pekerja anak; h. Bappenas

i. Kementer ian Luar Neger i j. BKKKBN.

Selain itu, beber apa pr ovinsi dan kabupaten/ kota telah mengintegrasikan ke dalam Peraturan Daerah antara lain dengan diterbitkannya Peraturan Daerah tentang Akta Kelahir an Bebas Biaya dan menurut catatan Kementerian PP dan PA sudah ada 191 Perda. Selain itu, sudah ada beberapa daerah yang telah


(2)

menetapkan Perda yang khusus mengenai perlindungan anak dan Perda tentang Perdagangan Perempuan dan anak.

Ber bagai upaya terus dilakukan agar Kementerian/ lembaga pemerintah baik di nasional, propinsi, maupun kabupaten/ kota mengintegrasikan kebijakan PA ke dalam kebijakan kementerian/ lembaga. Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti:

a. Penyusunan strategis Pengarusutamaan H ak Anak;

b. Sosialisasi berbagai kebijakan dan pr ogram baru ber kaitan dengan PA; c. Rapat koordinasi;

d. Penyusunan laporan negar a tentang pelaksanaan Konvensi H ak Anak. 5. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga M asyarakat:

I ND I K ATOR K I N ERJA

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI ( %)

Jumlah M OU dengan Pemda

10 M OU Provinsi, 40 MOU Kab/ Kota

10 M OU Provinsi, 40 M OU Kab/ Kota

100

100

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa target indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran ini telah tercapai 100 %. Dilihat dari tingkat keberhasilan, Kegiatan Peningkatan kapasitas PUG bagi Lembaga M asyarakat di 10 Provinsi berupa Sosialisasi dan Advokasi kepada Pimpinan dan anggota Lembaga M asyarakat terkait yang mendukung program pembangunan PP dan PA. H asil yang diharapkan dari kegiatan ini merupakan meningkatnya


(3)

mutasi di kalangan Lembaga M asyarakat sehingga mater i yang didapat belum tersosialisasi di lingkungan Organisasinya.

Kegiatan Sosialisasi pembentukan P2TP2A dan TOT Manajemen Pengelola P2TP2A sudah dilaksanakan di 40 Kab/ Kota, tetapi dar i hasil pemantauan pada akhir tahun anggaran 2009, ternyata baru 8 Kab/ Kota (Kab.5o Kota, Kab. Klaten, Kab.Kuningan, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Bolaang M ongondow, Kab. Sambas, Kota Bogor dan Kota Cirebon) yang telah membentuk P2TP2A, jadi baru sekitar 20% yang melaporkan pembentukan P2TP2A ke KPP dan PA. H ambatan dan kendala dari kegiatan ini berupa kurangnya komitmen dari Pemda, dukungan sarana dan prasarana, dana ter masuk SDM yang mau bekerja sebagai tenaga volunteer serta masih rendahnya kemitraan dan kerjasama antara Pemda dengan Lembaga Masyarakat. Disamping itu Kab/ Kota yang sudah mendapatkan fasilitasi pembentukan masih mengharapkan adanya tindak lanjut kegiatan dari Pemer intah Pusat berupa pelatihan yang mendukung ketrampilan pimpinan dan anggota P2TP2A. H ambatan lain, masih ada daerah yang telah membentuk P2TP2A tetapi belum melaporkan ke Pusat sehingga tidak terdata.

Kegiatan tahun 2009 yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini adalah : 1. Peningkatan Kapasitas PUG bagi Lembaga M asyarakat di 10 Provinsi 2. Fasilitasi Pembentukan P2TP2A dan TOT Manajemen Pengelola P2TP2A. G. Sasar an 7: Ter wujudnya tata kepem er intahan yan g baik

Terwujudnya tata keper intahan yang baik, ditunjukkan dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1. M eningkatnya Sosialisasi dan Pemberitaan Program PP dan PA


(4)

I N D I K ATOR SASARAN

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Jumlah pemberitaan program PP dan PA di media masa

36 kali 36 kali 100

Penerbitan Media Perempuan

6 edisi 6 edisi 100

Dar i indikator ter sebut dapat digambarkan bahwa sasaran tercapai 100 %. Kegiatan-kegiatan yand telah dilakukan dalam rangka untuk mencapai sasaran tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan Kehumasan dan Pr otokol; b. Penyelenggaraan Per temuan Bakohumas; c. Pertemuan Forum War tawan

d. Roadshow ke Media

e. Kunjungan Jurnalistik/ Press tour f. Pameran, Publikasi dan Pr omosi; g. Pengelolaan Perpustakaan

h. Pengelolaan Kotak Pos 1000 dan

i. Penyusunan Materi dan Pelaksanaan KI E j. Diklat Teknis Kehumasan

2. M eningkatnya kualitas pelayanan administrasi umum

Pengelolaan berbagai program/ kegiatan lembaga dipengaruhi oleh ketersediaan komponen pendukung yang memadai. Salah satu diantaranya adalah pengelolaan administrasi umum.

Pengelolaan administrasi umum yang efektif dan efisien, terutama dalam kaitannya dengan administrasi keuangan, kepegawaian, sarana dan prasarana, kerumahtanggaan dan pelayanan penerbitan SPM akan sangat mendukung


(5)

baik struktural, fungsional maupun teknis, sistem infor masi kepegawaian, belanja keperluan seharí-hari per kantoran, belanja inventar is kantor, belanja langganan daya dan jasa, belanja perjalanan biasa dalam dan luar neger i, belanja modal peralatan dan mesin, ser ta pengadaan per lengkapan kantor. Kegiatan-kegiatan seperti ter sebut di atas sangat ber manfaat bagi pegawai, dan KPP dan PA.

a. Pegawai, yaitu: (1) meningkatnya kesejahteraan pegawai; dan (2) meningkatnya productivitas dan kiner ja individu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yaitu memperoleh layanan keadministrasian yang baik, memuaskan, efektif dan efisien di bidang keuangan, kepegawaian, dan penyediaan sarana dan prasarana kerumahtanggaan.

3. M eningkatnya kompetensi aparatur KPP dan PA

Dalam rangka mendukung implementasi pembangunan kapasitas (capacity building) pegawai di lingkungan KPP dan PA, dilatarbelakangi masih banyaknya pegawai yang belum memahami tugas dan fungsi serta peran KPP dan PA.

Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas pegawai KPP dan PA perlu dilaksanakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, era globalisasi, dan era otonomi, ser ta pembangunan pemberdayaan perempuan di masa yang akan datang, serta amanat perundang-undangan yang terus berkembang. Di samping itu seluruh pegawai KPP dan PA perlu memahami berbagai peraturan seiring dengan permasalahan yang terjadi di masa kini.

Sehubungan dengan itu Bir o Umum telah melakukan ber bagai pendidikan dan pelatihan baik diklat struktural, fungsional maupun diklat teknis.


(6)

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pegawai yang mampu mendukung secara optimal tugas dan fungsi KPP dan PA.

H asil yang dicapai pada kegiatan ini adalah terwujudnya pegawai KPP dan PA yang kompeten dan profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal.

Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah adanya rasa percaya diri pegawai KPP dan PA dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

4. Pengawasan

Sehubungan dengan itu diperlukan pengembangan dan penerapan system pertanggung jawaban yang tepat, transparan dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemer intahan dan pembangunan dapat ber langsung secara efektif dan efesien, ber daya guna, bersih dan ber tanggung jawab serta bebas dari segala bentuk praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Pengawasan sebagai bagian dari fungsi manajemen pemerintah yang memegang peranan sangat penting dan strategis. Oleh karena itu pengawasan khususnya pengawas internal di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga harus di selenggarakan secara efektif, efisien berdaya guna dan hasil guna.

I ndikator yang digunakan adalah terlaksananya audit secara efektif. I N D I K ATOR SASARAN

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Persentase audit keuangan dan kinerja yang akunmatriks

7 satker 7 satker 100%

Persentase hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti