3 penelitian ini penderita PJK lebih banyak
perempuan dibandingkan laki-laki sebab pada kelompok umur 40 tahun perempuan akan
memasuki
masa menopause
sehingga kejadian PJK lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pada perempuan yang sudah memasuki masa
menopause, risiko terjadinya PJK meningkat karena terjadinya penurunan hormon estrogen
sebagai faktor protektif yang berperan melindungi perempuan terhadap terjadinya
PJK.
13
Tabel 2. Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang
Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No. Sosiodemografi
1. Suku
f
Batak 16
14,7 Jawa
81 74,3
Minang 1
0,9 Melayu
10 9,2
Cina 1
0,9
Jumlah 109
100 2.
Agama f
Islam 103
94,5 Kristen Protestan
5 4,6
Budha 1
0,9
Jumlah 109
100 3.
Pekerjaan f
PNS 9
8,3 Pensiunan
7 6,4
Petani 6
5,5 Wiraswasta
31 28,4
Ibu Rumah Tangga IRT 54
49,5 Lain-lain
2 1,8
Jumlah 109
100 4.
Status perkawinan f
Belum Kawin 2
1,8 Kawin
96 88,1
JandaDuda 11
10,1
Jumlah 109
100 5.
Tempat Tinggal f
Luar Tanjung Pura 67
61,5 Dalam Tanjung Pura
42 38,5
Jumlah 109
100
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa penderita PJK yang dirawat inap di
RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 berdasarkan data sosiodemografi adalah
sebagai berikut, berdasarkan suku proporsi tertinggi adalah suku Jawa 74,3 81 orang,
dan proporsi terkecil adalah suku Minang dan Cina yang masing-masing 0,9 1 orang.
Hal ini bukan berarti suku Jawa lebih berisiko menderita PJK, namun karena
mayoritas penderita PJK yang berobat ke RSUD Tanjung Pura adalah suku Jawa. Hal
ini didukung oleh data jumlah penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa
Jawa 56,87.
14
Berdasarkan agama proporsi yang tertinggi adalah agama Islam 94,5 103
orang, dan proporsi terendah adalah agama Budha 0,9 1 orang.
Hal ini bukan berarti agama Islam lebih berisiko menderita PJK, namun karena
mayoritas penderita PJK yang berobat ke RSUD Tanjung Pura adalah beragama Islam.
Hal ini didukung oleh data jumlah penduduk Kabupaten Langkat mayoritas beragama
Islam 90.
14
Berdasarkan Pekerjaan,
proporsi tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga IRT
49,5 54 orang, dan proporsi terkecil adalah lain-lain 1,8 2 orang.
Hal ini bukan berarti pekerjaan ibu rumah tangga lebih berisiko menderita PJK,
namun karena mayoritas penderita PJK yang berobat ke RSUD Tanjung Pura adalah
mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan jumlah penderita PJK yang datang
berobat ke RSUD Tanjung Pura 2011-2012 lebih banyak berjenis kelamin perempuan
55.
Berdasarkan status
perkawinan, proporsi yang tertinggi adalah kawin 88,1
96 orang, dan proporsi terkecil belum kawin 1,8 2 orang.
Hal ini bukan berarti status kawin lebih berisiko menderita PJK, namun karena
mayoritas penderita PJK yang berobat ke RSUD Tanjung Pura adalah berstatus kawin.
Hal ini bisa dikaitkan dengan kelompok umur, pada golongan kelompok umur 40 dan 40
pada umumnya sudah berstatus kawin.
Berdasarkan tempat
tinggal, proporsi terbesar adalah berasal dari luar
Tanjung Pura 61,5, sedangkan proporsi terkecil berasal dari dalam Tanjung Pura
38,5 42 orang.
Hal ini karena RSUD Tanjung Pura merupakan rumah sakit rujukan di kabupaten
Langkat dan pasien yang datang berobat kebanyakan
merupakan rujukan
dari puskesmas yang ada di dalam maupun di luar
Tanjung Pura. Penderita PJK yang berasal dari luar
Tanjung Pura, berasal dari daerah-daerah yang dekat dengan Kecamatan Tanjung Pura
yang berada diwilayah Kabupaten Langkat.
4 Akan tetapi ada satu pasien yang berasal dari
luar kabupaten langkat yaitu berasal dari Rantau Parapat.
Distribusi proporsi keluhan utama penderita PJK yang dirawat inap di RSUD
Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita
PJK yang Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Keluhan
f
1. Nyeri dada
84 77,1
2. Jantung berdebar
51 46,8
3. Sesak nafas
45 41,3
4. Keringat dingin
19 17,4
5. Lemas
63 57,8
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa penderita PJK dengan proporsi
tertinggi berdasarkan keluhan utama adalah nyeri dada 77,1 84 orang, dan proporsi
terkecil keringat dingin 17,4 19 orang.
Nyeri dada merupakan gejala yang khas pada penderita PJK karena terjadinya
kekurangan oksigen pada otot jantung yang disebabkan oleh peningkatan kebutuhan aliran
darah koronaria sedangkan suplai oksigen mengalami penurunan.
15
Selain itu dinding pembuluh
darah arteri
koroner akan
mengalami pengerutan serabut otot polos dan mengakibatkan penyempitan pada saluran
pembuluh darah
sehingga penderita
merasakan nyeri dada.
16
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura
Tahun 2011-2012 berdasarkan tekanan darah dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4.
Distribusi Proporsi Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan Tekanan Darah di
RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No. Tekanan Darah
f
1. Normal
12 11
2. Hipertensi
97 89
Jumlah 109
100
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita PJK berdasarkan
tekanan darah, yaitu pada penderita dengan hipertensi 89 97 orang, dan proporsi
terendah adalah penderita dengan tekanan darah normal 11 12 orang.
Hipertensi berperan penting terhadap hipertrofi ventrikel kiri, iskemik miokard, dan
infark yang
semua proses
tersebut mempercepat disfungsi sistolik dan diastolik
dan pada akhirnya berkembang menjadi PJK.
17
Akan tetapi, bukan berarti semua penderita PJK dengan tekanan darah tinggi
hipertensi memiliki risiko tinggi terjadinya PJK namun dalam keadaan normal penderita
juga menderita PJK sebab ada faktor risiko lain yang memicu terjadinya PJK seperti
kadar gula darah, dan kadar kolesterol.
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura
Tahun 2011-2012 berdasarkan kadar gula darah dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5.
Distribusi Proporsi Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar Gula
Darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011- 2012
No Kadar Gula Darah
f
1. Normal
38 34,9
2. Tinggi
71 65,1
Jumlah 109
100
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita PJK berdasarkan
kadar gula darah, yaitu pada penderita dengan kadar gula darah tinggi 65,1 71 orang, dan
yang terendah adalah penderita dengan kadar gula darah normal 34,9 38 orang.
Hal ini
bukan berarti
semua penderita PJK memiliki Kadar gula darah
puasa tinggi, namun dalam keadaan normal penderita juga dapat terkena PJK karena ada
faktor risiko lain yang mempengaruhinya seperti hipertensi dan kadar kolesterol total.
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
dislipidemia peningkatan konsentrasi lemak darah dan kerusakan pembuluh darah
sehingga
dapat meningkatkan
risiko terjadinya PJK.
16
Penderita Diabetes Mellitus DM
cenderung untuk
mengalami atherosklerosis pada usia yang lebih dini dan
penyakit yang ditimbulkan lebih cepat dan lebih berat pada penderita DM daripada non
DM.
18
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura
Tahun 2011-2012
berdasarkan kadar
kolesterol total dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
5
Tabel 6. Distribusi Proporsi Penderita PJK yang
Dirawat Inap Berdasarkan Tekanan Darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No. Kadar Kolesterol Total
f
1. Normal
30 27,5
2. Tinggi
79 72,5
Jumlah 109
100
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita PJK berdasarkan
kadar kolesterol total, yaitu pada penderita dengan kadar kolesterol total tinggi 72,5 79
orang, dan yang terendah adalah penderita dengan kadar kolesterol normal 27,5 30
orang.
Kolesterol dalam darah digolongkan menjadi LDL, HDL, dan VLDL. Kadar
kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan
kolesterol di
sel, yang
menyebabkan munculnya
atherosclerosis
pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan penimbunan plak di dinding pembuluh
darah. Hal
ini dihubungkan
dengan peningkatan risiko penyakit akibat gangguan
pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner.
19
Penderita PJK berdasarkan lama rawatan rata-rata yang dirawat inap di RSUD
Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata di RSUD Tanjung
Pura Tahun 2011-2012
Lama Rawatan Rata-rata hari
Mean
: 3,79
Standard deviation
: 3,16
95 CI
: 3,19-4,39
Min
: 1
Max
: 22
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita PJK
yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura tahun 2011-2012 adalah 3,79 hari 4 hari
dengan Standar Deviasi SD 3,16 hari 4 hari, lama rawatan minimum adalah 1 hari
dan lama rawatan paling lama maksimum adalah 22 hari.
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura
Tahun 2011-2012 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Distribusi Proporsi Penderita PJK yang
Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Sumber Biaya
f
1. Biaya Sendiri
17 15,6
2. ASKES
22 20,2
3. Jamkesmas
70 64,2
Jumlah 109
100
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa proporsi sumber biaya tertinggi adalah
dengan Jamkesmas 64,2 70 orang, dan proporsi terendah dengan Biaya sendiri 15,6
17 orang.
Hal ini karena RSUD Tanjung Pura merupakan
rumah sakit
rujukan dari
puskesmas di kabupaten Langkat yang menggunakan jaminan kesehatan berupa
ASKES dan Jamkesmas. Hal ini didukung oleh data penerima jaminan kesehatan di
kabupaten Langkat tahun 2011 yaitu dari 352.091 orang yang menerima jaminan
kesehatan ada sebanyak 304.767 86,6 merupakan peserta Jamkesmas.
42
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura
Tahun 2011-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel 9
berikut ini.
Tabel 9. Distribusi Proporsi Penderita PJK yang
Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulangdi RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-
2012
No Keadaan Sewaktu Pulang
f
1. PBJ
55 50,5
2. PAPS
30 27,5
3. Meninggal
8 7,3
4. Rujuk
16 14,7
Jumlah 109
100
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita PJK
berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah Pulang Berobat Jalan PBJ 50,5, dan
proporsi yang terendah adalah meninggal 7,3 8 orang.
Penderita pulang berobat jalan paling tinggi hal ini menunjukkan bahwa perlu
dilakukan kontrol terhadap penderita PJK dari waktu ke waktu setelah pulang dari rumah
sakit sehingga diteruskan dengan pulang berobat jalan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan medis dari penderita PJK tersebut agar kondisi penderita PJK tetap dapat
dikontrol dengan jelas.
Penderita yang
pulang atas
permintaan sendiri kemungkinan dikarenakan
6 pasien ingin mencari pengobatan yang lebih
baik di rumah sakit lainnya atau keinginan pasien untuk dirawat dirumah. Pada pasien
yang pulang dirujuk, rumah sakit rujukannya adalah RSUP Adam Malik dan RSU Dr.
Pirngadi.
Pada penderita dengan keadaan sewaktu
pulang meninggal
disebabkan penderita sudah tidak dapat ditolong lagi
karena penderita
sudah mengalami
komplikasi gagal jantung, pihak rumah sakit sudah menganjurkan untuk merujuk pasien ke
rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya akan tetapi dari catatan rekam medik pihak
keluarga tidak bersedia untuk merujuk keluarganya.
Distribusi Proporsi umur penderita PJK berdasarkan tekanan darah di RSUD
Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Distribusi Proporsi Umur Penderita PJK Berdasarkan Tekanan Darah yang Dirawat
Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011- 2012
No. Tekanan
Darah Umur Tahun
Total 40
40 f
f f
1. Normal
5 41,7
7 58,3
12 100
2. Hipertensi
6 6,2
91 93,8
15 100
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 12 penderita PJK dengan tekanan
darah normal, terdapat 41,7 5 orang pada kelompok umur 40 tahun dan 58,3 7
orang pada kelompok umur 40 tahun. Dari 97 penderita PJK dengan tekanan darah
hipertensi, terdapat 6,2 6 orang pada kelompok umur 40 tahun dan 93,8 91
orang pada kelompok umur 40 tahun.
Hasil analisis
statistik dengan
menggunakan uji
Exact Fisher
diperoleh p0,002 0,05 berarti ada perbedaan
proporsi yang
bermakna antara
umur penderita PJK berdasarkan tekanan darah.
Tekanan darah meningkat sesuai usia karena
arteri secara
perlahan-lahan kehilangan keelastisannya. Usia membawa
perubahan pada tubuh manusia termasuk sistem
kardiovaskuler. Tekanan
Darah Sistolik cenderung meningkat secara progresif
dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140 mmHg
pada usia 70 hingga 80 tahun.
16
Distribusi Proporsi umur penderita PJK berdasarkan kadar gula darah di RSUD
Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Distribusi Proporsi Umur Penderita PJK Berdasarkan Kadar Gula Darah yang
Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No. Kadar Gula
Darah Umur Tahun
Total 40
40 f
f f
1. Normal
8 21,1
30 78,9
38 100
2. Tinggi
3 4,2
68 95,8
71 100
Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 38 penderita PJK dengan Kadar
Gula Darah Normal, terdapat 21,1 8 orang pada kelompok umur 40 tahun dan 78,9
30 orang pada kelompok umur 40 tahun. Dari 71 penderita PJK dengan Kadar Gula
Darah Tinggi, terdapat 4,2 3 orang pada kelompok umur 40 tahun dan 95,8 68
orang pada kelompok umur 40 tahun.
Hasil analisis
statistik dengan
menggunakan uji
Exact Fisher
diperoleh p0,015 0,05 berarti ada perbedaan
proporsi yang
bermakna antara
umur penderita PJK berdasarkan jenis kadar gula
darah. Umur sangat erat kaitannya dengan
terjadinya kenaikan kadar gula darah, sehingga semakin meningkat usia maka
prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. DM tipe II terjadi
setelah usia 30 tahun dan semakin meningkat setelah usia 40 tahun, dan terus meningkat
pada usia lanjut. Seseorang yang berusia 40 tahun memiliki peningkatan risiko terhadap
terjadinya DM dan intoleransi glukosa oleh karena faktor degeneratif yaitu menurunnya
fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa.
19
Distribusi Proporsi umur penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol darah di
RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 12. Distribusi Proporsi Umur Penderita PJK Berdasarkan Kadar Gula Darah yang
Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No. Kadar
Gula Darah
Umur Tahun Total
40 40
f f
f
1. Normal
6 20
24 80
30 100
2. Tinggi
5 6,3
74 93,7
79 100
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa dari 30 penderita PJK dengan Kadar
7 Kolesterol Total normal, terdapat 20 6
orang pada kelompok umur 40 tahun dan 80 24 orang pada kelompok umur 40
tahun. Dari 79 penderita PJK dengan Kadar Kolesterol Total Tinggi, terdapat 6,3 5
orang pada kelompok umur 40 tahun dan 93,7 74 orang pada kelompok umur 40
tahun.
Hasil analisis
statistik dengan
menggunakan uji
Exact Fisher
diperoleh p0,068 0,05 berarti tidak ada perbedaan
proporsi yang
bermakna antara
umur penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol
total. Bertambahnya
usia akan
meningkatkan kadar
kolesterol total,
kolesterol dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga
pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut
aterosklerosis
. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran
darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran darah pada pembuluh darah
koroner yang fungsinya memberi O
2
ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya O
2
akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan
kematian.
16
Lama rawatan
penderita PJK
berdasarkan umur di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 13. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di
RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Umur
Lama Rawatan Rata-rata f
Means SD
1. 40
11 2,91
2,256 4.
40 98
3,89 3,239
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 11
penderita pada kelompok umur 40 tahun yang menjalani rawat inap dengan lama
rawatan rata-rata 2,91 hari 3 hari dan 98 penderita pada kelompok umur 40 tahun
yang menjalani rawat inap dengan lama rawatan rata-rata 3,89 hari 4 hari.
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan
uji
Kolmogorov-Smirnov
diperoleh p0,005 artinya data lama rawatan rata-rata tidak berdistribusi normal sehingga
tidak dapat dilakukan dengan uji
t-test
kemudian dilanjutkan dengan uji
Mann-
Whitney. Berdasarkan uji
Mann-Whitney
diperoleh nilai p0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna
antara lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan umur.
Usia adalah faktor risiko terpenting, semakin bertambah usia risiko terkena
jantung koroner makin tinggi dan pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun ke
atas.
12
Tekanan darah meningkat sesuai usia karena
arteri secara
perlahan-lahan kehilangan keelastisannya. Oleh karena itu
pada usia 40 tahun lama rawatan rata-rata penderita PJK lebih lama dibandingkan pada
usia 40 tahun dikarenakan pada usia 40 tahun seseorang mulai mengalami hipertensi,
diabetes mellitus dan penyakit degeneratif lainnya.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan Sumber Pembiayaan di
RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan
Sumber Pembiayaan
yang Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun
2011-2012
No Sumber
Pembiayaan Lama Rawatan Rata-rata
f Means
SD
1. Biaya Sendiri
17 2,94
1,952 2.
ASKES 22
3,36 2,361
3. Jamkesmas
70 4,13
3,563
Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 17
penderita yang menggunakan biaya sendiri selama menjalani rawat inap di rumah sakit
dengan lama rawatan rata-rata 2,94 hari 3 hari, 22 penderita yang menggunakan
Asuransi Kesehatan ASKES menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama
rawatan rata-rata 3,36 hari 3 hari, dan 70 penderita yang menggunakan JAMKESMAS
menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata 4,13 hari 4 hari.
Berdasarkan uji
Kruskal-Wallis
diperoleh nilai p 0.303 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama
rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.
Walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna, lama rawatan rata-rata penderita
PJK dengan sumber pembiayaan Jamkesmas dan ASKES lebih lama dibandingkan pasien
8 dengan sumber pembiayaan biaya sendiri.
Hal ini
kemungkinan karena
pasien Jamkesmas dan ASKES semua pembiayaan
rawat inap dibiayai oleh pemerintah sehingga tidak perlu mengkhawatirkan banyaknya
biaya seperti pada pasien dengan biaya sendiri.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan tekanan darah di RSUD
Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan Tekanan Darah yang Dirawat
Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011- 2012
No Tekanan
Darah Lama Rawatan Rata-Rata
f Mean
SD 1.
2. Normal
Hipertensi 12
97 2,50
3,95 1,446
3,28
Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 12
penderita yang memiliki tekanan darah normal menjalani rawat inap di rumah sakit
dengan lama rawatan rata-rata 2,50 hari 3 hari, dan 97 penderita yang memiliki tekanan
darah hipertensi menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata
3,95 hari 4 hari.
Berdasarkan
Mann-Whitney
diperoleh nilai p0,093 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama
rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan tekanan darah.
Walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna, lama rawatan rata-rata penderita
PJK dengan keadaan hipertensi lebih lama dibandingkan pasien dengan keadaan tekanan
darah
normal kemungkinan
disebabkan penderita dengan hipertensi perlu dikontrol
tekanan darahnya oleh petugas kesehatan dan mendapatkan pengobatan sampai benar-benar
diperbolehkan pulang oleh dokter.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan Kadar Gula Darah di RSUD
Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 16. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan Kadar Gula Darah yang
Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Kadar Gula
Darah Lama Rawatan Rata-Rata
f Mean
SD 1.
2. Normal
Tinggi 38
71 3,63
3,87 3,088
3,216
Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 38
penderita yang memiliki kadar gula darah normal menjalani rawat inap di rumah sakit
dengan lama rawatan rata-rata 3,63 hari 4 hari, 71 penderita yang memiliki kadar gula
darah tinggi menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata 3,87 hari
4 hari.
Berdasarkan uji
Mann-Whitney
diperoleh nilai p 0,608 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama
rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan kadar gula darah.
Walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna, lama rawatan rata-rata penderita
PJK dengan keadaan kadar gula darah tinggi lebih lama dibandingkan pasien dengan kadar
gula darah normal kemungkinan disebabkan penderita dengan kadar gula darah tinggi
perlu dikontrol kadar gulanya oleh petugas kesehatan dan mendapatkan pengobatan
sampai benar-benar diperbolehkan pulang oleh dokter.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol total di
RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 17. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan kadar Kolesterol Total yang
Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Kadar
Kolesterol Total Lama Rawatan Rata-Rata
f Mean
SD 1.
2. Normal
Tinggi 30
79 3,23
4,00 1,942
3,501
Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 30
penderita yang memiliki keadaan kolesterol total normal menjalani rawat inap di rumah
sakit dengan lama rawatan rata-rata 3,23 hari 4 hari, dan 79 penderita yang memiliki
kadar kolesterol total tinggi menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama rawatan rata-
rata 4 hari.
9 Berdasarkan
uji
Mann-Whitney
diperoleh nilai p 0,468 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama
rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol total.
Walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna, lama rawatan rata-rata penderita
PJK dengan keadaan kadar kolesterol tinggi lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
kadar
kolesterol normal
kemungkinan disebabkan penderita dengan kadar kolesterol
total tinggi perlu dikontrol kolesterolnya oleh petugas
kesehatan dan
mendapatkan pengobatan
sampai benar-benar
diperbolehkan pulang oleh dokter. Lama rawatan rata-rata penderita
PJK berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 18. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang
Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Keadaan
Sewaktu Pulang
Lama Rawatan Rata-Rata f
Mean SD
1. PBJ
55 4,02
2,361 2.
PAPS 30
3,80 3,347
3. Meninggal
8 5,00
7,231 4.
Dirujuk 16
2,38 1,628
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 55
penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit Pulang Berobat Jalan PBJ dengan lama
rawatan rata-rata 4,02 hari 5 hari, 30 penderita yang menjalani rawat inap di rumah
sakit Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS dengan lama rawatan rata-rata 3,80 hari 4
hari, 8 penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit pulang meninggal dengan lama
rawatan rata-rata 5 hari, 16 penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit dirujuk
ke rumah sakit lain dengan lama rawatan rata- rata 2,38 hari 3 hari.
Berdasarkan uji
Kruskal-Wallis
diperoleh nilai p 0,029 0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara
lama rawatan
rata-rata penderita
PJK berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
Dapat dilihat dari gambar bahwa lama rawatan rata-rata pada keadaan sewaktu
pulang meninggal lebih lama yakni 5 hari disebabkan penderita seharusnya dirujuk ke
rumah sakit yang lebih lengkap untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya namun
dari catatan rekam medik pasien dan keluarga tidak mau untuk dirujuk sehingga pasien
hanya mendapatkan pertolongan seadanya dan akhirnya tidak dapat ditolong lagi.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di
RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 19. Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita PJK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang
Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
N o
Keadaan Sewaktu
Pulang Sumber Pembiayaan
Jumlah Biaya
Sendiri ASKES
Jamkes- mas
f f
f f
1 PBJ
9 16,4 11
20 35
63,6 55 100
2 PAPS
6 20 6
20 18
60 30
100 3
Meninggal 1 12,5
7 87,5
8 100
4 Dirujuk
1 6,25 5
31,25 10
62,5 16 100
Berdasarkan tabel 19 dapat dilihat bahwa dari 55 penderita PJK dengan Keadaan
sewaktu pulang PBJ, terdapat 16,4 9 orang yang sumber biayanya biaya sendiri,
kemudian 20 11 orang yang sumber biayanya berasal dari ASKES, dan 63,6 35
orang yang sumber biayanya Jamkesmas.
Berdasarkan Keadaan
sewaktu pulang PAPS dari 30 penderita PJK, terdapat
20 6 orang yang sumber biayanya biaya sendiri, kemudian 20 6 orang yang sumber
biayanya berasal dari ASKES, dan 60 18 orang yang sumber biayanya Jamkesmas.
Berdasarkan keadaan sewaktu pulang meninggal dari 8 penderita PJK, terdapat
87,5 7 orang yang sumber biayanya Jamkesmas, dan dengan biaya sendiri 12,5
1 orang.
Berdasarkan Keadaan
sewaktu pulang dirujuk dari 16 penderita PJK, terdapat
6,25 1 orang yang sumber biayanya biaya sendiri, kemudian 31,25 5 orang yang
sumber biayanya berasal dari ASKES, dan 62,5 10 orang yang sumber biayanya
Jamkesmas.
Hasil analisis
statistik dengan
menggunakan uji chi square tidak memenuhi syarat karena terdapat 5 sel 41,7 yang
memiliki
expected count
yang besarnya kurang dari 5.
Kesimpulan dan Saran
10
1. Kesimpulan a.