Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 10-4
4.2 Merkuri Dalam Sedimen Sungai
Sehubungan hingga saat ini belum ada standar baku mutu kelimpahan unsur dalam
conto sedimen sungai aktif, maka dalam kajian ini yang dipergunakan sebagai referensi adalah
data kelimpahan atau dispersi unsur dalam sedimen sungai yang sering dipakai sebagai
petunjuk mineralisasi dalam kegiatan eksplorasi mineral logam.
Tabel.2.
Kelimpahan beberapa unsur logam berat dalam tanah, air dan sedimen sungai Sumber: Techniques in Mineral Exploration
Kelimpahan dalam ppb Unsur
Tanah Air Sedimen
Sungai Au
10 - 50 0,002
-
Ag 0,1 - 1
0,01 – 0,7 -
Hg 10 -300
0,01 – 0,05 10 -100
As 1000 - 50000
1 - 30 1000 - 50000
Cu 5000 - 100000
8 5000 - 80000
Pb 5000 - 50000
3 5000 - 80000
Zn 10000 - 300000
1 – 20 10000 - 200000
Cd 1000 - 1000
0,2 -
Kontaminasi merkuri Hg dalam sedimen sungai terjadi karena proses alamiah pelapukan
batuan termineralisasi, proses pengolahan emas secara tradisional amalgamasi, maupun proses
industri yang menggunakan bahan baku yang mengandung merkuri. Untuk mengetahui
sumber kontaminasi Hg ini perlu diperhatikan dengan cermat karena tidak adanya standar baku
mutu untuk kadar merkuri dalam sedimen sungai.
Konsentrasi Hg dalam sedimen sungai berkisar antara 10 ppb sampai 100 ppb Tabel
.2. Untuk daerah dimana tidak terdapat pengolahan emas, konsentrasi Hg lebih dari 100
ppb dapat menunjukkan adanya mineralisasi sulfida, sehingga analisis Hg dalam sedimen
sungai ini sangat bermanfaat untuk keperluan eksplorasi mineral logam, khususnya endapan
emas tipe epithermal. Sedangkan untuk daerah dimana terdapat lokasi pengolahan emas
amalgamasi dalam hal ini daerah Cineam dan Sangon sebagai daerah kajian, baik yang masih
aktif maupun tidak, nilai anomali unsur Hg dalam sedimen sungai harus dievaluasi secara
hati-hati mengingat besar kemungkinan terjadi pencemaran akibat pemakaian merkuri oleh
pertambangan emas rakyat. Dalam hal ini daerah Cineam dan Sangon merupakan
Hasil analisis kimia conto sedimen sungai di daerah Cineam menghasilkan kisaran
konsentrasi antara 0,121 – 642,105 ppm. Sampai kegiatan ini dilakukan belum ada peraturan
pemerintah untuk standar baku mutu Hg dalam sedimen sungai aktif. Sebagai ”pembanding”
dapat dilihat Peraturan Pemerintah, no. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, nilai ambang batas NAB untuk logam Hg adalah : 0,01 mglt atau
0,01 ppm. Berdasarkan “perbandingan” tersebut, seluruh conto dari sedimen sungai berada di atas
nilai NAB.
Gambar.3 berupa peta zonasi dan kisaran merkuri pada conto sedimen sungai aktif
menunjukkan bahwa pola sebaran Hg di daerah Cineam menghasilkan kelompok konsentrasi
antara 0,121 ppm Hg hingga 0,394 ppm Hg pada 9 buah nomor conto KJS.071 sd KJS.079 yang
berlokasi di bagian Sungai Ciseel bagian hulu. Hal ini dapat dianggap sebagai daerah rona awal
karena di daerah tersebut tidak terdapat aktifitas penambangan dan pengolahan bijih emas.
Namun apabila dibandingkan dengan standar nilai kelimpahan unsur Hg dari Tabel.2, nilai-
nilai tersebut berada di atas standar.
Pada lokasi aktivitas pengolahan bijih emas yang sedang aktif seperti di Sungai Citambal,
Sungai Cihapitan, Sungai Cisarua dan Sungai Cikurawet menunjukkan konsentrasi air raksa
yang tinggi, dimana umumnya di daerah tersebut memiliki nilai konsentrasi 10 ppm Hg. Bahkan
pada beberapa lokasi menunjukkan nilai yang ekstrim antara lain conto KJS.006 di S.Citambal
103,684 ppm, KJS.007 di S.Cisarua 62,105 ppm, KJS.008 di S.Cikurawet 155,263 ppm,
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 10-5
KJS.009 di S.Citambal 158,421 ppm, KJS.019 di S.Cihapitan 64,737 ppm, KJS.042
di S.Cisarua 45,263 ppm dan KJS.051 di S.Cihapitan 642,105 ppm. Kondisi tersebut di
atas dapat ditafsirkan peninggian konsentrasi merkuri pada conto sedimen sungai disebabkan
oleh kontaminasi dari pengolahan emas tersebut.
Hasil analisis pada conto lainnya menunjukkan nilai 1 ppm Hg hingga 10 ppm
Hg. Lokasi-lokasi conto tersebut tersebar di bagian hilir sungai yang terdapat aktivitas
pengolahan emas di bagian hulu yang kemungkinan berhubungan dengan pengaruh
mobilitas merkuri tersebut sehingga terjadi gejala penurunan konsentrasi
Hasil analisis kimia unsur merkuri dalam conto sedimen sungai di daerah Sangon
menunjukkan nilai minimum 0,01 ppm Hg dan maksimum 97,84 ppm Hg dengan zonasi dan
pola sebaran seperti yang ditunjukkan pada Gambar.4.
Dengan menggunakan standar nilai kelimpahan unsur Hg dari Tabel.2 tersebut
diatas, maka terdapat 7 conto sedimen sungai yang memberikan kadar 0.1 ppm Hg atau
100 ppb Hg. Ketujuh conto sedimen sungai tersebut berasal dari aliran sungai kecil yang
berada di daerah batuan yang tidak mengalami mineralisasi sulfida dan tidak terdapat aktifitas
penambangan. Oleh karena itu nilai 0,1 ppm Hg dapat dianggap mewakili rona awal unsur Hg
di Daerah Sangon Kokap dan sekitarnya. Nilai rona awal unsur Hg tersebut terdapat pada
sedimen sungai di daerah hulu S. Kadigunung 0,012 ppm, Cabang Kiri S. Secang 0,08 ppm,
S. Secang 0,012, S. Sekendal 0,049 ppm, S. Menguri 0,080 ppm; 0,086 ppm dan 0,056
ppm.
Hasil analisis 90 conto sedimen sungai lainnya menunjukkan kadar 0,1 ppm Hg,
termasuk diantaranya 63 conto yang memiliki kadar 0,1 - 1,0 ppm Hg, dan sisanya sejumlah 27
conto sedimen sungai memiliki kadar 1,0 - 97,84 ppm Hg.
Semua conto sedimen sungai yang menunjukkan kadar 2 ppm Hg berasal dari
daerah dimana terdapat lokasi penambangan emas rakyat atau yang berdekatan dengan lokasi
penambangan emas rakyat Gambar.4. Termasuk diantaranya adalah conto KO-070-SS
yang mengandung 11,44 ppm Hg, diambil dari Cabang Kiri S. Plampang, Sangon 2, yang
berada dibawah lokasi bekas Shaft dan Gelundung Sarjan. Conto KO-071-SS yang
diambil dari Cabang Kiri S. Plampang, Sangon 2 memberikan hasil 97,84 ppm Hg juga berada
pada wilayah penambangan emas rakyat. Demikian juga lokasi conto KO-001-SS dan
KO-006-SS yang mengandung 8,46 ppm Hg dan 52,28 ppm Hg, semuanya berada di sekitar
lokasi penambangan emas rakyat yang masih aktif. Dengan kata lain, tingginya kadar merkuri
dalam conto sedimen sungai memiliki korelasi positif dengan keberadaan penambangan emas
rakyat yang mempergunakan teknik amalgamasi.
Dari analisis data tersebut diatas dapat diduga bahwa penambangan emas rakyat yang
menggunakan gelundung amalgamasi dalam pengolahannya telah menyebabkan kontaminasi
atau pencemaran sungai di sekitarnya. Meskipun standar baku mutu untuk sedimen sungai belum
ditentukan, namun kadar merkuri dalam beberapa conto sedimen sungai telah
menunjukkan nilai yang sangat tinggi dan tentu saja berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan yang negatif dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat di sekitar lokasi
penambangan tersebut.
Relatif tingginya konsentrasi merkuri dalam conto sedimen sungai di daerah Cineam
dibandingkan dengan daerah Sangon kemungkinan disebabkan :
a Kegiatan pengolahan emas di Cineam telah
berlangsung lebih lama dan terorganisnir dibandingkan dengan di Sangon, sehingga
aktivitas pengolahan yang menghasilkan limbah merkuri relatif lebih banyak.
b Pengolahan emas yang dilakukan di sungai lebih banyak di Cineam dibandingkan
dengan di daerah Sangon, karena debit air yang cukup besar untuk menggerakkan
gelundung. Sedangkan di Sangon umumnya pengolahan emas dilakukan di pemukiman
dan kebun. Pada kegiatan ini di Cineam terdata jumlah gelundung di sungai yang
aktif adalah di S.Citambal 99 buah , S.Cihapitan 81 buah , S.Cisarua 121
buah dan S.Cikurawet 12 buah.
c Di daerah Sangon, umumnya tailing yang dihasilkan dijual ke luar daerah
penambangan, sedangkan di Cineam tidak dilakukan.
4.3. Merkuri Dalam Tanah