Merkuri Dalam Tanah TERMINOLOGI 1. Terminologi dan Gambaran Umum

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 10-5 KJS.009 di S.Citambal 158,421 ppm, KJS.019 di S.Cihapitan 64,737 ppm, KJS.042 di S.Cisarua 45,263 ppm dan KJS.051 di S.Cihapitan 642,105 ppm. Kondisi tersebut di atas dapat ditafsirkan peninggian konsentrasi merkuri pada conto sedimen sungai disebabkan oleh kontaminasi dari pengolahan emas tersebut. Hasil analisis pada conto lainnya menunjukkan nilai 1 ppm Hg hingga 10 ppm Hg. Lokasi-lokasi conto tersebut tersebar di bagian hilir sungai yang terdapat aktivitas pengolahan emas di bagian hulu yang kemungkinan berhubungan dengan pengaruh mobilitas merkuri tersebut sehingga terjadi gejala penurunan konsentrasi Hasil analisis kimia unsur merkuri dalam conto sedimen sungai di daerah Sangon menunjukkan nilai minimum 0,01 ppm Hg dan maksimum 97,84 ppm Hg dengan zonasi dan pola sebaran seperti yang ditunjukkan pada Gambar.4. Dengan menggunakan standar nilai kelimpahan unsur Hg dari Tabel.2 tersebut diatas, maka terdapat 7 conto sedimen sungai yang memberikan kadar 0.1 ppm Hg atau 100 ppb Hg. Ketujuh conto sedimen sungai tersebut berasal dari aliran sungai kecil yang berada di daerah batuan yang tidak mengalami mineralisasi sulfida dan tidak terdapat aktifitas penambangan. Oleh karena itu nilai 0,1 ppm Hg dapat dianggap mewakili rona awal unsur Hg di Daerah Sangon Kokap dan sekitarnya. Nilai rona awal unsur Hg tersebut terdapat pada sedimen sungai di daerah hulu S. Kadigunung 0,012 ppm, Cabang Kiri S. Secang 0,08 ppm, S. Secang 0,012, S. Sekendal 0,049 ppm, S. Menguri 0,080 ppm; 0,086 ppm dan 0,056 ppm. Hasil analisis 90 conto sedimen sungai lainnya menunjukkan kadar 0,1 ppm Hg, termasuk diantaranya 63 conto yang memiliki kadar 0,1 - 1,0 ppm Hg, dan sisanya sejumlah 27 conto sedimen sungai memiliki kadar 1,0 - 97,84 ppm Hg. Semua conto sedimen sungai yang menunjukkan kadar 2 ppm Hg berasal dari daerah dimana terdapat lokasi penambangan emas rakyat atau yang berdekatan dengan lokasi penambangan emas rakyat Gambar.4. Termasuk diantaranya adalah conto KO-070-SS yang mengandung 11,44 ppm Hg, diambil dari Cabang Kiri S. Plampang, Sangon 2, yang berada dibawah lokasi bekas Shaft dan Gelundung Sarjan. Conto KO-071-SS yang diambil dari Cabang Kiri S. Plampang, Sangon 2 memberikan hasil 97,84 ppm Hg juga berada pada wilayah penambangan emas rakyat. Demikian juga lokasi conto KO-001-SS dan KO-006-SS yang mengandung 8,46 ppm Hg dan 52,28 ppm Hg, semuanya berada di sekitar lokasi penambangan emas rakyat yang masih aktif. Dengan kata lain, tingginya kadar merkuri dalam conto sedimen sungai memiliki korelasi positif dengan keberadaan penambangan emas rakyat yang mempergunakan teknik amalgamasi. Dari analisis data tersebut diatas dapat diduga bahwa penambangan emas rakyat yang menggunakan gelundung amalgamasi dalam pengolahannya telah menyebabkan kontaminasi atau pencemaran sungai di sekitarnya. Meskipun standar baku mutu untuk sedimen sungai belum ditentukan, namun kadar merkuri dalam beberapa conto sedimen sungai telah menunjukkan nilai yang sangat tinggi dan tentu saja berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang negatif dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat di sekitar lokasi penambangan tersebut. Relatif tingginya konsentrasi merkuri dalam conto sedimen sungai di daerah Cineam dibandingkan dengan daerah Sangon kemungkinan disebabkan : a Kegiatan pengolahan emas di Cineam telah berlangsung lebih lama dan terorganisnir dibandingkan dengan di Sangon, sehingga aktivitas pengolahan yang menghasilkan limbah merkuri relatif lebih banyak. b Pengolahan emas yang dilakukan di sungai lebih banyak di Cineam dibandingkan dengan di daerah Sangon, karena debit air yang cukup besar untuk menggerakkan gelundung. Sedangkan di Sangon umumnya pengolahan emas dilakukan di pemukiman dan kebun. Pada kegiatan ini di Cineam terdata jumlah gelundung di sungai yang aktif adalah di S.Citambal 99 buah , S.Cihapitan 81 buah , S.Cisarua 121 buah dan S.Cikurawet 12 buah. c Di daerah Sangon, umumnya tailing yang dihasilkan dijual ke luar daerah penambangan, sedangkan di Cineam tidak dilakukan.

4.3. Merkuri Dalam Tanah

Hasil analisis kimia conto tanah di daerah Cineam menunjukan kisaran konsentrasi merkuri antara 1,474 – 30,526 ppm Hg. Konsentrasi Hg dalam conto tanah yang diambil di sekitar pengolahan emas gelundung menunjukkan kisaran nilai di atas 10 ppm antara lain KJT.152 di S.Citambal 11,282 ppm, KJT.160 di S.Ciseel 10,224 ppm, KJT.171 di S.Cisarua 10,237 ppm, KJT.172 di S.Cisarua 10,947 dan Nilai tertinggi terdapat pada lokasi KJT.153 di S.Citambal 30,526 ppm. Sedangkan 2 lokasi conto yang diambil di sekitar lokasi Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 10-6 penggarangan bulion emas adalah KJT.154 4,895 ppm dan KJT.155 4,829 ppm Gambar.5. Di Daerah Sangon, dari hasil analisis kimia 5 conto tanah yang diambil dari lokasi di sekitar tempat pengolahan emas rakyat gelundung, semuanya menunjukkan kadar merkuri Hg yang sangat tinggi. Empat conto tanah mengandung konsentrasi lebih dari 50 ppm Hg dan 1 conto tanah mengandung hampir 7 ppm Hg Gambar.6. Sampai kegiatan ini dilakukan belum ada peraturan pemerintah untuk standar baku mutu Hg dalam tanah. Sebagai ”pembanding” dapat dilihat Peraturan Pemerintah, no. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dimana nilai ambang batas NAB untuk logam Hg adalah : 0,01 mglt atau 0,01 ppm. Dilihat dari data hasil analisis Hg, seluruh titik pengamatan conto tanah di kedua daerah mengandung konsentrasi Hg diatas nilai NAB. Sedangkan apabila dibandingkan dengan nilai kelimpahan unsur merkuri dalam tanah yang normalnya kurang dari 0,3 ppm maka konsentrasi merkuri dalam tanah ini dianggap sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di kedua daerah tersebut di sekitar tempat pengolahan emas rakyat telah mengalami kontaminasi merkuri yang signifikan. Konsentrasi merkuri dalam tanah di daerah Sangon relatif lebih besar dibandingkan dengan di Cineam, kemungkinan hal ini disebabkan oleh Kebiasaan sebagian besar penambang emas di Sangon yang mengolah bijih emas di sekitar pemukimannya kemudian mengalirkan materiallumpur tailingnya ke halaman rumah sebelum ditampung pada kolam buatan yang terbatas atau bahkan dialirkan ke sungai di sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh debit sir sungai di daerah Sangon relatif kecil. Sedangkan di daerah Cineam, lokasi pengolahan tersebut umumnya terletak di pinggiran sungai dan sedikit ditemukan pengolahan bijih emas yang diangkut ke dekat perumahan penduduk.

4.4. Merkuri Dalam Air Permukaan